Anda di halaman 1dari 12

Identitas Pasien

Nama : Njana Segra


Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama / Suku : Hindu / India
Hari / Tanggal Masuk RS : Sabtu / 14 Februari 2009
No. MR : 64.94-47
Pekerjaan : Wiraswasta
Berat Badan : 53 kg
Tinggi Badan : 180 cm
Jenis Pelayanan : Medan Sehat
Alamat : Jl. H. Jami Gg. Semesta No. 8 Medan Kota
Keadaan Pasien Sewaktu Masuk RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan
Pasien masuk ruang XXI kamar 2 RSUD Pirngadi Medan pada
tanggal 14 Februari 2009 kira-kira jam 17.00 Wib.
Yang sebelumnya masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD).
Pasien masuk ruang XXI kamar 2 dengan keluhan sesak nafas,
batuk-batuk, mual, perut membesar. Hal ini dialami pasien sejak 2
bulan yang lalu dan makin membesar. Perut membesar secara
merata, perut terasa menyesak, diikuti dengan kaki bengkak 1
minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit Hepatitis, menurut keterangan
keluarga sekitar 5 bulan yang lalu pasien pernah di rawat di RSUP.
H. Adam Malik Medan. Kebiasaan pasien mengkonsumsi alkohol
(peminum) yang membuat pasien kembali harus dirawat di Rumah
Sakit.
Pemeriksaan yang Dilakukan

1 Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan keluhan pasien mengalami sesak nafas, batuk-batuk,
mual, perut membesar. Hal ini dialami pasien sejak 2 bulan yang
lalu dan makin membesar. Perut membesar secara merata, perut
terasa menyesak, diikuti dengan kaki bengkak sejak 1 minggu yang
lalu. Maka dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
Hasil pemeriksaan fisik ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan


sadar penuh (compos mentis), tekanan darah dibawah normal,
denyut nadi normal namun pasien mengalami sesak nafas.
2 Pemeriksaan Laboratorium
Pasien dilakukan pemeriksaan hematologi di laboratorium instalasi
patologi klinik. Dengan hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik Sub Bagian Hematologi

Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi diatas, menunjukkan


bahwa jumlah leukosit pasien normal. Jumlah sel eritrosit masih
jauh berada dibawah nilai normal. Hemoglobin pasien sangat rendah
demikian juga dengan hematokrit mengindikasikan bahwa pasien
mengalami anemia berat sehingga pasien tampak pucat dan lemah
(Corwin,2000;Soeparman dan Waspadji, 1998).
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Sub
Bagian Kimia Klinik

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik dapat


dilihat bahwa hasil pemeriksaan SGOT/AST dan SGPT/ALT
meningkat menunjukkan adanya penyakit hati akut (Aslam 2003).
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG pada kasus sirosis dapat memberikan informasi


mengenai pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum,
atau ada tidaknya sumbatan saluran empedu. USG hanya dapat
melihat kelainan pada hepatis kronis atau sirosis.
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Lingkar Perut dan berat badan pasien

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa lingkar perut pasien saat
duduk dari 95 cm mengecil 94 cm dan semakin hari bertambah
menjadi 98 cm, begitu juga dengan lingkar perut baring 88 cm,
kemudian sempat mengecil menjadi 86 cm dan kembali membesar
menjadi 88 cm. Data ini menunjukka n bahwa pasien mengalami
sirosis dengan asites. Asites merupakan penumpukan cairan di
rongga abdomen sehingga perut terlihat membuncit. Sedangkan
berat badan pasien pertama masuk RS 52 kg dan kemudian
bertambah menjadi 53 kg.
5 Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium patologi klinik
dan USG pasien didiagnosa menderita Sirosis Hepatis ST
Decompensata + Hospitalized Acquired Pneunomia (HAP).
6 Terapi obat
Terapi obat-obatan yang diberikan kepada pasien tercantum pada
lampiran halaman

Tinjauan umum penyakit


1 Anatomi Hati yang sering disebut lever (dari bahasa Belanda),
atau hepar (dalam istilah kedokteran), sesungguhnya terletak di
dalam rongga perut Tepatnya di sebalah kanan atas rongga perut,
terletak tepat di bawah sekat rongga dada (diafragma). Dalam
keadaan normal (tidak berpenyakit hati), pada umumnya hati
tidak dapat diraba, karena tersembunyi di balik bagian bawah
kerangka dada (deretan iga bawah). Kecuali pada bayi atau orang
yang gemuk, hatinya dalam keadaan normal pun dapat teraba. Kalau
terjadi peradangan hati (hepatitis) misalnya yang disebabkan oleh
keracunan obat, bahan kimia (obat nyamuk, alkohol, dan
sebagainya), atau infeksi virus, parasit (amuba, cacing daun), hati
akan membesar dan tersembul di bawah tepi bawah lengkung iga
sebelah kanan.
Ini terutama mudah diraba waktu anda menarik nafas dalam,
sewaktu itu diafragma ke bawah, hati pun ikut terdesak ke bawah.
Secara kasar, hati berbentuk seperti prisma (segi tiga) siku-siku,
dengan sudut siku-sikunya (yang tidak siku, tapi membulat seperti
bola) terletak di sudut kanan atas rongga perut, puncak prisma tadi
mengarah ke kiri sampaike ulu hati.
Berat sekitar 1,5 kilogram, berat jenisnya sedikit lebih besar dari air,
yaitu 1,05 konsistensinya lunak kenyal namun rapuh. Permukaannya
licin, berwarna coklat kemerah-merahan, tepinya (yang dekat ke tepi
lengkung iga) melancip. Hati manusiapun mirip seperti hati ayam,
terdiri atas 2 baga (kepingan) besar, kiri dan kanan (Japaries, 1996).
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata
1.500 g atau sekitar 2,5% dari berat badan orang dewasa normal.
Hati terletak pada rongga perut bagian kanan atas. Selain merupakan
organ terbesar, hati juga memiliki banyak fungsi yang rumit dan
beragam. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan

berperan penting pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh.


Fungsi utama hati, antara lain sebagai berikut:
a.Fungsi metabolisme
Metabolisme merupakan proses mengubah struktrur suatu zat
menjadi zat lain yang mempunyai sifat yang sama, menyerupai, atau
bahkan berbeda dengan zat itu sebelumnya. Perubahan struktur
dapat berupa pembentukan atau penguraian. Hati berfungsi dalam
proses metabolisme berbagai zat yang diperlukan tubuh seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.
b.Fungsi sintesis
Sintesis adalah penyusunan atau pembuatan suatu senyawa, dari zat
atau molekul yang sederhana menjadi senyawa yang kompleks.
Adapun contohnya sebagai berikut:
1) Hati berperan dalam sintesis atau pembuatan protein dan
lipoprotein plasma. Protein ini antara lain adalah albumin,
globulin, dan berbagai enzim.
2) Sintesis dan sekresi empedu
c.Fungsi penetralan zat-zat kimia
Penetralan zat-zat kimia adalah perubahan sifat suatu zat karena
proses metabolisme yang mengakibatkan terjadinya perubahan
struktural zat tersebut. Sel-sel hati kaya akan berbagai enzim yang
membantu dalam metabolisme zat kimia, misalnya obat.
1)Hati mempunyai kemampuan menetralkan atau mendetoksifikasi
zat-zat kimia, seperti obat, racun, maupun hasil metabolisme.
Dengan demikian, zat-zat tersebut menjadi lebih mudah dikeluarkan
melalui urine dan tidak terakumulasi di dalam tubuh.
2)Tempat mendauz ulang sel-sel darah merah yang telah usang.
2 Patofisiologi
2.1Sirosis Hepatitis
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab
yang utama. Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman
keras. Meskipu n defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein

turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan


alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya.
Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang
tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya
normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
PEMBAHASAN
Pasien masuk Ruang XXI Kamar 2 RSUD Pirngadi Kota Medan
pada tanggal 14 Februari 2009 setelah sebelumnya masuk melalui
Unit Gawat Darurat (UGD). Pasien dirawat di Ruang XXI Kamar 2
dengan keluhan sesak nafas, batuk-batuk, mual, perut membesar.
Hal ini dialami pasien sejak 2 bulan yang lalu dan makin membesar.
Perut membesar secara merata. Perut terasa menyesak, diikuti
dengan kaki membengkak selama 1 minggu yang lalu. Dari
diagnosa dokter pasien dinyatakan terkena sirosis hepatis ST
Dekompensata + Hospitalized acquired Pneumonia (HAP). Dari
hasil pemeriksaan fisik menunjukk an bahwa pasien dalam keadaan
sadar penuh (compos mentis), tekanan darah dibawah normal,
denyut nadi normal namun pasien mengalami sesak nafas. Hasil
pemeriksaan laboratorium patologi klinik sub bagian kimia klinik
tanggal 14 Februari dan 16 Februari menunjukkan bahwa fungsi faal
hati yang abnormal.
Selama perawatan di rumah Sakit, pasien melakukan tirah baring
karena pasien mengalami gejala klinis Hepatitis yang parah.
Istirahat akan menjamin tubuh untuk melakukan pemulihan sel
-sel yang rusak (Penebar Plus+,2008).
Pemberian Infus Dextrosa 5% dengan kecepatan 20 tetes / menit
diberikan dengan tujuan untuk mengatasi dehidrasi dan menambah
kalori dan diberikan sendiri ketika tidak ada kehilangan elektrolit
yang signifikan (BNF 47, 2004).

Perlu dilakukan uji kadar elektrolit tubuh pasien untuk mengetahui


keadaan elektrolit pasien apakah perlu diberikan NaCl atau tidak.
Pemberian spironolactone dilakukan pada tanggal 14 ,15, dan16
Februari 2009, kemudian dihentikan, pada 24 Februari 2009
diberikan kembali. Diuretik tertentu seperti spironolactone, dapat
mengatasi edema pada pesiensirosis hati, dengan atau tanpa asites.
Pemberian spironolactone dalam kasus ini dikombinasi dengan
furosemid, manfaat spironolactone dalam kombinasi ini adalah
untuk mencegah kehilangan K+, sambil menambah efek natriuretik
(Schmitz, 2008).
Spironolakton bekerja dengan cara menghambat kerja aldosteron
yang menginduksi reapsorpsi ion Na dan sekresi ion K pada tubulus
distal ginjal (Theodorus, 1996).
Pemberian injeksi Cefotaxime 1g/12jam dari tanggal 17 sampai 24
Februari2009, Injeksi Cefotaxime diberikan untuk terapi peritonit is
bakteri yaitu Escherchia coli, Klebsiella Pneumonia dan
streptocuspneumoniae. Cefotaxime merupakan antibiotika golongan
Sefalosporin bekerja dengan cara menghambat sistesis pembentukan
dinding sel (Sukandar, 2008).
Metronidazol merupakan senyawa nitro-imidazol memiliki
spektrum anti protozoa dan anti bakterial yang luas. Berkhasiat kuat
terhadap semua bentuk entamoeba. Juga terhadap protozoa patogen
anaerob. Mentronidazol bekerja dengan cara berinteraksi dengan
DNA menyebabkan perubahan struktur helik DNA dan putusnya
rantai sehingga sistesa protein dihambat dan kematian sel.
Metronidazol merupakan pilihan pertama untuk amebiasis hati.
Metronidazol diberikan dari tangga; 17 - 24 Februari 2009
(Sukandar, 2008 ; Tjay dan Rahardja, 2002).
Laxadine merupakan laxantia yang diindikasikan untuk mengatasi
kekejangan karena penghalang alergi gastrointestinal,

hypothyroidism, kekurangan kalium (The Prescription Drug Guide


for The Nurse, 2008). Laxadine mengandung fenolftalein, parafin
cair, gliserin dan jelly merupakan laxantia yang merupakan suatu
obat pencuci perut adalah satu agen bahwa memudahkan
pengosongan usus (The Prescription Drug Guide for The Nurse,
2008).
Diberikan dari tanggal 17 18 Februari 2009, satu hari dihentikan
kemudian tanggal 20 Februari kembali diberikan tanggal 23
Februari 2009.
Pemberian Lactulax Syr 1 kali 1 sendok makan dari tanggal 14-16
Februari 2009. Derivat sintetis ini dari laktosa adalah suatu
disakarida yang terdiri dari 1 molekul fruktosa dan 1 molekul
galaktosa.
Lactulax adalah suatu cairan, menjerat senyawa-senyawa beracun
dalam usus besar (kolon). Karena tidak dapat diserap kedalam aliran
darah dan menyebabkan encephalopathy. Penggunaannya sebagai
laksans pada coma hepaticum yang sewaktu-waktu terjadi pada
penderita hati, dimana amonia dari usus masuk kedalam peredaran
darah dan otak (Tjay dan Rahardja, 2002).
Propanolol suatu beta blocker, adalah efektif dalam menurunkan
tekanan dalam vena portal dan digunakan untuk mencegah
perdarahan awal dan perdarahan kembali dari varices pada pasien
dengan sirosis. Propanolol dalam kasus ini diberikan untuk
mengurangi gejala abstinensi Karena pasien mempunyai riwayat
mengkonsumsi alkohol (kamput) (DOI, 2002 ;Sukandar, 2008).
Alprazolam diberikan pada malam hari apabila pasien mengeluh
tidak bisa tidur dan gelisah. Alprazolam diberikan 1 x 0,25 mg.
Alprazolam merupakan obat ansiolitik turunan benzodiazepin untuk

pengobatan ansietas. Alprazolam dapat digunakan sebagai terapi


jangka pendek pada gangguan ansietas, meskipun dapat
menyebabkan gejala putus obat pada sekitar 30% penderita. Obat ini
dapat menyebabkan ketergantungan maka tidak boleh digunakan
untuk jangka panjang. (Mycek dkk, 2001).
Tablet Curcuma berisi Curcuma Xanthoriza mengandung
Curcuminoid 95% yang iindikasikan untuk menambah nafsu makan,
mengatasi perut kembung, sukar buang air besar dan menjaga fungsi
hati. Dalam kasus ini tidak diberikan karena Curcuma tidak
termasuk dalam Standar Formularium Jamkesmas dimana pasien
dirawat dalam Pelayanan Medan Sehat padahal Curcuma sangat
baik jika diberikan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati ( DOI,
2002).

Anda mungkin juga menyukai