Anda di halaman 1dari 11

Perhitungan Kredit pajak Luar negeri (PPh pasal 24)

Perhitungan Kredit pajak Luar negeri (PPh pasal 24)


PT Perdana di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2006 sebagai berikut:
Penghasilan Dalam Negeri

Rp400.000.000

Penghasilan dari LN (tarif pajak 20%) Rp200.000.000


Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:
1.

menghitung total penghasilan kena pajak

penghasilan dari dalam negeri

Rp400.000.000

penghasilan dari luar negeri

Rp200.000.000

Penghasilan neto
1.

Rp600.000.000

menghitung total PPh terhutang

10% x Rp 50.000.000 = Rp

5.000.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp

7.500.000

30% x Rp500.000.000 = Rp150.000.000


Pajak terhutang
1.

= Rp162.500.000

menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan

(penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang


(Rp200.000.000 : Rp600.000.000) x Rp162.500.000 = Rp54.166.666,61

1.

menghitung PPh yang terutang atau dipotong di LN:

20% x Rp200.000.000 = Rp40.000.000


Dari perhitungan tersebut di atas kredit pajak LN yang diperbolehkan adalah sebesar Rp40.000.000 atau
sebesar PPh yang terutang atau dibayar di LN. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan
penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di LN,
kemudian dipilih jumlah yang terendah.
Penghitungan PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha di dalam negeri
PT Adinda berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2006 sebagai berikut:
-

Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak yang

berlaku adalah 30%)


-

Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp200.000.000

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:


1.

menghitung total penghasilan kena pajak

penghasilan kena pajak dari negara A

Rp600.000.000

kerugian usaha dalam negeri


jumlah penghasilan neto
1.

( 200.000.000)
Rp400.000.000

menghitung total PPh terutang:

10% x Rp 50.000.000 =

Rp

5.000.000

15% x Rp 50.000.000 =

Rp

7.500.000

30% x Rp 300.000.000 =

Rp 90.000.000

Jumlah pajak terutang

Rp102.500.000

1.

menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan

(Rp600.000.000 : Rp400.000.000) x Rp102.500.000 = Rp153.750.000


1.

menghitung PPh yang dipotong/dibayar di LN

30% x Rp600.000.000 = Rp180.000.000


Kredit pajak yang diperbolehkan (PPh pasal 24) adalah Rp102.500.000. jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan perhitungan PPh maksimum yang dapat dikreditkan dengan PPh yang sesungguhnya
dibayarkan/terutang di LN dan total pajak yang terutang.
Perhitungan PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha di LN
PT Kartika pada tahun 2006 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
-

di negara X memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif pajak yang

berlaku 40%)
-

di negara Y menderita kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku) 25%.

Di dalam negeri memperoleh laba usaha sebesar Rp500.000.000

Perhitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:
1.

menghitung penghasilan total kena pajak

penghasilan dari negara X berupa laba usaha

Rp300.000.000

penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha


jumlah penghasilan neto
1.

Rp500.000.000
Rp800.000.000

menghitung total PPh terutang

10% x Rp50.000.000 =

Rp

5.000.000

15% x Rp50.000.000 =

Rp

7.500.000

30% x Rp700.000.000 =
Jumlah total PPh yang terutang
1.

Rp210.000.000
Rp222.500.000

menghitung PPh maksimal yang bisa dikreditkan

(Rp300.000.000 : Rp800.000.000) x Rp222.500.000 = Rp83.437.500


1.

menghitung PPh yang dibayar atau terutang di LN

40% x Rp300.000.000 = Rp120.000.000


Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan
adalah Rp83.437.500.
Perhitungan PPh pasal 24 jika penghasilan LN berasal dari beberapa negara
PT Kartika berkedudukan di Jakarta pada tahun pajak 2006 memperoleh penghasilan bersih sebagai
berikut:
-

di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp200.000.000 (tarif pajak yang

berlaku 25%)
-

di negara B memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif pajak yang

berlaku 30%)
-

di negara C memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp400.000.000 (tarif pajak yang

berlaku 40%)
-

di dalam negeri memperoleh laba usaha sebesar Rp100.000.000


1.

menghitung total penghasilan kena pajak:

penghasilan dari negara A

Rp 200.000.000

penghasilan dari negara B

Rp 300.000.000

penghasilan dari negara C

Rp 400.000.000

penghasilan dari dalam negeri

Rp 100.000.000

total penghasilan kena pajak

Rp1.000.000.000

1.

menghitung total PPh terutang

10% x Rp50.000.000 =

Rp

5.000.000

15% x Rp50.000.000 =

Rp

7.500.000

30% x Rp900.000.000 =

Rp270.000.000

Total pajak terutang


1.

Rp282.500.000

menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan

dari negara A = (Rp200.000.000 : Rp1.000.000.000) x Rp282.500.000 = Rp56.500.000


dari negara B = (Rp300.000.000 : Rp1.000.000.000) x Rp282.500.000 = Rp84.750.000*
dari negara C = (Rp400.000.000 : Rp1.000.000.000) x Rp282.500.000 = Rp113.000.000*
1.

menghitung PPh yang dibayar atau terutang di LN

PPh terutang di negara A = 20% x Rp200.000.000 = Rp 40.000.000*


PPh terutang di negara B = 30% x Rp300.000.000 = Rp 90.000.000
PPh terutang di negara C = 40% x Rp400.000.000 = Rp160.000.000
Dari perhitungan di atas kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah
Dari negara A

Rp 40.000.000

Dari negara B

Rp 84.750.000

Dari negara C

Rp113.000.000

Total kredit pajak LN

Rp237.750.000

Pengurangan/pengembalian pajak penghasilan luar negeri


Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di LN, sehingga
besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil daripada kredit pajak LN
semula, maka selisihnya ditambahkan pada pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan
Wp dalam negeri pada tahun terjadinya pengurangan atau pengembalian tersebut.
Perubahan besarnya penghasilan luar negeri
Apabila terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak harus
melakukan pembetulan SPT untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan melampirkan dikumen yang
berkenaan dengan perubahan tersebut.
1.

jika karena perubahan tersebut, menyebabkan adanya tambahan penghasilan yang


mengakibatkan pajak yang terutang atas penghasilan luar negeri menjadi lebih besar daripada
yang dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak yang terutang di LN menjadi kurang bayar,
maka terdapat kemungkinan pajak penghasilan di Indonesia juga kurang bayar. Sesuai dengan
pasal 8 UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan Umum dan tatacara perpajakan, apabila WP
membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan pajak yang terutang menjadi lebih besar, maka
kepadanya dikenakan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung
sejak saat penyampaian SPT terakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT
tersebut.

2.

Apabila karena pembetulan SPT tersebut, menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan
yang terutang di luar negeri menjadi lebih kecil daripada yang dilaporkan dalam SPT tahunan,
sehingga pajak di luar negeri lebih di bayar, yang akan mengakibatkan pajak penghasilan yang
terutang di Indonesia menjadi lebih kecil, sehingga pajak penghasilan menjadi lebih dibayar. Atas
kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan
dengan utang pajak lainnya.

Contoh:
Berikut ini data yang berhubungan dengan penghitungan PPh pasal 24 pada tahun 2006:

- penghasilan di luar negeri (sesuai SPT)

Rp 800.000.000

- penghasilan dari dalam negeri

Rp1.000.000.000

- penghasilan di luar negeri (setelah koreksi di luar negeri) Rp1.000.000.000


- tarif pajak di luar negeri

40%

- PPh pasal 25

Rp200.000.000

SPT disampaikan pada 30 Maret 2007 dan pembetulan dilakukan pada bulan mei 2007.
PPh sebelum dan sesudah koreksi fiskal di luar negeri adalah sebagai berikut:

SPT
Penghasilan Luar Negeri
800.000.000

Pembetulan
Penghasilan LN
Penghasilan DN

Penghasilan DN

1.000.000.000

1.000.000.000

1.000.000.000
Penghasilan KP

Penghasilan Kena Pajak

2.000.000.000

1.800.000.000
PPh terutang:

PPh terutang:
10% x 50.000.000
15% x 50.000.000

=
=

10% x 50.000.000 =

5.000.000

15% x 50.000.000 =

7.500.000

5.000.000
7.500.000
30% x 1.900.000.000 = 570.000.000

30% x 1.700.000.000

= 510.000.000
PPh terutang

PPh terutang

582.500.000

522.500.000
Kredit pajak LN:

Kredit pajak LN=


(1M : 2M) x
(0,8M : 1,8 M) x
582.500.0
522.500.000=

232.222.222

00

291.250.0

Harus di bayar

PPh di bayar di Ind

291.250.000

di Indonesia

290.277.778

PPh psl 25

200.000.000

PPh Psl 25

200.000.000

PPh psl 29

91.250.000

PPh Psl 29

90.277.778

Masih harus dibayar:


- kekurangan psl 29
- bunga 22%x972.222

972.222
38.888,88

1.011.110,88

Latihan 1
PT ABC pada tahun 2006 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Penghasilan beruba laba usaha di dalam negeri Rp300.000.000. Penghasilan berupa laba usaha dari
negara A Rp200.000.000. Penghasilan berupa laba usaha dari negara B Rp400.000.000 dan rugi usaha
dari negara C Rp250.000.000. Jika tarif pajak yang berlaku di negara A, B dan C masing-masing 20%,
30% dan 40%. Hitung PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia!
1.

menghitung total penghasilan kena pajak:

penghasian dari DN
penghasilan dari neg A

Rp300.000.000
Rp200.000.000

penghasilan dari negara B

Rp400.000.000

total penghasilan kena pajak

Rp900.000.000

1.

menghitung total pajak terutang

10% x Rp50.000.000

Rp

5.000.000

15% x Rp50.000.000

Rp

7.500.000

30% x Rp800.000.000

Rp240.000.000

Total pajak terutang


1.

Rp252.500.000

menhitung maksimal kredit pajak yang diperbolehkan:

di neg A = (200.000.000 : 900.000.000) x Rp252.500.000 = Rp 56.111.106


di neg B = (400.000.000 : 900.000.000) x Rp252.500.000 = Rp112.222.212
1.

pajak yang dibayarkan atau terutang di LN:

di Negara A
di Negara B

20% x Rp200.000.000 Rp 40.000.000


30% x Rp400.000.000

Rp120.000.000

dari perhitungan di atas maka kredit pajak (PPh pasal 24) adalah:
dari Neg A Rp 40.000.000
dari Neg B Rp112.222.212
total

Rp 152.222.212

Latihan 2
PT Kartika pada tahun 2006 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:

- dari laba usaha di dalam negeri

Rp500.000.000

- dari negara A berupa laba usaha

Rp250.000.000

- dari negara B rugi

Rp400.000.000

- dari negara C berupa laba usaha

Rp300.000.000

Hitung PPh pasal 24 jika tarif pajak di negara A, B dan C masng-masing 20%, 25% dan 35%
1.

menghitung total penghasilan kena pajak

penghasilan dari dalam negeri

Rp 500.000.000

penghasilan dari negara A

Rp 250.000.000

penghasilan dari negara C

Rp 300.000.000 (+)

total penghasilan kena pajak


1.

Rp1.050.000.000

menghitung total pajak terutang

10% x Rp50.000.000

Rp

5.000.000

15% x Rp50.000.000

Rp

7.500.000

30% x Rp950.000.000

Rp285.000.000 (+)

Total pajak terutang


1.

Rp297.500.000

menghitung maksimal pajak yang dapat dikreditkan

dari negara A = (250.000.000 : 1.050.000.000) x Rp297.500.000 = Rp70.833.332

dari negara C = (300.000.000 : 1050.000.000) x Rp297.500.000 = Rp85.000.000


1.

menghitung pajak yang dipotong atau dibayar di luar negeri

dari neg A
dari negara C

20% x Rp250.000.000
35% x Rp300.000.000

Rp50.000.000
Rp105.000.000

dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia
adalah:
- dari negara A

Rp 50.000.000

- dari negara C

Rp 85.000.000 (+)

Total kredit pajak pasal 24

Rp135.000.000

Anda mungkin juga menyukai