Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan
di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan
air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh
kurang dari 6 ppm (Srikandi, 1992).
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan
limbah penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan.
Akibat yang ditimbulkan antara lain dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak
tidak mendapat suplai oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang
disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah
(Salmin, 2005). Kualitas air dalam suatu perairan dapat diketahui dengan mengamati
beberapa parameter kimia, salah satunya adalah kebutuhan oksigen biologis atau BOD
(Biochemical Oxygen Demand). Dengan mengetahui nilai BOD suatu limbah cair, maka
dapat diketahui tingkat polutan yang dikandung dalam limbah tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan angka KMnO4 dalam praktikum.
2. Mengukur banyaknya oksigen dalam sejumlah sampel limbah tertentu sebelum di
inkubasi (DO0) maupun sesudah diinkubasi selama 7 hari (DO7) menggunakan
metode Winkler.
3. Mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap nilai BOD.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Alat
Gelas Ukur
Gelas Kimia
Labu Erlenmeyer
Botol BOD
Pipet tetes
Bola hisap
Pipet volume
Buret
Batang pengaduk
Hot plate

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Bahan
Aquadest
Sample air limbah
Larutan KMnO4 0.01 N
Larutan H2SO4 6 N
Larutan CaCl2
Larutan FeCl3
Larutan MgSO4
Larutan asam oksalat 0.01 N
Larutan buffer fosfat
Cairan bibit seed/mikroba
Larutan MnSO4 0.1 N
Larutan TiSO4
Larutan kanji
Pereaksi O2

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembebasan Reduktor dari Labu Erlenmeyer
3 butir batu didih

100 ml air kran


5 mL H2SO4 6 N Pencampuran di dalam erlenmeyer
KMnO4 0,01 N

Pemanasan selama 10 menit

3.2.2

Cairan
di buang
warna KMnO4 tidak hilang)
Penetapan
Angka
KMnO(setelah
4
10 mL sample

sampai terjadi gelembung cairan


90 mL aquadest
Pemanasan dalam erlenmeyer tadi
10 mL H2SO4 6 N

10 mL Asam oksalat 0,01 N


10 mL KMnO4 0,01 N Pendidihan selama 10 menit

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N

Catat KMnO4 yang dibutuhkan

3.2.3

Penetapan Faktor Ketelitian KMnO4


10 mL Asam oksalat 0,01 N
Pencampuran dengan cairan bekas pemeriksaan

Titrasi dengan KMnO4 0,01 N

3.2.4

Pembuatan Pengencer

sampai merah muda

Catat KMnO4 yang digunakan

1 mL larutan CaCl2
1 mL larutan FeCl3
Pencampuran dalam 1 L aquadest
1 mL larutan MgSO4
1 mL cairan bibit/seed
aquadest
sample

3.2.5

Pengenceran

Pengenceran
(P1, P2, P3)

pengencer

Aerasi selama 30 menit

Botol pertama:
Botol kedua :
Ditetapkan langsung oksigen terlarutnya
Dimasukan ke dalam inkubator 200C selama 5 hari

Tetapkan langsung oksigen terlarutnya pada hari kelima

Penetepan BOD untuk air pengencernya

3.2.6

Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler

1 mL larutan MnSO4

4.

Pencampuran dalam Botol BOD

1 mL pereaksi O2

kocok

Biarkan 10 menit
1 mL H2SO4 pekat

1 mL H2SO4 pekat

2/3 dalam erlenmeyer


Tuangkan ke dalam Erlenmeyer sampai 1/3 isi botol

Titrasi dengan thiosulfate 1/80 N samapai warna cairan menjadi kuning jerami

Penambahan larutan kanji dan titrasi sampai tepat warna biru hilang

Catat ml thiosulfate yang dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA

Srikandi, Fardiaz., 1992, Polusi Air dan Udara (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 32.
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan kualitas Perairan, Jurnal Oseana, vol 10, no.
5 (Januari 2005), h. 22.

Anda mungkin juga menyukai