EKSKLUSIF DI INDONESIA
Mike Liliana/ 1311211024
Administrasi Kebijakan Kesehatan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang,
Indonesia
E-mail : lilianamike44@gmail.com
Abstrak
Di Indonesia, pencapaian target Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 80% terlihat terlalu tinggi
karena tren ASI eksklusif justru menurun. Tujuan dari jurnal ini adalah mengkaji analisis
kebijakan ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia secara deskriptif
berdasarkan studi-studi yang ada. Kebijakan, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
No. 450/2004, Undang-undang No. 36 tahun 2009, PP No. 33 tahun 2012, Perda Sumbar No.15
tahun 2014, Perwako Kota Padang No.7 tahun 2015. Di analisis menggunakan pendekatan
konten, konteks, proses dan actor . Hasil analisis menunjukkan masih rendahnya pemberian ASI
eksklusif di Indonesia dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD.
Kebijakan ASI eksklusif telah lengkap dan komprehensif serta pada UU Nomor 36/2009
dalam Pasal 200 menjelaskan bahwa sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan
sengaja menghalangi program pemberian ASI eksklusif. Namun sanksi tersebut belum
diterapkan, IMD belum masuk secara eksplisit dalam kebijakan. Disarankan agar didalam
regulasi tentang ASI eksklusif lebih ditekankan lagi mengenai IMD karena IMD merupakan
dasar dari pemberian ASI eksklusif dan pemerintah serta tenaga kesehatan harus lebih gencar
lagi dalam melakukan promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif. Selanjutnya reward serta
monitoring dan evaluasi perlu dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai upaya
penguatan implementasi kebijakan di masyarakat.
Kata kunci: Analisis Kebijakan, IMD, ASI Eksklusif
PENDAHULUAN
Makanan terbaik bagi bayi diawal
kehidupannya adalah Air Susu Ibu (ASI).
ASI mengandung zat-zat gizi lengkap yang
diperlukan oleh bayi untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan. ASI juga
mengandung zat-zat kekebalan yang mampu
melindungi bayi dari risiko penyakit infeksi.
Air Susu Ibu (ASI) ekslusif adalah
pemberian air susu ibu saja kepada bayi
selama enam bulan pertama kehidupan bayi
tanpa memberikan makanan atau cairan lain
kecuali vitamin, mineral dan obat yang telah
di izinkan (WHO,2010). World Health
Organization (WHO), United Nations
Childtrens
Fund
(UNICEF)
dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
melalui
SK.Menkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004
telah
menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam
rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa
untuk
mencapai
pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan yang optimal,
bayi usia 0 sampai 6 bulan pertama harus
diberi ASI eksklusif. Selanjutnya demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan
mulai memberikan makanan pendamping
ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi
berusia sampai 2 tahun (Menkes, 2004).
1
analisis
kebijakan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Walt & Gilson.
Walt & Gilson menyediakan pisau analisis
untuk studi kebijakan berupa model analisis
kebijakan yang terdiri atas aspek konten,
konteks, proses, dan aktor.
Data yang digunakan merupakan data
sekunder yaitu dengan telaah dokumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Masalah
Untuk mendukung ibu menyusui
secara eksklusif, pemerintah mengatur
tentang pemberian ASI dalam undang
undang Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini
menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui
bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai
berusia enam bulan. Upaya pemerintah ini
lantas mendapat sambutan positif dari dunia
internasional. Tetapi pada kenyataannya,
realisasi dari peraturan pemerintah tersebut
masih kurang.
Secara nasional cakupan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 06 bulan di
Indonesia berfluktuasi dalam empat tahun
terakhir, menurut data Susenas cakupan ASI
Eksklusif sebesar 34,3% pada tahun 2009,
tahun 2010 menunjukkan bahwa baru 33,6%
bayi kita mendapatkan ASI, tahun 2011
angka itu naik menjadi 42% dan menurut
SDKI tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif
sebesar 27%.
Kegagalan dalam proses menyusui
sering
disebabkan karena
timbulnya
beberapa faktor, antara lain faktor ibu, faktor
bayi, faktor psikologis, faktor tenaga
kesehatan, faktor sosial budaya. Penelitian
yang dilakukan oleh Diana (2007) dalam
penelitian kualitatif menunjukan faktor
penghambat berupa keyakinan yang keliru
tentang makanan bayi, promosi susu
formula, dan masalah kesehatan pada ibu dan
ANALISIS KEBIJAKAN
Kajian Implementasi ASI Ekslusif.
Sebelum tahun 2001, World Health
Organization (WHO) merekomendasikan
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6
bulan. Namun pada tahun 2001, setelah
melakukan telaah artikel penelitian secara
sistematik dan berkonsultasi dengan para
pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI
3
3.
4.
5.
6.
Analisa Konten
Kepmenkes RI no 450 tahun 2004
tentang pemberian Asi Eksklusif bagi bayi di
Indonesia sejak lahir sampai usia 6 bulan dan
dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun
dengan pemberian makanan tambahan yang
sesuai dan semua tenaga kesehatan yang
bekerja
di
sarana
kesehatan
agar
menginformasikan kepada semua ibu
melahirkan agar memberikan Asi Eksklusif
dengan menangacu pada 10 (sepuluh)
langkah menuju keberhasilan menyusui
sebagai berikut:
1. Membuat kebijakan tertulis tentang
menyusui dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan;
2. Melatih semua staf pelayanan dalam
keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
3. Menginformasikan kepada semua ibu
hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui;
4. membantu ibu menyusui dini dalam
waktu 60 (enam puluh) menit pertama
persalinan;
5. Membantu ibu cara menyusui dan
mempertahankan menyusui meskipun
ibu dipisah dari bayinya;
6. memberikan ASI saja kepada Bayi baru
lahir kecuali ada indikasi medis;
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan
bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh
empat) jam;
8. Menganjurkan
menyusui
sesuai
permintaan Bayi;
9. Tidak memberi dot kepada Bayi; dan
10. Mendorong pembentukan kelompok
pendukung menyusui dan merujuk ibu
KESIMPULAN
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
melalui
SK.Menkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004
telah
menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam
rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa
untuk
mencapai
pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan yang optimal,
bayi usia 0 sampai 6 bulan pertama harus
diberi ASI eksklusif. Selanjutnya demi
tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan
mulai memberikan makanan pendamping
ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi
berusia sampai 2 tahun.
Sejalan dengan hal tersebut, WHO
mengeluarkan
program
Millennium
Development Goals (MDGs) yang terdiri
dari delapan pokok bahasan, salah satunya
adalah menurunkan angka kematian bayi
(AKB). Pada tahun 2015 millenium
Development Goals (MDGs) Indonesia
Dalam
regulasi
sebaiknya
menjelaskan mengenai Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) secara eksplisit karena IMD
tersebut merupakan langkah awal untuk
membiasakan Ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif terhadap bayinya.
Daftar Pustaka
1. Pusat
Data
dan
Informasi
Kementerian Kesehatan RI tentang
Asi Eksklusif Tahun 2014
2. Survei Dasar Kesehatan Indonesia
2012
3. Profil Kesehatan Indonesia 2014
4. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun
2014
5. Perda Sumbar No 15 Tahun 2014
Tentang Pemberian Asi Eksklusif
6. Perwako Padang No 7 Tahun 2014
Tentang
Penyediaan
Ruang
Menyusui Dan Atau Memerah Air
Susu Ibu.
7. Kemenkes. Peraturan Pemerintah RI
No.33 tahun 2012 tentang Pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta;
2012.
8. Depkes.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
450/Menkes/SK/IV/2004
Tentang
Pemberian ASI Secara Eksklusif
Pada Bayi di Indonesia. Jakarta; 2004
9. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
10. Departemen Kesehatan RI tahun
2011
11. Sandra
Fikawati
As.
Kajian
Implementasi Dan Kebijakan Air
Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi
Menyusu Dini Di Indonesia. Makara
Kesehatan. 2010;15.
12. Sri Sejatiningsih Asr, . Program
Inisiasi Menyusu Dini
Dalam
Rangka
Menurunkan
Angka
Kematian Neonatal 2011.
13. Rini Pratiwi Cs, Septo P.Arso
Analisis Formulasi Dan Implementasi
10