Anda di halaman 1dari 7

ETIKA ADMINISTRASI DALAM PRAKTEK

Resume
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Administrasi Kelas F
yang dibimbing oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin, M.AP.

Oleh :
AMALIA HEGASARI
DWI OKTAVIA RIYANTI

(135030101111076)
(135030101111081)

MARSYARETA FITRIANI

(135030100111067)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG, 2016

ETIKA ADMINISTRASI DALAM PRAKTIK


RESUME
1.

Asas-asas Umum Birokrasi Pemerintahan yang Baik


Asas umum birokrasi pemerintahan yang baik yang diterapkan di dalam

Negara Indonesia yang telah disepakati oleh sebagian besar masyarakat adalah
prinsip demokrasi dengan azas kedaulatan rakyat, bahwa rakyatlah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara, dari rakyat untuk rakyat dan oleh
rakyat. Dalam sistem demokrasi Indonesia azas kedaulatan rakyat dilakukan melalui
azas permusyawaratan-perwakilan dan adanya pembagian kekuasaan antara legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Prinsip keadilan sosial dan pemerataan, dimensi ketimpangan
yang perlu diperhatikan adalah ketimpangan antar kelompok sosial yang berbeda
dalam suatu negara dan ketimpangan antara wilayah geografis dalam suatu negara
dengan akar permasalahan kesenjangan distribusi sumber daya politik dan ekonomi.
Prinsip mengusahakan kesejahteraan umum yang dipecahkan dengan membuka
lapangan kerja dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Masalah yang harus
diselesaikan didalam kependudukan adalah mewujudkan negara hukum dengan dasar
hukum UUD 1945, dinamika dan efesiensi pelayan, dengan ukuran untuk menilai
kualitas birokrasi adalah tingkat efesiensi kepuasan dan kelancaran layanan terhadap
kelompok sasaran.
2.

Administrasi, Nilai-nilai Judisial, dan Norma Pengawasan


Proses administratif merupakan rangkaian pemilihan alternatif tindakan dan

pengambilan keputusan oleh pejabat pemerintah secara efektif dan efesien dengan
mempertimbangkan nilai judisial yang berlaku yaitu berdasarkan nilai-nilai keadilan
yang dianut didalam ketatanegaraan dan kemasyarakatan. Keterkaitan antara lembaga
judisial (kehakiman) dengan lembaga administratif terkait dalam hal penguasaan
yaitu adanya interaksi kooptasi yang artinya para hakim memiliki kemampuan
memperbaiki institusi dan para administratif memiliki kemampuan mengurangi
campur tangan judisial. Hal konvergensi yang artinya hakim dan administrator publik
memiliki harmoni kerja sama. Hal kemunduran judisial berarti intervensi hakim dan
jaksa dikurangi sehingga administrati negara dapat berkembang. Hal perluasan hak,
bahwa hak asasi setiap individu akan terus bertambah yang berarti penekanan

konstirusi pada kebebasan positif akan membutuhkan perubahan struktur, proses, dan
pilihan nilai-nilai administrasi. Hal kultur administrasi baru menekankan nilai
prosedural dan keadilan lebih diutamakan dari ekonomi dan efesiensi sehingga
berwujud atas perlakuan hak yang adil, birokrasi yang representatif dan birokrasi
partisipatif. Untuk mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan administrasi negara
secara judisial pemerintah membentuk lembaga pengawas yang memiliki norma
hukum yaitu pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, pengawasan merupakan
proses berkelanjutan, pengawasan menjamin pengambilan koreksi yang cepat dan
tepat, pengawasan bersifat mendidik dan dinamis. Seorang pengawas harus memiliki
kemampuan teknis, kognitif maupun efektif yang lebih baik dari pada yang diawasi.
3.

Kepentingan Umum, Antara Konsep dan Praktek


Kepentingan umum merupakan aktivitas administrasi pemerintahan yang

harus dijaga untuk menjaga eksistensi negara sehingga kebijakan pemerintah harus
bersifat netral dan aparat publik harus memiliki wawasan pelayanan umum,
kebijakan yang dibuat tidak memiliki maksud pribadi dan segera dilaksanakan
sebagai pelayan masyarakat.
4.

Kearifan dalam Kebijakan


Kearifan dalam pengambilan kebijakan mutlak diperlukan, mengingat dewasa

ini terdapat kecenderungan meningkatnya peran pejabat publik atau administrator


pemerintahan dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang menyangkut masyarakat
luas. Disinilah arti penting kearifan, yang merupakan landasan etis bagi para aparatur
pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat
dan kemajuan bangsa. Sifat arif dalam pemerintahan akan terlihat dari keputusan
yang dicetuskan, pejabat yang arif adalah yang mampu menjaga supaya
keputusannya diterima oleh sebagian besar masyarakat dengan berlandaskan
kebenaran. Kearifan dalam mengambil kebijakan publik juga ditentukan oleh
kesediaan aparat mendengar berbagai informasi dan pejabat publik juga harus melihat
respon dari masyarakat atas kebijakan yang telah dibuat.
5.

Etos Kerja
Etos bersifat menilai berupa landasan ide, cita, pikiran yang menentukan

tindakan yang akan dibuat. Etos kerja pemerintah diharapkan tumbuh dengan

semangat humanisme untuk melayani masyarakat, untuk membangkitkan etos kerja


pemerintah dibutuhkan pengembangan diri dengan cara pendidikan diri sendiri secara
mandiri dan peningkatan diri melalui perbaikan perilaku sesuai dengan kebutuhan
nilai dan moral administrasi pemerintahan.
6.

Kode Etik Sebagai Pedoman


Kode etik merupakan kesepakatan bersama yang tidak memiliki sangsi

hukum yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Aparat diharapkan
menjadikan kode etik menjadi pedoman kesadaran moral atas kedudukan yang
diperolehnya dari negara atas nama rakyat. Sebagai aparat negara, para pejabat wajib
menaati prosedur, tatakerja, dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi pemerintah. Sebagai pelaksana kepentingan umum, para pejabat wajib
mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan
masyarakat tertentu. Dan

sebagai mansuia yang bermoral, pejabat harus

memperhatikan nilai-nilai etis di dalam bertindak dan berperilaku.

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


Kiprah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bisa menjadi
sensasi politik tatkala aktivitas ataupun perkataannya di hadapan publik bertentangan
dengan norma-norma umum dan kapasitas jabatannya sebagai wakil rakyat. Bukan
cerita baru bagi rakyat di negara ini tentang tindak tanduk ataupun anggota Dewan
yang kerap menyalahi kode etik institusinya sebagai Dewan yang terhormat di negeri
ini, Republik Indonesia.
Setya Novanto merupakan politikus yang sering tersandung kasus
pelanggaran etik. Sepanjang kariernya di dunia politik nasional di negeri ini Setya
Novanto justru lebih banyak terlibat dalam problema-problema hitam yang
sesungguhnya sudah tidak pantas lagi dirinya menyandang seorang tokoh politikus
sejati maupun negarawan sejati di republik ini. Justru Setya Novanto sepanjang
sejarah perjalanannya sebagai politikus sudah banyak membuat kegaduhan yang
membuat citra politik nasional menjadi negatif di tingkat nasional bahkan
internasional.

Kasus Papa Minta Saham merupakan bentuk penamaan lain bagi Ketua DPR
RI Setya Novanto (SN) yang terlibat dalam pembicaraan dengan Direktur PT.
Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin (MS), yang direkam serta kemudian
dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) bahwa SN melakukan
pelanggaran etika. Namun kemudian Sudirman Said yang atas dasar pelanggaran
etika melaporkan SN ke MKD, guna melakukan pertimbangan etika dalam
menetapkan keputusan pelanggaran etika, justru mendapatkan cercaan balik dari pada
beberapa anggota MKD.
Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) terkait kasus 'Papa Minta
Saham' membuka mata publik terkait tindak pelanggaran etika yang dilakukan Ketua
DPR Setya Novanto. Indikasi pelanggaran etika hingga pelecehan kepala negara
sudah tersirat sejak persidangan pertama yang meghadirkan keterangan Sudirman
Said sebagai pelapor. Sidang kedua yang menghadirkan Maroef Sjamsoedin selaku
saksi, ternyata semakin memperkuat nuansa pelanggaran etika itu. Kentalnya nuansa
pelanggaran yang tersirat, memunculkan dorongan publik agar MKD segera
memutus hasil peradilan.
Penegakan etika justru menjadi bola liar dimana para anggota MKD
melakukan debat kusir soal tata persidangan, siapa yang berhak melakukan
pengaduan, sehingga mengaburkan bahkan mengalihkan substansi persoalan
penegakan etika, yang bertujuan untuk menemukan baik atau buruk sikap yang
dilakukan SN, sehingga tidak perlu memperoleh sanksi sesuai ketentuan UU yang
berlaku.
Etika yang adalah sebuah kajian filosofis harusnya dilakukan oleh MKD
malah berubah wujud menjadi pembahasan hak DPR yakni hak interpelasi untuk
meminta keterangan kepada Pemerintah dalam hal ini menteri ESDM Sudirman Said
soal kebijakan kontrak dengan PT. Freeport. Substansi etika yang harus dijalankan
oleh MKD adalah meneropong persoalan dengan pemikiran filsafat

dalam

memutuskan ada pelanggaran etika dalam kasus papa minta saham, yang mana
MKD harus mampu melihat aspek penting dalam kekuasaan, yakni moralitas dengan
titik tekan utamanya ada beradab dan keadilan.

Berbeda dengan negara-negara yang dikenal masih kuat dengan menjunjung


etika, ketika seorang pejabat diduga melakukan praktek korupsi sebelum menjalani
proses hukum mereka akan menghormati dan menghargai etika. Jepang dengan
budaya malunya yang sangat tinggi mereka bahkan tak segan-segan melakukan
pilihan bunuh diri, Korea Selatan apabila seorang pejabat diduga terlibat merugikan
negara maka yang dilakukan adalah segera mengundurkan diri dari jabatan yang
diemban. Kenyataan di Indonesia ketika seorang pejabat melakukan pelanggaran
etika maka yang dilakukan adalah membangun pencitraan bahwa dirinya sedang di
zalimi dan mencari belas kasihan.

Perilaku publik sangat diharapkan turut serta menegakan etika kehidupan


berbangsa dan bernegara terancam, dugaan yang dilakukan SN adalah pelanggaran
bernegara sehingga perilaku ini bukanlah lagi soal private tetapi sudah menjadi
persoalan publik. Penegakan etika berbangsa dan bernegara perlu ditegakkan oleh
setiap warga negara bahkan oleh sesama pejabat negara. Menarik dari dugaan
pelanggaran etika yang dilakukan oleh SN, sepertinya tidak berdampak pada publik
karena terlihat dari animo para pejabat yang memberikan papan ucapan sukacita
berupa papan bunga bagi pernikahan anak SN yang diadakan di Hotel Mulia bintang
lima. Para pejabat juga menyempatkan diri untuk hadir dan melakukan sesi foto
bersama dengan SN dan keluarga.
Kenyataan ini kemudian menghadirkan pertanyaan apa ukuran etika
berbangsa dan bernegara kita ? apakah hajatan istimewa dan berkelas elit ? Kondisi
penghakiman publik seperttinya tidak berpengaruh pada penegakan etika yang
diharapkan lewat MKD, Pelaksanaan pernikahan anak SN yang dilakukan di hotel
berbintang lima adalah sebuah alat ukur untuk mengabaikan penegakan etika
Lingkaran kekuasaan secara tidak langsung melegitimasi bebasnya sanksi
etika bagi SN dengan hadirnya petinggi negara seperti Kepala BNN Komjend Budi
Waseso, Menkopolkam Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perekonomian Sofian Djalil,
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD RI
Irman Guzman, Kepala BIN Sutiyoso, Ketua MK Arief Hidayat, selain itu sejumlah

pengiriman krans bunga dari Kapolri, Panglima TNI, Ketua BPK, dan petinggi
negara lainnya.
Realitas ini membuktikan bahwa praktek etika masih jauh dari harapan hidup
berbangsa dan bernegara jika hendak memutus mata rantai korupsi yang sangat
mengental dalam kehidupan bernegara maka sikap penerapan sila kemanusiaan yang
adil dan beradab, harus diwujudkan secara radikal dalam kehidupan sosial keseharian
dimana berani menerapkan sanksi sosial dengan melakukan tindakan menjauhi
oknum atau yang terduga sebagai bentuk tekanan/hukuman sosial agar memberikan
efek jera bagi orang lain. Kehadiran sejumlah pejabat dalam hajatan anak SN
merupakan bentuk reduksi pencitraan bagi kehidupan peradaban Indonesia bahwa
perilaku papa minta saham adalah sesuatu yang lumrah dalam lingkaran kekuasaan,
karena ini adalah bentuk kepantasan sebagai elite negara, dimana pejabat adalah
subyek negara dan rakyat hanyalah obyek penyerta.

Anda mungkin juga menyukai