USIA
Tekanan
Tekanan
o
1
Bayi
Sistole (mm Hg )
65 115
Diastole (mm Hg )
42 80
Anak 7 - < 10 th
87 117
48 64
10 - < 19 th
124 136
77 84
Laki- laki
124 127
63 74
Perempuan
120
80
Usia tengah
140 160
80 90
Usia lanjut
Frekuensi napas normal tergantung dari umur :
Usia baru lahir sekitar 35 50 x/menit
Dewasa 16 20 x/menit
Definisi Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang. Osteomyelitis dapat terjadi pada bayi-bayi, anak-anak,
dan kaum dewasa. Tipe-tipe yang berbeda dari bakteri-bakteri secara khas mempengaruhi
kelompok-kelompok umur yang berbeda. Pada anak-anak, osteomyelitis paling umum terjadi
pada ujung-ujung dari tulang-tulang yang panjang dari lengan-lengan dan tungkai-tungkai,
mempengaruhi pinggul-pinggul, lutut-lutut, pundak-pundak, dan pergelangan-pergelangan
tangan. Pada kaum dewasa, adalah lebih umum pada tulang-tulang dari spine (vertebrae) atau
pada pelvis.
Penyebab Osteomyelitis
Ada beberapa cara-cara yang berbeda untuk mengembangkan osteomyelitis. Yang pertama
adalah bakteri berpergian melalui aliran darah (bacteremia) dan menyebar ke tulang,
menyebabkan infeksi. Ini paling sering terjadi ketika pasien mempunyai infkesi ditempat lain di
tubuh, seperti pneumonia atau infeksi sitim kencing (urinary tract infection), yang menyebar
melalui darah ke tulang.
Luka yang terbuka diatas tulang dapat menjurus pada osteomyelitis. Patah tulang yang terbuka
dimana tulang menusuk melalui kulit juga adalah penyebab yang berpotensi.
Operasi atau suntikan baru-baru ini sekitar tulang dapat juga memaparkan tulang pada bakteribakteri dan menjurus pada osteomyelitis.
Pasien-pasien dengan kondisi-kondisi atau mengkonsumsi obat-obat yang memperlemah sistim
imun mereka berada pada risiko yang lebih tinggi mengembangkan osteomyelitis. Ini termasuk
pasien-pasien dengan kanker, penggunaan steroid yang kronis, penyakit sel sabit, human
immunodeficiency virus (HIV), diabetes, hemodialysis, pengguna-pengguna obat intravena, dan
kaum tua.
Gejala-gejala dari osteomyelitis dapat bervariasi sangat besar. Pada anak-anak, osteomyelitis
paling sering terjadi lebih cepat. Mereka mengembangkan nyeri atau kepekaan pada tulang yang
terpengaruh, dan mereka mungkin mempunyai kesulitan atau ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota tubuh yang terpengaruh atau membawa beban atau berjalan yang
disebabkan oleh nyeri yang parah.
Pada kaum dewasa, gejala-gejala sering berkembang lebih secara berangsur-angsur. Gejalagejala lain termasuk demam, kedinginan, keiritasian, pembengkakan atau kemerahan diatas
tulang yang terpengaruh, kekakuan, dan mual.
Mendiagnosa Osteomyelitis
Diagnosis dari osteomyelitis mulai dengan sejarah medis dan pemeriksaan fisik sepenuhnya.
Sewaktu sejarah medis, dokter mungkin menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang infeksiinfeksi baru-baru ini ditempat lain di tubuh, sejarah medis yang lalu, penggunaan obat, dan
sejarah medis keluarga.
Pemeriksaan fisik akan mencari area-area kepekaan, kemerahan, pembengkakan, batasan
gerakan yang berkurang atau yang menyakitkan, dan luka-luka terbuka.
Dokter anda mungkin kemudian memerintahkan beragam tes-tes untuk membantu mendiagnosa
osteomyelitis. Beberapa tes-tes darah dapat digunakan untuk membantu menentukan apakah
anda mempunyai infeksi dalam tubuh anda. Ini termasuk complete blood count (CBC),
erythrocyte sedimentation rate (ESR), C-reactive protein (CRP), dan pembiakan-pembiakan
darah. Tidak satupun dari ini adalah spesifik untuk osteomyelitis namun agaknya mereka dapat
menyarankan bahwa mungkin ada beberapa infeksi dakam tubuh.
Studi-studi pencitraan (imaging) mungkin diperoleh dari tulang-tulang yang terlibat. Ini dapat
termasuk radiographs (X-rays) sederhana, scans tulang, computed tomography (CT) scans,
magnetic resonance imaging (MRIs), dan ultrasounds. Studi-studi pencitraan ini dapat membantu
mengidentifikasi perubahan-perubahan pada tulang-tulang yang terjadi dengan osteomyelitis.
Setelah area dari tulang diidentifikasi dengan kemungkinan osteomyelitis, biopsi dari tulang
mungkin diperoleh untuk membantu menentukan secara tepat bakteri apa yang terlibat, dan
pembiakan dari ini dapat mengindikasikan pilihan yang terbaik untuk perawatan antibiotik.
rusak, ini mungkin perlu dikeluarkan. Jika tulang perlu dikeluarkan, ia mungkin perlu diganti
dengan cangkokan tulang atau distabilkan selama operasi.
penatalaksanaan
(1) Pemberian antibiotik yang tepat akan efektif sebelum pembentukan pus; (2)
antibiotik tidak dapat mensterilkan jaringan yang tidak memiliki vaskularisasi atau
abses dan daerah tersebut membutuhkan penanganan operatif; (3) Jika operasi
berhasil, maka antibiotik sebaiknya diberikan untuk mencegah pembentukan ulang
dan jahitan luka primer harus terjamin aman; (4) operasi sebaiknya tidak merusak
tulang atau jaringan lunak yang iskemik; (5) antibiotik sebaiknya tetap diberikan
setelah infeksi.
KOMPLIKASI
Penyebaran ke jaringan lunak sekitar mungkin menyebabkan tenosinovitis supuratif, arthritis
supuratif dan tromboflebitis (3).
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah (2) :
1. Septicemia. Dengan tersedianya antibiotic, kematian akibat septicemia pada saat ini jarang
ditemukan.
2. Infeksi yang menyebar, biasanya terjadi pada penderita dengan tatus gizi buruk, ke tulang
atau sendi lainnya, otak, paru-paru.
3. Artritis Supuratif, dapat terjadi pada bayi, oleh karena lempeng epifise yang berfungsi
sebagai barier belum berfungsi baik.
4. Gangguan Pertumbuhan
5. Osteomielitis Kronis, oleh karena diagnosis dan terapi yang tidak adekuat.
DIAGNOSIS BANDING (2)
1. Selullitis
2. Artritis Supuratif Akut
3. Demam Reumatik
4. Krisis sel sabit
5. Penyakit Gaucher
6. Tumor Ewing
.
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat
sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah
untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum
tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa
seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam
tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
* Pencegahan
Osteomyelitis hematogenous akut dapat dihindari dengan mencegah pembibitan bakteri pada
tulang dari jaringan yang jauh. Hal ini dapat dilakukan dengan penentuan diagnosis yang tepat
dan dini serta penatalaksanaan dari fokus infeksi bakteri primer.
Osteomyelitis inokulasi langsung dapat dicegah dengan perawatan luka yang baik, pembersihan
daerah yang mengekspos tulang dengan lingkungan luar yang sempurna, dan pemberian
antibiotik profilaksis yang agresif dan tepat pada saat terjadinya cedera.
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
B.
sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk
jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya
otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat
sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah
untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum
tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa
seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam
tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
C. Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
2.
1.
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya
terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh
dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan
bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis
dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan
oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
2.
Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3.
Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa
suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan
pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada
jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik
adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada
jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri,
maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
E.
Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan
osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan
stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah
mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
F. Manifestasi Klinis
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat
menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan
: dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI
: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
H. Penatalaksanaan Medis
Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap
mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi
antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang
jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan
pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur
mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka.
Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan
osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum
anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati
dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk
digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik
parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis
kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi
dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat
dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat
pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative
sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang
tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting
dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk
lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan
swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik
atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui
biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per
oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan
diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara
langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago
yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang
drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian
irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian
diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4 minggu
hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
I.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
Komplikasi
Dini :
Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
Atritis septik
Lanjut :
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi
internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan
terjadinya supurasi tulang.
b.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan
klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis
biasanya akut)
Tanda-tanda vital tidak normal
2) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada
palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak
teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi
sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
5) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
kulit
Gangguan
intergritas
kulit
berhubungan
dengan
efek
pembedahan
imobilisasi
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
- Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa kenyamanan.
- Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.
- Intervensi Keperawatan
Mandiri
Kriteria Hasil :
Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
Fisioterapi
sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
- Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak
cedera
Kolaborasi :
Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit
teratasi dan kembali dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan
Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit.
Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi.
Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak dengan
hidup
atau
mengakibatkan
kehilangan
ekstremitas.
(Brunner,
suddarth.
(2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4
tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses
spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau
jerawat, ISPA).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
B.
sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk
jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya
otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat
sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah
untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum
tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa
seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam
tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
C. Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
2.
1.
Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3.
Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik
adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada
jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri,
maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita
artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
E.
Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan
osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan
stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah
mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
F. Manifestasi Klinis
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat
menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan
: dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI
: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
H. Penatalaksanaan Medis
Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap
mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi
antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang
jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan
pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur
mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka.
Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan
osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum
anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati
dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk
digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik
parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis
kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi
dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat
dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat
pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative
sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang
tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting
dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk
lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan
swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik
atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui
biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per
oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan
diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara
langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago
yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang
drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian
irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian
diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4 minggu
hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
I.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
Komplikasi
Dini :
Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
Atritis septik
Lanjut :
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
A.
1.
2.
a.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi
internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan
terjadinya supurasi tulang.
b.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan
klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis
biasanya akut)
Tanda-tanda vital tidak normal
2) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada
palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak
teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi
sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
5) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
7) Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan
kulit
4. Gangguan
intergritas
kulit
berhubungan
dengan
efek
pembedahan
imobilisasi
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
- Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa kenyamanan.
- Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal.
- Intervensi Keperawatan
Mandiri
Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada
sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak
Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau
cedera
Kolaborasi :
Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas
hidup
atau
mengakibatkan
kehilangan
ekstremitas.
(Brunner,
suddarth.
(2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4
tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses
spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau
jerawat, ISPA).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/
1. A.
2. 1.
Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
-
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir
selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1.
Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
2.
Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa
dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a.
Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya
terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh
dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan
bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis
dan onset yang lambat.
b.
Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan
oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
2.
Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3.
Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1.
2.
Streplococcus (anak-anak)
3.
1. 2.
Etiologi
2. 3.
Patofisiologi
1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh
streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang
lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan sebagainya.
3. Proses spesifik (M.Tuberculosa)
4. Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)
1. Proses penyakit
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan
Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram
negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24
bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,
trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak
lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis
tipe kronik.
1. 4.
Manifestasi klinis
1. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat
menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
1. 5.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
1. 6.
Penatalaksanaan medis
1. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap
mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi
antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang
jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal, debridement dan
pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur
mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism tersangka.
Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan
osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum
anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan
antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan.
Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral
selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak
akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan.
Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai
dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di
rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative
sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang
tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting
dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri staphylococcus. Untuk
lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab
dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan
asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui
biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per
oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan
diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara
langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang
drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian
irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu, kemudian
diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu
hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
1. 7.
Komplikasi
1. Dini :
1)
2)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3)
Atritis septik
2. Lanjut :
1)
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh
yang terkena
2)
Fraktur patologis
3)
Kontraktur sendi
4)
Gangguan pertumbuhan
1. B.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a)
Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b)
1)
Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan masa lalu
3)
4)
Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5)
Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
6)
Pemeriksaan fisik
a)
Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri.
b)
Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c)
Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d)
Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
e)
f)
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E. Doengoes :
hal ) :
a)
b)
c)
d)
Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
3. Rencana Keperawatan
1. a.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan
ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian yang
nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien dalam batas normal (36C-37C) dan
tidak adanya komplikasi.
Intervensi :
1)
2)
3)
Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami nyeri
4)
Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik,
termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda vital dan
emosi atau perilaku.
5)
Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada tulang.
6)
7)
Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan posisi.
8)
Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan napas
dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.
9)
Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau buruk
tidak hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.
1. b.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas fisik yaitu klien
mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi fungsional,
meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasikan bagian tubuh.
Intervensi :
1)
Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap mobilisasi
2)
3)
Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik, perhatikan keluhan pusing
4)
Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic
5)
6)
Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin
7)
8)
Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
1. c.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit
teratasi dan kembali dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
1)
Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulit
2)
3)
Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi
4)
Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak
dengan jumlah sedikit berat
5)
Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan
dukung bantal setelah pemasangan
6)
Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau
gips.
1. d.
Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang, kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan penyembuhan luka
sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam dan juga tidak
terjadinya infeksi yang berkepanjangan
Intervensi :
1)
2)
Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema
atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3)
4)
Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase
yang tidak enak atau asam
5)
6)
Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna
ekstermitas cedera
Kolaborasi :
7)
8)
J.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
1.
Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan
sesudah perencanaan keperawatan.
2.
Hasil ( formatif )
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :
a.
1)
2)
3)
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
3)
4)
5)
d.
1)
Menyatakan kenyamanan
2)
3)
e.
1)
2)
3)
4)
HOME
KESEHATAN
POLHUKAM
SOSBUD
CATATAN
A.PENGERTIAN OSTEOMIELITIS
Smeltzer & Bare (2002:2342) mendefinisikan Osteomielitis sebagai infeksi tulang yang dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Osteomielitis adalah suatu infeksi tulang dan diklasifikasikan menurut asalnya sebagai primer
atau sekunder, menurut flora mikrobanya, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut, sub
akut, atau kronik (Schrock, 1996:472).
Osteomielitis juga dapat diartikan sebagai infeksi jaringan tulang yang dapat timbul akut atau
kronik (Price A. Sylvia & Wilson, 1995:1200).
Berdasarkan pendapat lain menyatakan bahwa osteomielitis (Infeksi tulang) merupakan proses
peradangan yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan-lahan pada tulang yang
disebabkan oleh invasi mikroorganisme (bakteri dan jamur) .
B.PENYEBAB OSTEOMIELITIS
Faktor penyebab infeksi tulang sangat bervariasi. Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang. Akut hematogen tersebut menyebar akibat dari bakteri penyakit
yang mendasari. Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat dimana
terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis
(tidak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus
dekubitus yang terinfeksi) atau kontaminasi langsung dari tulang (misalnya : fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang). Trauma minimal atau trauma nontembus dapat menyebabkan perdarahan atau oklusi pembuluh darah kecil yang dapat
menyebabkan necrose tulang. Sedangkan trauma tembus dapat menyebabkan akut osteomyelitis
karena adanya kuman yang masuk secara langsung. Kronik osteomyelitis biasanya disebabkan
karena salah diagnosa atau penanganan selama fase akut tidak sempurna. Pada keadaan kronik
biasanya dijumpai adanya kuman gram negative dan atau gram positif (Smeltzer & Bare,
2002:2343).
Pemasangan implan selalu disertai resiko tinggi terjadi infeksi karena kemungkinan terdapat
kuman pada benda asing itu, pemasangan ini tidak menyebabkan infeksi selama antibiotik
diberikan. Tetapi infeksi masih dapat muncul beberapa bulan, bahkan 1-2 tahun setelah operasi.
Kuman yang sering menyebabkan infeksi pascabedah ortopedi adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan kuman gram negatif seperti pseudomonas dan enterobakter.
Dengan kata lain osteomielitis merupakan komplikasi lanjut dari patah tulang (Sjamsuhidajat,
1997:297).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid,
telah dirawat di rumah sakit, mendapat terapi terapi kortikosteroid jangka panjang pernah
mengalami pembedahan sendi dan ortopedi sebelumnya serta mengalami infeksi luka
mengeluarkan nanah (pus) (Smeltzer & Bare, 2001:2343).
C.KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
Schrock (1996:473) mengklasifikasikan osteomielitis menjadi 2 (dua) yaitu:
1.Osteomielitis primer yang disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke
dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka (compound fracture),
dan operasi bedah pada tulang merupakan penyebab tersering.
2.Osteomielitis sekunder (hematogen) biasanya disebabkan oleh penyebaran melalui aliran
darah. Kadang-kadang, osteomielitis sekunder dapat disebabkan oleh perluasan infeksi secara
langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain. Osteomielitis sekunder dapat dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu : Osteomielitis akut dan kronik.
a.Osteomielitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang meluas (bakteremia) dan semua kuman
patogen (Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Gonococcus, Basil Coil dan Basil
Influenza < 4 minggu). b.Osteomielitis kronik merupakan osteomielitis akut yang lama terjadi
dan tidak sembuh-sembuh, bisa terjadi karena adanya infeksi sampingan dari penyakit yang
diderita oleh pasien, seperti tubercolosis atau kadang-kadang sifilis (> 4 minggu).
D.PATIFISIOLOGI OSTEOMIELITIS
Adanya invasi satu atau lebih kuman patologis melalui luka yang terinfeksi di saluran pernafasan
atas terutama pada anak-anak di tempat vokal infeksi lain, seperti radang telinga dan gusi.
Melalui aliran darah akan terjadi bakteremia ke seluruh tubuh. Selanjutnya kuman mengalami
multifikasi pada daerah metafisis tulang panjang karena secara anatomis di daerah tersebut aliran
darahnya banyak dan berbelok-belok sehingga aliran darah akan menjadi lambat dan
memberikan kesempatan kuman untuk multifikasi. Faktor tersebut dapat diperberat dengan
adanya status gizi penderita yang buruk atau penderita mendapat obat-obat imuno-supresif.
Invasi kuman tersebut akan masuk ke tulang atau jaringan lunak sekitarnya yang akan
daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Selanjutnya terapi
antibiotika dilanjutkan (Smeltzer & Bare,2002:2344).
H.KOMPLIKASI OSTEOMIELITIS
Terlambatnya diagnosa atau terapi awal yang tidak memadai dapat menimbulkan komplikasi.
Penyakit infeksi dapat menimbulkan komplikasi dini dan lanjut. Komplikasi dini dapat berupa
pembentukan abses jaringan lunak dan arthritis septik, sementara itu komplikasi lanjutnya berupa
osteomielitis kronis, fraktur patologis, kontraktur sendi dan gangguan pertumbuhan tulang.
Smeltzer & Bare (2002:2387) menyebutkan bahwa fraktur patologis dapat terjadi pada daerahdaerah tulang yang telah menjadi lemah karena proses penyakit.
I.ASUHAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS
Pengkajian :
1.Riwayat Kesehatan :
a.Usia
b.Penyalahgunaan obat
c.Riwayat infeksi
d.Riwayat DM
e.Trauma
f.Luka tembus maupun trauma tidak tembus
g.Tindakan operasi
h.Penggunaan tube atau kateter
i.Terapi radiasi
2.Pemeriksaan Fisik :
a.Panas (38 oC).
b.Bengkak pada area terinfeksi
c.Kaku / keras jika dipalpasi
d.Kemerahan
e.Panas lokal jika dipalpasi
f.Kaji adanya kelainan sirkulasi pada daerah distal ke daerah yang terinfeksi.
g.Nyeri tulang (menetap, terlokalisir)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa Monica Ester.
Jakarta : EGC.
Doengoes, Maryln E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa : I Made Karyasa. Jakarta : EGC.
Jong D. W. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Editor: Sjamsuhidajat. Jakarta : EGC
Kumar, Cotran Robbins. (1999). Buku saku Dasar Patologi Penyakit Edisi V. Alih Bahasa Prof.
Dr. Achmad Tjarta. Jakarta : EGC
Nealon, F.T. (1996). Ketrampilan Pokok Ilmu Bedah, edisi IV. Alih bahasa Dr. Irene Winata.
Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke 4. Alih
bahasa : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
Reksoprojo. (1998). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Schrock, Theodore. (1996). Ilmu Bedah Edisi VII. Alih Bahasa Adji Dharma, Petrus L,
Gunawan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik atau nonpiogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas
pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum,
perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang.
Awal tahun 1900 sekitar 20% pasien dengan osteomyelitis meninggal dan mereka yang selamat
mengalami morbiditas yang bermakna. Sekarang ini, mortalitas dan morbiditas akibat
osteomyelitis relatif rendah karena metode penanganan yang modern, termasuk penggunaan
antibiotik dan intervensi invasif. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah
diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum,
dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit
infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
*) Penyebab Osteomyelitis
bertumbuhnya bakteri.
Infeksi yang terjadi akibat inokulasi langsung dari jaringan sekitar terjadi akibat kontak langsung
dari jaringan tulang dan bakteri akibat trauma atau post operasi. Mekanisme ini dapat terjadi oleh
karena inokulasi bakteri langsung akibat cedera tulang terbuka, bakteri yang berasal dari jaringan
sekitar tulang yang mengalami infeksi, atau sepsis setelah prosedur operasi.
*) Komplikasi Osteomyelitis
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan
pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang
yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke
aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
Fraktur humerus proksimal umumnya karena jatuh pada bahu dan bisa disertai dengan
dislokasi bahu. Ini adalah cedera yang umum pada wanita lanjut usia bahkan setelah
jatuh sepele karena osteoporosis pasca menopause. Karena sifat cancellous tulang
humerus di bagian ini (seperti spons), tulang bagian ini dapat ada dapat runtuh dan
terdeformasi bersama dengan fraktur, hal ini menyebabkan perlunya reformasi tulang
pada saat pengobatan.
Fraktur Midshaft humerus sebagian besar terjadi setelah jatuh pada siku atau
kecelakaan di jalan. Saraf radialis berjalan sangat dekat ke bagian tulang humerus
sehingga dapat terluka karena trauma primer, atau karena terjebak antara ujung tulang
retak, atau bahkan selama pengobatan. Oleh karena itu, perawatan harus dilakukan di
setiap langkah untuk memastikan integritas dari saraf radial dan bahkan kecurigaan
sekecil apapun terhadap kelumpuhan saraf radialis harus diikuti oleh eksplorasi
pembedahan.
Fraktur humerus distal dapat berupa fraktur humerus suprakondilaris atau fraktur humerus
condylar. Sebuah fraktur humerus suprakondilaris berada di persimpangan Kondilus (ujung
bawah) dan poros, dan patah tulang siku yang paling umum pada anak-anak. Sebuah fraktur
condylar adalah fraktur humerus parah yang umumnya terjadi karena cedera kecepatan tinggi,
seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian. Kecelakaan seperti ini sering
mengakibatkan siku tidak stabil bahkan setelah operasi dan sering memerlukan suatu operasi
siku pengganti untuk mendapatkan kembali fungsi siku.
Gambar Fraktur humerus
Sebuah tulang humerus retak cenderung tetap di tempat karena gaya gravitasi di lengan
menggantung menjaga keselarasan. Namun, fungsi dukungan tulang lengan ini untuk gerakan
lain sangat terganggu, menyebabkan nyeri tulang yang parah bila mencoba gerakan di bahu
atau sendi siku. Bengkak, memar, dan kengiluan dapat diterjadi 2-3 jam setelah cedera. Pada
saat ini fraktur humerus dengan cedera saraf radial, seseorang tidak mampu untuk mengangkat
pergelangan tangan (pergelangan tangan terkulai). Sebuah tes medis untuk kelumpuhan saraf
radialis adalah ketidakmampuan untuk melakukan acungan jempol tanda populer seperti di
jejaring facebook, like this.
Definisi tendon
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang pergelangan kaki
yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon adalah struktur dalam tubuh yang
menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk
menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak
dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan gerakan ini.
Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
2.1.2.
Fungsi tendon
3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa
tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan
bisa bergerak.
4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.
5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi pada
efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon
peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir langkahnya,
sebagai kaki plantar-flexes (jari-jari kaki menunjuk ke bawah), yang disimpan energi
elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat berfungsi dengan
kurang atau bahkan tidak ada perubahan panjang, yang memungkinkan otot untuk
menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
6. Ketika otot gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari
otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak.
7. Sebagai memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan
yang memungkinkan seseorang untuk berdiri di ataskaki seseorang, berlari, melompat,
berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga.
2.2. DEFINISI RUPTUR TENDON
Ruptur tendon adalah Robek, pecah atau terputusnya tendon.
Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius vastus, dan
rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas Anda tempurung lutut ( patella ) untuk
membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan untuk
memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat.
2.3.2.
Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris.
Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan
tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengahbelakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat
secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah biasa dan
bisa menyebabkan kecacatan.
2.3.3.
Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum tendon paling
pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini berfungsi untuk
mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari soket
tersebut.
2.3.4.
Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke arah bahu
dengan menekuk siku.
2.4. ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
2.5. GEJALA
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau
betis
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik
2.6. PATOFISIOLOGI
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang
baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.