Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat tersebut dapat dicapai, salah
satunya dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS
merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka
jalur

komunikasi,

memberikan

informasi

dan

melakukan

edukasi,

untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan


(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment) (Ratna, 2011).
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi perhatian dunia,
hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di
negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju pun
kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan
(Depkes, 2008).

Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktifitas
hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Perilaku ini merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan sesorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan masyarakatnya (Depkes,
2008).
SD Bersih Sehat adalah Sekolah Dasar yang warganya secara terus-menerus
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan memiliki lingkungan sekolah
yang bersih, indah, sejuk, segar, rapi, tertib, dan aman. SD Bersih Sehat
mengutamakan pentingnya pembangunan kesehatan melalui kegiatan yang bersifat
promotif dan preventif, sehingga dapat mendorong kemandirian semua warga sekolah
dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperilaku hidup sehat, memelihara
kesehatannya, dan meningkatkan kesehatan di lingkunganya (Arif, 2013).
Salah satu dari empat kunci kegiatan PHBS untuk meningkatkan pencapaian
derajat kesehatan adalah meningkatkan perilaku cuci tangan yang benar (cuci tangan
dengan air yang mengalir dan sabun) setelah buang air besar, dan sebelum makan
(Yusup, 2009).
Warga sekolah meliputi setiap individu yang berperan di dalam proses belajarmengajar di sekolah, antara lain, peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan
yang melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pembelajar. Masyarakat lingkungan
sekolah meliputi semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah selain warga
sekolah. Perilaku hidup bersih dan sehat warga sekolah dilaksanakan atas dasar
keinginan dan kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga warga sekolah mampu

melakukan kegiatan sendiri di bidang kesehatan serta dapat berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Arif, 2013).
Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber
daya manusia yang sehat secara fisik, mental, sosial, dan produktif. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status
kesehatan dan kondisi lingkungan sekolah (Arif, 2013).
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi
bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaanpermukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan
kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan
makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat
memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa
dirinya sedang ditulari. WHO telah mencanangkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai
Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, yang diikuti oleh 20 negara di dunia,
salah satu diantaranya adalah Indonesia (WHO, 2009).
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum
mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan

sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung (Nicholas,
2011). Sebuah penelitian menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung, lebih efektif untuk
menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS. Penelitian ini menyatakan
bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan efektif
untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik
yang mematikan (Isaa, 2007).
Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia
6-10) di atas, ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Oleh karena itu, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah merupakan kebutuhan
mutlak dan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan itu sendiri. Penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan
siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat (Proverawati, 2012).
Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dikelompokkan
menjadi 5 tatanan yaitu PHBS di Sekolah, PHBS di Rumah Tangga, PHBS di
Institusi Kesehatan, PHBS di Tempat-tempat umum dan PHBS di Tempat Kerja
(Notoatmodjo, 2010). Dari ke lima program PHBS tersebut, PHBS di sekolah
merupakan tatanan awal untuk menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan
berkualitas untuk kemajuan bangsa dan negara. Tatanan sekolah merupakan salah
satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi kesehatan di lingkungan sekolah
sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab

terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah
menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2007).
Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan di sekolah adalah melalui
promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam
pendekatan kelompok adalah dengan metode penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS). Pada metode ini dapat terjadi proses perubahan perilaku ke arah yang
diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran
(Notoatmodjo, 2010).
Kualitas sumber daya manusia yang mampu berdaya saing akan tercipta jika
pengawasan kesehatan dimulai dari anak usia sekolah. Anak belajar dan diajar oleh
lingkungan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tidak baik,
lingkungan dapat berarti orang tua, guru dan teman-temannya (Gunarsa, 2008).
Pada usia Sekolah Dasar (SD) anak perlu mendapat pengawasan kesehatan,
karena pada tahap ini merupakan proses tumbuh kembang yang teratur. Anak pada
usia ini 5-6 hari dalam seminggu akan pulang dan pergi ke sekolah dengan melewati
berbagai macam kondisi lalu lintas dan lingkungan yang mengalami polusi, sumber
penyakit, bergaul dengan teman yang semuanya rawan tertular berbagai penyakit
(Zaviera, 2008).
Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan
yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

berfungsi sebagai tempat pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman penularan


penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak juga
merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang banyak
diderita oleh anak-anak, khususnya usia Sekolah Dasar adalah penyakit infeksi
kecacingan, yaitu sekitar 40-60 %.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(WHO) setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, sementara data
Departemen Kesehatan menunjukkan di antara 1000 penduduk terdapat 300 orang
yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013).
Beberapa jurnal di dunia melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan cuci
tangan pakai sabun. Jurnal dari Annals of Internal Medicine pada tahun 2009 dengan
judul artikel The Effects of Hand Washing and Facemasks on Prevention of Influenza
Infection, penelitian ini melibatkan 259 orang yang tinggal di Hongkong, bahwa
dengan mencuci tangan dan menggunakan masker membantu mencegah penyebaran
cirus influenza kira-kira 36 jam dihitung sejak gejala influenza ditemukan. Dan
diikutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Park dan kawan-kawan dalam jurnal
BMC Infectious Diseases artikel Perceptions And Behaviors Related To Hand
Hygiene For The Prevention Of H1N1 Influenza Transmission Among Korean
University Students During The Peak Pandemic Period menyebutkan cuci tangan
dengan sabun merupakan cara yang efektif untuk mencegah penyakit H1N1 dan
Influenza.

Berdasarkan observasi awal peneliti di Yayasan Perguruan Tut Wuri


Handayani di Medan Mabar, didapatkan 5 orang anak memiliki kebiasaan main
dengan tanah dan benda-benda kotor lainnya sewaktu istirahat yang setelah bermain
tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum masuk kelas. Efek dari tidak
mecuci tangan pakai sabun sebelum masuk kelas menyebabkan patogen (kuman)
akan berpindah dari satu orang ke orang lain sehingga dapat menyebabkan penyakit
diare, dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang anak juga
menyebutkan masih jarang guru memberikan pengarahan tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, juga tidak pernah dilakukan pendidikan kesehatan dari dinas terkait
di sekolah ini. Para siswa di sekolah tersebut belum menyadari betul guna PHBS bagi
kesehatan dirinya (Data Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani, 2014)
Tut wuri handayani adalah Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi
Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru
harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan
dorongan dan Arahan.(Ki hajar Dewantara)
Yang menjadi masalah di Yayasan ini adalah tidak pernah dilakukan
penyuluhan CTPS di sekolah. Di Yayasan Perguruan Tut Wuri tidak berjalan
program UKS. Di Yayasan ini disediakan air tetapi tersedia air yang kotor karena
jarang dibersihkan, dan tidak ada disediakan sabun.

Gambar 1.1 Kondisi Kamar Mandi Sekolah SD Tut Wuri Handayani


Menyadari akan pentingnya peranan pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan penyuluhan Cuci Tangan Pakai
Sabun terutama pada kelompok usia Sekolah Dasar, maka hal ini membuat peneliti
tertarik mengambil judul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa, Kepala Sekolah,
Guru dan Penjaga Sekolah di Sekolah Dasar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri
Handayani di Medan Mabar tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa terhadap Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri
Handayani di Medan Mabar tahun 2014.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di Yayasan
Perguruan Tut Wuri Handayani di Medan Mabar tahun 2014.
1.3.1
1.

Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran pengetahuan siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga


sekolah tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan
pakai sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

2.

Mengetahui gambaran sikap siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai
sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

3.

Mengetahui gambaran tindakan siswa, kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyuluhan cuci tangan pakai
sabun di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah bahwa penyuluhan


kesehatan dapat dilakukan dengan penyuluhan.

2.

Dapat menciptakan sumber daya yang sehat.

3.

Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dan sebagai bahan masukan kepada
pihak-pihak yang menbutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai