PENGADAAN TANAH
PENGADAAN TANAH DAN REKLAMASI
TELUK UTARA JAKARTA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
AJENG ANNISA FAUZIAH
NIM. 14232795
NIM. 14232811
INDRA HARIYADI
NIM. 14232813
NIM. 14232840
NIM. 14232841
RIZKA FAKHRIZATULLAH
NIM. 14232865
Kelas : Perpetaan
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, pembangkit tenaga listrik, pelabuhan sangat
penting perannya dalam menunjang perekonomian bangsa. Ketersediaan infrastruktur mampu
memberikan dampak berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional. Kendala untuk
pembangunan infrastruktur adalah masalah pengadaan tanah.
Dasar hukum Pengadaan Tanah yaitu pada :
a)
b)
Kemudian dicabut dan diganti dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Kepentingan Umum.
c)
d)
e)
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian dirubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006.
f)
Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum
g)
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
Reklamasi adalah penimbunan atau pengurukan kawasan perairan dengan tanah sehingga
menjadi sebuah lahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan sepeti, perumahan,
perkantoran, atau tempat wisata. Masalah pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum antara lain disebabkan :
1.
Kurang adanya pendekatan yang baik dari pelaksana dengan masyarakat berakibat
dukungan terhadap pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidak optimal.
2.
3.
4.
Terjadinya peralihan tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum kepada
pihak lain, menyebabkan permintaan ganti rugi tanah meningkat.
5.
Kurangnya pemahaman secara menyeluruh dan terperinci tentang proses pengadaan tanah
serta koordinasi antara Panitia Pengadaan Tanah (P2T), Tim Pengadaan Tanah (Instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah), otoritas keuangan/pembiayaan dan Badan Usaha
termasuk masyarakat menyebabkan pelaksanaan pengadaan tanah tidak lancar.
6.
2.
Rumusan Masalah
B.
1.
PEMBAHASAN
2.
3.
banyaknya pembangunan dibidang fisik baik dikota maupun didesa, dan pembangunan seperti itu
membutuhkan banyak tanah. Kebutuhan akan tersedianya tanah untuk keperluan pembangunan
tersebut memberi peluang terjadinya pengambilalihan tanah bagi proyek, baik untuk kepentingan
negara/ kepentingan umum maupun untuk kepentingan bisnis.
Keterbatasan tanah dan banyaknya pembangunan menyebabkan pergesekan. Manakala
disatu sisi pembangunan sangat memerlukan tanah sebagai sarana utamanya, sedangkan di sisi
lain sebagian besar dari warga masyarakat juga memerlukan tanah sebagai tempat permukiman
dan tempat mata pencariannya. Untuk itu pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan agar
pembangunan tetap terpelihara, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan
umum.
Hal ini berarti bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan salah satu
manifestasi dari fungsi sosial hak atas tanah. Pengadaan tanah untuk pembangunan hanya dapat
dilakukan atas dasar persetujuan dari pemegang hak atas tanah mengenai dasar dan bentuk ganti
rugi yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah itu sendiri.
Reklamasi
Persoalan yang paling signifikan adalah di daerah perkotaan yang berkaitan dengan
pemanfaatan sumber daya ialah penggunaan lahan. Penyebab utamanya antara lain ialah
meningkatnya pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun perpindahan penduduk dari
desa ke kota, pembangunan yang senantiasa mendominasi daerah perkotaan, dan faktor
keterbatasan lahan perkotaan. Mayoritas kota-kota besar di Indonesia merupakan kota-kota
pantai dengan jumlah penduduk yang besar dan kegiatan perekonomian yang pesat. Namun,
seringkali lahan yang tersedia tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan wilayah kota
tersebut. Lahan menjadi terasa sangat sempit untuk dapat memenuhi kebutuhan kota untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi, seperti perkantoran dan pemukiman, lokasi perindustrian,
pusat perdagangan, atau hiburan dan wisata.
Wilayah pesisir yang berada di bawah kewenangan pengelolaan daerah seringkali
mendorong Pemerintah Daerah untuk mewujudkan ruang baru sebagai tempat untuk berbagai
aktivitas, hal tersebut mendorong pemerintahan daerah yang ada di pinggir pantai untuk terus
mencari alternatif baru sebagai tempat menampung kegiatan perkotaan, yaitu dengan cara
reklamasi pantai. Pada dasarnya, reklamasi pantai dilakukan sebagai upaya untuk memperluas
wilayah daratan untuk kepentingan ekonomi dari suatu daerah perkotaan yang memiliki
permasalahan keterbatasan lahan.
Tujuan reklamasi itu sendiri adalah untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau
belum termanfaatkan
menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk
berbagai keperluan ekonomi maupun untuk tujuan strategis lain. Kawasan daratan baru tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan
udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai,
kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan
lama dari ancaman abrasi
dijadikan oleh negara atau kotakota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya
meningkat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan
lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan
lagi, sehingga diperlukan daratan baru yaitu di pantai.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kementerian Perhubungan
9.
10.
Wewenang yang terkait dengan Reklamasi Teluk Jakarta adalah sebagai berikut.
Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas
RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU. Menetapkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa), dan menetapkan Peraturan
Pemerintah.
Dari ketiga poin diatas jika disambungkan dengan reklamasi teluk Jakarta maka presiden
memiliki wewenang untuk memberi persetujuan dan menetapkan peraturan yang harus
dilaksanakan oleh lembaga lembaga terkait dalam reklamasi teluk Jakarta tersebut.
menyetujui rancangan APBD melaksanakan bentuk pengawasan terhadap perda dan peraturan
perundang-undangan lainnya, dan memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama
antardaerah. Dari beberapa poin wewenang di atas jika disambungkan dengan reklamasi teluk
Jakarta maka DPRD memiliki wewenang untuk membahas dan menyetujui APBD yang akan
dikeluarkan untuk reklamasi teluk Jakarta. Selain itu DPRD berwewenang untuk mengawasi
peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dan peraturan perundang undangan lainnya
dan juga menyetujui kerjasama antar daerah yang dapat mendukung reklamasi Teluk Jakarta.
Teluk Jakarta.
bagi pihak yang membutuhkan perlindungan hukum maupun membantu dalam pemecahan
masalah di ranah hukum. Jadi dalam reklamasi teluk Jakarta, lembaga tersebut memiliki
wewenang dalam memecahkan masalah yang timbul dan membantu agar masalah tersebut dapat
segera selesai. Selain itu juga lembaga tersebut memiliki wewenang untuk mengawasi
keberlngsungn reklamasi teluk Jakarta dari segi hukum, agar tidak ada pelanggaran pelanggran
hukum yang terjadi dalam pelaksanaan reklamasi tersebut.
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan
mempunyai
wewenang
serta malpraktik yang terjadi dalam eksploitasi di wilayah perairan dan wilayah maritime di
Teluk Jakarta, namun demikian, wewenang tersebut belum dijalankan sebagaimana mestinya.
Kementerian Perhubungan
Dalam kasus reklamasi Teluk Jakarta, Kementerian Perhubungan memiliki wewenang
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian batasan administratif di Teluk Jakarta agar
memiliki tingkat pertahanan yang kuat dengan cara menjaga lahan agar tetap utuh dan jelas
batasnya. Namun demikian, kewenangan ini belum dijalankan sebagaimana mestinya.
berwenang untuk mengawasi keberjalanan undang undang agraria yang berlaku (UU no. 5 Tahun
1960) namun dalam pelaksanaannya, kepemilikan tanah dan lahan tidak diaplikasikan menurut
Undang-undang yang berlaku, malah hanya menguntungkan segelintir pihak saja.
3. PRINSIP DASAR KEGIATAN REKLAMASI TELUK JAKARTA
Dalam kegiatan reklamasi tentunya mempunyai prinsip-prinsip yang harus menjadi
pegangan pelaksana kegiatan, agar hasil dari kegiatan tersebut bisa membawa dampak yang
positif bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Adapun beberapa prinsip yang menjadi
pegangan beberapa Negara yang telah melaksanakan reklamasi dengan sukses antara lain;
1.
Eco2 City
Konsep Eco City adalah konsep yang diterapkan oleh sebuah kota yang ramah lingkungan
dan juga untuk menjadi kota yang berkelanjutan. Konsep ini diterapkan di negara-negara maju
seperti Jerman, Amerika, Singapura, dan Inggris. Yang dimaksud kota yang berkelanjutan adalah
kota yang mampu memanajemen kotanya dalam segala aspek baik lingkungan, ekonomi, Sumber
Daya Alam, dan manusianya sendiri. Konsep ini mengajarkan kita untuk kembali ke alam dan
juga menghemat energi yang ada. Kita diajak untuk tidak membawa kendaraan pribadi seperti
mobil dan motor, membuat Ruang Terbuka Hijau, dan juga tidak merusak lingkungan alam. Saat
ini pemanasan global sudah banyak membawa dampak yang buruk bagi negara-negara di dunia.
Sehingga negara-negara maju menerapkan konsep ini. Pertambahan penduduk juga menjadi
faktor pendorong diterapkannya konsep ini. Dengan bertambahnya penduduk maka lahan yang
ada pun semakin berkurang sehingga tidak adanya ruang terbuka hijau sehingga kota tidak
menjadi berkelanjutan. Kota yang ideal seharusnya memiliki 30% ruang terbuka hijau dari luas
kota seluruhnya.
2.
suatu wilayah yang ramah dan mudah bagi para pejalan kaki, mempunyai area multi fingsi yang
baik, dapat menawarkan lapangan pekerjaan yang baik pula dan dapat digunakan sebagai are
tempt tinggal dan bekerja serta mampu menyediakan fasilitas standar hidup sehari-hari seperti
berbelanja, pusat kesehatan dan pusat pendidikan sehingga memiliki ukuran tertentu dalam
melayani diri sendiri dan berdikari.
3.
dihindari terjadi .produksi sampah. atau diminimalisir terjadinya .sampah. Konsep Zero Waste ini
salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Maka zero waste city
membentuk suatu kota yang bebas dengan limbah sampah.
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan
penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume sampah
sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau
pemerintah daerah setempat.
4.
bahwa ruang terbuka hijau adalah komponen yang sama atau lebih jauh lebih penting bagi
pengembangan kota atau wilayah, sebagaimana infrastruktur terbangun lainya seperti
infrastruktur jalan saluran air limbah, jaringan air minum, listrik dsb. Penegasan bahwa ruang
terbuka hijau sebagai infrastruktur seyogyanya menjadi titik tolak dalam menyusun rencana tata
ruang, yaitu mellalui penetapan lebih awal lokasi area atau kawasan yang perlu dilindungi
sebelum menetapkan lokasi pengembangan area terbangun atau pembangungan Infrastruktur.
Pengembangan Infrastruktur hijau dapat mendukung kehidupan warga, menjaga proses
ekologis, berlanjutan sumberdaya air dan udara bersih, serta memberikan sumbangan kepada
kesehatan dan kenyamanan warga kota. RTH atau yang dikenal dengan Ruang Terbuka Hijau
adalah bagian dari ruang-ruang terbuka ( open spaces ) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan tanaman dan vegetasi dalam ( endemik, introduksi ) guna mendukung manfaat
langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Bangunan hijau (Green Building) adalah bangunan berkelanjutan yang mengarah pada
struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber
daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain,
konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan
melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Bangunan hijau (Green Building) dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan:
Aspek ekonomi
Reklamasi kini dijadikan pilihan dalam memperluas lahan guna memenuhi kebutuhan akan
permukiman. Hal ini disebabkan menipisnya mahalnya lahan di daratan dan semakin menipisnya
jumlah lahan di daratan, terlebih di kawasan pelabuhan. Seiring perkembangannya, pelabuhan
menjadi area yang sangat luas kerana menjadi salah satu pintu masuk terbesar untuk kegiatan
ekspor-impor. Karena dinilai efisien dalam memotong biaya transportasi, pelabuhan sering
digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatan ekspor-impor.
Reklamasi itu sendiri juga tidak akan meghilangkan mata pencaharian masyarakat sekitar,
khususnya nelayan dan penambak. Dengan adanya reklamasi tersebut, secara otomatis akan ada
dataran tambahan yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, terlebih bagi
peningkatan manfaat sumber daya lahan yang akan bermanfaat bagi perkembangan
perekonomian, peningktan kesejahteraan, pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan
sebagainya. Perubahan itu pula berimplikasi pada perubahan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang baru dan beragam yang akan di tawarkan.
Aspek lingkungan
Pada dasarnya, proyek reklamasi yang kenatal dengan aspek lingkungan ini, umumnya
bisa menjadi lebih aman karena konstruksi pengamanan saat proses pembangunannya telah
disiapkan untuk keadaan yang sangat parah, jadi sudah di siapkan sekuat mungkin untuk
menghadapi kondisi terberat seperti terjangan ombak laut, dan maanfaat lainnya adalah
mengkonfigurasi ulang pantai yang terkena abrasi pantai sebelumnya ke bentuk semula.
menciptakan wilayah baru yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah
disediakan oleh pemerintah dan pengembang.
Reklamasi juga dapat menghindari perluasan daerah kumuh yng tidak tertata dari sebuh
kawasan dan sesuai dengan rencana awal reklamasi itu sendiri. Reklamasi sendiri merupakan
proyek besar untuk pengembangan perkotaan. Kegiatan reklamasi ini dapat dilaksanakan jika
manfaat sosial dan ekonomi yang di peroleh lebih besar dari biaya sosial ekonominya.
berguna bagi masyarakat dan tidak menimbulkan kerugian bagi kesejahteraan masyarakat itu
sendiri. Dari aspek tata ruang, suatu wilayah tertentu perlu direklamasi agar dapat berdaya dan
memiliki hasil guna. Untuk pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau
pemukiman yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk pengembangan
fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-peti kontainer, pergudangan dan
sebagainya.
Selain mempunyai banyak aspek positif dan menguntungkan,kegiatan reklamasi teluk
jakarta mempunyai dampak negatif yang juga cukup mendominasi. Beberapa dampak negatif itu
antara lain :
1.
3.
4.
Mengganggu PLTU muara karang, PLTU priok, PLTGU muara tawar. Pembangkit listrik
tersebut sebagai pemasok listrik terbesar se-jakarta dan sekitarnya.
5.
6.
Mampu merusak ekosistem hutan bakau yang ada di sekitar bibir pantai dan daerah sekitar
pantai
7.
Adanya pengaruh negatif dari budaya Negara luar yang semakin banyak dikarenakan
pengembang dari suatu hunian mewah yang digagas untuk mengisi rekalamasi pantai utara
tersebut lebih banyak investor Negara asing.
C. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pengadaan tanah dengan cara mereklamasi pantai adalah cara yang cukup sulit untuk dilakukan
di Indonesia, mengingat sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia merupakan nelayan.
Hal tersebut akan menimbulkan pro dan kontra dari setiap aspek dari banyak pihak. Kita tahu bahwa
kegiatan reklamasi ini dilakukan dengan cara menimbun tanah di wilayah pesisir sehingga mengubah
ekosistem yang selama ini dari alami menjadi buatan. Hal tersebut tentu saja mempunyai dampak
yang cukup besar bagi kelangsungan hidup masyarakat yang hidup dan menggantungkan kehidupan
di wilayah pesisir pantai tersebut.
Kegiatan reklamasi ini mempunyai inti tujuan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan konsep dan pengertian reklamasi adalah membuat daratan yang akan
dipergunakan untuk kawasan pemukiman, perindustrian dan perdagangan. Hal ini bisa kita lihat
cukup bertentangan dengan keadaan wilayah pesisir sebelumnya yaitu sebagai tempat mata
pencahariaan bagi Nelayan yang kita tahu memiliki kehidupan ekonomi menengah kebawah.
Sehingga kegiatan reklamasi ini tentunya akan menggusur atau mengubah pola kehidupan masyarakat
tersebut dari yang semula menjadi nelayan di wilayah pesisir teluk jakarta.
Teluk Jakarta adalah sebuah kawasan perairan yang kaya dengan hasil lautnya berupa hewan laut
seperti ikan, kerang, kepiting, dan udang. Perairan Teluk Jakarta menjadi salah satu pemasok ikan dan
hewan lainnya di Jakarta. Wilayah Teluk Jakarta juga menjadi tempat yang penting bagi masyarakat di
pesisir Utara Jakarta yang mata pencahariannya adalah nelayan. Perkampungan nelayan sudah berdiri
lama dan kehidupan mereka bergantung pada laut di Teluk Jakarta.
2.
Saran
Mengkaji dasar kegiatan Reklamasi teluk jakarta tersebut. Jika mempunyai banyak dampak
negatif dibandingkan dampak positif setelah kegiatan tersebut, berarti reklamasi ini bukan
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi hanya untuk
kepentingan sebagian golongan masyarakat.
Memperjelas wewenang dari masing-masing unsur dalam kegiatan Reklamasi teluk jakarta ini
sehingga bisa saling berkoordinasi untuk benar-benar mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakat dari kegiatan reklamasi tersebut.
Mengalihkan pembangunan ke pulau lain di Indonesia yang belum tergarap dengan baik.
Sehingga hal tersebut mampu mencegah terjadi reklamasi pantai yang kita tahu pasti akan
mempengaruhi ekosistem dari yang awalnya alami menjadi buatan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Eric R. Claeys, Takings, Regulations and Natural Property Right, 88 Cornell L. Rev 1549, 2003, Hlm.
2-5.
Helmi Hussain, Akta Pengambilan Tanah 1960, Suatu Huraian dan Kritikan, Universiti Kebangsaan
Malaysia, 1999.
Maria SW. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit Kompas,
Jakarta, 2005, Hlm.41-42.
Mochtar Kusumaatmadja, B. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, 2000.
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita, 1989.
B.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN