: Zulbaidah
: Parit Kantung
Lembar Ke :
IRNA/ Ruangan : Bangsal bedah
Alasan
MRS
: 73 tahun
:
150 cm
: 5 oktober 2016
:-
Patient ID :
Room No. :
Pharmacy :
Gender
: perempuan
Nama Dokter : dr Erinaldi Sp,
OT.
Diagno
sis
Closed
fraktur
of
left
intertrochanteric
Diagno
sis
skunde Anemia akut
r
Riwaya
t
Penya
kit
N
O
.
JENIS
OBAT
Nama
Dagang/
Generik
5/10
6/1
0
7/10
8/1
0
9/1
0
10/1
0
11/1
0
12/1
0
13/1
0
14/1
0
15/1
0
20 tts/
menit
1. Infus RL
2
Meloxicam
tab
4 Ranitidin inj
5 Omeprazol
Asam
6.
Mefenamat
7. Osteocal
Cefepim inj
8.
1
0
1
1
Infus NaCl
9.
2 x 7,5
mg
2 x 1 gr
2 x 1 gr
Ketorolak
inj
2 x 1 gr
Cefixim
200 mg
Ranitidin
tab
2 x150
mg
Catatan:
Riwayat Transfusi
Foto rontgen
TH
Data Klinik
d. BPJS
RM : 283189
Normal
IRNA/Ruangan :
9/10
10/10
i. Lain-lain..
Lembar Ke :
11/10
12/10
TD
<130/80
2
3
Nadi
RR
60-80x/menit
18-20x/menit
Suhu
36-37 0,3 C
nyeri
160/80
80x/ menit
20x/ menit
80x/ menit
36,5C
Skala 5
DATA LABORATORIUM
Tanggal
No
Darah
1
2
3
4
5
DATA LAB
Lengkap
Hb
RBC
WBC
Trombosit
HCT
No
SE
4
5
6
7
3
DATA LAB
K
Na
Cl
Ca
Nilai Normal
11-18 g/dL
4,5-5,0 X 103 /l
4,5-10,5 x 103 /l
150-400 103 /l
37,0-43 103 /l
9/10
12,06
3,76
31,1
Nilai Normal
3,8-5,0 mmol/L
136-114 mmol/L
97-103 mmol/L
7,6-11,0 mg/dL
4,08
136,5
101,9
10/10
11/10
12/10
13/10
11
4,02
24,45
33,3
Tanggal
4,46
136,4
105,9
14/10
RFT
8
9
BGA
10
11
12
13
14
15
BUN
SCr
10-20 mg/dL
0,5-1,2 mg/dL
pH
PCO2
PO2
HCO3
BE
SaO2
7,35-7,45
35-45 mmHg
80-107 mmol/L
21-25 mmol/L
-3,5 - +2,0
16
17
18
SGOT
SGPT
Bili Total
< 38 U/L
< 41 U/L
0,3-1
19
20
21
22
Albumin
GDA
GD 2 jam PP
CRP Kimia
23
24
Leu
Leukosit
3,4-5.0 g/dL
14-121 mg/dL
175 mg/dL
0,0-0,90 mg/L
Negative
0-5 / Lp
Mula
i
Jenis
obat
Rut
e
Dosi
s
Berhen Indikasi
ti
obat
Tepat
atau
tidak
tepat
5/10
Infus RL
IV
Infus
NaCl
Meloxica
m tablet
IV
Ranitidin
Inj
Omepraz
ol
IV
oral
20 tts
/
menit
tepat
tepat
2x
7,5
mg
Digunakan
untuk
menghilan
gkan nyeri
inflamasi
fraktur.
tepat
PO
.
NO
JENIS
PERMASALA
HAN
ANALISA MASALAH
PERMASALAHAN
YANG TERKAIT
DENGAN OBAT
KOMENTAR /REKOMENDASI
Korelasi antara
terapi obatdengan penyakit
INSTALASI FARMASI
RSUAM
2. Adakah pengobatan yang tidak
dikenal ?
Nama : Zulbaidah
No. DMK :
Ruangan : Kelas 1-4
Umur : 73 tahun
BB : 55 kg
TB: 150cm
3.
2
6
Pemilihan obat
yang sesuai
Tidak ada
permasaalahan
Tidak ada
permasaalahan
DFP 2-LEMBAR
PENGKAJIAN OBAT
Dokter
: dr. Erinaldi Sp.,OT.
Farmasis :
BB : 7,8 kg
: 150 cm
Hari
Nama
N
dan
Obat
o. Tangg
al
1.
Dokter :
Farmasis :
kelompok 1
TB
2.
3.
4.
Maninfest
asi ESO
Regimen
Dosis
Evaluasi
Tgl
Uraian
5.
6.
Dokter :
Farmasis : Kelompok 1
: -cm
Pharmacotherapeut
ic Goal
BB :7,8 kg
No. DMK :
Ruangan : Mutiara
Recommendat
ions for
therapy
Monitoring
Parameter
Desired
Endpoint(s)
Monitoring
Frequency
19/1
0
Date/Time
21/1 22/1 24/1
0
0
0
BB : 45 kg
: 150cm
Uraian
10
No. DMK :
Ruangan : Kelas 1-4
Rekomendasi/Saran
Ketorolak
11
Farmakologi
Farmakodinamik
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang
menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis
prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor
opiat.
Uji Klinis
Beberapa penelitian telah meneliti efektivitas analgesik Ketorolac tromethamine intramuskular pada dua model nyeri pasca
bedah akut; bedah umum (ortopedik, ginekologik dan abdominal) dan bedah mulut (pencabutan M3 yang mengalami
impaksi). Penelitian ini merupakan uji yang dirancang paralel, dosis tunggal primer, yang membandingkan Ketorolac
tromethamine dengan Meperidine (Phetidine) atau Morfin yang diberikan secara intramuskular. Pada tiap model, pasien
mengalami nyeri sedang hingga berat pada awal penelitian. Jika dibandingkan dengan Meperidine 50 dan 100 mg, atau
Morfin 6 dan 12 mg pada pasien yang mengalami nyeri pasca bedah, Ketorolac tromethamine 10, 30 dan 90 mg
menunjukkan pengurangan nyeri yang sama dengan Meperidine 100 mg dan Morfin 12 mg. Onset aksi analgesiknya
sebanding dengan Morfin. Durasi analgesia Ketorolac tromethamine 30 mg dan 90 mg lebih lama daripada narkotik.
Berdasarkan pertimbangan efektivitas dan keamanan setelah dosis berulang, dosis 30 mg menunjukkan indeks terapetik
yang terbaik. Suatu penelitian multisenter, multi-dosis (20 dosis selama 5 hari), pasca bedah (bedah umum)
membandingkan Ketorolac tromethamine 30 mg dengan Morfin 6 dan 12 mg dimana tiap obat hanya diberikan bila perlu.
Efek analgesik keseluruhan dari Ketorolac tromethamine 30 mg berada di antara Morfin 6 mg dan 12 mg, walaupun
perbedaan antara Ketorolac tromethamine 30 mg dan Morfin 12 mg tidak bermakna secara statistik. Tidak tampak adanya
depresi napas setelah pemberian Ketorolac tromethamine pada uji klinis kontrol. Ketorolac tromethamine tidak
menyebabkan konstriksi. Pada pasien pasca bedah, dibandingkan dengan plasebo : Ketorolac tromethamine tidak
menyebabkan kantuk dan dibandingkan dengan Morfin, Ketorolac lebih sedikit menyebabkan kantuk.
12
Farmakokinetik
Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak
rata-rata dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg. Waktu paruh terminal
plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia rata-rata 72 tahun). Lebih dari 99% Ketorolac
terikat pada konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular
dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam
sehari. Pada dosis jangka panjang tidak dijumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume
distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit para-hidroksi) ditemukan dalam urin
(rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian Ketorolac secara parenteral tidak
mengubah hemodinamik pasien.
Indikasi
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur
bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera
setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari.
Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum
diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis
prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
13
Kontra Indikasi
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat anti-inflamasi nonsteroid
lain.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
Riwayat asma.
14
Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien dengan antikoagulan
termasuk Heparin dosis rendah (2.5005.000 unit setiap 12 jam).
Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.
Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis benar-benar dibutuhkan karena
tingginya risiko perdarahan.
Dosis
Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus intravena. Dosis untuk bolus intravena harus
diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek
analgesia setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30 menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1
hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri
dan respon pasien. Lamanya terapi : Pemberian dosis harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan
intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.
Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan.
Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk
orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh
lebih dari 2 hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien yang diberi
15
Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal
dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg).
Instruksi dosis khusus
Pasien lanjut usia
Ampul : Untuk pasien yang usianya lebih dari 65 tahun, dianjurkan memakai kisaran dosis terendah: total dosis harian 60
mg tidak boleh dilampaui (lihat Perhatian).
Anak-anak : Keamanan dan efektivitasnya pada anak-anak belum ditetapkan. Oleh karena itu, Ketorolac tidak boleh
diberikan pada anak di bawah 16 tahun. Gangguan ginjal : Karena Ketorolac tromethamine dan metabolitnya terutama
diekskresi di ginjal, Ketorolac dikontraindikasikan pada gangguan ginjal sedang sampai berat (kreatinin serum > 160
mmol/l); pasien dengan gangguan ginjal ringan dapat menerima dosis yang lebih rendah (tidak lebih dari 60 mg/hari IV
atau IM), dan harus dipantau ketat. Analgesik opioid (mis. Morfin, Phetidine) dapat digunakan bersamaan, dan mungkin
diperlukan untuk mendapatkan efek analgesik optimal pada periode pasca bedah awal bilamana nyeri bertambah berat.
Ketorolac tromethamine tidak mengganggu ikatan opioid dan tidak mencetuskan depresi napas atau sedasi yang berkaitan
dengan opioid. Jika digunakan bersama dengan Ketorolac ampul, dosis harian opioid biasanya kurang dari yang dibutuhkan
secara normal. Namun efek samping opioid masih harus dipertimbangkan, terutama pada kasus bedah dalam sehari.
Efek Samping
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari.
Insiden antara 1 hingga 9% :
Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea.
Susunan Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.
16
17
nonsteroid lainnya. Ketorolac tidak dianjurkan digunakan secara rutin bersama dengan obat anti-inflamasi nonsteroid lain,
karena adanya kemungkinan efek samping tambahan.
Untuk pasien gangguan ginjal ringan : Fungsi ginjal harus dipantau pada pasien yang diberi lebih dari dosis tunggal IM,
terutama pada pasien tua.
Retensi cairan dan edema: Pernah dilaporkan terjadinya retensi cairan dan edema pada penggunaan Ketorolac. Oleh karena
itu, Ketorolac harus hati-hati diberikan pada pasien gagal jantung, hipertensi atau kondisi serupa.
Interaksi Obat
Pemberian Ketorolac bersama dengan Methotrexate harus hati-hati karena beberapa obat yang menghambat sintesis
prostaglandin dilaporkan mengurangi bersihan Methotrexate, sehingga memungkinkan peningkatan toksisitas
Methotrexate.
Penggunaan bersama NSAID dengan Warfarin dihubungkan dengan perdarahan berat yang kadang-kadang fatal.
Mekanisme interaksi pastinya belum diketahui, namun mungkin meliputi peningkatan perdarahan dari ulserasi
gastrointestinal yang diinduksi NSAID, atau efek tambahan antikoagulan oleh Warfarin dan penghambatan fungsi
trombosit oleh NSAID. Ketorolac harus digunakan secara kombinasi hanya jika benar-benar perlu dan pasien tersebut
harus dimonitor secara ketat.
ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang dihubungkan dengan penggunaan
ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah mengalami deplesi volume.
18
Ketorolac mengurangi respon diuretik terhadap Furosemide kira-kira 20% pada orang sehat normovolemik.
Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai Ketorolac misalnya antibiotik
aminoglikosida.
Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadik selama penggunaan Ketorolac bersama dengan obat-obat antiepilepsi.
Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang sedang menggunakan obat psikoaktif.
Anak-anak
Keamanan dan efektivitas pada anak belum ditetapkan.
Lanjut usia
Pasien di atas 65 tahun dapat mengalami efek samping yang lebih besar daripada pasien muda. Risiko yang berkaitan
dengan usia ini umum terdapat pada obat yang menghambat sintesis prostaglandin. Seperti halnya dengan semua obat,
pada pasien lanjut usia harus dipakai dosis efektif yang terendah.
Penyalahgunaan dan ketergantungan fisik
Ketorolac tromethamine bukan merupakan agonis atau antagonis narkotik. Subjek tidak memperlihatkan adanya gejala
subjektif atau tanda objektif putus obat bila dosis intravena atau intramuskular dihentikan tiba-tiba.
19