Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT SESSION

TONSILITIS
oleh :
Pricilla Sharmani

1301-1212-3530

Muhammad Reza

1301-1212-0589

Novia Rubianti

1301-1212-0601

Davin Takaryanto

1301-1213-0501

Natanael Efruan

1301-1213-0598

Desy Anggraini

1301-1213-0612

Pembimbing :
Dr. Agung Dinasti Permana, SpTHT-KL., M.Kes

BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2014
0

1.

KETERANGAN UMUM

Nama

: An I

Umur

: 12 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: Jl. Jendral Sudirman no 83 Cimahi

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Tgl.Pemeriksaan

: 04 Agustus 2014

Med.Rec

: 10104007

2.

ANAMNESIS

Keluhan Utama

: Nyeri menelan

Anamnesis Khusus

Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh nyeri


menelan. Keluhan dirasakan terutama jika penderita memakan makanan yang keras
sehingga penderita hanya dapat menelan makanan lembek. Keluhan disertai rasa
mengganjal pada tenggorokan, panas badan yang tidak terlalu tinggi, lemah badan
dan batuk. Keluhan tidak disertai dengan air liur yang banyak hingga menetes keluar,
sukar membuka mulut, mulut berbau dan suara serak. Keluhan tidak didahului oleh
trauma seperti menelan duri atau tulang ikan. Karena keluhan tersebut penderita
berobat ke poliklinik RS Cibabat
Keluhan serupa pertama kali dirasakan penderita sejak 1 tahun yang lalu,.
keluhan tersebut dirasakan hilang timbul setiap 3 bulan sekali. Keluhan dirasakan
terutama setelah penderita makan makanan yang pedas, berminyak atau terlalu
dingin. Penderita kemudian berobat ke dokter umum dan dinyatakan menderita sakit
amandel. Penderita diberi obat tetapi tidak ingat nama, jenis dan dosis obat yang
diberikan. Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita tidak meneruskan
pengobatannya.
-

Riwayat pendarahan yang sukar berhenti, sering mimisan, gusi berdarah, mudah
memar dan adanya perdarahan ditempat lain disangkal

Riwayat bersin berulang, keluar cairan dari hidung (beringus) dan hidung
tersumbat disangkal.
1

Riwayat sakit kepala saat bangun tidur, rasa penuh di wajah, menelan ingus
disangkal

Riwayat sakit telinga ataupun keluar cairan dari telinga disangkal

Riwayat alergi obat-obat tertentu disangkal


3.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran

: Komposmentis

Kesan sakit

: Sakit ringan

Tanda Vital

: T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit (reguler, equal, isi cukup)
R : 20 x/menit
S : 37,7 0C

Kepala

: Simetris

Mata

: Konjungtiva tidak anemis,

Sklera

: Tidak ikterik

Toraks

: Bentuk dan gerak simetris

Cor

: Bunyi jantung I dan II murni reguler

Pulmo

: VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: Tidak ada kelainan

Neurologis

: Parese Nervus VII ( - )

Status Lokalis
Telinga
Bagian

Auris

Kelainan

Dextra
Tenang
+
-

Sinistra
Tenang
+
-

Warna

Putih keabuan

Putih keabuan

Intak

(+)

(+)

Reflek cahaya

(+)

(+)

Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan kongenital
Aurikula
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Retroaurikula
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Canalis Acustikus
Edema
Externa
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
Preaurikula

Membrana
Timpani

Auris

Tes Pendengaran
Tes bisik
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach :
Memanjang
Memendek

Dextra
6m
(+)
Lateralisasi (-)

Sinistra
6m
(+)
Lateralisasi (-)

Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar Bentuk dan Ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha inferior
Septum
Rhinoskopi
Polip/tumor
anterior
Pasase udara

Rhinoskopi
posterior

Nasal
Dextra
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tenang
Tenang
Eutropi
Eutropi
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Tidak ada
+
+

Mukosa
Koana
Sekret
Torus tubarius
Fossa Rosenmuller

Tenang
Terbuka
+
Tenang
Tenang

Transiluminasi
4
4

|
|

4
4

Tenang
Terbuka
+
Tenang
Tenang

Mulut Dan Orofaring


Bagian

Mulut

Tonsil

Faring

Laring

Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan

Keterangan
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
87654321 12345678
87654321 12345678
Simetris
(-)
Hiperemis
T2B T2B
Melebar (+/+)
(+/+)
(+/+)

Mukosa
Granula
Post nasal drip
Epiglotis
Kartilago aritenoid
Plika ariepiglotis
Plika vestibularis
Plika vokalis
Cincin trachea
Rima glotis

Tidak hiperemis
Tidak ada
(-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, massa (-)
Tenang, simetris
Tenang, massa (-)
Terbuka cukup lebar

Keterangan :
1.
Epiglotis
2.
Cartilago
aritenoid
3.
Plika
vestibular
4.
Pita vokalis
5.
Plika
ariepiglotika
6.
Rima glottis
7.
Cincin
trachea

Maksilofasial
Bentuk

: Simetris

Parese N.Kranialis

: Tidak ada

Leher
Kelenjar getah bening : Teraba membesar
Massa

: Tidak ada

4.

RESUME

Anamnesis khusus:
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, pelajar, dating ke Poli THT RS Dustira
dengan keluhan utama odinofagi. Dari anamnesis khusus didapatkan :
Sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah sakit ,penderita mengeluh odinofagi,
terutama jika memakan makanan yang keras sehingga penderita hanya dapat
menelan makanan lembek.Keluhan disertai rasa mengganjal pada tenggorokan,
febris, malaise dan batuk. Keluhan tidak disertai hipersalivasi hingga droolingm,
trismus, halitosis dan suara serak. Keluhan tidak didahului oleh trauma. Karena
keluhan tersebut penderita berobat ke poliklinik RS Dustira.
Keluhan serupa pertama kali dirasakan penderita sejak 1 tahun yang lalu,.
keluhan tersebut dirasakan hilang timbul setiap 3 bulan sekali. Keluhan dirasakan
terutama setelah penderita makan makanan yang pedas, berminyak atau terlalu
dingin. Penderita kemudian berobat ke dokter umum dan didiagnosis tonsilitis.
Penderita diberi obat tetapi tidak ingat nama, jenis dan dosis obat yang diberikan.
Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita tidak meneruskan pengobatannya.
-

Riwayat gangguan perdarahan disangkal.

Riwayat rhinitis disangkal.

Riwayat sinusitis disangkal.

Riwayat otitis disangkal.

Riwayat alergi obat-obat tertentu disangkal

Pemeriksaan Fisik :
Status generalis

Kesadaran

: Komposmentis

Kesan sakit

: Sakit ringan

Tanda Vital

: T : 120/80 mmHg (Normotensi)


N : 80 x/menit (reguler, equal, isi cukup)
R : 20 x/menit (Normal)
S : 37,7 0C (Febris)
7

Berat badan
Status lokalis

: dalam batas normal

Hidung

: Dalam batas normal

Rongga mulut

: Dalam batas normal

Nasofaring

: Dalam batas normal

Tonsil palatina

Mukosa

: Hiperemis

Besar

: T2B-T2B

Kripta

: Melebar (+/+)

Detritus

: (+/+)

Perlengketan

: (+/+)

Faring

: Dalam batas normal

Laring

: Dalam batas normal

Maksilofacial

: Dalam batas normal

: KGB teraba membesar

DIAGNOSIS BANDING

VI.

Telinga

Leher
V.

: 40 kg

Tonsilitis kronis hipertrofikans exacerbasi akut

DIAGNOSA KERJA

Tonsilitis kronis hipertrofikans exacerbasi akut

5.

USUL PEMERIKSAAN

6. Pemeriksaan darah leukosit,hitung jenis


7. Kultur dan tes resistensi dari apus tenggorok
8.
Umum

PENATALAKSANAAN
: Istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
8

Khusus

: Amoxicilin 500 mg, 3 x 1 po


Paracetamol 500 mg, 3 x 1 po
Rencana tonsilektomi

9.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad fuctionam

: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Tonsil adalah suatu massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang diliputi
epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kripta didalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1. Tonsil faringeal (adenoid)
2. Tonsil palatina
3. Tonsil lingual
(yang membentuk suatu lingkaran yang disebut Waldeyer ring)
Tonsil palatina atau yang biasa disebut tonsil atau amandel dalam bahasa
sehari-hari, merupakan jaringan limfoid yang terbesar dari cincin Waldeyer. Terletak
di fossa tonsilaris dari sisi orofaring dan hanya sebagian terlihat. Terdiri dari kutub
atas, tengah atau media dan kutub bawah. Kutub atas tersembunyi pada palatum
molle dan kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.
Ukuran tonsil palatina bervariasi biasanya pada dewasa muda panjangnya 20-25 mm
dengan lebar 15- 20 mm dan tebal 12 mm. Beratnya sekitar 1,5 gram. Berbeda
dengan tonsil lingual dan pharyngeal, tonsil palatina merupakan massa yang lebih
padat dengan kapsul yang lebih tipis.
Kapsul tonsil merupakan selaput fibrous warna putih berupa fasia, terletak antara
tonsil dan otot yang merupakan dinding fossa tonsilaris (fasia faring), melekat pada
permukaan lateral tonsil, masuk serta menyebar ke dalam parenkhim tonsil dan
selanjutnya membentuk trabekula tonsil.
Trabekula tonsil merupakan kerangka tonsil tempat masuknya saraf dan pembuluh
darah tonsil serta tempat keluarnya pembuluh limfe. Kapsul meliputi 2/3 tonsil, dan
sisanya diliputi oleh mukosa dengan epitel berlapis skuamosa yang melanjutkan
kedalam kripta.
Kripta merupakan celah pada permukaan media tonsil. Di dalam kripta biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
10

Infeksi pada tonsil dapat berupa infeksi akut (tonsillitis akut) maupun infeksi kronis
(tonsillitis kronis).
Tonsillitis Akut
Etiologi :
- Bakteri

: Streptokokus hemolitikus grup A


Streptokokus viridan (pada kasus berat)
Pneumokokus
Stafilokokus
Haemophilus influenzae

- Virus

: Adenovirus
: Virus influenza

Secara histopatologis, terdapat 2 bentuk :


a. Tonsilitis akuta perenchymatosa
Merupakan infeksi tonsil akut dimana seluruh tonsil mengalami
peradangan, tanpa hiperemis dan oedematous. Kripta melebar tetapi tidak
mengandung pus.
b. Tonsilitis akuta folikularis
Pada infeksi akuta tonsil jenis ini, muara kripta berisi fibrin dan pus
sehingga memberi gambaran bercak yang khas. Bila eksudat folikuler ini
bersatu, tampak sebagai membran putih kekuningan disebut tonsillitis
akuta lakunaris.
Gejala Klinis :
Sakit tenggorokan dengan beberapa derajat disfagia (pada kasus yang berat,
penderita dapat menolak untuk minum atau makan melalui mulut).
Malaise.
Demam biasanya tinggi.
Nafas berbau.
Otalgia dalam bentuk refered pain.
Otitis media dapat terjadi sebagai komplikasi.
11

Gejala Klinis :
Penderita tampak sakit.
Adenopati servikalis disertai nyeri tekan (+).
Tonsil membesar dan meradang, biasanya bercak-bercak dan kadang-kadang
diliputi oleh eksudat yang mungkin keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Eksudat ini dapat berkumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat
terjadi nekrosis jaringan local.
Terapi :
Tirah baring.
Pemberian cairan edukuat.
Diet ringan makanan lunak.
Antibiotika golongan penisilin atau eritromisin (pada pasien yang sensitive
terhadap penisilin).
Analgetik Antipiretik.
Obat kumur (pemberiannya masih dipertanyakan maknanya).
Tonsilitis Kronis :
Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada akut subakut yang berulang atau
rekuren. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran tonsil karena terjadi hiperplasia
parenkhim atau degenerasi fibrotik dengan obstruksi kripta tonsil.
Secara histopatologis, terdapat dua bentuk tonsillitis kronis :
a. Tonsilitis Kronis Hipertropikans
Biasanya terjadi pada anak dan berlanjut sampai dewasa inuda, kemudian
perkembangannya berhenti dan terjadi atrofi, dapat juga disebabkan oleh
serangan berulang dari tonsillitis akut atau peradangan yang lama.
Gejala Klinis :
Gangguan bernafas, terutama pada anak-anak.
12

Nyeri menelan, nyeri tenggorokan, pilek dan demam berulang.


Halitosis
Sering disertai bertambahnya insidensi radang saluran nafas bagian atas,
telinga luar, sinus dan infeksi sistemik.
Pemeriksaan Fisik
Pembesaran tonsil dengan kripta melebar detritus atau pus yang menutupi
kripta. Pilar tonsil menunjukkan inflamasi atau menunjukkan adanya
pembentukan jaringan parut.
Terapi :
Suportif yaitu mengatasi peradangan akut dengan pemberian antibiotik,
antipiretik dan istirahat.
Definitif dengan tonsilektomi.
b. Tonsilitis Kronis firbotik (atrofikans)
Biasanya terjadi pada orang dewasa, khas terdapat pus di dalam kripta dan
sering disebut massa kaseosa yang terdiri dari deskuamasi epitel yang
merupakan kristal kolesterol, lemak, leukosit dan deposit kalsium. Kripta
yang sering terkena adalah kripta yang bermuara pada fosa supratonsiler yang
tertutup plika semilunaris.
Gejala Klinis :
Nyeri menelan, rasa tertusuk pada tonsil.
Batuk dengan pus yang berbau.
Sering eksaserbasi akut atau tonsil terlihat hiperemis disertai demam.
Pemeriksaan Fisik
Tonsil atrofi.
Detritus.
Terapi :
Antibiotika.
Simtomatik.
Tonsilektomi.
Komplikasi :
13

Radang tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya secara


infeksi perkontinuitas atau ke organ yang jauh secara hematogen atau
limfogen.
Komplikasi di sekitar tonsil lainnya adalah otitis dan sinusitis
Komplikasi ke organ yang jauh dari tonsil sepertiendokarditis, arthritis,
miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritis, urtikaria dan
furunkulosis.
a. Abses Peritonsiler
Merupakan penumpukan pus diantara kapsul fibrous tonsil dan umumnya terletak
pada kutub atau tonsil dan pada otot konstriktor faring superior.
Etiologi :
o Sama dengan penyebab tonsillitis.
Gejala Klinik :
o Sama dengan gejala tonsillitis akut
o Nyeri menelan yang lebih hebat.
o Muntah,
o Halitosis
o Hipersalivasi
o Suara sengau
o Trismus.
Pemeriksaan Fisik :
o Palatum molle tampak membengkak dan menonjol ke depan.
o Dapat teraba fluktuasi.
o Uvula bengkak dan terdorong ke sisi sehat.
o Tonsil bengkak hiperemis,
o Banyak deiritus dan terdorong ke arah depan, tengah dan bawah.
Terapi :
o Antibiotika
o Insisi Drainase
o Tensilektomi setelah infeksi tenang.
14

b. Abses Parafaring
Suhu infeksi dapat menyebar ke ruang parafaring, berasal dari ruang retrofaring,
ruang peritonsiler dan ruang submandibula.
Pada umumnya penyebab abses parafaring adalah tonsillitis, abses peritoniler,
infeksi dental, mastoiditis, benda asing di faring.
Gejala Klinik :
o Hampir sama dengan abses peritonsiler.
o Edema dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medial.
o Pembengkakan disekitar angulus mandibula.
Terapi :
o Antibiotik.
o Insisi Drainase.

15

TONSILEKTOMI (dan ADENOIDEKTOMI)


Tonsilektomi

dengan

atau

adenoidektomi

sering

dengan

maksud

untuk

mengendalikan penyakit faring yang berulang, obstruksi saluran nafas atas dan media
kronis.
Tonsilektomi
Adalah tindakan pengangkatan tonsil seutuhnya bersama jaringan patologis
lainnya sehingga tonsiler bersih tanpa menimbulkan trauma yang berarti
pada jaringan sekitarnya.
Indikasi Absolut Tonsilektomi :
Tonsilektomi akut berulang (lebih dari 3x pertahun).
Tonsilektomi kronis walaupun tanpa eksaserbasi akut tetapi merupakan
fokal infeksi.
Post peritonsiler abses karena sering rekuren.
Karier difteri.
Pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi pernafasan atau
gangguan menelan.
Tidur mengorok atau bernafas melalui mulut.
Kontraindikasi Absolut Tonsilektomi :
Infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang.
Penyakit darah, leukemia, purpura, anemia aplastik dan hemofilia.
Penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti DM dan penyakit jantung.
Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
Asma Bronkhiale.
Sinusitis.
Tonus otot yang lemah.
16

Adenoidektomi
Adalah tindakan operasi untuk mengangkat adenoid (tonsila faringeal) di
daerah nasofaring tanpa melukai otot faringeal dan torus tubarius.
Indikasi Absolut Adenoidektomi :
Penyakit telinga tengah sekunder akibat obstruksi tuba eustachii.
Hipertrofi adenoid yang menyebabkan obstruksi pernafasan.
Sinusitis oleh karena obstruksi ostium sinus akibat kelainan adenoid.
Kontraindikasi Absolut Adenoidektomi:
Penyakit darah : leukemia, anemia aplastik, hemofili dan purpura.
Penyakit sistemik yang tidak terkontrol: diabetes mellitus, penyakit
jantung.
Kontraindikasi Relatif.
Palatoschizis.
Poliomielitis epidemika.
Umur kurang dari 3 tahun.
Komplikasi :
Perdarahan.
Infeksi.
Nyeri.
Trauma jaringan sekitar tonsil.
Perubahan suara.

17

DAFTAR PUSTAKA

Boies Jr., Lanwrence R.; Peter, A. Highler; George, L.Adams; Buku Ajar THT
BOIES, Edisi k-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997.
Soepardi; Iskandar. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan, Edisi
ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1997.
Ballenger, John Jacob; Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher.
Binarupa Aksara. Jakarta, 1994.

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Agd
    Agd
    Dokumen5 halaman
    Agd
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Dokumen10 halaman
    Sap TBC
    Rizki Ameilia Zuraida
    Belum ada peringkat
  • CAer TI
    CAer TI
    Dokumen13 halaman
    CAer TI
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • NEW - Konsensus Pengelolaan & Pencegahan DM Tipe 2 Di INDONESIA - Edisi 2015
    NEW - Konsensus Pengelolaan & Pencegahan DM Tipe 2 Di INDONESIA - Edisi 2015
    Dokumen93 halaman
    NEW - Konsensus Pengelolaan & Pencegahan DM Tipe 2 Di INDONESIA - Edisi 2015
    familyman80
    100% (3)
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Dokumen10 halaman
    Sap TBC
    Rizki Ameilia Zuraida
    Belum ada peringkat
  • Wert Keracunan Narkotika
    Wert Keracunan Narkotika
    Dokumen26 halaman
    Wert Keracunan Narkotika
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Napza
    Kegawatdaruratan Napza
    Dokumen38 halaman
    Kegawatdaruratan Napza
    Sandi Aulia
    Belum ada peringkat
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Dokumen10 halaman
    Sap TBC
    Rizki Ameilia Zuraida
    Belum ada peringkat
  • CRS Tifoid Sorbabat
    CRS Tifoid Sorbabat
    Dokumen17 halaman
    CRS Tifoid Sorbabat
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Crs Tonsilitis
    Crs Tonsilitis
    Dokumen17 halaman
    Crs Tonsilitis
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Crs Css Omsk 24014
    Crs Css Omsk 24014
    Dokumen7 halaman
    Crs Css Omsk 24014
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Dokumen10 halaman
    Sap TBC
    Rizki Ameilia Zuraida
    Belum ada peringkat
  • Case Report Session Itp
    Case Report Session Itp
    Dokumen5 halaman
    Case Report Session Itp
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • CRS Demam Tifoid Soreang (Tapi Di Cibabat)
    CRS Demam Tifoid Soreang (Tapi Di Cibabat)
    Dokumen11 halaman
    CRS Demam Tifoid Soreang (Tapi Di Cibabat)
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Daft A RRRRRRR
    Daft A RRRRRRR
    Dokumen14 halaman
    Daft A RRRRRRR
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Flour Albus
    Flour Albus
    Dokumen21 halaman
    Flour Albus
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Daft A RRRRRRR
    Daft A RRRRRRR
    Dokumen14 halaman
    Daft A RRRRRRR
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • CRS Sinusitis
    CRS Sinusitis
    Dokumen18 halaman
    CRS Sinusitis
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Daft A RRRRRRR
    Daft A RRRRRRR
    Dokumen14 halaman
    Daft A RRRRRRR
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hepar
    Sirosis Hepar
    Dokumen23 halaman
    Sirosis Hepar
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Abses Paru
    Abses Paru
    Dokumen10 halaman
    Abses Paru
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • BST Abortus Imminens
    BST Abortus Imminens
    Dokumen4 halaman
    BST Abortus Imminens
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen20 halaman
    Hipertensi
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Bilirubin
    Bilirubin
    Dokumen2 halaman
    Bilirubin
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    100% (1)
  • Css Gmo Nael
    Css Gmo Nael
    Dokumen35 halaman
    Css Gmo Nael
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Complication of Sexual Transmitted Infecton in Maternal
    Complication of Sexual Transmitted Infecton in Maternal
    Dokumen6 halaman
    Complication of Sexual Transmitted Infecton in Maternal
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Tonsilitis
    Tonsilitis
    Dokumen17 halaman
    Tonsilitis
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Refraksi
    Kelainan Refraksi
    Dokumen32 halaman
    Kelainan Refraksi
    natanael_efruan
    Belum ada peringkat
  • Crs Sinusitis
    Crs Sinusitis
    Dokumen18 halaman
    Crs Sinusitis
    Natanael Parningotan Agung Efruan
    Belum ada peringkat