PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD)
didefinisikan
sebagai
pecahnya
ketuban sebelum terjadinya kontraksi
(his). KPD ini terjadi 5-10% dari
seluruh persalinan. 70% kasus KPD
terjadi
pada
persalinan
aterm.
American College of Obstetricians
and Gynecologist (ACOG) 2007
merekomendasikan KPD yang terjadi
pada kehamilan aterm agar dilakukan
induksi persalinan untuk menurunkan
kejadian resiko komplikasi ibu dan
janin. Namun keputusan ini tetap
dengan mempertimbangkan beberapa
hal diantaranya presentasi janin,
kematangan
serviks,
dan
(ACOG,2007).
kemungkinan infeksi
Di RS Dr.M.Djamil Padang
berturut-turut dari tahun 2007, 2008
dan 6 bulan pertama tahun 2009
ditemukan gagal drip pada kasus
ketuban pecah dini sebanyak 35.85%,
42.42%, 54.84%. Terlihat dari tahun
ke tahun angka kegagalan drip ini
meningkat sehingga angka seksio
sesarea juga meningkat, penyebab
gagal drip adalah akibat serviks yang
belum matang. (Rekam medis,2010)
Penilaian serviks merupakan
hal yang paling berpengaruh dalam
keberhasilan
induksi
persalinan.
Sebelum
dimulainya
induksi
persalinan, ada prosedur standar
yang harus dilakukan untuk menilai
serviks, yaitu periksa dalam. Setelah
kita lakukan periksa dalam, serviks
akan digolongkan ke dalam dua
golongan yaitu, matang dan belum
matang (ripe dan unripe). Sekitar
setengah dari seluruh wanita yang
menjalani induksi persalinan didapati
serviks yang belum matang sehingga
diperlukan
tindakan
pematangan
serviks. Teknik pematangan serviks
(Ekele et
al,2007)
peroral
dengan
yang
tidak
diberikan pada ketuban pecah dini
aterm dengan skor bishop kecil
atau sama dengan () 4.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui rata-rata
kenaikan skor bishop pada
pemberian misoprostol 25 ug
peroral pada ketuban pecah dini
aterm dengan skor bishop kecil
atau sama dengan () 4.
Untuk mengetahui rata-rata
kenaikan skor bishop pada
ketuban pecah dini aterm
dengan skor bishop kecil atau
sama dengan () 4 yang tidak
diberikan misoprostol 25 ug.
Untuk
membandingkan
kenaikan skor bishop pada
pemberian misoprostol 25 ug
peroral dengan yang tidak
diberikan pada ketuban pecah
dini aterm dengan skor bishop
kecil atau sama dengan () 4.
Untuk mengetahui efek samping
dari pemberian misoprostol 25
ug peroral pada ketuban pecah
dini aterm
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai asupan dalam
kebijakan pengelolaan ketuban pecah
dini
aterm
dan
menambah
perbendaharaan ilmiah.
E. Kerangka Pemikiran
Ketuban
Pecah
Dini
menyebabkan
kenaikan
angka
morbiditas dan mortalitas anak, selain
itu
dapat
juga
menyebabkan
morbiditas maupun mortalitas ibu.
Kenaikan morbiditas dan mortalitas ini
bergantung pada umur kehamilan,
lama periode laten dan adanya infeksi
ibu dan keadaan sosial ekonomi
penderita. Kematian perinatal menjadi
2 x lipat bila masa laten melebihi 24
Misoprostol
digunakan
sebagai induksi persalinan khususnya
bila bishop score masih rendah yakni
< 6. Menurut rekomendasi Karkata,
dosis dan interval obat berdasarkan
cara pemberian adalah sebagai
berikut : (Level of evidence Ia,
Rekomendasi A) (Karkata,2012)
Pemberian per oral
misoprostol 20-25 ug per
oral setiap 2 jam (Alfirevic Z dkk, 2007)
Pemberian per vaginam
Misoprostol
25
ug
(Hofmeyr dkk,
pervaginam setiap 6 jam
2007)
ternyata
juga
memperpendek
(Ngai SW et al,2000)
lamanya persalinan.
Nagpal
et
al
(2009)
membandingkan
pemakaian
misoprostol oral dengan prostaglandin
E2 gel untuk penanganan aktif PROM
aterm dengan kehamilan antara 37
dan 42 minggu dan skor Bishop 5
mendapat dosis oral 4 jam dari 50
microgram
misoprostol
sampai
maksimal 3 dosis atau 2 aplikasi
intracervical PGE2 gel pada interval 6
jam.
Oksitosin
diberikan
jika
persalinan tidak dimulai setelah 12
jam.
Dua
puluh
perempuan
dalam
kelompok misoprostol (n = 31)
bersalin dalam waktu 12 jam
dibandingkan dengan lima orang
dalam kelompok PGE2 (n = 30) (P
<0,001). Interval mulai induksi sampai
bersalin pada kelompok misoprostol
lebih pendek dari pada kelompok gel
PGE2 (615 menit vs 1070 menit, P
<0,001). Cara persalinan sebanding
antara 2 kelompok (P = 0,821).
Kelainan pada kontraksi rahim dan
hasil neonatal juga sebanding. Oral
misoprostol adalah alternatif yang
aman
dan
efektif
daripada
intracervical
PGE2
gel
dalam
pengelolaan aktif PROM aterm. (Nagpal et
al,2009)
Yanfaunnas
(2003)
membandingkan misoprostol peroral
dengan oksitosin drip sebagai induksi
persalinan pada 62 kasus secara
acak ketuban pecah dini kehamilan
aterm dengan skor bishop 4.
Kelompok I mendapat misoprostol
100 ug peroral dan kelompok II
mendapat oksitosin drip. Didapatkan
rata-rata waktu mulai his adekuat
sampai
terjadinya
pembukaan
lengkap berbeda secara bermakna
dimana kelompok misoprostol lebih
cepat waktunya. Rata-rata waktu
mulai induksi sampai terjadinya
Berdasarkan
hal
ini
penulis
berkeinginan
untuk
melakukan
pematangan
serviks
dengan
misoprostol 25 ug peroral pada
ketuban pecah dini aterm dengan skor
bishop 4 dibandingkan dengan yang
tidak diberikan misoprostol.
F. Hipotesis Penelitian
Terdapat
pengaruh
pemberian
misoprostol 25 ug peroral untuk
pematangan serviks pada ketuban
pecah dini aterm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MISOPROSTOL
1. Farmakologi
Misoprostol merupakan obat yang
telah disahkan oleh Badan Pengawasan
Obat dan Makanan di Amerika Serikat
(Food and Drug Administration/FDA) sejak
tahun 1985 dan diindikasikan untuk
mencegah
ulkus
lambung
akibat
penggunaan obat anti inflamasi non
steroid. Misoprostol merupakan analog
prostaglandin E1 sintetik yang dipasarkan
dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet 100
g dan 200 g. Nama kimianya adalah
Methyl 7-{3-hydroxy-2-[(E)-4-hydroxy-4methyloct-1-enyl]-5oxocyclopentyl}heptanoate, dengan berat
molekul 382,5 g/mol. Misoprostol bersifat
stabil dan larut dalam air. Formula
empirisnya adalah C22H38O5. Struktur kimia
misoprostol adalah sebagai berikut :
(Dodd,2005;Tang et al,2007)
2. Farmakokinetik
Jika
misoprostol
diberikan
pervaginam, maka efek pada saluran
reproduksi akan meningkat sedangkan di
saluran cerna akan menurun. Jika tablet
misoprostol diletakkan di forniks posterior
vagina, konsentrasi asam misoprostol di
dalam plasma mencapai puncak setelah
dua jam dan menurun dengan perlahan
Misoprostol dapat diberikan secara
oral, sublingual, per vaginam maupun per
rektal dan telah diketahui bioavalibiltasnya berbeda-beda. Kondisi ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kondisi klinis
yang berbeda. Berikut ini adalah tabel
yang membandingkan berbagai rute
pemberian misoprostol dilihat dari onset
dan lamanya reaksi. (Weeks A,2007)
Misoprostol vaginal dosis tunggal aman
diberikan untuk menyebabkan kontraksi
uterus di berbagai usia kehamilan. Untuk
kehamilan trimester I : dosis 800 g
selama 24 jam dapat dengan aman
digunakan. Untuk kehamilan trimester II :
dosis 200 g selama 12 jam umum
digunakan,
sementara
untuk
usia
kehamilan diatas 24 minggu dosisnya
biasanya adalah 25 g setiap 6 jam. Jika
menggunakan dosis yang lebih tinggi dari
dosis diatas, akan terjadi rangsangan
uterus yang berlebihan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya ruptur uteri atau
gawat janin.
3. Efek Samping
Penggunaan
misoprostol
mengakibatkan beberapa efek samping,
namun efek samping yang bermakna tidak
ditemukan pada bidang hematologi,
endokrin, biokimia, imunologi, oftalmologi,
respiratorik, kardiovaskular maupun faktor
pembekuan darah. Efek samping utama
yang banyak dilaporkan adalah diare
(4.1%) namun biasanya ringan dan
sembuh dengan sendirinya. Mual dan
muntah juga sering terjadi (10,2%) dan
akan menghilang dalam 2 hingga 6 jam.
(Philip et al,2003)
5. Diagnosis
Pada
beberapa
kasus
KPD,
diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
adanya riwayat keluar air-air yang banyak
dari kemaluan yang dapat dilihat pada
forniks posterior dari pemeriksaan dalam
dengan menggunakan spekulum. Apabila
cairan ketuban tidak terlihat dapat
dilakukan manuever Valsava untuk
merangsang keluarnya cairan ketuban.
Pemeriksaan spekulum ulangan dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis .
(Nasser,2011).
Factor
Sc Dilata Efface
ore tion ment
(cm) (Perce
nt)
Stat
ion
(3
to
+2)
Cervic
al
Consis
tency
Cervic
al
Positi
on
Close 030
d
Firm
Poster
ior
12
4050 2
Medium Midpo
sition
34
6070 1
Soft
Anteri
or
80
+1,
+2
I.
Jumlah Sampel
Jumlah
sampel
ditentukan
berdasarkan rumus dari Paulsn and
Wallis (Steel,1980):
n = 1,641,6 x ((Z + Z)/(arcsinpS arcsinpE))^2
PS dari rata-rata tahun 2007 dan 2008
= (35.9% + 42,4%)/2 = 39,15%;
arcsinpS = 38.73
PE dari penelitian Ekele 96%,
arcsinpE = 78,46
= 0,05, Z = 1,65; = 0,20, Z =
1,843
N = 1.641,6 x ((1.65 + 1.843)/(38.73
78,46))^2
N = 1.641,6 x (2,493/(-39,73))^2
N = 1,641,6 x 0,003937 = 6,463
Jadi jumlah sampel minimal untuk
masing-masing kelompok adalah 7
orang.
J. Variabel Penelitian
Variabel bebas
Misoprostol 25 ug peroral
Tidak diberikan misoprostol 25
ug peroral
Variabel tergantung
kenaikan nilai skor bishop
Efek samping yang timbul saat
pematangan serviks
K. Alat yang digunakan
1. Tensimeter merk nova
2. Stetoskop merk Littman
3. Misoprostol (Cytotec) tablet 25 ug
4. Alat pengukur waktu (Stop watch)
5. Terbutalin ampul
6. Kardiotokografi merk Bionet
7. Termometer merk GEA
L. Cara Kerja
Setelah ditegakkan diagnosa
kehamilan Ketuban Pecah Dini 2
jam yang datang ke kamar bersalin
RS Dr. M Djamil Padang, kasus yang
memenuhi kriteria inklusi, dilakukan
3
56
80%
+ 1/ + 2
Semua
sampel
diberi
penjelasan tentang penelitian, tujuan,
manfaat
dan
risiko
penelitian.
Penelitian
dilakukan
setelah
mendapat izin dari Panitia Etik
Penelitian Kesehatan (PEPK) RS Dr.
M. Djamil Padang sesuai dengan
surat izin nomor PE.15.2014 dan
mendapat
persetujuan
secara
sukarela dari masing-masing sampel
dengan
menandatangani
surat
pernyataan
persetujuan.
Setiap
sampel berhak mengetahui hasil
pemeriksaan dan boleh menarik diri
jika tidak bersedia melanjutkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Selama periode penelitian dari
bulan November 2013 sampai Agustus
2014, didapatkan jumlah pasien hamil
aterm dengan ketuban pecah dini yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi, yang datang
ke kamar bersalin RS Dr. M. Djamil
Padang dan RS Reksodiwiryo Padang
yaitu sebanyak 14 orang pasien (3 pasien
di RS Dr. M. Djamil dan 11 pasien di RS
Reksodiwiryo). Jumlah kehamilan tidak
diberikan misoprostol 7 orang dan
diberikan misoprostol sebanyak 7 orang.
Karakteristik subjek penelitian, data dan
analisa tersaji dalam tabel berikut ini (tabel
4).
Variabel
Kenaikan BS
Efektifitas
Kelompok
Tidak diberikan
Diberikan
Misoprostol
Misoprosto
Mean
SD
Mean
S
0,00
0,00
2,14
0,
Efek Samping
Tidak ada
Mual/muntah
Diare
Takisistol
Hipertonus
Hiperstimulasi
DAFTAR PUSTAKA
Abraham C, Meirowitz N, Kohn N. Labor
Induction For Premature Rupture Of
Membranes
Using
Vaginal
Misoprostol Versus Dinoprostone
Vaginal Insert. Department Of
Obstetrics And Gynecology, North
Shore Long Island Jewish Medical
Center, Hofstra University, New
Hyde Park, New York. Am J
Perinatol. 2013 Apr 16.
ACOG Committee on Practice BulletinsObstetrics,
authors.
Clinical
management
guidelines
for
obstetrician-gynecologists. (ACOG
Practice Bulletin No. 80: premature
rupture of membranes). Obstet
Gynecol 2007;109:1007-1019
Akerud Anna. Uterine remodelling during
pregnancy. Studies on effect of
heparin/heparan
sulfate.
Departement
of
experimental
medikal science. Lund university.
Sweden . 2009