Anda di halaman 1dari 4

Faktor-faktor Pasien yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium. Faktor-faktor tersebut
jika dikelompokkan ada dua kelompok, yaitu faktor di luar pasien dan faktor pasien. Faktor-faktor
di luar pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah faktor-faktor
yang mencakup seluruh proses, meliputi pra-analitik, analitik dan paska analitik. Sedangkan
faktor pasien antara lain diet, obat-obatan, aktifitas fisik, merokok, alkohol, ketinggian, kondisi
demam, trauma, variasi circadian rythme, usia, ras, jenis kelamin, dan kehamilan.

Salah

satu

yang

akan

kita

bahas

adalah

kehamilan

Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid,


elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak, faktor koagulasi
dan.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan,
peningkatan protein transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh,
defisiensi relative karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan
protein fase akut.
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting
menuju kehamilan yang sehat. Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil. Pemeriksaan
kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan ataubidan dengan
minimal pemeriksaan 4 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan
trimester pertama, trimester kedua dan dua kali pada kehamilan
trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada baiknya
pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan,
sebulan dua kali pada usia 7 - 8 bulan dan seminggu sekali ketika usia
kandungan menginjak 9 bulan.
Kenapa pemeriksaan kehamilan begitu penting yang wajib dilakukan oleh
para ibu hamil? karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan
monitoring
secara
menyeluruh
baik
mengenai
kondisi
ibu
maupun janin yang
sedang
dikandungnya.
Dengan
pemeriksaan kehamilankita dapat mengetahui perkembangan kehamilan,
tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau
kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan
secara
dini.
Berikut adalah
kehamilan :

pemeriksaan

laboratorium

yang

dipengaruhi

oleh

Pemeriksaan Berat Badan


Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan
kandungannya, hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat
badan, serta apakah pertambahan berat badan yang dialami termasuk
normal atau tidak. Pertambahan berat badan yang normal akan sangat
baik bagi kondisi ibu maupun janin. Sebaliknya, jika pertambahan berat
yang dialami tidak normal, akan menimbulkan resiko pada ibu dan janin.
Bagi ibu hami yang mengalami pertambahan berat badan yang tidak
normal, dokter atau bidan akan memberikan saran yang sebaiknya
dilakukan agar ibu hamil memperoleh pertambahan berat badan yang
normal.
Pemeriksaan Tinggi Badan
Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu melakukan
pemeriksaan. Mengetahui tinggi badan sangat penting untuk mengetahui
ukuran panggul si ibu. Mengetahui ukuran panggul ibu hamil sangat
penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat dilakukan secara
normal atau tidak. Karena jika diketahui bahwa tinggi badan ibu dianggap
terlalu pendek, dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit dan juga
dikhawatirkan proses persalinan tidak dapat dilakukan secara normal, dan
hal ini harus dilakukan secara caesar. Dengan diketahuinya hal ini secara
dini, maka ibu hamil diaharapkan segera menyiapkan diri baik dari segi
materi dan mental untuk menghadapi persalinan dengan caesar.
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dilakukan untuk memastikan kehamilan. Selain itu,
pemeriksaan juga dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal ibu hamil,
ada tidaknya protein dalam urin, dan juga mengetahui kadar gula dalam
darah. Adanya protein dalam urin mengarah pada pre-eklampsia.
Sedangkan kadar gula darah dapat menunjukkan apakah ibu hamil
mengalami diabetes melitus atau tidak. Volume urine akan meningkat
25% pada trimester ke-3
Pemeriksaa Detak Jantung
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui apakah janin dalam berada
dalam kondisi sehat dan baik. Permeriksaan detak jantung ini biasanya
menggunakan
Teknik
Doopler
sehingga
ibu
hamil
dapat
mendengarkan detak janin yang dikandungnya

Pemeriksaan LED dan Hemoglobin

Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang


dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3
atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 . Darah akan bertambah
banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan
haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, xv
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan.
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan
asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas.
Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1) Gangguan dan
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2)
Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak (Manuaba, 2001). Ibu
hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan akan mengalami
perdarahan postpartum yang disebabkan karena atonia uteri.
Teori tersebut telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Wuryanti ,
Ayu (2010) Hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan
postpartum karena atonia uteri di RSUD Wonogiri. Other thesis, UNS.
Dengan hasil :
terdapat 32,4% ibu yang mengalami anemia (Hb <11 gr%), 67,6% tidak
anemia (Hb >11 gr%). Ibu dengan anemia dalam kehamilan, 45,5%
mengalami perdarahan postpartum karena atonia uteri dan 54,5% tidak
perdarahan. Sedangkan ibu bersalin yang tidak mengalami anemia dalam
kehamilan 4,3% mengalami perdarahan postpartum karena atonia uteri
dan 95,7% tidak mengalami perdarahan postpartum.

Pemeriksaan enzim ALP

Termasuk fosfatase yang bekerja optimal pada pH alkali (9-10,5).


Isoenzimnya ditemukan ditulang, hati, dinding usus halus, limpa, plasenta
dan sedikit di tubulus ginjal.
Peningkatan aktivitas ALP:
-

Bayi (5x)

Anak-anak sampai pubertas (2-2,5x)

Pubertas (5-6x)

Kehamilan trisemester II & III (5X)

Obstruksi bilier total, paget, metastase tulang(>5x)

Obstruksi bilier akut, osteomalasia, sirosis aktif, hepatitis virus (35x)

Hepatitis kronis, kehamilan awal, titamin D dosis tinggi (>3x)

Sumber
: Pemeriksaan
Kehamilan
Bidanku.com http://bidanku.com/pemeriksaankehamilan#ixzz4N3OXFtQR

Anda mungkin juga menyukai