diterapkan pada setiap organisasi atau partai politik yang baru dan telah dibangun dalam dunia
perpolitikan di Indonesia. Jadi, setiap organisasi dan partai politik yang ada pada masa Orde
Baru, tanpa terkecuali, harus menjadikan Pancasila sebagai ideologi dasarnya.Keharusan
untuk menempatkan Pancasila diatas segala-galanya ini juga diterapkan di sekolah-sekolah
dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pada saat itu ada pemasyarakatan Pancasila melalui
penataran yang diberi nama P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). P4
dijadikan ideologi politik yang menggariskan perilaku warga negara Indonesia sesuai dengan
tatanan Eka Prasetya Panca Karsa. Namun pada kenyataannya, program penataran itu lebih
ditujukan untuk menyembunyikan agenda tersembunyi pemerintah, yakni melanggengkan
kekuasaan rezim Orde Baru. Penataran P4 sendiri merupakan upaya indoktrinasi massal
mengenai kehebatan sang pemimpin dalam menyelamatkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Pelaksanaa Pancasila Pada Masa Era Revormasi
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan
legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena
rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang
otoriter. Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa
ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar
dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu
mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang
berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan.
Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan
yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Di sisi
lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk malu-malu terhadap
Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai pernyataan dari
pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata Pancasila. Hal ini jauh
berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan pejabatnya menyertakan
kata kata Pancasila Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan Peter Lewuk yaitu
apakah Rezim Reformasi ini masih memiliki konsistensi dan komitmen terhadap Pancasila?
Dinyatakan bahwa Rezim Reformasi tampaknya ogah dan alergi bicara tentang Pancasila.
Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini
tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua
rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan. untuk
melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde Lama dan otoritarianisme Orde Baru
Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit membicarakan kembali Pancasila dan
menjadikannya sebagai wacana publik. Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang
dikenal dengan subversi asing, yakni kita saling menghancurkan negara sendiri karena
campur tangan secara halus pihak asing. Di dalam pendidikan formal, Pancasila tidak lagi
diajarkan sebagai pelajaran wajib sehingga nilai-nilai Pancasila pada masyarakat melemah.
Setelah di atas telah banyak di jelaskan mengenai pelaksanaan Pancasila mulai dari orde lama, orde
baru sampai reformasi, telah terlihat jelas mengenai penerapan Pancasila dari waktu ke waktu ini
erat kaitannya dengan kesadaran setiap warga negara.Kesadaran untuk melaksanakan pancasila
adalah buah dari akal pikiran manusia, apabila akalnya telah tertanam Pancasila maka untuk
mengimplementasikannya akan lebih mudah dan terlaksana dengan baik. Dan kesadaran itu akan
mencapai tingkat yang sebaiknya, apabila keadaan terdorong dan taat itu selalu ada pada kita,
sehingga lambat laun melekat pada diri pribadi kita, menjadi sifat kita, lahir batin, melekat pada
akal kita, melekat pada kehendak kita, baik didalam hidup kita pribadi maupun didalam hidup kita
bersama dengan sesama warga keluarga, sesama warga masyarakat, sesama warga negara, sesama
manusia. Terdorong dan taat untuk melaksanakan Pancasila itu juga meliputi seluruh lingkungan
hidup kemanusiaan, baik badaniah maupun yang rohaniah, yang sosial-ekonomis, sosial-politik,
kebudayaan, mental, kesusilaan, keagamaan, serta kepercayaan.
SUMBER :
http/edy%20darmawan%20%20implementasi%20pancasila%20dari%20waktu%20ke
%20waktu.html
http/Nurul%20Ngaini%20SeTyama%20%20Pancasila%20di%20Era%20Reformasi.html
http/NASAKOM%20%20Nasionalisme,%20Agama,%20dan%20Korupsi%20Massal
%20%20%20auvijanfamily.html
http/The%20Assignments%20%20Penyimpangan%20Pancasila%20pada%20Masa
%20Orde%20Baru.html
http/Pelaksanaan%20Pancasila%20Pada%20Masa%20Reformasi%20-%20Ika%20Dwi
%20Saputra.html
http/Catatan%20ikopangesti%20%20Penyimpangan%20-%20Penyimpangan%20pada
%20masa%20Orde%20lama%20,%20Orde%20Baru%20,%20dan%20Reformasi.html