Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Bayi
Anak
Deskripsi:
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Masalah
Istimewa
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah.Hari ini muntah sebanyak 3 kali,setiap makan
dimuntahkan.Perut membesar sudah lama ,kaki membengkak sejak 1 bulan yang lalu,sebelum
membengkak pasien sering sesak dan batuk dan kaki terasa seperti kesemutan.Tidak terdapat dahak,
dan darah.Bila tidur menggunakan tiga bantal. Pasien sering merasa cepat lelah.
Riwayat Penyakit terdahulu : Pasien dikatakan memiliki riwayat penyakit jantung, namun tidak
pernah kontrol dan berobat. Riwayat Dm disangkal, Riwayat darah tinggi disangkal
Tujuan: Merencanakan tindakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat, serta menyampai kan
ke pasien dan keluarga pasien tentang kondisi, terapi, komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien,
serta efek samping obat kepada pasien dan keluarga.
Bahan Bahasan:
Tinjauan Pustaka
Riset
Cara Membahas:
Diskusi
Presentasi dan
Diskusi
Data Pasien:
Nama: Ny.Rumiti
IGD RSUD dr. R Koesma Tuban Telp: Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Kasus
Email
Audit
Pos
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah.Hari ini muntah sebanyak 3 kali,setiap makan
dimuntahkan.Perut membesar sudah lama,kaki membengkak sejak 1 bulan yang lalu,sebelum
membengkak pasien sering sesak dan batuk dan kaki terasa seperti kesemutan. Tidak terdapat
dahak,dan darah.Bila tidur menggunakan tiga bantal.Pasien sering merasa cepat lelah.
Riwayat penyakit terdahulu : Pasien dikatakan memiliki riwayat penyakit jantung,namun tidak
pernah control dan berobat.Riwayat Dm disangkal,Riwayat darah tinggi disangkal
2. Riwayat Pengobatan: pasien periksa ke dokter umum namun tidak rutin,dan dikatakan memiliki
sakit jantung.Pasien tidak mengetahui nama obat yang diberikan
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
DM(-), hypertensi(-)
1
4. Riwayat Keluarga:
Keluarga yang menderita penyakit serupa disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan:
Ibu rumah tangga
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik:
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan anaknya.Kegiatan sehari- hari dibantu oleh keluarga
7. Riwayat Imunisasi: (-)
8. Pemeriksaan:
Pemeriksaan fisik: Vital sign didapatkan TD 100/80 mmHg, HR 60 x/menit ireguler,
RR: 24x/menit, suhu 36,6'C.
Kepala/Leher:
Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-), Dyspnea (-)
JVP 5+ 4cm
Hepatojugular reflex (+)
Thorax
COR
: S1S2 tunggal ireguler, terdengar suara murmur diastolic pada apex jantung, serta
edema -
+ +
Pemeriksaan ECG
Hasil laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Hasil
12,2
Nilai rujukan
13,4-15,7
LED
35/70
0-20 mm/jam
PCV
38,5
37-47 sel/u
Eritrosit
4340000
3,8-5,8 jt/cm
4
Hitung Jenis
-/-/-/83/13/4
0-3/0-1/0-2/50-70/2040/4-10
Leukosit
5400
4000-11000 cmm
Trombosit
110000
140000-350000 cmm
MCV
88,7
82-92 fl
MCH
28,1
27-31
MCHC
31,7
32-37
RDW
13,0
10.0-16,5%
PCT
0.06
0,10-1.00%
MPV
5.0
5.0-10.0 FL
PPW
HATI
18,4
12.0-18.0 %
SGOT
28
31 UL
SGPT
32 UL
BUN
15.0
6-20 mg/ul
Creatinin
Glukosa darah
0,67
125
0,5-0,9 mg/ul
140 mg/dl
Ginjal
Urine lengkap
Pemeriksaan
Urin lengkap
Hasil
Nilai rujukan
Makroskopis
Warna
Kuning
Kuning
ph
4,5-8,0
Berat jenis
1.005
1.003-1.030
Lekosit Esterase
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Protein
Negatif
Negatif
Glukosa
Negatif
Normal
Keton
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Normal
Normal (<1.0)
5
Bilirubin
Negatif
Negatif
Darah (Blood)
Sendimen
Lekosit
Negatif
Negatif
1-2
Negatif
Eritrosit
0-1
Negatif
Sel epitel
5-6
Negatif
Silinder
Negatif
Negatif
Kristal
Amorf phospat
Negatif
Bakteri
(++)
Negatif
Lain-lain
Negatif
DIAGNOSA DI IGD
-Suspect Decom cordis dengan Ascites
-Vomiting
Terapi di IGD
Oksigen nasal 3-4 lpm
Infus RL10 tpm
Inj ranitidine 2x1
Inj 0ndansetron 2x1
Kemudian dikonsulkan oleh dokter jaga igd kepada dr.Mat Suwito Sp.PD dan Diagnose
Remathoid Heart Disease dengan Mitral Stenosis Berat dan diterapi
Simarc
1x1
2x1
Captopril Po
3x`6.25
Disease,Lancet 2012;379;953
Hasil Pembelajaran:
Mengetahui teknik pemeriksaan fisik, penunjang, diagnosa, dan penatalaksanaan
S:
Keluhan utama:
Mual dan muntah
Keluhan tambahan:
Perut bengkak dan kaki bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah.Hari ini muntah sebanyak 3 kali,setiap makan
dimuntahkan.Perut membesar sudah lama,kaki membengkak sejak 1 bulan yang lalu,sebelum
membengkak pasien sering sesak dan batuk dan kaki terasa seperti kesemutan. Tidak terdapat
dahak,dan darah.Bila tidur menggunakan tiga bantal.Pasien sering merasa cepat lelah.
Anamnesa Medik dan Riwayat Penyakit Dahulu:
DM disangkal, HT (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
O:
Pemeriksaan fisik:
Vital sign didapatkan TD 100/80 mmHg, HR 60 x/menit ireguler, RR: 24x/menit, suhu 36,6'C.
Kepala/Leher:
Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-), Dyspnea (-)
JVP 5+4cm
Hepatojugular Reflek (+)
Thorax
COR
pada
Paru
: S1S2 tunggal ireguler, terdengar suara murmur diastolic pada apex jantung, serta
sela iga IV linea parasternalis sinistra
:Vesikuler diseluruh lapangan paru,Whezzing(-) rhonki (-)
edema -
+ +
+ +
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hb
Hasil
12,2
Nilai rujukan
13,4-15,7
LED
35/70
0-20 mm/jam
PCV
38,5
37-47 sel/u
Eritrosit
4340000
3,8-5,8 jt/cm
Hitung Jenis
-/-/-/83/13/4
0-3/0-1/0-2/50-70/2040/4-10
Leukosit
5400
4000-11000 cmm
Trombosit
110000
140000-350000 cmm
MCV
88,7
82-92 fl
MCH
28,1
27-31
MCHC
31,7
32-37
RDW
13,0
10.0-16,5%
PCT
0.06
0,10-1.00%
MPV
5.0
5.0-10.0 FL
PPW
HATI
18,4
12.0-18.0 %
SGOT
28
31 UL
SGPT
Ginjal
32 UL
BUN
15.0
6-20 mg/ul
Creatinin
Glukosa darah
0,67
125
0,5-0,9 mg/ul
140 mg/dl
Pemeriksaan
Urin lengkap
Hasil
Nilai rujukan
Makroskopis
Warna
Kuning
Kuning
ph
4,5-8,0
Berat jenis
1.005
1.003-1.030
8
Lekosit Esterase
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Protein
Negatif
Negatif
Glukosa
Negatif
Normal
Keton
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Normal
Normal (<1.0)
Bilirubin
Negatif
Negatif
Darah (Blood)
Sendimen
Lekosit
Negatif
Negatif
1-2
Negatif
Eritrosit
0-1
Negatif
Sel epitel
5-6
Negatif
Silinder
Negatif
Negatif
Kristal
Amorf phospat
Negatif
Bakteri
(++)
Negatif
Lain-lain
Negatif
A: DIAGNOSA DI IGD
-Suspect Decomcordis dengan Ascites
-Vomiting
Kemudian dikonsulkan oleh dokter jaga igd kepada dr.Mat Suwito Sp.PD ,dan Diagnose
Remathoid Heart Disease dengan Mitral Stenosis Berat
P:
Planning Diagnosis:
K.
Trikuspid
kuspis,
kalsifikasi
(-),
regurgitasi
tricuspid
berat,
TR
PG
Kesimpulan:
Planning Terapi:
Terapi UGD :
Oksigen nasal 3-4 lpm
Infus RL10 tpm
Inj ranitidine 2x1
Inj 0ndansetron 2x1
1x1
2x1
Captopril Po
3x`6.25
Planning Monitoring
-
Keluhan pasien
Vital sign
EKG monitor
Planning Edukasi:
1. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita dan prognosisnya
2. Edukasi keluarga pasien bahwa pengobatan yang diberikan hanya untuk mengurangi gejala dan
sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan
10
Gejala Minor
Klinis : suhu tinggi
Karditis
Korea
Nodul subcutan
Eritema marginatum
Kelainan dari demam rematik ini merupakan kombinasi dari demam,poliartritis,
carditis,chorea , ereytema marginantum dan subcutaneous nodul yang muncul 3 minggu
setelah pasien mengalami pharingitis yang disebabkan oleh infeksi yang diakibatkan
bakteri streptokokus beta hemolitikus tipe A, yang sebagian besarnya menyerang anakanak dan dewasa muda. Munculnya gejala klinis dari demam rematik ini pada setiap
pasien sangat bervariasi dan kemungkinan gambaran klinisnya muncul terlambat
dikarenakan pemberian dari obat anti inflamasi .Adapaun penjelasan mengenai semua
gejala-gejala yang muncul adalah:
a. Artritis
Artitis merupakan gejala mayor yang sering ditemukan pada Demam rematik akut.
Sendi yang terkena sering berpindah-pindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi
besar seperti lutut, pergelangan kaki, paha,lengan ,panggul, siku dan bahu.
Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12-24 jam yang diikuti
dengan reaksi radang. Nyeri ini akan menghilang secara perlahan-lahan,Radang sendi
ini jarang menetap lebih dari satu minggu sehingga sembuh dengan sempurna.Proses
migrasi dari artitis ini membutuhkan waktu 3-6 minggu.Pengobatan dengan aspirin
dapat merupakan diagnostic terapetik pada artiris yang sangat bermanfaat. Bila dalam
24-72 jam tidak membaik,maka diagnosis dapat diragukan
b. Karditis
Karditis merupakan manifestasi klinik yang penting dengan insiden 40-50%, atau
berlanjut dengan gejala yang lebih berat yakni gagal jantung. Kadang-kadang karditis
itu asimptomatik dan terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup mitral lah yang
terbanyak dikenai dan dapat bersamaan dengan katup aorta.. Katup aorta sendiri
jarang dikenai. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang
menjalar ke aksila, kadang-kadang juga disertai bising mid-diastolik (bising Carey
Coombs).Miokarditis dapat bersamaan dengan endokarditis sehingga terdapat
kardiomegali atau gagal jantung. Perikarditis tak akan berdiri sendiri, biasanya
pankarditis
c. Chorea
13
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada demam rematik ini adalah pemberian antiobiotik yang
adequate terhadap infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh group bakteri
streptokokus untuk mencegah terjadinya infeksi akut yang menyebabkan terjadinya
demam rematik.Pencegahan ini hanya diberikan bila pasien terkana infeksi saluran
nafas atas yang disebabkan oleh bakteri streptokokus tipe A.Untuk mendiagnosis
infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh bakteri streptokokus tipe A,sangatlah
sulit pasien yang terinfeksi bakteri ini biasanya mengalami demam yang
tinggi,dengan
nyeri
telan
yang
menyebabkan
terjadinya
dysphagia,terdapat
dapat
dipergunakan
untuk
mengantisipasi
ketidakpatuhan
Cara
Dosis
Benzathine
pemberian
Injeksi
benzylpenicilin
Phenoxymethyl
Penisilin
per
Amoxilin
kali
mg/kg/hari
Dewasa
3x
750-1500
Generasi
10 hari
mg/hari
Oral 2-3 kali
pertama
per
cephalosporin
Eritromisin
selama 10 hari
Oral 4 kali per Sesuai dengan formulasi,terdapat
ethylsucinate
hari
hari
atau dasar
Bila dengan faringitis muncul kembali walaupun sudah diberi terapi antibiotic, maka
diperlukan dilakukannya kultus dari hapusan tenggorok untuk memastikan apakah
penyebabnya adalah bakteri sterptokokus.Hal ini juga untuk mengkonfirmasi apakah
penyebab infeksi dikarenakan gagal terapi atau munculnya infeksi yang baru.Bila ini
16
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dari demam rematik di definisikan sebagai pengobatan lanjutan
dengan pemberian antibiotic yang spesifik kepada pasien dengan riwayat demam
rematik sebelumnya,atau didapatkan riwayat adanya penyakit jantung rematik.Tujuan
dari pengobatan ini adalah untuk mencegah kolonisasi dari bakteri streptokokus beta
hemolitikus dan juga menghambat perkembangan atau terjadinya demam rematik
yang berulang.Pencegahan sekunder dianjurkan dilakukan kepada semua pasien
dengan riwayat demam rematik,yang dimana tanpa atau dengan gangguan fungsi
katup.
Hal ini dilakukan dengan pemberian injeksi intramuscular benzathine benzypeniciln
setiap tiga minggu ( setiap empat minggu pada daerah dengan resiko
rendah).Pemberian penisilin oral bisa juga dipergunakan sebagai alternative dalam
pencegahan sekunder,akan tetapi yang menjadi hambatan dalam pemberian
pengobatan ini adalah tingkat kepatuhan pasien yang rendah dikarenakan
pengggunaan obat dalam jangka panjang. Penisilin masih merupakan antibiotic
pilihan dalam pengobatan ini,bagi mereka yang diketahui memiliki alergi pada
golongan
antibiotic
penisilin,dapat
diberikan
pemberian
oral
Cara pemberian
Dosis
Injeksi tunggal intramuscular Dewasa dan anak>30 kg
setiap 3-4 minggu
diberikan
1200000
Oral
oral
diberikan 600000
250 dua kali sehari
Dewasa dan anak >30 kh
diberikan
gram
Oral
500mg perhari
250 mg dua kali perhari
17
Durasi profilaksis
Selama 5 tahun setelah serangan atau sampai
,tidak
ditemukan
efek
teratogenik
dengan
pemberian
2.1 Definisi
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri
melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada level katup mitral.Kelainan ini
menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel
kiri saat diastolic
18
2.2 Etiologi
Secara ertiologis stenosis katup mitral dapat dibagi atas rematik dan non rematik.
Stenosis mitra reumatik berawal dari demam rematik ,suatu peradangan non supuratif
pada berbagai jaringan tubuh dengan manifestasinya, misalnya : jantung (karditis),
dan otak (khorea).Di negara yang sedang berkembang manifestasi stenosis mitral
sebagian terjadi pada usia dibawah 20 tahun disebut Juvenile Mitral stenosis yang
jarang ditemukan pada negara-negara maju. Penyebab non rematik adalah congenital,
deformitas parasut mitral, vegetasi systemic lupus erytematous(SLE), karsinosis
sistemik, deposis amiloid,akibat obat fenluramin/phentermin,serta kalsifikasi annulus
maupun katup pada usia lanjut akibat proses degenerative.Beberapa keadaan juga
menimbulkan obstruksi aliran darah ventrikel seperti cor tratrium,miksoma atrium
serta thrombus dapat menyerupai stenosis
2.3 Patologi
Pada stenosis mitral akbiat dari demam rematik akan terjadi proses peradangan
(valvulitis) dan pembentukan nodul tipis sepanjang garis penutupan katup.Proses ini
akan menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup ,kalsifikasi ,fusi komisura,fusi
serta pemendekan korda atau kombinasi dari proses tersebut.Keadaan ini akan
menimbulkan distorsi dari apparatus mitral yang normal ,mengecilnya area katup
mitral menjadi bentuk mulut ikan (fish mouth) atau lubang kancing ( button hole).Fusi
komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium primer,sedangkan fusi korda
mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder.Pada endokarditis rematika,daun
katup dan khorda akan mengalami sikatriks dan kontraktur bersamaan dengan
pemendekan korda menimbulkan penarikan katurp menjadi bentuk funnel
shaped.Kalsifikasi biasanya terjadi pada lanjut usia dan biasanya lebih sering muncul
pada perempuan dibandingkan pria serta lebih sering pada keadaan gagal ginjal kronis
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4- 6cm 2. Bila area
orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm2, maka atrium kiri akan terjadi peningkatan
tekanan agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi
bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini, dibutuhkan
suatu tekanan atrium sebesar 25mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang
normal. Derajat berat ringannya stenosis mitral selain berdasarkan gradient
19
transmitral,dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan
antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luas area katup
mitral, derajat stenosis mitral sebagai berikut :
1.
Minimal
2.
Ringan
3.
Sedang
4.
Berat
5.
Reaktif
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup mitral
menurun sampai normal (<2-2,5cm2).Hubungan antara gradien dan luasnya area
katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada table
Derajat stenosis
Ringan
Sedang
Berat
Kalau kita lihat fungsi
A2-OS interval
Area
Gradien
2
>1,5cm
>110 msec
<5 mmhg
2
>1
dan
<1,5
cm
80-110 msec
5-10 mmhg
<80 msec
<1 cm
>10 mmhg
lama waktu pengisian dan besarnya pengisian,gejala/symptom
akan muncul bila waktu pengisian menjadi pendek dan aliran transmitral besar
sehingga terjadi kenaikan tekanan atrium kiri walaupun area belum terlalu
sempit(>1.5 cm2).Pada stenosis mitral ringan symptom yang muncul biasanya
dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah jantung, atau
menurunkan periode pengisian diastole, yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri
secara dramatis.Beberapa keadaan antara lain
a. Latihan
b. Stress emosi
c. Infeksi
d. Kehamilan
e. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan
meningkat bersama dengan progresi keluhan.Apabila area mitral mitral <1 cm2 yang
berupa stenosis mitral berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas. Hipertensi
pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis mitral, dengan
patofisiologi yang kompleks. Pada awalnya kenaikan tekanan hipertensi pulmonal
terjadi secara pasif,akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Demikian pula terjadi
perubahan pada vascular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohumoral seperti
20
endotelin, atau perubahan anatomic yaitu remodeling akibat hipertrofi tunika media dan
penebalan intima (reactive hypertension). Kenaikan resistensi arteriolar paru ini
sebenarnya merupakan mekanisme adaptif untuk melindungi paru dari kongesti.
Dengan meningkatkanya hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan
dan volume akhir diastole, regurgitasi tricuspid, dan pulmonal sekunder, dan seterusnya
sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik.
2.5. DIAGNOSIS
Sebagian besar penderita stenosis mitral menyangkal adanya riwayat demam
rematik sebelumnya. Hal ini disebabkan karena terjadinya demam rematik mungkin
sudah terlalu lama( masa anak-anak), atau demam rematiknya secara klinis tidak
menunjukkan keluhan yang mencolok.
Keluhan penderita merupakan keluhan sistemik dan dinamik yang amat berkaitan
dengan tingkat aktifitas fisik dan tidak ditentukan hanya oleh luasnya lubang mitral.
Pada wanita hal ini berkaitan dengan peningkatan aktifitas tubuh ,misalnya pada
kehamilan. Keluhan dapat berupa takikardia, dispneu, takipneu atau ortopneu dan
denyut jantung yang ireguler
dispneu
atau
ortopneu,oleh
karena
vascular
tersebut
akan
menghalangi( sumbatan) sirkulasi pada daerah proksimal kapiler paru. Hal ini
mencegah kenaikan dramatis dari tekanan v. pulmonal tetapi tentunya dalam situasi
curah jantung rendah.Oleh karena itu symptom kongesti paru akan digantikan oleh fatiq
akibat rendahnya curah jantung pada aktifitas dan edema perifer. Aritmia atrial berupa
fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang serius terjadi pada stenosis mitral yaitu
30-40%. Fibrilasi atrium yang tidak dikontrol akan menimbulkan keluhan sesak atau
21
kongesti yang lebih berat, karena hilangnya peran kontraksi atrium dalam pengisian
ventrikel (1/4 dari isi sekuncup) serta memendeknya waktu pengisian diastolic.Kadangkadang pasien mengeluh hempotisi yang menurut wood dapat terjadi karena a.
apopleksi pulmonal akibat rupturnya vena bronchial yang melebar, b.sputum dengan
bercak darah pada saat serangan paroksismal nocturnal dispnea, c. sputum seperti karat
(pink fronthy) oleh karena edema paru yang jelas,d.infark bronkus .Manifestasi klinis
dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral, seperti tromboemboli, infektif
endokarditis atau symptom karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia
dan suara serak.
2.6.1 Pemeriksaan klinis
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah opening snap dan bising diastolic kasar
pada daerah mitral..Tetapi sering pada pemeriksaan rutin sulit bahkan tidak ditemukan
rumble diastolic dengan nada rendah,apalagi bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
apeks rumble diastolic ini dapat diraba sebagai thrill.Dengan lain perkataan katup mitral
ditutup dengan tekanan yang keras secara mendadak,pada keadaan dimana katup
mengalami kalsifikasi dan kaku meka penutupan katup mitral tidak menimbulkan bunyi
S1 yang keras.Demikian pula bila terdengar bunyi P2 yang mengeras sebagai petunjuk
hipertensi pulmonal, harus dicurigai adanya bising diastole pada mitral.
2.6.2 Elektrokardiogram
Perubahan elektrokardiogram pada penderita stenosis mitral tergantung pada
derajat stenosis , lamanya stenosis dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada stenosis
mitral yang ringan mungkin hanya akan terjadi gambaran P mitral berupa
takik(notching) gelombang p dengan gambaran QBS yang masih normal. Pada tahap
yang lebih jauh akan terluhat perubahan aksis frontal yang bergeser kekanan dan
kemudian akan terlihat gambaran rs atau RS pada hantaran prekordial kanan.Bila terjadi
perputaran jantung karena dilatasi atau hipertrofi ventrikel kanan , gambaran ekg
prekordial kanan dapat menyerupai gambaran kompleks intrakaviter kanan. atau infark
dinding anterior(qR atau qr di V1).Pada keadaan ini biasanya sudah terjadi regurgitasi
tricuspid
yang
berat
karena
hipertensi
pulmonal
yang
lanjut.
Gambaran
elektrokardiogram dapat pula normal jika terjadi keseimbangan listrik karena suatu
stenosis katup aorta yang menyertai.Pada stenosis mitral rematik sering dijumpai
adanya fibrilasi atau flutter aterial. Fibrilasi/flutter atrium sering dimulai dengan suatu
ekstrasistol atrium paroksismal.
22
half
time
terutama
bila
struktur
katup
demikian
jelek
karena
disebutkan diatas harus dilakukan secara lengkap. Pada kelompok pasien stenosis mitral
yang asimptomatik,tindakan lanjutan sangat tergantung dengan hasil pemeriksaan eko.
Sebagai contoh pasien aktif asimptomatik dengan area >1,5cm2,gradient <5
mmHg,maka tidak perlu dilakukan evaluasi lanjutan,selain pencegahan terhadap
endokarditis.Lain halnya bila pasien tersebut dengan area mitral <1,5 cm2.Prinsip dasar
pengelolaan adalah melebarkan lubang katup mitral yang menyempit tetapi indikasi
intervensi ini hanya untuk penderita kelas fungsional III(NYHA) keatas.Intervensi
dapat bersifat bedah (valvulotomi,rekonstruksi aparat subvalvuler,komisurotomi atau
pergantian katup) dan non bedah (valvulotomi dengan dilatasi balon).
2.8.Indikasi untuk dilakukan intervensi
Adapun indikasi dilakukannya terapi intervensi adalah
a. Dilakukan pada pasien yang secara klinis ditemukan adanya Mitral
stenosis( area katup dengan ukuran <1.5 cm2)
b. Intervensi dilakukan pada pasien yang memiliki gejala klinis yang terlihat
.kebanyakan pasien dengan katup yang masih baik saat ini dilakukan tindakan
PMC,sedangkan operasi open commisurotomi dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman pada pasien muda dengan tingkat mitral stenosis ringan
sampai sedang.Sedangkan pasien dengan mitral stenosis berat masih terjadi
perdebatan
utama pada pasien dengan mitral stenosis ringan sampai sedang.PMC adalah
pilihan terapi dimana bila terdapat kontraindikasi dilakukannya tindakan
bedah,atau pada pasien dengan resiko tinggi pembedahan,dan pasien dengan
keadaan kritis.Adapun kontra indikasi dilakukannya PMC adalah
1. Mitral valve area<1,5 cm
2. Adanya thrombus pada atrium kiri
3. Kalsifikasi bikomisural atau yang parah
4. Tidak adanya commissural fusion
5. Diikiuti penyakit katup aorta ,atau kombinasi tricuspid stenosis atau
regurgitasi
6. Adanya penyakit jantung koroner yang harus dilakukan operasi bypass
Pengobatan farmakologis hanya diberikan apabila ada tanda tanda gagal
jantung,aritmia maupun reaktifitas rhema.Pada fibrilasi atrium pemakaian digitalis
merupakan indikasi,dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium
24
.Penyekat beta atau obat anti aritmia juga dapat dipakai untuk mengontrol frekuensi
jantung, atau pada keadaan tertentu untuk mencegah terjadinya fibrilasi atrial
paroksismal. Bila perlu pada keadaan tertentu dimana dilakukan kardioversi
elektrik,dengan pemberian heparin iv sebelum pada saat atau sesudah.Pencegahan
embolisasi sistemik dilakukan dengan pemberian antikoagulan warfarin sebaiknya
dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan
kecenderungan pembentukan thrombus untuk mencegah fenomena tromboemboli.Pada
pasien dengan irama sinus,antikoagulan dipergunakan bila sebelumnya ditemukan
emboli,atau terdapat thrombus pada atrium kiri,dan dipertimbangkan bila TOE
menunjukkan ada dense spntaneus echo contras atau pembesaran dari atrium kiri (M
Mode dengan diameter >50 mm atau LA volume >60 ml/m2).Diuretik dan nitrat dapat
dipergunakan untuk mengurangi terjadinya dyspnea
25
STENOSIS TRIKUSPID
3.1 Definisi
Stenosis tricuspid merupakan kelainan katup yang relative jarang ditemukan , dan
paling sering merupakan penyakit jantung rematik yang menyertai kelainan katup
mitral atau aorta stenosis.
26
3.2.Epidemiologi
Penyakit stenosis tricuspid ini sangatlah jarang dan hanya 1% dari populasi
penduduk dunia,sedangkan pada pasien dengan penyakit jantung rematik ditemukan
dengan jumlah 15% dari hasil autopsy.5% dari populasi tersebut yang memperlihatkan
gejala klinis.
3.2 Etiologi dan Patologi
Stenosis tricuspid selalu disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Keadaan lain
walaupun jarang, yang dapat menimbulkann obstruksi terdapat pengosongan atrium
kanan adalah atresia tricuspid, tumor atrium kanan sindrom karsinoid, dan vegetasi
pada daun katup.Perubahan anatomic yang paling sering ditemukan sebagaimanan
stenosis mitral berupa fusi dan pemendeknan korda tandinea dan fusi pinggiran katup,
sehingga terjadi bentukan diagfragma dengan celah yang terfikasasi. Sebagaimana
katup mitral selain stenosis sering terjadi juga regurgitasi.Atrium kanan akan melebar
dengan dinding yang tebal
3.3 Patofisilogi
Stenosis tricuspid disebabkan oleh perubahan struktur katup tricuspid yang
mengakibatkan pergerakan katup yang tidak adequate.Biasanya penyakit ini disebabkan
oleh penyakit jantung rematik.Penyakit jantung rematik mengakibatkan daun katup
tricuspid menjadi lebih tebal dan kaku
Oleh karena sering menyertai kelainan katup yang lain .maka stenosis tricuspid
ini tidak terdiagnosis .kecuali memang sengaja dicari.Suatu stenosis berat akan
menimbulkan bendungan hati yang berat sehingga terjadi sirosis,ikterus dan malnutrisi
yang berat,edema dan asites yang berat bahkan splenomegali.Pada pemerikasaan
auskultasi dapat terdengar opening snap pada garis sterna kiri sampai proksesud
ximfoideus terutama presistolik.Bising ini akan menjadi keras pada inspirasi ,dan
melemah pada ekspirasi dan maneuver valsava karena menurunnya aliran darah melalui
tricuspid.
3.4.1 pemeriksaan non invasive
Adanya gambaran pembesaran atrium kanan pada ekg berupa gelombang P yang
tinggi dan tajam pada sandapan II, demikian pula pada VI, adanya hipertrofi ventrikel
kanan pada pasien yang dicurigai sebagai stenosis mitral, sangat mungkin disertai
dengan stenosis tricuspid. Pada pemeriksaan foto dada didapatkan pembesaran atrium
kanan dan vena kava superior tanpa pembesaran arteri pulmonalis. Lain halnya dengan
srenosis mitral, pada stenosis tricuspid tidak didapatkan tanda bendungan
paru.Ekokardiografi menunjukkan penebalan dalam katup tricuspid dengan gambaran
dooming dan adanya gradient transvalvular pada pemeriksaan Doppler. Ekokardiografi
merupakan pemeriksaan yang 100% sensitive dan 90% spesifik
3.4.2.Pemeriksaan invasive
Dengan katerisasi dapat ditentukan gradient transvalvular antara atrium dan
ventrikel kanan.Sehingga dapat ditentukan gradasi stenosis guna tindakan selanjutnya.
3.5.Pengobatan
Pengobatan konservatif ditunjukkan untuk mengurangi kongesti sistemik yang
merupakan kondisi yang dominan, dalam hal ini dibutuhkan diuretic atau restriksi
konsumsi garam, keadaan ini dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi hati yang sangat
dibutuhkan pada saat operasi. Selain itu pemakaian antibiotic juga penting pada
keadaan tertentu untuk mencegah terjadinya endokarditis infektif.Tindakan operatif
dapat berupa komisurotomi ,tetapi bila disertai regurgitasi dapat juga dilakukan
anuloplasti secara bersamaan.Penggantian katup dilakukan bila kelainan katup lanjut
yang disertai regurgitasi berat yang tidak dikoreksi dengan anuloplasti
28