TONSILITIS
oleh :
Pricilla Sharmani
1301-1212-3530
Muhammad Reza
1301-1212-0589
Novia Rubianti
1301-1212-0601
Davin Takaryanto
1301-1213-0501
Natanael Efruan
1301-1213-0598
Desy Anggraini
1301-1213-0612
Pembimbing :
Dr. Agung Dinasti Permana, SpTHT-KL., M.Kes
1.
KETERANGAN UMUM
Nama
: An I
Umur
: 12 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Tgl.Pemeriksaan
: 04 Agustus 2014
Med.Rec
: 10104007
2.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Nyeri menelan
Anamnesis Khusus
Riwayat pendarahan yang sukar berhenti, sering mimisan, gusi berdarah, mudah
memar dan adanya perdarahan ditempat lain disangkal
Riwayat bersin berulang, keluar cairan dari hidung (beringus) dan hidung
tersumbat disangkal.
1
Riwayat sakit kepala saat bangun tidur, rasa penuh di wajah, menelan ingus
disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Komposmentis
Kesan sakit
: Sakit ringan
Tanda Vital
: T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit (reguler, equal, isi cukup)
R : 20 x/menit
S : 37,7 0C
Kepala
: Simetris
Mata
Sklera
: Tidak ikterik
Toraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Neurologis
Status Lokalis
Telinga
Bagian
Auris
Kelainan
Dextra
Tenang
+
-
Sinistra
Tenang
+
-
Warna
Putih keabuan
Putih keabuan
Intak
(+)
(+)
Reflek cahaya
(+)
(+)
Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan kongenital
Aurikula
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Retroaurikula
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Canalis Acustikus
Edema
Externa
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
Preaurikula
Membrana
Timpani
Auris
Tes Pendengaran
Tes bisik
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach :
Memanjang
Memendek
Dextra
6m
(+)
Lateralisasi (-)
Sinistra
6m
(+)
Lateralisasi (-)
Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar Bentuk dan Ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha inferior
Septum
Rhinoskopi
Polip/tumor
anterior
Pasase udara
Rhinoskopi
posterior
Nasal
Dextra
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tenang
Tenang
Eutropi
Eutropi
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Tidak ada
+
+
Mukosa
Koana
Sekret
Torus tubarius
Fossa Rosenmuller
Tenang
Terbuka
+
Tenang
Tenang
Transiluminasi
4
4
|
|
4
4
Tenang
Terbuka
+
Tenang
Tenang
Mulut
Tonsil
Faring
Laring
Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan
Keterangan
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
87654321 12345678
87654321 12345678
Simetris
(-)
Hiperemis
T2B T2B
Melebar (+/+)
(+/+)
(+/+)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Epiglotis
Kartilago aritenoid
Plika ariepiglotis
Plika vestibularis
Plika vokalis
Cincin trachea
Rima glotis
Tidak hiperemis
Tidak ada
(-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, simetris
Tenang, massa (-)
Terbuka cukup lebar
Keterangan :
1.
Epiglotis
2.
Cartilago
aritenoid
3.
Plika
vestibular
4.
Pita vokalis
5.
Plika
ariepiglotika
6.
Rima glottis
7.
Cincin
trachea
Maksilofasial
Bentuk
: Simetris
Parese N.Kranialis
: Tidak ada
Leher
Kelenjar getah bening : Teraba membesar
Massa
: Tidak ada
4.
RESUME
Anamnesis khusus:
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, pelajar, dating ke Poli THT RS Dustira
dengan keluhan utama odinofagi. Dari anamnesis khusus didapatkan :
Sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah sakit ,penderita mengeluh odinofagi,
terutama jika memakan makanan yang keras sehingga penderita hanya dapat
menelan makanan lembek.Keluhan disertai rasa mengganjal pada tenggorokan,
febris, malaise dan batuk. Keluhan tidak disertai hipersalivasi hingga droolingm,
trismus, halitosis dan suara serak. Keluhan tidak didahului oleh trauma. Karena
keluhan tersebut penderita berobat ke poliklinik RS Dustira.
Keluhan serupa pertama kali dirasakan penderita sejak 1 tahun yang lalu,.
keluhan tersebut dirasakan hilang timbul setiap 3 bulan sekali. Keluhan dirasakan
terutama setelah penderita makan makanan yang pedas, berminyak atau terlalu
dingin. Penderita kemudian berobat ke dokter umum dan didiagnosis tonsilitis.
Penderita diberi obat tetapi tidak ingat nama, jenis dan dosis obat yang diberikan.
Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita tidak meneruskan pengobatannya.
-
Pemeriksaan Fisik :
Status generalis
Kesadaran
: Komposmentis
Kesan sakit
: Sakit ringan
Tanda Vital
Berat badan
Status lokalis
Hidung
Rongga mulut
Nasofaring
Tonsil palatina
Mukosa
: Hiperemis
Besar
: T2B-T2B
Kripta
: Melebar (+/+)
Detritus
: (+/+)
Perlengketan
: (+/+)
Faring
Laring
Maksilofacial
DIAGNOSIS BANDING
VI.
Telinga
Leher
V.
: 40 kg
DIAGNOSA KERJA
5.
USUL PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN
: Istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
8
Khusus
9.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fuctionam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil adalah suatu massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang diliputi
epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kripta didalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1. Tonsil faringeal (adenoid)
2. Tonsil palatina
3. Tonsil lingual
(yang membentuk suatu lingkaran yang disebut Waldeyer ring)
Tonsil palatina atau yang biasa disebut tonsil atau amandel dalam bahasa
sehari-hari, merupakan jaringan limfoid yang terbesar dari cincin Waldeyer. Terletak
di fossa tonsilaris dari sisi orofaring dan hanya sebagian terlihat. Terdiri dari kutub
atas, tengah atau media dan kutub bawah. Kutub atas tersembunyi pada palatum
molle dan kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.
Ukuran tonsil palatina bervariasi biasanya pada dewasa muda panjangnya 20-25 mm
dengan lebar 15- 20 mm dan tebal 12 mm. Beratnya sekitar 1,5 gram. Berbeda
dengan tonsil lingual dan pharyngeal, tonsil palatina merupakan massa yang lebih
padat dengan kapsul yang lebih tipis.
Kapsul tonsil merupakan selaput fibrous warna putih berupa fasia, terletak antara
tonsil dan otot yang merupakan dinding fossa tonsilaris (fasia faring), melekat pada
permukaan lateral tonsil, masuk serta menyebar ke dalam parenkhim tonsil dan
selanjutnya membentuk trabekula tonsil.
Trabekula tonsil merupakan kerangka tonsil tempat masuknya saraf dan pembuluh
darah tonsil serta tempat keluarnya pembuluh limfe. Kapsul meliputi 2/3 tonsil, dan
sisanya diliputi oleh mukosa dengan epitel berlapis skuamosa yang melanjutkan
kedalam kripta.
Kripta merupakan celah pada permukaan media tonsil. Di dalam kripta biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
10
Infeksi pada tonsil dapat berupa infeksi akut (tonsillitis akut) maupun infeksi kronis
(tonsillitis kronis).
Tonsillitis Akut
Etiologi :
- Bakteri
- Virus
: Adenovirus
: Virus influenza
Gejala Klinis :
Penderita tampak sakit.
Adenopati servikalis disertai nyeri tekan (+).
Tonsil membesar dan meradang, biasanya bercak-bercak dan kadang-kadang
diliputi oleh eksudat yang mungkin keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Eksudat ini dapat berkumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat
terjadi nekrosis jaringan local.
Terapi :
Tirah baring.
Pemberian cairan edukuat.
Diet ringan makanan lunak.
Antibiotika golongan penisilin atau eritromisin (pada pasien yang sensitive
terhadap penisilin).
Analgetik Antipiretik.
Obat kumur (pemberiannya masih dipertanyakan maknanya).
Tonsilitis Kronis :
Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada akut subakut yang berulang atau
rekuren. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran tonsil karena terjadi hiperplasia
parenkhim atau degenerasi fibrotik dengan obstruksi kripta tonsil.
Secara histopatologis, terdapat dua bentuk tonsillitis kronis :
a. Tonsilitis Kronis Hipertropikans
Biasanya terjadi pada anak dan berlanjut sampai dewasa inuda, kemudian
perkembangannya berhenti dan terjadi atrofi, dapat juga disebabkan oleh
serangan berulang dari tonsillitis akut atau peradangan yang lama.
Gejala Klinis :
Gangguan bernafas, terutama pada anak-anak.
12
b. Abses Parafaring
Suhu infeksi dapat menyebar ke ruang parafaring, berasal dari ruang retrofaring,
ruang peritonsiler dan ruang submandibula.
Pada umumnya penyebab abses parafaring adalah tonsillitis, abses peritoniler,
infeksi dental, mastoiditis, benda asing di faring.
Gejala Klinik :
o Hampir sama dengan abses peritonsiler.
o Edema dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medial.
o Pembengkakan disekitar angulus mandibula.
Terapi :
o Antibiotik.
o Insisi Drainase.
15
dengan
atau
adenoidektomi
sering
dengan
maksud
untuk
mengendalikan penyakit faring yang berulang, obstruksi saluran nafas atas dan media
kronis.
Tonsilektomi
Adalah tindakan pengangkatan tonsil seutuhnya bersama jaringan patologis
lainnya sehingga tonsiler bersih tanpa menimbulkan trauma yang berarti
pada jaringan sekitarnya.
Indikasi Absolut Tonsilektomi :
Tonsilektomi akut berulang (lebih dari 3x pertahun).
Tonsilektomi kronis walaupun tanpa eksaserbasi akut tetapi merupakan
fokal infeksi.
Post peritonsiler abses karena sering rekuren.
Karier difteri.
Pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi pernafasan atau
gangguan menelan.
Tidur mengorok atau bernafas melalui mulut.
Kontraindikasi Absolut Tonsilektomi :
Infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang.
Penyakit darah, leukemia, purpura, anemia aplastik dan hemofilia.
Penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti DM dan penyakit jantung.
Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
Asma Bronkhiale.
Sinusitis.
Tonus otot yang lemah.
16
Adenoidektomi
Adalah tindakan operasi untuk mengangkat adenoid (tonsila faringeal) di
daerah nasofaring tanpa melukai otot faringeal dan torus tubarius.
Indikasi Absolut Adenoidektomi :
Penyakit telinga tengah sekunder akibat obstruksi tuba eustachii.
Hipertrofi adenoid yang menyebabkan obstruksi pernafasan.
Sinusitis oleh karena obstruksi ostium sinus akibat kelainan adenoid.
Kontraindikasi Absolut Adenoidektomi:
Penyakit darah : leukemia, anemia aplastik, hemofili dan purpura.
Penyakit sistemik yang tidak terkontrol: diabetes mellitus, penyakit
jantung.
Kontraindikasi Relatif.
Palatoschizis.
Poliomielitis epidemika.
Umur kurang dari 3 tahun.
Komplikasi :
Perdarahan.
Infeksi.
Nyeri.
Trauma jaringan sekitar tonsil.
Perubahan suara.
17
DAFTAR PUSTAKA
Boies Jr., Lanwrence R.; Peter, A. Highler; George, L.Adams; Buku Ajar THT
BOIES, Edisi k-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997.
Soepardi; Iskandar. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan, Edisi
ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1997.
Ballenger, John Jacob; Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher.
Binarupa Aksara. Jakarta, 1994.
18