Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengangguran dan kemiskinan merupakan permasalahan besar yang masih
harus terus dibenahi oleh Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia (2016), menyatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT)
di Indonesia pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen.
Meskipun, jumlah pengangguran tersebut menurun bila dibandingkan dengan
Februari 2015, yang mencapai 7,45 juta orang (5,81 persen), namun angka
tersebut bukanlah angka yang rendah. Data tersebut menunjukkan ironisnya
bangsa ini yang pada kenyataannya memiliki sumber daya alam melimpah,
tetapi masih banyak pengangguran dimana-mana.
Jumlah pengangguran yang tinggi berbanding lurus dengan angka
kemiskinan di Indonesia namun, jumlah kebutuhan untuk kehidupan seharihari semakin meningkat. Keadaan seperti ini membuat para pengangguran
bekerja serabutan atau seadanya dengan keterbatasan skill yang dimilikinya.
Salah satu pekerjaan yang sering dipilih karena tidak membutuhkan skill yang
mumpuni adalah sebagai pengamen.
Dapat kita perhatikan bahwa jumlah pengamen di Kota Serang nampaknya
semakin bertambah banyak. Mereka sering beroperasi di dalam bus, angkot,
lampu merah, terminal dan dipertokoan. Semakin meningkatnya jumlah
pengamen ini membuat resah masyarakat lainnya, dikarenakan keberadaannya
yang sering sekali mengganggu kelancaran lalu lintas karena kegiatannya
sering beroperasi di jalanan dan lalu lintas, menggangu kenyamanan para
penumpang trasportasi umum karena kegiatan mereka yang beroperasi di
terminal, bus, angkot dan selain itu mereka juga sering sekali terkesan
memaksa untuk diberikan uang.
Melihat dari kenyataan di atas, sangat dibutuhkan sekali solusi penanganan
pengamen di Kota Serang ini, agar menjadi mandiri sehingga dapat menekan
angka pengamen dan pengangguran serta memperbaiki taraf hidup para
pengamen ini.

Oleh karena itu, Kami tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dengan
karya tulis berjudul Komunitas Pengamen Mandiri. Komunitas Pengamen
Mandiri ini adalah sebuah organisasi nonprofit yang berguna untuk melatih
dan mengangkat taraf hidup para pengamen dengan berbagai program kerja
yang akan diterapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Komunitas Pengamen Mandiri ini efektif dalam menangani
permasalahan pengangguran di Kota Serang?
2. Bagaimana program kerja Komunitas Pengamen Mandiri ini?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan dari pembentukan Komunitas Pengamen Mandiri ini adalah untuk
menghimpun para pengamen jalanan yang ada di Kota Serang ini agar
diberikan

pendidikan

bagi

pengamen

yang

putus

sekolah

dan

memenajemen keuangan mereka agar bisa digunakan untuk modal usaha


yang lainnya sehingga mereka tidak lagi menjadi pengamen serta
memberikan pelatihan dan bimbingan dalam bermusik sehingga potensi
yang mereka miliki lebih terasah.
2. Adapun manfaat yang diharapkan tercapai saat program ini terealisasi
antara lain:
1. Untuk meningkatkan taraf hidup pengamen jalanan dengan cara
membuka usaha yang lainnya atau menjadi pemusik profesional,
2. Untuk menyalurkan bakat dan minat pengamen yang dulu belum
tercapai karena masalah ekonomi dalam bidang permusikan,
3. Untuk membuktikan bahwa anak jalanan mampu untuk berkarya,
4. Mengurangi jumlah pengamen di jalanan yang ada di Kota Serang,
5. Memberikan perlindungan kepada para pengamen,
6. Membuat tempat belajar musik bagi para pengamen untuk
meningkatkan kreativitas,
7. Memandirikan kehidupan para pengamen,
8. Memindahkan konsep mengamen di jalanan dengan mengisi di cafe dan
tempat kuliner,
9. Membuat tempat belajar bagi para pengamen usia sekolah yang telah
putus sekolah.
BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1 Pengamen
Menurut Suwigyo (2002), pengamen adalah orang-orang yang
mendapatkan penghasilan dengan cara bernyanyi atau memainkan alat

musik di muka umum dengan tujuan menarik perhatian orang laindan


mendapatkan imbalan uang atas apa yang mereka lakukan. Kehadiran
pengamen kadang kala sangat mengganggu kenyamanan apalagi
banyak dari mereka yang memaksa untuk diberi imbalan, ada juga
yang menolak jika diberi sejumlah uang yang nilainya terlalu kecil
misalnya Rp. 100,- dan meminta jumlah yang lebih besar.
Sedangkan menurut Ramdian (2010), pengamen adalah seseorang
yang menyayi dengan peralatan seadanya yang biasanya kita temukan
di pinggir-pinggir jalan raya, tempat makan, terminal, dalam kendaraan
umum atau ruang publik lainnya. Kegiatan bermain musik dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan mengharapkan imbalan sukarela
atas pertunjukan yang mereka suguhkan berbeda-beda, baik dari segi
bentuk, kualitas maupun performanya.
Menurut Suyanto (2010) munculnya pengamen disebabkan oleh
dua faktor atau dua hal yakni masalah sosiologis dan masalah
ekonomi. Masalah sosiologis atau diantaranya meliputi rasa malas,
malas sendiri sering diartikan sebagai keengganan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan.
Perbuatan yang termasuk dalam rasa malas diantaranya tidak disiplin,
tidak tekun, rasa sungkan, rasa suka menunda sesuatu, mengalihkan
diri dari kewajiban, dan lain-lain. Pendapat lain menyebutkan bahwa
malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang
merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap
produktivitas. Karena malas, seseorang seringkali tidak produktif
bahkan statis.
2.2.

Pemberdayaan Pengamen Jalanan


Menurut Sulistiyani (2004) secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai
sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya kepada
pihak yang belum berdaya. Sedangkan menurut Carlzon & Macauley
dalam Wasistiono (1998), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pemberdayaan adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku,

dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ideidenya, keputusannya, dan tindakannya.
Sementara dalam sumber yang sama Carver dan Clatter Back
(1995) mendefinisikan pemberdayaan adalah upaya memberi keberanian
dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab
perorangan guna meningkatkan dan memberikan konstribusi pada tujuan
organisasi. Mengacu pada pengertian dan teori para ahli tersebut,
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan kesadaran
akan potensii yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya
sehingga dapat mencapai kemandirian. Kemudian dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan daya atau
kekuatan dengan cara memberi dorongan, peluang, kesempatan, dan
perlindungan dengan tidak mengatur dan mengendalikan kegiatan
masyarakat yang diberdayakan untuk mengembangkan potensinya
sehingga masyarakat tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan
mengaktualisasikan diri atau berpartisipasi melalui berbagai aktivitas.
Pola pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai
proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individuyang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingindicapai
oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikanaspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Menurut Sudrajat dalam Depsos (2001), ada tiga model alternatif
penanganan pengamen jalanan, yaitu:
1. Community based, adalah model penanganan yang berpusat di
masyarakat

dengan

menitik-beratkan

pada

fungsi-fungsi

keluarga dan potensi seluruh masyarakat.


2. Street based, adalah kegiatan di jalan, tempat dimana mereka
beroperasi. Pekerja sosial datang mengunjungi, menciptakan

perkawanan, mendampingi dan menjadi sahabat untuk keluh


kesah mereka.
3. Centre based, yaitu kegiatan di panti, untuk anak-anak yang
sudah putus

hubungan dengan keluarga. Panti menjadi

lembaga pengganti keluarga untuk anak dan memenuhi


kebutuhan anak seperti kesehatan, waktu luang, makan, tempat
tinggal, pekerjaan dan sebagainya.
Menurut Ambar Teguh (2004), tujuan yang ingin dicapai dari
pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Kemandirian masyarakat adalah suatu kondisi yang
dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang
tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan
mengerahkan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal
masyarakat tersebut.
BAB III

Anda mungkin juga menyukai