Anda di halaman 1dari 13

BENIGNA PROSTAT HYPERTROPI (BPH)

A. PENGERTIAN
BPH
pembesaran

(Benigna
pada

Prostat

kelenjar

Hyperplasi)

prostat,

adalah

memanjang

keatas

kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan


menutupi

orifisium

uretera.

Dan

atau

BPH

kondisi

patologis yang paling umum pada pria lansia (Brunner &


Suddarth 2001).

B. ETIOLOGI
Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor
resiko umur dan hormon androgen. Perubahan mikroskopik
pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.
Bila

perubahan

perubahan

mikroskopik

pattologik

berkembang,

anatomi

yang

akan

ada

terjadi

pada

pria

berusia 50 kejadiannya sekiitar 50%, usia 80 tahun


kira-kira

80

%,

dan

usia

90

tahun

100%

menderita

kelainan ini (Mansjoer 2000).Sebagai etiologi sekarang


dianggap

ketidakseimbangan

endokrin.

Testosteron

dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan

estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi


bagian tengah prostat.
C. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala BPH dibagi menjadi dua
yaitu gejala iritatif dan obstruktif.
1. Gejala iritatif diantaranya adalah:
a. Sering miksi
b. Terbangun untuk miksi dimalam hari (nokturia)
c. Perasaan
ingin
miksi
yang
sangat
mendesak
(urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)
2. Gejala obstruktif diantaranya adalah:
a. Pancaran melemah
b. Rasa tidak lampaias atau puas setelah miksi
c. Menunggu lama saat ingin miksi (hesitancy)
d. Harus mengedan miksi (straining)
e. Kencing terputus-putus (intermittency)
f. Waktu miksi yang panjang hingga akhirnyamenjadi
retensio urin dan inkontinen karena overflow.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboraturium
Analisis urin dan
urin

penting

bakteri,
harus

di

untuk

dan

pemeriksaan

melihat

infeksi.

perhitungkan

adanya

Bila

sel

terdapat

etiologi

mikroskopik
leukosit,
hematuria,

seperti

kegansan

pada saluran krmih, batu, infeksi saluran kemih,


walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.
Elektrolit,

kadar

ureum

dan

kreatinindarah

merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan


status

metabolic,

Antigen

(PSA)

perlunya

pemeriksaan

dilakukan

biopsy

Prostate

sebagai

atau

dasar

sebagai

Spesifiec
penentuan

deteksi

dini

keganasan.
2. Pemeriksaan radiologis
Pemerikasaan yang bisa dilakukan adalah foto
polos

abdomen,

pieologi

intravena,

USG

dan

sistoskopi. Tujuan dari pemeriksaan penciteraan ini


adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan
derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urin,
dan mencari kelainan patologi lainnya.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi
Biasanya
gejala

dilakukian

ringan.

mengurangi
menghindari
dekongestan,

minum

pada

Nasihat

yang

setelah

nokturia,
mengurngi

pasiaen

dengan

diberikan

adalh

makan

malam

menghindari
minum

kopi

dan

untuk

obat-obat
tidak

di

perbolehkan minum alcohol agar tidak terlalu sering


miksi.
2. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergic

Obat-obat yang diberikan adalah prazosin,


doxasozin, terasozin, alfusozin atau yang lebih
selektif tamusulosin.
b. Penghambat enzim 5-a reduktase
Obat yang di pakai adalah

finasteride

(proscar) dengan dosis 1/5mg per hari


c. Fitoterapi
Pengoban fitoterapi yang ada di Indonesia
antaralain eviprostat.
3. Terapi bedah
4. Terapi invasif minimal
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah
sebagai

berikut

1. Obstruksi akut/ kronis berhubungan dengan obstruksi


mekanik,

pembesaran

destrusor

dan

prostat,dekompensasi

ketidakmapuan

kandung

berkontraksi secara adekuat.


2. Nyeri( akut ) berhubungan dengan

kemih

iritasi

otot
unmtuk
mukosa

buli buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal,


infeksi urinaria.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan
pasca obstruksi diuresis..
4. Ansietas
berhubungan
dengan

perubahan

status

kesehatan atau menghadapi prosedur bedah


5. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN/ INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Obstruksi

akut

kronis

berhubungan

dengan

obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi


otot

destrusor

dan

ketidakmapuan

kandung

kemih

untuk berkontraksi secara adekuat.


a. Tujuan: tidak terjadi obstruksi
b. Kriteria hasil: Berkemih dalam

jumlah

yang

cukup, tidak teraba distensi kandung kemih


c. Rencana tindakan dan rasional
1) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam
dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/
Meminimalkan
retensi
urina

distensi

berlebihan pada kandung kemih


2) Observasi aliran urina perhatian ukuran dan
kekuatan pancaran urina..
R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan
intervensi
3) Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap
kali berkemih.
R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan

yang dapat mempengaruhi

fungsi ginjal
4) Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam
toleransi jantung.
R/ Peningkatkan aliran cairan meningkatkan
perfusi

ginjal

serta

membersihkan

ginjal,

kandung kemih dari pertumbuhan bakteri


5) Berikan obat sesuai indikasi (antispamodik)
R/ mengurangi spasme kandung kemih dan
mempercepat penyembuhan
2. Nyeri (akut) berhubungan
buli

dengan

iritasi

mukosa

buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal,

infeksi urinaria.
a. Tujuan
Nyeri

hilang/terkontrol.

b. Kriteria
Klien

hasil
melaporkan

nyeri

hilang/terkontrol,

menunjukkan ketrampilan relaksasi dan


terapeutik

sesuai

indikasi

aktivitas

untuk

situasi

individu. Tampak rileks, tidur /istirahat

dengan

tepat.
c. Rencana tindakan
1)

dan

rasional

Kaji nyeri,
intensitas
R/

Nyeri

(skala

perhatikan

lokasi,

0 - 10).

tajam,

dorongan

berkemih

kateter

menunjukkan

intermitten
/

cenderung

lebih berat

(biasanya

menurun

masase

urin

dengan
sekitar

spasme

buli-buli,

yang

pada

pendekatan

TURP

dalam

48 jam).

2)

Pertahankan patensi
sistem

drainase.

kateter

Pertahankan

selang

dan
bebas

dari lekukan dan bekuan.


R/

Mempertahankan

drainase

fungsi

sistem,

distensi/spasme
3)

kateter

dan

menurunkan

resiko

buli - buli.

Pertahankan

tirah

baring

bila

diindikasikan
R/

Diperlukan

selama

fase

awal

selama

fase

akut.
4)

Berikan
(sentuhan

terapeutik,

pijatan
R/

tindakan

kembali
kemampuan
5)

tegangan

perhatian dan

R/

otot,
dapat

memfokusksn
meningkatkan

koping.

bila

atau

lampu

jaringan

dan

diindikasikan.

Meningkatkan

perbaikan

posisi,

terapeutik.

Berikan rendam duduk


penghangat

perfusi

edema

penyembuhan (pendekatan
6)

pengubahan

punggung) dan aktivitas

Menurunkan

kenyamanan

Kolaborasi

serta

meningkatkan

perineal).
dalam

pemberian

antispasmodik
R / Menghilangkan spasme
3. Resiko

tinggi

kekurangan

cairan

yang

berhubungan

dengan pasca obstruksi diuresis.


a. Tujuan
Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.
b. Kriteria hasil
Mempertahankan

hidrasi

dengan: tanda-tanda
teraba,
lembab

vital

adekuat

dibuktikan

stabil, nadi

perifer

pengisian perifer baik, membran


dan

keluaran

urin

mukosa

tepat.

c. Rencana tindakan dan rasional


1) Awasi

keluaran

tiap

jam

bila

diindikasikan.

Perhatikan keluaran 100-200 ml.


R/

Diuresisi

volume

total

yang

cepat

karena

dapat

ketidakl

mengurangkan

cukupan

jumlah

natrium diabsorbsi tubulus ginjal.


2) Pantau

masukan

dan

haluaran

cairan.

R/ Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan


penggantian.
3) Awasi

tanda-tanda

peningkatan

nadi

dan

vital,
pernapasan,

perhatikan
penurunan

tekanan darah, diaforesis, pucat,


R/ Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik
4) Tingkatkan tirah baring

dengan kepala lebih

tinggi
R/Menurunkan

kerja

jantung

memudahkan

hemeostatis sirkulasi.
5) Kolaborasi

dalam

laboratorium

sesuai

Hb/Ht, jumlah
koagulasi,

indikasi,

sel

jumlah

R/Berguna

memantau

darah

merah. Pemeriksaan

evaluasi

penggantian.
terjadinya

misalnya

faktor

penurunan

berhubungan

dengan

kehilangan
Serta

mengindikasikan

4. Ansietas

contoh:

trombosi.

dalam

darah/kebutuhan

pemeriksaan

dapat

komplikasi

pembekuan
perubahan

darah.
status

kesehatan atau menghadapi prosedur bedah.


a. Tujuan
Pasien tampak rileks.
b. Kriteria hasil
Menyatakan
situasi,

pengetahuan
menunjukkan

yang

rentang

akurat
yang

yang

tentang perasaan dan penurunan rasa takut.

tentang
tepat

c. Rencana

tindakan

1) Dampingi

dan

klien

rasional

dan

bina

hubungan

saling

percaya.
R/

Menunjukka

perhatian

dan

keinginan

untuk

membantu
2) Memberikan informasi tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
R/ Membantu pasien dalam memahami tujuan dari
suatu tindakan.
3) Dorong

pasien

atau

orang

terdekat

untuk

menyatakan masalah atau perasaan.


R/ Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep
solusi pemecahan masalah

5. Kurang

pengetahuan

kebutuhan

tentang

pengobatan

kondisi

berhubungan

,prognosis

dengan

dan

kurangnya

informasi
a. Tujuan:

Menyatakan

pemahaman

tentang

proses

penyakit dan prognosisnya.


b. Kriteria

hasil

Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng


perlu, berpartisipasi dalam program pengobatan.

c. Rencana
1) Dorong

tindakan
pasien

dan

rasional

menyatakan

rasa

takut

persaan

dan perhatian.
R/ Membantu pasien dalam mengalami perasaan.
2) Kaji ulang proses penyakit,pengalaman pasien
R/ Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan informasi terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Burner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. EGC: Jakarta.
Doengos,E.M. Pedoman Untuk Perencanaan Dan Dokummentasi
Perawatan Klien. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius: Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HYPERTROPI(BPH)

Disusun Oleh :
JUMRAINI ANITA SADIR
NPM:06.01.0372

Kepada
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS-VII
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2011

Anda mungkin juga menyukai