PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan
estetik serta menyebabkan perubahan lingir alveolar. Tanggalnya gigi dapat
mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna makanan berkurang. Kelemahan
dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan menyebabkan terjadinya retensi makanan
di bagian bukal mulut. Sisa makanan yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau
mulut, kerusakan gigi, penyakit periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti
dengan gigitiruan maka dapat menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas
gigi yang hilang. Dan bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari
sendi temporomandibula yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin
timbul akibat hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar,
perubahan dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut.
Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi, maka
gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigi tiruan pada
bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi. Telah dikembangkan beberapa
jenis gigi tiruan sehubungan dengan perbaikan fungsi kunyah dan kenyamanan untuk
mengunyah bagi pasien. Secara umum gigit iruan dapat dibedakan atas gigi tiruan
lepasan dan gigi tiruan tetap.
Dewasa ini, penggunaan gigitiruan tetap (GTT) di kalangan masyarakat sudah
sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan GTT
memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan penyangga
sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di dalam mulut.
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTT adalah mempertahankan dan
memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem pengunyahan
supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu, agar suatu GTT
dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut, maka pemeliharaan
jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang digunakan sebagai gigi
penyangga juga dapat dipertahankan.
Agar perawatan GTT berhasil, maka yang harus dipertimbangkan diantaranya
pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga. Jaringan penyangga gigi
terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan sementum.
1 | Page
Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk membuat
diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan penyangganya
dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTT pada khususnya.
Masalah yang banyak dijumpai adalah masih ditemukannya ketidakpuasan
dari pasien; pasien merasa tidak nyaman dalam pemakaian GTC tersebut dan adanya
kerusakan pada jaringan pendukungnya. Hal ini karena kurang maksimalnya upaya
pengguna GTT untuk membantu menjaga kesehatan jaringan mulutnya setelah
pemakaian GTT. Faktor lain yang timbul dari awal prosedur perawatan GTC serta
kemungkinan dari pembuatannya yang tidak memenuhi syarat-syarat biologis.
Sementara pada pemasangan GTT yang tidak sesuai, menyebabkan timbulnya karies
atau kelainan-kelainan jaringan penyangga seperti kelainan pada ligamentum
periodontal, tulang alveolar, sementum, dan kelainan pada gingiva.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja macam dan penyebab dari kegagalan gigi tiruan tetap?
1.2.2 Bagaimana penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan tetap sesuai dengan kasus di
skenario dan penatalaksanaan rencana perawatan pada kegagalan gigi tiruan tetap
selanjutnya?
Step 1
1. Panoramik : Foto rontgen meliputi seluruh rongga mulut.
Step 2
1. Apa penyebab dari kegagalan gigi tiruan tetap?
2. Apa perawatan lanjutan sesuai kasus pada skenario dan pertimbangannya?
3. Bagaimana pencegahan dari kegagalan gigi tiruan tetap?
Step 3
1. Penyebab dari kegagalan gigi tiruan tetap:
1) Faktor Biologis
a. Karies pada gigi penyangga
2 | Page
b. Degenerasi pulpa
Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas pada gigi abutment
pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan atau kelainan periapikal yang
terdeteksi pada gambaran radiografi.
Penyebab:
- Panas yang berlebih pada saat preparasi
- Pengurangan gigi yang berlebihan
- Trauma oklusal
- Keterlibatan semen
c. Kerusakan jaringan periodontal
Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya resesi gingiva, keterlibatan daerah
furkasi, pembentukan poket, dan kegoyangan gigi. Halini dapat berupa kerusakan
periodontal yang menyeluruh di rongga mulut yang mungkin berhubungan dengan
drifting gigi atau mungkin terlokalisasi pada abutment jembatan.
Penyebab :
-
3 | Page
- Trauma oklusi
- Jumlah gigi abutment kurang
d. Masalah oklusal
Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah oklusal
dapat ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan gigi, rasa nyeri pada
saat di perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp, dan keterlibatan nyeri pada
otot-otot pengunyahan.
e. Perforasi gigi
Lubang pasak atau pasak yang digunakan dalam restorasi dengan pin retained
-
4 | Page
3) Kegagalan estetis
a. Ketidakcocokan warna
Ketidakcocokan warna disebabkan oleh sebagai berikut :
-
lunak yang tidak wajar atau bentuk yang estetis tidak dapat diterima
b. Hilangnya facing (porcelain)
Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena kurangnya
retensi, perubahan dari kerangka logam, maloklusi dan pengolahan bahan pelapis
yang salah serta keausan bahan.
2.
Pembuatan alternatif lain dapat terjadi jika memperhatikan pertimbangan kondisi gigi
dan jaringan lunak sekitarnya. Salah satunya adalah gigi tiruan konvensional yakni
removable partial denture dengan desain pendukung gigi tiruannya adalah gigi asli
(tooth borne). Sebelum pembuatan GTSL konvensional, dapat dilakukan pencabutan
pada gigi 25 dan 27. Untuk cengkram digunakan jenis cengkram 3 jari pada gigi 28, half
jackson pada gigi 16, dan pemberian rest oklusal pada gigi 24.
Kelebihan dari GTSL yaitu :
-
Harga lebih murah, hal ini dikarenakan tidak adanya multi treatment pada GTSL
konvensional. Pada overdenture sebelumnya perlu dilakukan perawatan
6 | Page
akar akan lebih berisiko terjadinya karies sekunder jika tidak ada OH yang baik
-
3.
7 | Page
Step 4
Kegagalan Perawatan
Gigi Tiruan Tetap
Karies
Promotif
(DHE)
Fraktur
Discomfotation
Kelainan Jaringan
Penyangga
Preventif
Kuratif
Ekstraksi
Retreatment
PSA
Kehilangan
Perlekatan
Pembuatan
Protesa Baru
Step 5
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan macam dan penyebab
dari kegagalan gigi tiruan tetap
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan dari
kegagalan gigi tiruan tetap sesuai dengan kasus di skenario dan penatalaksanaan
rencana perawatan pada kegagalan gigi tiruan tetap selanjutnya
8 | Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Tetap
Pengertian Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau lebih gigi yang hilang yang dilekatkan pada gigi asli, biasanya digunakan dengan
pontik yang didesain untuk memenuhi fungsi dan juga estetika dari gigi yang hilang
tersebut.
Komponen GTT :
gigi penyangga (abutment) yaitu gigi asli atau akar gigi yang digunakan untuk
menyangga GTT
retainer yaitu mahkota yang dilekatkan pada gigi penyangga; pontik yaitu
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang
kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya
gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga
mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan
jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang
bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis
dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh
tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan
protesa di kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal pada
gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi bila
sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring,
terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat,
beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan
oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus
seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu
dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal.
Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini.
Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja
menyebabkan disfungsi otot kunyah.
7. Manfaat Psikologik
Terutama kehilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita
yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang
harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lainlain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna
maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat
menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang
penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr
usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odontik, tetapi tetap
ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan
imidiat yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.
10 | P a g e
Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak
sekitarnya harus sehat, bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva
adalah Usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud
agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.
a. Cara Retraksi gingiva:
1. Daerah preparasi keringkan
11 | P a g e
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
b. Cara Mencetak:
1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang
tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut, ambil
perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu aduk hingga warna berubah hijau,
lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah yang telah dipreparasi
Pelindungan pulpa
Stabilitas kedudukan
Fungsi oklusal
Mudah dibersihkan
Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)
Kekuatan dan retensi
Estetis (terutama pada gigi depan)
: Proses Laboratorium
Proses laboratorium
a. Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan
dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk membuat mahkota terutama
bagian proksimal
Cara Kerja :
1.
2.
Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).
Penentuan letak pin.
Tandai lebar masing-masing gigi.
Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau lingual
gigi yang telah dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai lebar gigi (bagian
proximal).
3.
Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar).
4.
Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran).
Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum pentul.
13 | P a g e
Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur bulat, buat
Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal gigi yang
diperbaiki
14 | P a g e
Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah diisi
medium.
Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.
Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.
2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)
Cara kerja :
Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan
gips sudah mengeras, dibuka lalu wax dihilangkan dengan mengalirkan air
panas.
Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam permukaan
gips.
Dinginkan permukaan kuvet.
3. Pengisian aklirik (Packing)
Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could
atas, press lalu buka dan potong kelebihan aklirik dengan pisau model.
Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.
4. Pengisian akrilik (Prossesing)
Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan
Polimerisasi dengan cara direbus 1 jam
5. Membuka kuvet (Deflasking)
Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.
Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.
6. Finishing
Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur) dan
kertas pasir.
7. Polishing
Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur,
rubbercup, wool bur dengan bubuk pumis)
Tahap 7
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan
bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya
15 | P a g e
dan tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak oklusal dan kontak
marginal.
2. Penyemenan Bridge
a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang
akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan
b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :
Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1
Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi
menggigit kapas
Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen
Periksa oklusi sebelum pasien pulang
Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.
3. Instruksi untuk memelihara gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :
Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)
Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya
yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar terlihat (daerah
interdetal/ dasar pontik)
Tahap 8
: kontrol
Kegagalan sementasi
Jemabaatn patah secara mekanikal
Iritasi dan resesi gingiva
Kelainan jaringan periodontal
Karies
Nekrosis pulpa
BAB III
PEMBAHASAN
Penyemenan yang dilakukan pada GTJ yang kurang tepat dapat mengakibatkan
tarikan atau dorongan pada gigi penyangga.
shock termis maupun rasa sakitpada daerah servikal gigi
b) GTJ lepas dari gigi penyangga
GTJ yang terlepas dari penyangga dapat terjadi karena :
Torsi atau ungkitan
Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen yang kurang baik atau pengadukan
artikulasi, atau malam indicator oklusal. Untuk memperbaiki hal ini, mungkin
jemabatan harus dibuat kembali
Retainer yang longgar
Jika salah satu retainer longgar pada abutment, kemungkina hal ini telah
dirasakan penderita, atau jika gigi abutment vital, mungkin penderita meras tidak
enak, karena adanya kebocoran cairan. Jembatan dpata digerakkan secara manual
ke atasa dan ke bawah, dan terlihat saliva keluar masuk pada sambungan. Maslah
ini memerlukan pengeluaran jembatan dan analis kegagalan (Allan, dkk., 1994).
e) Karies pada abutment (gigi penyangga)
Mungkin penderita tidak menyadarai adnya karies dibawah retainer. Pemeriksaan
dilakukan pada semua jembatan dengan mencari adanya lubang di retainer logam dan
dilakukan sondasi untuk menemukan karies yang sering terjadi. Juga sebagaimana
biasa, perlu dilakukan sondasi disekeliling tepi perifer semua retainer. Kadang
kadang tambalan servical cukup dalam mengatasi masalah ini, terutamapada karies
dpat terlihat, tetapi biasanya jembatan memerlukan preparasi untuk jalan masuk
(Allan, dkk., 1994).
Karies pada abutment ini disebabkan karena :
Tepi retainer yang terlalu panjang
Tepi retainer terbuka
Kerusakan atau keausan pada retainer
Oral hygiene yang buruk
Kesalahan pemilihan retainer
f) Pulpa (Endodontik)
Perawatan endodontik mungkin diperlukan pada gigi yang sebelumnya vital
sewaktu jembatan dibuat. Sebaliknya, jika struktur gigi masih sehat, seringkali
dimungkinkan untuk melakukan perawatan endodontik dengan baik, melalui jalan
masuk kavitas pada retainer jembatan (dan bahkan digunakan pasak penguat bila
diinginkan). Jika terjadi nekrosis pulpa karena karies, jembatan perlu dikeluarkan
dnan dilakuakan pembuangan semua jaringan karies (Allan, dkk., 1994).
g) Struktur pendukung (periodontik)
Sebaiknya hal ini ditelusuri dalam hubungannya dengan keadaan umum
periodontal. Jika baik, berarti jembatan menahan beban terlalu besar karena oklusi
taumatis atau kekuatan yang tidak memadai pada pemilihan gigi gigi abutment.
Biasanya perlu mencari tamabahan gigi gigi abutment yang lebih sesuai atau
mempertimbangkan protesa lepasan (Allan, dkk., 1994).
18 | P a g e
2. 2.1 Penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan tetap sesuai dengan kasus di skenario:
Perawatan lanjutan yang dilakukan pada skenario tersebut adalah Gigi tiruan
sebagian lepasan (GTSL) karena kondisi gigi 25 dan 27 yang sudah tidak dapat
dipertahankan lagi. Pada gigi 25 menunjukan post perawatan endodontik dengan
pemasangan pasak, radiolucent berbatas jelas pada apikal, tampak fraktur pada
retainer dan karies permukaan akar pada gigi 25. Pada gigi tersebut sudah tidak
dapat dipertahankan lagi dikarenakan sudah dilakukan perawatan endodontik
berupa pemasangan pasak yang sudah menunjukan kegagalan berupa gambaran
radiolucent berbatas jelas di apikal yang berarti sudah terjadi infeksi lagi pada gigi
tersebut. Perawatan yang dapat dilakukan jika gigi ingin dipertahankan adalah
dengan endodontik bedah dimana dilakukan apeks reseksi namun jika dilakukan
apeks reseksi, gigi tersebut sudah tidak dapat dijadikan abutment Gigi tiruan
jembatan GTJ kembali karena rasio apeks dan mahkotanya kurang dari
persyaratan.
Sedangkan pada gigi 27 terdapat adanya fraktur pada akar palatal, radiolucent
pada bagian apikal gigi, resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi,
resesi gingiva dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Gigi
tersebut jelas sudah tidak dapat dipertahankan dikarenakan kondisinya yang
sangat parah. Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi tersebut adalah ekstraksi
dan tidak dapat lagi dijadikan gigi abutment pada GTJ. Atas dasar diatas
perawatan lanjutan yang dilakukan pada kasus diskenario adalah Gigi tiruan
sebagian lepasan (GTSL) dengan dilakukan perawatan pendahuluan dengan
ekstraksi gigi 25 dan 27.
2.2 Penatalaksanaan rencana perawatan pada kegagalan gigi tiruan tetap selanjutnya:
A. Perawatan bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:
1. Biologis
Non iritan
Non toksik
Kariostatik
2. Kelarutan
Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva ( tidak larut dalam saliva)
3. Mekanis
Memiliki daya tahan abrasi yang baik
Modulus elasticitysama dengan enamel dan dentin
4. Sifat termis
19 | P a g e
20 | P a g e
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk
menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya. Perawatan ini meliputi:
1. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung gigi
abutment.
Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada
sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigi tiruan. yaitu:
o
o
o
o
o
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Memperbaiki tambalan yang tidakbaik, seperti tambalan menggantung.
Menghilangkan gangguan oklusal
Mengevaluasi keadaan jaringan periodontal gigi abutment secara radiografi
juga perlu dilakukan untuk menilai apakah gigi tersebut masih dapat
21 | P a g e
1. Desain Retainer
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
Keuntungan
Indikasi luas
Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
Keuntungan
Kerugian:
Indikasi terbatas
Bentuk:
Onlay
Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
Keuntungan:
Kerugian:
Indikasi terbatas
Mudah lepas/patah
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan
mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri.
Indikasi:
Keuntungan:
Estetis baik
Kerugian:
2. Desain Pontik
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:
23 | P a g e
Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari
alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III.Alloy ini memiliki kekuatan dan
kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk
(deformasi) akibat tekanan pengunyahan..
Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik porselen mudah
beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka
waktu yang lama.
Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku
sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan
daya kunyah / gigit..
Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis.
Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat
diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan
akrilik.
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak
1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak samasekali dengan linggir
alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir
alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek.
Pontik Ridge Lap
24 | P a g e
6. Splinted abutment
7. Double splinted
26 | P a g e
BAB IV
KESIMPULAN
Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi
yang hilang yang dilekatkan pada gigi asli, biasanya digunakan dengan pontik yang didesain
untuk memenuhi fungsi dan juga estetika dari gigi yang hilang tersebut.
Penggunaan gigi tiruan tetap dapat mengalami kegagalan, di antaranya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
adalah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) karena kondisi gigi 25 dan 27 yang sudah
tidak dapat dipertahankan lagi.
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan
Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.
Barclay,
C.W;
Walmsley,
A.D.
1998. Fixed
and
Removable Prosthodontics.
H.R.
1994. Ilmu
Geligi
28 | P a g e
Tiruan
Jembatan:
Pengetahuan
Dasar
dan