Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monoclonal antibody adalah antibody monospesifik yang dapat mengikat
satu epitope saja. Monoclonal antibody adalah antibody sejenis yang diproduksi
oleh sel plasma klon sel-sel positif sejenis. Antibody ini dibuat oleh sel-sel
hybridoma (hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel positif Limpa dan sel myeloma)
yang dikultur. Bertindak sebagai antigen yang akan menghasilkan antibody adalah
limpa. Fungsi antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan.
Monoclonal antibody adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe
tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari
sistem kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang
spesifik. Pada teknologi antibody monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi
tanpa henti digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibody. Hasil
penggabungan sel ini adalah hybridoma, yang akan terus memproduksi antibody.
Monoclonal antibody mengenali setiap determinan antigen ( bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh/epitopee ). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitopee yang
sama. Selain sangat spesifik, mereka memberikan landasan untuk perlindungan
melawan patogen. Monoclonal antibody sekarang telah digunakan untuk banyak
masalah diagnostik seperti : mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi
tumor, antigen dan autoantibody, mengukur protein dan level drug pada serum,
mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam
respon kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon.

B. Tujuan Makalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bioteknologi
Farmasi tahun ajaran 2015/2016 dan mengkaji lebih dalam mengenai topik
terkait monoclonal antibody.
1
Monoclonal Antibody

C. Manfaat
Untuk mengetahui pemanfaatan dan atau aplikasi monoclonal antibody.
Untik menambah pemahaman mengenai monoclonal antibody.
Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan monoclonal antibody
dengan baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Monoclonal Antibody
Pada tahun 1908 Metchnikoff dan Erlich mengemukakan mengenai teori
imunologi yang membawa perubahan besar pada pemanfaatan antibody untuk
mendeteksi adanya antigen (zat asing) dalam tubuh. Sebelum ditemukannya
teknologi monoclonal antibody antibody dahulunya diperoleh dengan cara
konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan
mengisolasi antibody dalam serum sehingga menghasilkan monoclonal antibody.
Selain itu bila diproduksi dalam jumlah besar monoclonal antibody jumlah
antibody spesifik yang diproduksi juga sangat sedikit, sangat heterogen dan sangat
2
Monoclonal Antibody

sulit menghilangkan antibody lain yang tidak diinginkan (Radji M. 2010). Maka
dari itu dilakukan serangkaian penelitian untuk membuat antibody spesifiik secara
in vitro, sehingga dapat diproduksi antibody spesifik dalam jumlah besar, dan
tidak terkontaminasi dengan antibody lain.
Tahun 1975, Geoges Kohler, Cesar Milstein, dan Niels Kaj Jerne
menemukan cara baru dalam membuat antibody dengan mengimunisasi hewan
percobaan, kemudia limfositnya difusikan dengan sel myeloma, sehingga sel
hybrid dapat dibiakkan terus menerus. Sel myeloma adalah sel limfosit B yang
abnormal yang mampu bereplikasi terus menerus dan menghasilkan sebuah
antibody spesifik berupa paraprotein sel myeloma disebut juga dengan sel B
kanker. Antibody tersebut lebih spesifik dibanding antibody poliklonal karena
dapat mengikat epitod antigen dan dapat dalam jumlah yang tak terbatas. Definisi
epitod sendiri adalah daerah spesifik pada antigen yang dapat dikenali oleh
antibody (Riechmann, 1992). Antibody yang homogen dan spesifik ini disebut
monoclonal antibody.
Monoclonal antibody dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis
sel yakni sel limfosit B yang memproduksi antibody dengan sel kanker (sel
myeloma) yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel
limfosit B dengan sel kanker secara in vitro disebut dengan hybridoma. Apabila
sel hybridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik mempunyai
sifat identik akan memproduksi antibody sesuai dengan antibody yang diproduksi
oleh sel aslinya yaitu sel limfosit B. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pembelahan sel klon yang identik yang dapat mensekresi antibody yang spesifik.
Karena antibody yang diproduksi berasal dari sel hybridoma tunggal (mono-klon),
maka antibody yang diproduksi disebut dengan monoclonal antibody.
Monoclonal antibody adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe
tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari
sistem kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang
spesifik.

3
Monoclonal Antibody

Pada teknologi antibody monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa
henti digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibody. Hasil
penggabungan sel ini adalah hybridoma, yang akan terus memproduksi antibody.
Monoclonal antibody mengenali setiap determinan yang antigen ( bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem kekebalan tubuh/epitope ). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama.
Selain sangat spesifik, mereka memberikan landasan untuk perlindungan melawan
patogen.
Monoclonal antibody sekarang telah digunakan untuk banyak masalah
diagnostik seperti :
1. Mengidentifikasi agen infeksi.
2. Mengidentifikasi tumor, antigen dan antibody auto.
3. Mengukur protein dan level drug pada serum.
4. Mengenali darah dan jaringan.
5. Mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan
dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon.
Terapi monoclonal antibody merupakan bentuk pasif dari imunoterapi,
karena antibody dibuat dalam kuantitas besar di luar tubuh (di laboratorium). Jadi
terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap aktif melawan
kanker. Antibody diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan
menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang
menghasilkan antibody spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hybridoma.
Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan sel myeloma yang
hidup akan membuat sel hybridoma menjadi semacam pabrik produksi antibody
yang tidak ada habisnya. Karena semua antibody yang dihasilkan identik, berasal
dari satu (mono) sel hybridoma, mereka disebut monoclonal antibody (kadang
disingkat MoAbs atau MAbs). Ilmuwan bisa membuat monoclonal antibody yang
mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker. Dengan
ditemukannya lebih banyak lagi antigen kanker, berarti akan semakin banyak
monoclonal antibody yang bisa digunakan untuk terapi berbagai jenis kanker.

B. Pembagian Tipe Monoclonal Antibody


Penggunaan antibody monoclonal untuk terapi kanker dibagi dalam 2 tipe,
yaitu;
4
Monoclonal Antibody

1. Naked Monoclonal Antibodyes (Antibody Monoclonal Murni)


Antibody monoclonal yang penggunaannya tanpa dikombinasikan
dengan senyawa lain. Antibody monoclonal murni mengikatkan diri
pada antigen spesifik yang dimiliki oleh sel-sel kanker sehinggad apat
dikenali dan dirusak oleh sistem imun tubuh. Selain itu antibody
monoclonal dapat mengikatkan diri pada suatu reseptor, dimana
molekul-molekul pertumbuhan untuk tidak dapat berinteraksi dengan
sel kanker, maka antibody monoclonal dapat mencegah pertumbuhan
sel kanker. Biasanya diberikan secara intravena dan efek sampingnya
lebih ringan dari kemoterapi.
Beberapa antibody monoclonal yang bekerja dengan cara tersebut
diantaranya adalah;
a) Trastuzumab (Herceptin), digunakan untuk terapi kanker payudara
stadium lanjut. Trastuzumab menyerang protein HER2 (merupakan
protein

yangterdapat

dalam

jumlah

besar

pada

sel-sel

kankerpayudara).
b) Rituximab, digunakan untuk terapi sel B pada limfoma nonHodgkin,

bereaksi

dengan

sasaran

antigen

CD20

yang

ditemukanpada sel B.
c) Alemtuzumab, diigunakan untuk terapi B cell lymphocytic
leukimia (B-CLL) kronik yang sudah mendapat kemoterapi,
Senyawa ini menyerang antigen CD52, yang terdapat pada sel B
maupun sel T.
d) Cetuximab, digunakan untuk kanker kolorektal stadium lanjut
(bersamaan dengan obat kemoterapi irinotechan) dan kanker leher
dan kepala yang tidakbisa dilakukan tindakan pembedahan.
Senyawa ini ditujukan untuk protein epidermal growth factor
receptors (EGFR),dimana EFGR terdapat dalam jumlah besar pada
beberapa sel kanker.
e) Bevacizumab, bekerja melawan protein Vascular Endhotelial
Growth Factor (VEGF) yang normalnya membantu tumor untuk
membangun jaringan pembuluh darah baru (angiogenesis).

5
Monoclonal Antibody

Senyawa ini digunakan bersama-sama dengan kemoterapi untuk


terapi kanker kolorektal metastatik.
2. Conjugated Monoclonal Antibodyes (Antibody Monoclonal Yang
Dikombinasi Dengan Beberapa Senyawa)
Senyawa yang dikombinasikan antara lain kemoterapi, toksin,dan
senyawa radioaktif. Antibody monoclonal jenis ini akan beredar ke
seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang
mempunyai antigen spesifik yang dikenali oleh antibody monoclonal.
Obat ini hanya berperan sebagai wahana yang akan mengantarkan
substansi-substansi obat, racun dan materi radioaktif, menuju
langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker, namun hebatnya, ia bisa
meminimalkan dosis pada sel normal untuk menghindari kerusakan di
seluruh bagian tubuh. Conjugated MAbs kadang dikenal juga sebagai
"tagged," "labeled," atau "loaded" antibodyes.
a) Chemolabeled
Chemolabeled adalah antibody monoclonal yang dikombinasikan
dengan obat kemoterapi. Satu-satunya chemolabeled yang telah
disetujui

FDA

untuk

terapi

kanker

adalah

Brentuximab

vedotin(Adcetris, dulu dikenal dengan nama SGN-35). Obat ini


terdiri dari antibody yang mempunyai target antigen CD30 yang
terikat kepada obat kemoterapi yang bernama monomethyl
auristatin E. Digunakan untuk terapi Hodgkin lymphoma dan
anaplasticlarge cell lymphoma yang tidak merespon terapi lain.
b) Radioimmunotherapy
Radioimmunotherapy
adalah
antibody
monoclonal
dikombinasikan dengan senyawa radioaktif.

FDA menyetujui

radioimmunotherapy pertama yang boleh digunakan adalah


Ibritumomabtiuxetan digunakan untuk terapi kanker B cell nonHodgkin lymphoma yang tidak berhasil dengan terapi standar.
Radioimmunotherapy yang kedua adalah Tositumomab (Bexxar)
digunakan untuk tipe limfomanon-Hodgkin tertentu yang jugatidak

6
Monoclonal Antibody

menunjukkan

respon

terhadap

Rituximab

(Rituxan)atau

kemoterapi.
c) Immunotoksin
Immunotoksin adalah antibody monoclonal dikonjugasikan dengan
racun. Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun yang
berasal dari tanaman maupun bakteri pada antibody monoclonal.
Berbagai

racun

dibuat

untuk

ditempelkan

pada

antibody

monoclonal seperti toksin difteri, eksotoksin pseudomonas (PE40),


atau yang dibuat dari tanaman, yakni risin A dari Ricinus communis
atau saporin dari Saponaria officinalis.
Salah satu imunotoksin yang mendapat persetujuan FDA untuk
terapi kanker adalah Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg). Obat ini
mengandung racun calicheamicin. Racun ini melekat pada
antibodyyang langsung menuju sasaranantigen CD33, yang
terdapat padasebagian besar sel leukimia. Saat ini Gemtuzumab
ozogamicin digunakan untuk terapi acute myelogenous leukimia
(AML)yang sudah menjalani kemoterapiatau tidak memenuhi
syarat untuk kemoterapi.

7
Monoclonal Antibody

BAB III
PEMBAHASAN
Teknologi monoclonal antibody yaitu teknologi menggunakan sel-sel
sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibody. Sistem kekebalan
kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan
menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tipe-tipe sel
mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan dari sel
tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah
sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing denngan
spesivitas yang luar biasa.

Pembuatan Monoclonal Antibody


Khler dan Milstein menjelaskan bagaimana caranya mengisolasi dan
mengembangkan Monoclonal Antibody murni spesifik dalam jumlah banyak yang
didapat dari campuran antibody hasil respons imun. Tikus yang telah diimunisasi
dengan antigen khusus ke dalam sumsum tulang akan menghasilkan sel limfosit B
yang memiliki masa waktu hidup terbatas dalam kultur, hal ini dapat diatasi
dengan cara menggabungkan dengan sel limfosit B tumor (myeloma) yang abadi.
Hasil campuran heterogen sel hybridomas, dipilih hybridoma yang memiliki 2
kemampuan dapat menghasilkan antibody khusus dan dapat tumbuh di dalam
kultur. Hybridoma ini diperbanyak sesuai klon individualnya dan setiap klon
hanya menghasilkan satu jenis Monoclonal Antibody yang permanen dan stabil.
Hybridoma yang berasal dari satu limfosit akan menghasilkan antibody yang akan
8
Monoclonal Antibody

mengenali satu jenis antigen. Antibody inilah yang dikenal sebagai Monoclonal
Antibody.
Proses pembuatan Monoclonal Antibody melalui 5 tahapan yaitu :
1. Imunisasi tikus dan seleksi tikus donor untuk pengembangan sel
hybridoma Tikus

diimunisasi dengan

antigen

tertentu untuk

menghasilkan antibody yang diinginkan. Tikus dimatikan jika titer


antibodynya sudah cukup tercapai dalam serum kemudian limpanya
digunakan sebagai sumber sel yang akan digabungkan dengan sel
myeloma.
2. Penyaringan produksi antibody tikus Serum antibody pada darah tikus
itu dinilai setelah beberapa minggu imunisasi. Titer serum antibody
ditentukan dengan berbagai macam teknik seperti enzyme link
immunosorbent assay (ELISA) dan flow cytometry. Fusi sel dapat
dilakukan bila titer antibody sudah tinggi jika titer masih rendah maka
harus dilakukan booster sampai respons yang adekuat tercapai.
Pembuatan sel hybridoma secara in vitro diambil dari limpa tikus yang
dimatikan.
3. Persiapan sel myeloma Sel myeloma yang didapat dari tumor limfosit
abadi tidak dapat tumbuh jika kekurangan hypoxantine guanine
phosphoribosyl transferase (HGPRT) dan sel limpa normal masa
hidupnya terbatas. Antibody dari sel limpa yang memiliki masa hidup
terbatas menyediakan HGPRT lalu digabungkan dengan sel myeloma
yang hidupnya abadi sehingga dihasilkan suatu hybridoma yang dapat
tumbuh tidak terbatas. Sel myeloma merupakan sel abadi yang
dikultur dengan 8 azaguanine sensitif terhadap medium seleksi
hypoxanthine aminopterin thymidine (HAT). Satu minggu sebelum
fusi sel, sel myeloma dikultur dalam 8 azaguanine. Sel harus
mempunyai kemampuan hidup tinggi dan dapat tumbuh cepat. Fusi sel
menggunakan medium HAT untuk dapat bertahan hidup dalam kultur.
4. Fusi sel myeloma dengan sel imun limpa Satu sel limpa digabungkan
dengan sel myeloma yang telah dipersiapkan. Fusi ini diselesaikan
9
Monoclonal Antibody

melalui sentrifugasi sel limpa dan sel myeloma dalam polyethylene


glycol suatu zat yang dapat menggabungkan membran sel. Sel yang
berhasil mengalami fusi dapat tumbuh pada medium khusus. Sel itu
kemudian didistribusikan ke dalam tempat yang berisi makanan,
didapat dari cairan peritoneal tikus. Sumber makanan sel itu
menyediakan growth factor untuk pertumbuhan sel hybridoma.
5. Pengembangan lebih lanjut kloning sel hybridoma Kelompok kecil sel
hybridoma dapat dikembangkan pada kultur jaringan dengan cara
seleksi ikatan antigen atau dikembangkan melalui metode asites tikus.
Kloning secara limiting dilution akan memastikan suatu klon itu
berhasil. Kultur hybridoma dapat dipertahankan secara in vitro dalam
tabung kultur (10-60 ug/ml) dan in vivo pada tikus, hidup tumbuh di
dalam suatu asites tikus. Konsentrasi antibody dalam serum dan cairan
tubuh lain 1-10 ug/ml.

10
Monoclonal Antibody

11
Monoclonal Antibody

Mekanisme Kerja Monoclonal Antibody


Antibody

monoclonal

menggunakan

mekanisme

kombinasi

untuk

meningkatkan efek sitotoksik sel tumor. Mekanisme komponen sistem imun


adalah antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC), complement dependent
cytotoxicity (CDC), mengubah signal transduksi sel tumor atau menghilangkan sel
permukaan antigen. Antibody dapat digunakan sebagai target muatan (radioisotop,
obat atau toksin) untuk membunuh sel tumor atau mengaktivasi prodrug di tumor,
12
Monoclonal Antibody

antibody directed enzyme prodrug therapy (ADEPT). Antibody monoclonal


digunakan secara sinergis melengkapi mekanisme kerja kemoterapi untuk
melawan tumor (Hanafi dan Syahrudin, 2012).
1. Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC)
Antibody dependent cellular cytotoxicity (ADCC) terjadi jika antibody
mengikat antigen sel tumor dan Fc antibody melekat dengan reseptor
Fc pada permukaan sel imun efektor. Interaksi Fc reseptor ini
berdasarkan kemanjuran antitumor dan sangat penting pada pemilihan
suatu antibody monoclonal. Sel efektor yang berperan masih belum
jelas tapi diasumsikan sel fagosit mononuklear dan atau natural killer
(NK).
Struktur Fc domain dimanipulasi untuk menyesuaikan jarak antibody
dan interaksi dengan Fc reseptor. Antibody dependent cellular
cytotoxicity (ADCC) dapat meningkatkan respons klinis secara
langsung menginduksi destruksi tumor melalui presentasi antigen dan
menginduksi respons sel T tumor.
Antibody monoclonal berikatan dengan antigen permukaan sel tumor
melalui Fc reseptor permukaan sel NK. Hal ini memicu penglepasan
perforin dan granzymes untuk menghancurkan sel tumor (gambar 5a).
Sel - sel yang hancur ditangkap antigen presenting cell (APC) lalu
dipresentasikan pada sel B sehingga memicu penglepasan antibody
kemudian antibody ini akan berikatan dengan target antigen. Sel
cytotoxic T lymphocytes (CTLs) dapat mengenali dan membunuh sel
target antigen.

13
Monoclonal Antibody

2. Complement Dependent Cytotoxicity (CDC)


Pengikatan antibody monoclonal dengan antigen permukaan sel akan
mengawali kaskade komplement. Complement dependent cytotoxicity
(CDC) merupakan suatu metode pembunuh sel tumor yang lain dari
antibody. Imunoglobulin G1 dan G3 sangat efektif pada CDC melalui
jalur klasik aktivasi komplemen . Formasi kompleks antigen antibody
merupakan komplemen C1q berikatan dengan IgG sehingga memicu
komplemen protein lain untuk mengawali penglepasan proteolitik sel
efektor kemotaktik atau agen aktivasi C3a dan C5a. Kaskade
komplemen ini diakhiri dengan formasi membrane attack complex
(MAC) sehingga terbentuk suatu lubang pada sel membran.
14
Monoclonal Antibody

Membrane attack complex (MAC) memfasilitasi keluar masuknya air


dan Na++ yang akan menyababkan sel target lisis.

3. Antibody Directed Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)


Antibody directed enzyme prodrug therapy (ADEPT) menggunakan
antibody monoclonal sebagai penghantar untuk sampai ke sel tumor
kemudian enzim mengaktifkan prodrug pada tumor, hal ini dapat
meningkatkan dosis active drug di dalam tumor. Konjugasi antibody
monoclonal dan enzim mengikat antigen permukaan sel tumor
kemudian zat sitotoksik dalam bentuk inaktif prodrug akan mengikat
konjugasi antibody monoclonal dan enzim permukaan sel tumor
akhirnya inaktivasi prodrug terpecah dan melepaskan active drug di
dalam tumor.

15
Monoclonal Antibody

Manfaat Dari Teknologi Monoclonal Antibody

Dengan mengetahui cara kerja antibody, kita dapat memanfaatkannya


untuk keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.

Pengukuran dengan pendeteksian dengan menggunakan Teknologi


monoclonal antibody relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena
spesifitasnya tinggi.

16
Monoclonal Antibody

Teknologi monoclonal antibody saat ini digunakan untuk deteksi


kehamilan, alat diagnosis berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel
kanker.

Karena spesifitasnya yang tinggi maka Teknologi monoclonal


antibody dapat digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa
mempengaruhi sel-sel yang sehat.

Selain kegunaannya untuk mendiagnosis penyakit pada manusia,


Teknologi

monoclonal

antibody

juga

banyak

dipakai

untuk

mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi


pangan dan polutan lingkungan.

Efek Samping Penggunaan Monoclonal Antibody


Penggunaan Monoclonal Antibody sebagai terapi kanker juga mampu
menimbulkan efek samping, mulai efek samping yang ringan sampai efek
samping yang menjadikan pasien dalam kondisi gawat darurat.
Efek samping umum yang sering terjadi :

Reaksi alergi seperti gatal dan bengkak.


Gejala seperti flu, padahal bukan flu :lol:
Nausea
Diare
Pengeringan Kulit

17
Monoclonal Antibody

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Monoclonal Antibody adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan


tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan, merupakan
senyawa yang homogen, sangat spesifik dan dapat diproduksi dalam

jumlah besar.
Cara mendapatkannya melalui beberapa tahap, antara lain : imunisasi
mencit, fusi sel limfa dan sel myeloma, imunisasi sel induk yang tidak

berfusi, dan isolasi serta pemilihan klon hybridoma.


Memiliki beberapa manfaat salah satunya digunakan untuk deteksi
kehamilan, alat diagnosis berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel

kanker.
Memilik beberapa efek samping akibat penggunaannya dalam terapi
kanker hingga beberapa diantaranya menjadikan pasien berada dalam
keadaan gawaat darurat

B. Saran
Lebih banyak untuk membaca literatur tentang Monoclonal Antibody untuk
mengetahui lebih lengkapnya dan mungkin bisa memberi saran setelahnya
apabila terdapat perbedaan pendapat atau salah pemahaman dalam makalah
ini.

18
Monoclonal Antibody

Anda mungkin juga menyukai