oleh:
Kelompok 4B
Achmad Tuqo Syadidbillah 1307725
Eka Astuti
1306081
Elawati
1305963
1304946
Tira Tahnia
1306499
Zahra Fadhilah
1304190
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun faktor klimatik utama yang akan diamati yakni faktor intensitas cahaya.
Faktor utama tersebut diamati untuk mendapatkan keterkaitan dengan faktor
klimatik lainnya seperti suhu dan Kelembapan di daerah bawah Curug Sigey.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana keterkaitan intensitas cahaya, suhu dan kelembapan pada interval waktu
satu jam yang di daerah bawah Curug Sigey aliran sungai Cibeureum?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui keterkaitan intensitas cahaya, suhu dan kelembapan pada
interval waktu satu di daerah bawah Curug Sigey aliran sungai Cibeureum.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi tentang keterkaitan intensitas cahaya, suhu
dan kelembapan pada interval waktu satu jam di daerah bawah Curug Sigey aliran
sungai Cibeureum.
1.5 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana keadaan intensitas cahaya pada interval waktu satu jam di daerah
bawah Curug Sigey aliran sungai Cibeureum?
2. Bagaimana keadaan suhu pada interval waktu satu jam di daerah bawah Curug
Sigey aliran sungai Cibeureum?
3. Bagaimana keadaan kelembapan pada interval waktu satu jam di daerah bawah
Curug Sigey aliran sungai Cibeureum?
1.6 Batasan Masalah
Pengamatan yang kami lakukan dibatasi yaitu hanya daerah bawah Curug Sigey
aliran sungai Cibeureum yang kami jadikan daerah pengukuran untuk pengambilan
data. Kami juga hanya mengukur intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan. Selain
itu, kami hanya mengukur faktor klimatik tersebut dalam 1 hari yakni pada pukul
07.30-12.30, pada interval waktu 1 jam.
1.7 Hipotesis
H1 = Terdapat keterkaitan antara intensitas cahaya, suhu dan kelembapan
H0 = Tidak Terdapat keterkaitan antara intensitas cahaya, suhu dan kelembapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan fenomena biosfer merupakan fungsi dari kondisi lingkungan di
sekitarnya. Karena kondisi iklim dan tanah di permukaan bumi sangat beragam, maka
beragam pula persebaran flora dan fauna. Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa
tidak seluruh wilayah di muka bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup. Berdasarkan
hasil penelaahan kondisi sik wilayah, diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian dari
muka bumi yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Beberapa faktor lingkungan
yang mempengaruhi keberadaan flora dan fauna di muka bumi lain adalah faktor
klimatik (iklim) (Katharine, 2015).
2.1 Faktor Klimatik
Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang
berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
Iklim juga dapat didefinisikan sebagai peluang statistik berbagai keadaan atmosfer,
antara lain suhu, tekanan, angin, Kelembapan, yang terjadi di suatu daerah selama
kurun waktu yang panjang (Gibbs, 1987) (LAPAN).
Iklim terdiri atas suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, angin, dan
intensitas sinar matahari. Perbedaan temperatur pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh letak lintang (latitude) selatan dan utara dan ketinggian suatu tempat. Faktor
klimatik yaitu faktor iklim yang meliputi suhu, sinar matahari, kelembapan, angin,
dan curah hujan (Katharine, 2015).
2.1.1 Intensitas Cahaya
Cahaya dalam sehari- hari adalah cahaya yang mempunyai panjang
gelombang antara 400-70mu. Cahaya terdiri atas beberapa macam yaitu warna
merah 750- 626 mu, orange 626 - 595 mu, kuning 595 - 574 mu, hijau 574 - 490 mu,
biru 490 435 mu, violet 435-400 mu.
Cahaya dengan panjang gelombang yang dimaksud disebut sebagai
visible light/visible spectrum. Diluar ini terdapat infra red dan ultra violet.
Cahaya sebagai sumber energi terutama untuk vegetasi, mempunyai tiga faktor
penting, yaitu intensitas, kualitas, fotoperiodesitasnya, seperti halnya faktor
temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu bercahaya.
tumbuh-tumbuhan,
suhu
merupakan
faktor
pengontrol
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu
: 07.30-12.30 WIB
Tempat
1.
Nama Alat
Gambar Alat
Lux Meter
2.
Thermohygrometer
Gambar Hygrometer
(Dokumentasi pribadi, 2016)
3.
Alat Tulis
Gambar alat tulis
(Hendra, 2013)
4.
Kamera
Gambar kamera
(Fitri, 2012)
ke arah ON
Lihat hasil
pengukuran pada
layar panel.
kelembabannya
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Kelembapan
Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Largest(1)
Smallest(1)
Confidence Level(95.0%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
Suhu
Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Largest(1)
Smallest(1)
Confidence Level(95.0%)
23.5722
0.40534
23.8
22
1.71971
2.95742
-1.76
-0.1891
4.5
21.1
25.6
424.3
18
25.6
21.1
0.85519
Intensitas Cahaya
Mean
Standard Error
Median
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Largest(1)
Smallest(1)
Confidence Level(95.0%)
1325.722222
245.624159
914.5
1042.095051
1085962.095
0.272435629
1.183814543
3061
364
3425
23863
18
3425
364
518.221677
3000
2000
1000
0
1
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Penafsiran Data Hasil Pengukuran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, hasil menunjukkan
bahwa intensitas cahaya mengalami peningkatan setiap interval waktu 1 jam
pengukuran. Pada pengukuran pertama yakni pada pukul 07.30 WIB didapat
pengukuran intensitas cahaya sebesar 393,67 lux, Selang 1 jam kemudian, yakni
pukul 08.30 WIB terjadi peningkatan intensitas cahaya sebesar 145,66 lux menjadi
539, 33 lux, Pukul 09.30 WIB intesitas cahaya mengalami kenaikan sebesar 855,34
lux menjadi 1394,67 lux. Pukul 10.30 WIB intensitas cahaya mengalami kenaikan
sebesar 212,66 lux menjadi 1607,33 lux, dan pada pengukuran terakhir pada pukul
12.30 WIB yaitu pengamatan terakhir, intensitas cahaya mengalami kenaikan
sebesar 3350,67 lux menjadi 6700 lux. Kenaikan intensitas cahaya matahari seiring
dengan perubahan posisi bumi terhadap matahari. Kondisi ini pun di dukung
dengan cuaca cerah pada saat pengamatan. Hal tersebut mendukung akurasi data
yang kami dapatkan. Intensitas cahaya juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya keadaan awan.
Kenaikan ini sejalan dengan suhu yang mengalami kenaikan pula pada setiap
interval waktu 1 jam yang dimulai pukul 07.30 suhu sebesar 21,170C. Selang 1 jam
kemudian, yakni pukul 08.30 WIB terjadi peningkatan suhu sebesar 0,830C Menjadi
220C. Pukul 09.30 WIB suhu mengalami kenaikan sebesar 0,80C menjadi sebesar
22,80C. Pukul 10.30 WIB suhu mengalami kenaikan sebesar 2,10C menjadi 24,90C.
Pukul 11.30 WIB suhu mengalami kenaikan sebesar 0,130C menjadi 25,030C. Pada
pukul 12.30 WIB yaitu pengamatan terakhir, suhu mengalami kenaikan sebesar
0,50C. Hal ini dikarenakan posisi matahari yang semakin naik. Peningkatan suhu
yang paling besar terjadi pada pukul 10.30 WIB, Suhu tertinggi yakni pukul 12.30
WIB dikarenakan matahari tepat berada di atas kepala.
Namun, berbeda halnya dengan kelembapan cahaya yang mengalami penurunan
seiring dengan interval waktu setiap jamnya. Pada pengukuran pertama yakni pada
pukul 07.30 WIB didapat kelembapan sebesar 89,77%. Selang 1 jam kemudian,
yakni pukul 08.30 WIB terjadi sebesar 4,32 % menjadi 85,45%. Pukul 09.30 WIB
kelembapan mengalami penurunan sebesar 8,72 % menjadi 76,73%. Pukul 10.30
Zi
F(zi)
S(zi)
F(zi) - S(zi)
364
-0.923
0.178
0.045
0.133
367
-0.920
0.179
0.091
0.088
450
-0.840
0.200
0.136
0.064
534
-0.760
0.224
0.182
0.042
580
-0.716
0.237
0.227
0.010
504
-0.789
0.215
0.273
0.058
1473
0.141
0.556
0.318
0.238
1599
0.262
0.603
0.364
0.240
1112
-0.205
0.419
0.409
0.010
1654
0.315
0.624
0.455
0.169
1657
0.318
0.625
0.500
0.125
1511
0.178
0.571
0.545
0.025
3350
1.943
0.974
0.591
0.383
3273
1.869
0.969
0.636
0.333
3425
2.014
0.978
0.682
0.296
717
-0.584
0.280
0.727
0.448
712
-0.589
0.278
0.773
0.495
581
-0.715
0.237
0.818
0.581
0.194
Derajat Kepercayaan
0.050
Liliefors
0.886
Liliefors Tabel
0.089
Kesimpulan
Tidak Normal
Dikarenakan data intensitas cahaya tidak normal, dapat disimpulkan bahwa data yang
diperoleh tidak parametrik, maka uji korelasi yang selanjutnya digunakan adalah uji
korelasi non-parametrik yaitu uji korelasi spearman.
5.2.1.2 Uji Korelasi Spearman
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0.05
1. Terdapat keterkaitan perubahan waktu pengamatan terhadap perubahan
intensitas cahaya di salah satu titik Curug Sigey?
kelembapan
Taraf korelasi dari -1,0,+1
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi
negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika
nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan
berlaku sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai
kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai
berikut (Sarwono:2006):
>0 0,25
>0,25 0,5
: Korelasi cukup
>0,5 0,75
: Korelasi kuat
>0,75 0,99
: Korelasi sempurna
Jam Ke-
Intensitas Cahaya
Suhu
Kelembapan
393.67
21.17
89.77
539.33
22
85.45
1394.67
22.8
76.73
1607.33
24.9
66.87
3349.33
25.03
65.93
6700
25.53
63.93
Korelasi
0.9
0.9
-0.9
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran yang telah didapat menandakan bahwa keterkaitan dari
faktor klimatik yakni intensitas cahaya berbanding lurus dengan suhu, yang berarti
jika intensitas cahaya naik maka suhu pun akan mengalami kenaikan. Berbeda
halnya dengan kelembapan, hubungannya dengan intensitas cahaya berbanding
terbalik.sehingga jika intensitas cahaya naik maka kelembapan turun.
6.2 Saran
Dalam setiap penelitian klimatik, selain dilakukan secara meruang, akan lebih
baik jika dilakukan secara mewaktu juga. Karena iklim yang diamati dalam satu hari
bisa berubah-ubah. Selain itu, penentuan titik sampling bisa disesuaikan dengan
rona lingkungannya, yaitu homogen atau heterogen.
DAFTAR PUSTAKA
Katharine,
Jacob.
(2015).
Climatic
Change.
[Online].
Tersedia:
[Online].
Tersedia:
http://id.shvoong.com/exact-
LAMPIRAN
Data Mentah Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembapan
Pengamatan ke-1
Waktu
07.30
07.33
07.35
Total
Rata-rata
Waktu
08.30
08.33
08.35
Total
Rata-rata
Waktu
09.30
09.33
09.35
Total
Rata-rata
Waktu
10.30
10.33
10.35
Total
Rata-rata
Kelembapan
(%)
90.10
89.90
89.30
269.30
89.77
Kelembapan
(%)
84,90
85.10
85.80
170.90
85.45
Kelembapan
(%)
75.80
76.60
77.80
230.20
76.73
Kelembapan
(%)
66.60
66.90
67.10
200.60
66.87
Suhu(C)
21.30
21.10
21.10
63.50
21.17
Pengamatan ke-2
Suhu(C)
22.00
22.00
22.00
66.00
22.00
Pengamatan ke-3
Suhu(C)
22.80
23.00
22.60
68.40
22.80
Pengamatan ke-4
Suhu(C)
25.10
25.00
24.60
74.70
24.90
Intensitas cahaya
(Lux)
364.00
367.00
450.00
1181.00
393.67
Intensitas cahaya
(Lux)
534.00
580.00
504.00
1618.00
539.33
Intensitas cahaya
(Lux)
1473.00
1599.00
1112.00
4184.00
1394.67
Intensitas cahaya
(Lux)
1654.00
1657.00
1511.00
4822.00
1607.33
Pengamatan ke-5
Waktu
11.30
11.33
11.35
Total
Rata-rata
Waktu
12.30
12.33
12.35
Total
Rata-rata
Kelembapan
(%0)
64.80
66.90
66.10
197.80
65.93
Kelembapan
(%0)
63.40
63.40
65.00
191.80
63.93
Suhu(C)
24.80
24.90
25.40
75.10
25.03
Pengamatan ke-6
Suhu(C)
25.60
25.60
25.40
76.60
25.53
Intensitas cahaya
(Lux)
3350.00
3273.00
3425.00
10048.00
3349.33
Intensitas cahaya
(Lux)
7170.00
7120.00
5810.00
2010.00
6700.00
DOKUMENTASI
Lokasi
Titik sampling
Pengukuran Waktu
ke-
(WIB)
07.30
08.30
09.30
Gambar
10.30
11.30
12.30