Anda di halaman 1dari 5

PHARMACEUTICAL CARE

BAB I
EVOLUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN KEFARMASIAN

1.1 Perkembangan Ilmu Kesehatan


1.1.1 Era mitos (pra sejarah)
Pada era ini, medis kuno bergantung terutama pada penjelasan mistis dan
religious untuk penyakit dan sering didasarkan pada kemurnian rohani dan jasmani
melalui berbagai kode perilaku dan protokol diet. Ilmuan Cina di masa Dinasti Chou
(1125-250 SM) menganjurkan untuk pelestarian kesehatan dilakukan melalui
campuran pembatasan diet, kesederhanaan, latihan fisik dan spiritual. Demikian pula,
di Mesir kuno, pengertian penyakit adalah hasil dari ketidakseimbangan antara
keberadaan jasmani dan rohani. Orang mesir kuno menggunakan teknik seperti doa,
sihir, ritual dan farmakope untuk memulihkan kesehatan.
1.1.2

Era filsafat (kedokteran Yunani)


Pada era ini penyakit adalah permasalahan yang sangat serius bagi bangsa

Yunani. Satu dari tiga bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Separuh
jumlah anak-anak meninggal sebelum mencapai usia sepuluh tahun dan bahkan
sebagian besar orang dewasa meninggal pada usai empat puluhan atau lima puluhan
tahun. Dari sini orang Yunani amat tertarik pada pengamatan ilmiah dan logika untuk
menemukan penyebab penyakit dan juga cara menyembuhkannya.
Sejak tahun 300-an SM, pada periode Hellenistik, para dokter Yunani
mengerjakan sistem logika untuk memahami penyakit. Kumpulan tulisan utama
mengenai kedokteran Yunani adalah Tulisan Hippokrate. Hippokrate sendiri adalah
salah satu dokter Yunani. Sistem logika ini dimulai dengan gagasan yang cukup unik,

KELOMPOK 1 APOTEKER II-2016

Page 1

PHARMACEUTICAL CARE

yan terkenal di Yunani, India dan Cina pada masa itu. Para dokter percaya bahwa
manusia terbuat dari empat bahan utama, yaitu darah, empedu hitam, empedu kuning
dan dahak. Jika keempat bahan ini seimbang, maka seseorang akan tetap sehat,
namun jika tidak seimbang, maka orang tersebut akan sakit. Misalnya, jika darah
menjadi terlalu banyak, maka orang akan menderita demam, dan untuk
menyembuhkannya, jumlah darah pada orang tersebut harus dikurangi. Para dokter
Yunani pernah melakukan pengobatan berupa memotong lengan supaya darah dapat
keluar. Cara lainnya adalah dengan menaruh lintah pada badan orang yang sakit.
Gagasan untuk mengeluarkan darah ini bahkan bertahan selama sekitar 150 tahun.
1.1.3 Era empiris (kedokteran Islam)
Pada era ini, Islam telah sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti AlRazi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibnu-Al-Nafis dan Ibnu-Maimon. Diantara
tokoh tersebut, Al-Razi dan Ibnu-Sina merupakan tokoh terkemuka. Pada masa ini
ilmu kedokteran telah didasari dengan tingkat argumentasi logis tertentu. Didukung
dengan observasi medis untuk menentukan adanya penyakit yang hinggap dan
memberikan penawarnya (obat). Maka dari itu, diskursus teoritis sangat ditekankan
pada observasi klinis, dan pertimbangan teoritis memainkan peran utama dalam
strukturisasi dan organisasi pengetahuan medis. Artinya, penelitian atau pengamatan
medis tidak hanya bergerak dalam ranah teori atau wacana, tapi juga harus didukung
pengamatan empiris (klinis).
1.2 Perkembangan Ilmu Kefarmasian
Sejak masa Hippokrate (460-370 SM) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran, belum dikenal adanya profesi farmasi. Seorang dokter yang
mendiagnosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang Apoteker yang

KELOMPOK 1 APOTEKER II-2016

Page 2

PHARMACEUTICAL CARE

menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik
formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara farmasi dan kedokteran dalam dekritnya yang terkenal Two
Slices. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu
farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Istilah farmasi klinik pertama kali muncul di Amerika sekitar tahun 1960.
Perkembangan profesi kefarmasian dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Periode tradisional (sebelum tahun 60-an)
Dalam periode ini, fungsi farmasi adalah menyediakan, membuat/ meracik
dan mendistribusikan produk berkhasiat obat. Tenaga farmasi sangat dibutuhkan di
apotek sebagai peracik obat. Periode ini mulai goyah saat terjadi revolusi industri
dimana terjadi perkembangan pesat di bidang industri, tidak terkecuali industri
farmasi. Ketika itu sediaan obat jadi dibuat oleh industri farmasi dalam jumlah besar.
Dengan beralihnya sebagian besar pembuatan obat oleh industri, maka fungsi dan
tugas farmasis berubah. Dalam pelayanan resep, farmasis tidak lagi banyak berperan
pada peracikan obat karena obat karena obat yang tertulis di resep sudah dalam
bentuk obat jadi yang tinggal diserahkan kepada pasien. Dengan demikian, peran
profesi kefarmasian makin menyempit.
2. Tahap transisional (1960-1970)
Pada periode ini banyak terjadi perkembangan, antara lain: ilmu kedokteran
cenderung semakin spesialistis serta ditemukannya obat-obat baru yang lebih efektif.
Seiring dengan semakin pesatnya jumlah obat, semakin meningkat pula permasalahan
yang timbul terkait penggunaan obat, yaitu munculnya masalah kesehatan akibat efek
samping obat, interaksi antar obat, teratogenesis, dll. Selain itu, biaya kesehatan

KELOMPOK 1 APOTEKER II-2016

Page 3

PHARMACEUTICAL CARE

semakin meningkat akibat penggunaan teknologi canggih di bidang kesehatan yang


sangat mahal, meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan secara kualitatif disertai
dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis dan
farmasi yang bermutu tinggi. Kecenderungan tersebut mengakibatkan adanya suatu
kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga profesional yang memiliki pengetahuan
komprehensif mengenai pengobatan yang tidak lain alaha farmasis (apoteker). Akibat
situasi tersebut, akhirnya muncullah istilah pelayanan farmasi klinik.
3. Periode masa kini (dimulai tahun 1970)
Pada periode ini mulai terjadi pergeseran paradigma yang semula pelayanan
farmasi berorientasi pada produk, beralih ke pelayanan farmasi yang berorientasi
lebih pada pasien. Farmasis ditekankan pada kemampuan memberikan pelayanan
pengobatan rasional. Terjadi perubahan yang mencolok pada praktek kefarmasian,
khususnya di rumah sakit, yaitu dengan ikut sertanya tenaga farmasi di bangsal dan
terlibat langsung dalam pengobatan pasien.
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah:
a. Berorientasi pada pasien
b. Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal)
c. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai dan
memberi informasi bila diperlukan
d. Bersifat aktif, dengan memberi masukan kepada dokter sebelum pengobatan
dimulai atau menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan
e. Bertanggungjawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan
f. Menjadi mitra dan pendamping dokter

KELOMPOK 1 APOTEKER II-2016

Page 4

PHARMACEUTICAL CARE

KELOMPOK 1 APOTEKER II-2016

Page 5

Anda mungkin juga menyukai