Faktor Ruhi Keham
Faktor Ruhi Keham
A. FAKTOR FISIK
1. Status Kesehatan Ibu
Adanya masalah kesehatan yang dialami ibu bersamaan dengan kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun bayinya. Masalah kesehatan dapat berupa penyakit
yang telah diderita ibu sebelum hamil maupun masalah yang muncul berkaitan
dengan kehamilan itu sendiri.
Beberapa kondisi akan dibahas sebagai berikut :
a. Penyakit jantung
abortus
kelahiran prematur
hambatan
pertumbuhan
janin
intrauterine
(Intrauterine
Growth
Retardation/IUGR) BBLR
-
Abortus
Lahir prematur
IUGR
Tidak ada perbedaan morbiditas & mortalitas antara ibu hamil dengan asthma
dan ibu hamil yang sehat selama ibu mendapatkan perawatan yang baik untuk
asthma yang dideritanya.
d. Epilepsi
f.
Perdarahan antepartum
Dibedakan menjadi :
Diabetes mellitus
Terdiri dari :
-
Gestational diabetes.
Peningkatan resiko hipertensi terutama bila pembuluh darah ibu sudah mengalami
perubahan akibat DM-nya. Resiko preeklamsia juga semakin besar pada ibu DM
Resiko infeksi lebih tinggi, terutama ISK & candida albicans sebab kolonisasi
kuman lebih mudah terjadi.
Resiko ketoasidosis pada trimester II & III karena ibu memerlukan banyak
karbohidrat untuk fetus.
Resiko hipoglikemia bila ibu memakai insulin perlu penyesuaian dosis insulin
berdasarkan jumlah kalori yang masuk.
Hipoglikemia neonatal pada 30-60 menit pertama (pada ibu yang sering
hiperglikemia)
h.
Hiperemesis gravidarum
Ibu dengan hiperemesis gravidarum hampir tidak dapat memenuhi intake nutrisi
maupun cairan dehidrasi, ketonuria, penurunan BB. Pada janin dapat
mengakibatkan IUGR.
i.
Kehamilan ganda
Pada Janin :
Kelahiran prematur
Ketidaksamaan, yaitu terjadi perbedaan BB >20-25% terjadi pada 10% dari
semua kehamilan kembar. Hal ini dapat karena perbedaan luas permukaan
plasenta.
Sindroma transfusi antar kembar (twin to twin transfusion) pada monozigot
sebab 85% plasenta monokorionik mempunyai pembuluh darah yang
beranastomosis sehingga janin dapat membagi saluran vaskular yang sama.
Akibatnya pada janin donor adalah kecil, pucat, anemia, oligohidramnion, gagal
jantung neonatus; sedangkan janin resipien menjadi besar, pletorik, polisitemia,
polihidramnion, gagal jantung, hiperbilirubinemia.
Pada monozigotik-monoamniotik dapat terjadi talipusat saling membelit dan
berakibat kematian janin sebelum 32 minggu.
Toxoplasmosis (protozoa toxoplasma gondii) : Abortus spontan (4%), lahir mati (3%)
, dan 20% toxoplasmosis bawaan dengan kelainan utama : hidro/mikrosefalus,
korioretinitis, kalsifikasi intrakranial (sistem saraf pusat). Kelainan lainnya : hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, retardasi mental, mikroftalmos, kejang-kejang,
ensefalitis.
Lain-lain (others) :
- Hepatitis B: infeksi janin (25-40%) yang diyakini terjadi dengan kontak langsung
selama kelahiran.
- Sifilis
(spirocheta
treponema
pallidum):
kongenital
sifilis
(hidrops,
hepatosplenomegali, anemia & trombositopenia hebat, lesi kulit, ruam, osteitis &
5
HIV/AIDS: dapat asimtomatik pada saat dilahirkan atau hanya berupa BBLR,
kemudian berkembang menjadi infeksi oportunistik yang menyebabkan kematian
bayi dalam 1-2 tahun kemudian. (gagal pertumbuhan,limfadenopati, distres
pernafasan, demam, kelemahan, sepsis).
Rubella (virus german measles) : aborsi spontan, IUGR, kelainan kongenital (50%)
bila ibu terinfeksi pada trimester I. Kelainan kongenital (sindrom rubela kongenital)
berupa : cacat mata (katarak, glukoma, retinopati, mikroftalmia), ketulian, cacat
jantung (duktus paten, defek septum),
(mikrosefali,
otak,
ensefalitis,
kalsifikasi
retardasi
mental),
hepatitis,
trombositopenia.
CMV (jenis herpes virus): resiko penularan ke fetus 50% pada semua trimester.
Kelainan simtomatik sewaktu lahir (20%): hidrops, IUGR, korioretinitis, mikrosefali,
kalsifikasi otak, hepatosplenomegali, hidrosefalus, ensefalitis, lesi tulang, katarak.
Sebanyak 80% asimtomatik sewaktu lahir tetapi kemudian menunjukkan
keterbelakangan mental, gangguan visual, kehilangan pendengaran yang progresif,
dan kelambatan perkembangan psikomotor.
infeksi
Infeksi bakterial
Listeriosis (basil gram positif listeria monocytogenes) : aborsi bila terkena pada awal
kehamilan, chorioamnionitis, prematur, kematian janin (hingga 50%).
ISK (escherichia coli) : prematur bila infeksi mendekati term, meningitis & neonatal
sepsis.
l. Diskrasias darah
Inkompatibilitas Rhesus/Antigen D :
-
Bila ibu Rh (tidak memiliki faktor rhesus) sedangkan fetus Rh + maka sangat
mungkin terjadi sensitisasi maternal pada kondisi yang menyebabkan masuknya
eritrosit janin ke dalam sirkulasi maternal (misal : perdarahan antenatal karena
sebab apapun, aborsi, trauma abdomen, atau prosedur obstetri tertentu seperti
versi eksternal, amniosentesis, kuretasae), dan kadang tanpa ada perdarahan
eksternal merangsang sistem imunitas ibu memproduksi antibodi untuk
melawan antigen Rh yang dapat ditransfer ke janin sehingga merusak eritrosit
janin fetus mengalami anemia hebat in utero, hidrops fetalis akibat gagal
jantung kongestif, dan kematian janin. Bila janin dapat lahir hidup : ikterus
(hingga kernikterus), hemolisis (eritroblastosis fetalis), kematian bayi.
Status Gizi
Resiko maternal & fetal meningkat bila ibu terlalu kurus atau terlalu gemuk sebelum
hamil, dan bila penambahan BB selama hamil terlalu sedikit atau terlalu banyak
edema, atau ibu terlalu banyak makan. Pada obesitas baik yang muncul sebelumnya
maupun pada saat hamil : resiko makrosomia, disproporsi kepala-panggul, trauma
persalinan, operasi, dan bahkan kematian janin selain juga beresiko terhadap hipertensi,
diabetes.
Antibiotik :
-Tetrasiklin : gigi menguning, hipoplasia email sehingga rentan terhadap karies.
- Streptomisin : kerusakan saraf cranial ke 8 sehingga mengakibatkan ketulian.
Antikoagulan turunan Coumarin : resiko abortus, IUGR, cacat st. saraf pusat,
lahir mati, kelainan kaniofasial.
b. Alkohol
Frekuensi & tingkat abnormalitas janin tergantung dari dosis alcohol yang
dikonsumsi dan tahap perkembangan janin saat terpapar.
Pengaruh terhadap kehamilan :
Resiko abortus 2-4 x lipat bila konsumsi 100 cc 2 x seminggu. Dosis 100 cc
setiap hari dapat menimbulkan tanda-tanda ringan sindroma alcohol janin (Fetal
Alcohol Syndrome).
Kelainan kraniofasial : ptosis, strabismus, mikroftalmia, hidung pendekmenengadah, mikrognatia, palatum terbelah, hipoplasia maksila.
c. Rokok
Nikotin, CO, hydrogen sianida meningkatkan resiko abortus, BBLR, prematuritas,
solisio plasenta, KPD, IUFD, neonatal death, sindrom kematian bayi mendadak/
SIDS.
d. Kafein (>600 mg/hari = 6 cangkir) : abortus spontan, IUGR, sumbing palatum,
kelainan kongenital
e. Narkotika :
Heroin & metadon : belum tentu menyebabkan kelainan bawaan, tapi justru
menyebabkan morbiditas lain akibat penggunaan jarum kotor & bergantian, tidak
melakukan ANC, serta perilaku resiko tinggi lainnya sehingga menimbulkan
masalah : penyakit indeksi kulit & subkutan, flebitis, endokarditis, ISK, penyakit
menular seksual, prematuritas, IUGR, keluarnya mekonium, gejala putus obat
pada neonatus (12-24 jam pertama), serta kematian janin.
f. Radiasi
Efek teratogenik : abortus, IUGR, cacat mata, cacat pada SSP
konsepsi
Pada dosis kurang dari 5 cGy (untuk prosedur diagnostik) tidak menyebabkan
kelainan / resikonya sangat kecil.
Usia ibu pada kehamilan pertama > 35 tahun berhubungan dengan outcome
perinatal yang beresiko, yaitu : IUGR (BBLR), kelahiran prematur, abruptio
plasenta, malpresentasi, dan frekuensi operasi seksio yang lebih sering
(Lowdermilk, Perry, Bobak : 2000, p.426).
Paritas tinggi dengan usia ibu diatas 35 tahun juga beresiko sama.
Kehamilan pada usia remaja : selama ibu berusia minimal 16 tahun maka secara
fisik
Kehamilan diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan akan menjadi
beban secara psikologis bagi ibu maupun keluarga. Hal ini menyebabkan
keengganan
ibu
untuk
memeriksakan
kehamilannya
ini
secara
tak
langsung
karena
kurangnya
memberikan
kontribusi
terhadap
Pada kedua masalah tersebut, kesiapan dan tanggung jawab ibu secara
psikologis, emosional serta finansial kurang. Selain juga ada kecenderungan
ibu untuk tidak peduli secara fisik terhadap kehamilannya dengan konsekuensi
kelahiran BBLR. Secara psikologis, ikatan kasih sayang antara ibu-bayi yang
harus sudah terjalin semasa hamil tidak akan terbentuk.
10
Praktik aborsi dapat menjadi alternatif, yang selain membahayakan juga sangat
beresiko untuk terjadinya komplikasi aborsi
2.
Tidak harmonisnya hubungan suami-isteri pada saat ibu hamil dapat memicu
tindak kekerasan terhadap ibu hamil. Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik
maupun non fisik (sikap/perilaku).
3.
Stressor internal-eksternal
Stressor yang berlebihan dan terus menerus menimbulkan reaksi fisik seperti
peningkatan denyut jantung & tekanan darah, kelambatan pencernaan makanan,
pengeluaran extra hormon & neurotransmiter, ketegangan otot, dan pelemahan
sistem imunitas, yang kesemuanya ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi
outcome kehamilan.
Secara umum, pemanfaatan fasilitas asuhan kehamilan yang tidak merata sangat
erat hubungannya dengan kemiskinan, tingkat pendidikan / ketidaktahuan, faktor
geografis dan sosial. Keterlambatan penanganan komplikasi
antara lain
Asuhan kehamilan yang diberikan pada usia dini kehamilan dan minimal 4 kali
selama kehamilan normal terbukti dapat menurunkan resiko mortalitas maternal
maupun perinatal (Enkin et al : 2000, p.18)
11
2.
Adat- Budaya
Respons emosional, aktivitas & istirahat, aktivitas seksual dan diet ibu hamil
sangat dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya.
3.
Ekonomi
Pelayanan asuhan kehamilan akan sulit dijangkau oleh ibu dengan status
ekonomi yang sangat kurang. Bukan saja karena sangat terbatasnya keuangan,
tetapi juga karena waktu dan perhatian ibu/keluarga lebih tersita untuk hal-hal
lain yang lebih mendasar.
Kesulitan ekonomi sering pula menyebabkan ibu tidak dapat menuruti nasehat
petugas kesehatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti konsumsi makanan
yang bervariasi, pembelian suplemen nutrisi bila diperlukan, bedrest pada
kondisi tertentu, atau bahkan keharusan masuk ke rumah sakit pada kondisi
darurat. Akibatnya resiko terhadap anemia, IUGR, infeksi, dsb
sangat
12
REFERENSI :
Benneth, V.R., Brown, L.K.(editor). 1993. Myles Textbook For Midwives. 12th edition. New York :
Churchill Livingstone.
Dickason, E.J., Silverman, B.L., Kaplan, J.A. 1998. Maternal-Infant Nursing Care. 3rd edition.
St.Louis-Missouri : The Mosby Company.
Enkin, M. et al. 2000. A Guide to Effective Care in Pregnancy and Childbirth. 3rd edition.
Oxford : Oxford university Press.
Hamilton, P.M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas (terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kelompok Kerja Teknis MPS. 2002. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS)
di Indonesia 2001-2010. Journal Obstetri Ginekologi Indonesia. 26 (1), p3-17.
Linardakis, N.M., Lott, S. 2000. Obstetrics & Gynecology. Singapore : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Bobak, I.M. 2000. Maternity & Womens Health Care. 7th edition.
Missouri : Mosby Inc.
Nichols, F.H., Humenick, S.S. 2000. Childbirth Education. Practice, Research, and Theory.
Pennsylvania : W.B. Saunders Company.
Saifuddin, Abdul Bari (editor) et al. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI.
13
Saifuddin, Abdul Bari (editor). 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Scott, James R., et al. 2002. Buku Saku Obstetri & Ginekologi (Terjemahan). Jakarta : Widya
Medika.
Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 1998. Buku Saku Bidan (terjemahan). Jakarta : EGC.
Varney, H. 1997. Varneys Midwifery.
Verralls, S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan (Terjemahan). Jakarta : EGC.
Wheeler, Linda. 2004. Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC.
14