Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh induksi timbal/ Pb pada kadar hemoglobin/Hb
tikus putih jantan galur Wistar yang dipapar Pb per oral. Sampel yang digunakan 6 ekor tikus
jantan, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi perlakuan
Pb asetat 175 mg/tikus selama 14 hari. Pada hari ke-, tikus diambil darahnya untuk mengamati
kadar hemoglobin tikus didalam darah. Data kadar hemoglobin selanjutnya dianalisis
menggunakan (). Analisis data menggunakan (), hal ini membuktikan bahwa rata-rata kadar
hemoglobin kelompok kontrol berbeda signifikan dengan rata-rata kadar hemoglobin kelompok
Pb asetat. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa induksi timbal Pb per oral
menyebabkan perubahan kadar hemoglobin tikus putih. Karena induksi timbal Pb per oral dapat
menyebabkan perubahan pada kadar hemoglobin tikus, diharapkan bisa menjadi peringatan dini
tentang bahaya Pb pada organ ()

(artinya aku belum tahu mau diisi apaan.)

BAB 1
A. Judul : Pengaruh induksi timbal pada kadar Hemoglobin tikus

Latar belakang
paparan timbale lewat apa saja?
cirri-ciri keracunan timbale?
kekurangan penelitian yang sudah ada?
dalam bentuk apa timbale itu beracun?

Semakin tingginya keberadaan Pb di lingkungan, tentu akan membuat semakin mudah timbal
masuk dalam sistem kehidupan yang pada akhirnya akan terakumulasi pada manusia. Jika
terkonsumsi oleh manusia Pb dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gangguan kesadaran,
anemia, kerusakan ginjal, hipertensi, neuromuskular, konsekuensi patofisiologis, kerusakan saraf
pusat dan perubahan tingkah laku (Nurbaya & Wijayanti 2010). Salah satu jalur akumulasi utama
logam Pb ke manusia adalah melalui sistem pencernaan. Masuknya logam Pb kedalam tubuh
manusia melalui jalur pencernaan bisa melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi seperti
daging, buah, dan sayuran (Sudarwin 2008).
Dari berbagai hasil penelitian telah banyak diketahui tentang adanya kandungan Pb dalam
makanan yang dikonsumsi manusia. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pertanian berupa analisis contoh sayuran kubis, tomat, dan wortel yang diperoleh
dari sentra produksi di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan secara umum cemaran logam
Pb di atas batas maksimum residu (BMR), nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Dirjen
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yaitu 2 ppm (Widowati 2011).
Pemaparan Pb melalui minuman dapat berasal dari air minum yang dikonsumsi setiap hari,
karena Pb juga digunakan pada pipa air, solder, dan kran air (Suciani 2007, Agustina 2010). Air
minum yang disalurkan lewat pipa yang dilapisi Pb akan menyebabkan tingginya kandungan Pb
yang terlarut dalam air tersebut. Nilai ambang batas Pb dalam air minum yang telah ditetapkan
oleh WHO adalah 0,01 mg/l. Bahan makanan dan minuman yang tercemar oleh Pb ini tentu
sangat berbahaya bagi organisme yang mengkonsumsinya terutama manusia, meskipun kadarnya
masih rendah, pemaparan yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan menyebakan efek
kronis. Pb yang masuk ke dalam darah akan menghambat sintesa heme sehingga akan
mengurangi produksi Hb darah yang dapat berakibat pada munculnya gangguan kesehatan.
Berdasarkan penelitian Rizkiyawati (2012), menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar
Timbal dalam darah dengan kadar Hemoglobin darah pada tukang becak di Pasar Mranggen
Demak (p=0,041). Penelitian Mifbakhudin (2007), juga menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar Hemoglobin (p <0,05).

Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh kadar hemoglobin tikus setelah diinduksi timbal.
2. bagaimana perbandingan kadar Hb tikus setelah di induksi timbale dengan berbagai
konsntrasi?
3. Bagaimana metode yang digunakan dalam mengukur kadar hemoglobin tikus setelah
diinduksi timbale.

B. Penegasan istilah
timbale atau Pb atau sering disebut dengan nama timah hitam, dan dalam

istilah ilmiah dikenal dengan kata plumbun adalah logam berat karena
mempunyai masa jenis lebih dari lima kali masa jenis air, bersifat toksik,
karsinogenik, biomagnifikasi dan bioakumulatif (Palar 2008, Withgott &
Brennan 2007).
hemoglobin

hemoglobin?
injeksi per oral?
pengertian metode
C. Tujuan
1. menganalisis pengaruh induksi timbal terhadap kadar Hemoglobin tikus jantan galur
Wustar
2. Membuktikan sifat toksik timbal terhadap kadar hemoglobin tikus yang diinduksi timbal.
3. Membandingkan kadar hemoglobin tikus kelompok 2 dan 3 setelah diinduksi timbal
dengan kadar hemoglobin tikus kelompok kontrol
4. Manfaat
1. Mengetahui adanya pengaruh induksi timbale terhadap kadar hemoglobin tikus jantan
galur Wustar

BAB 2 Kajian teori dan Hipotesis


A. Kajian teori

B. Hipotesis
Berdasarkan kajian Teori dan kerangka berpikir diatas, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ada hubungan antara penurunan kadar hemoglobin tikus akibat induksi timbal
BAB 3 Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan waktu
a. Lokasi
Penelitian dilakukan dilaboratorium Fisiologi hewan pada tanggal ., Gedung D11 ,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Waktu
Penelitian dilakukan selama tiga bulan. Dimulai dari bulan Oktober sampai November 2016
2. Jenis penelitian
jenis penelitian berupa kuantitatif eksperimental
3. Variabel dan definisi operasional
a.
b.
c.
d.

Variabel bebas : Konsentrasi Timbal


Variabel moderator : Makanan, minuman tikus
Variabel kontrol :Waktu induksi timbal, jenis kelamin tikus, berat badan tikus
Variabel terikat : Kadar hemoglobin tikus

Definisi operasional
timbale asetat
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram
hemoglobin dalam 100 mililiter darah
induksi peroral

4. Bahan dan alat


a. Bahan
1. Alkohol 70% sebagai bahan sterilisasi alat dan meja kerja.
2. Aquades sebagai komponen media.
3.

b. Alat
1. Alat tulis untuk mencatat hal-hal penting selama kegiatan praktikum
5. Rancangan Penelitian
6. Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Satu Faktor yaitu :
Faktor pengaruh ekstrak n-heksanol dari daun binahong dengan penurunan jumlah koloni
pada bakteri Streptococcus aureus. Dengan banyaknya sampel yang digunakan tiap
perlakuan adalah
7. (t 1) (r 1) 15
Keterangan :
t = banyaknya kelompok
r = besar sampel tiap kelompok
(t 1) (r 1) 15
(5 1) (r 1) 15
4 (r 1)

15

4r 4 15
4r 15 + 4
4r 19
r 4,75
Dengan demikian, setiap kelompok minimal harus terdapat 4,75 sampel. Peneliti memilih
menggunakan 5 sampel pada tiap kelompok.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium


dengan rancangan test randomized control group design.
Populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

tikus

jantan

(Rattus

norvegicus) galur Wistar. Sampel penelitian adalah 10 ekor tikus


berumur 2-2,5 bulan dengan berat 200 gram yang dibagi
menjadi dua kelompok masing-masing lima ekor (WHO 2000).
Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II diberi perlakuan Pb
asetat 175 mg/gr berat badan tikus/hari selama 60 hari. Variabel
dalam penelitian ini ada tiga yaitu variabel bebas, tergantung
dan

kendali.

Variabel

bebas

dalam

penelitian

ini

berupa

pemberian Pb per oral, variabel tergantung berupa kerusakan


struktur

histopatologik

lambung

tikus

putih,

serta

variabel

kendali berupa jenis kelamin, umur tikus, dan pakan. Perlakuan


dilakukan selama 60 hari. Pada hari ke-61 tikus dikorbankan,
organ

lambung

diambil

untuk

selanjutnya

dibuat

preparat

histopatologik dengan metode hematoksilin eosin. Perubahan


histopatologik

yang

diamati

berupa

adanya

sel

abnormal.

Pemberian skor sel abnormal dilakukan menurut Mustaba et al.


(2012) yaitu, 0 = sel normal, 1 = sel abnormal ada sedikit (fokal),
2 = sel abnormal banyak (luas/masif). Data sel abnormal yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Paired
Sample t-test

Anda mungkin juga menyukai