Seminar Akuntansi Kelas F Objektivitas Dalam Akuntansi
Seminar Akuntansi Kelas F Objektivitas Dalam Akuntansi
Oleh:
1. Tomy Rizky Izzaqurny
2. Venna Melinda
120810301018
120810301167
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai
Objektivitas
dalam
Akuntansi.
Makalah
ini
dibuat
sebagai
bahan
bagi
kami
khususnya
dan
bagi
para
pembaca
pada
kemampuan.
Tetapi
kami
menyadari
bahwa
masih
banyak
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
2.1 Definisi Objektivitas.....................................................................................6
2.2 Objektivitas dalam Akuntansi.......................................................................8
2.2.1 Objektivitas dalam Laporan Keuangan............................................8
2.2.2 Objektivitas dalam Audit..................................................................12
2.3 Pengenalan Tokoh dalam Objektivitas Akuntansi.........................................14
2.4 Analisis Jurnal Objectivity in accounting .................................................15
2.5 Tanggapan Mengenai Objectivity in accounting.......................................33
BAB III PENUTUP...........................................................................................35
3.1 Kesimpulan.................................................................................................36
3.2 Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37
BAB I PENDAHULUAN
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
McKernan?
Apa tanggapan anda tentang jurnal Objectivity in accounting oleh John Francis
McKernan?
1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki tujuan agar pembaca memahami
mengenai definisi dari objektivitas, maksud dari objektivitas dalam akuntansi, tokoh-tokoh
yang terkait dalam objektivitas akuntansi, hasil dari analisis jurnal Objectivity in
accounting oleh John Francis McKernan serta tenggapan kami mengenai,jurnal Objectivity
in accounting oleh John Francis McKernan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Objektivitas
Objektif
Subjektif
Ontology
Realism
Nominalism
berubah.
Epistemology
Positivism
Post-positivm
secara
langsung dalam kegiatan penelitian tersebut
Human nature
Determinism
Voluntarism
kehendak
Atas aktivitasnya.
Methodology
Nomothetic
Idiographic
yang sistematis.
akuntansi seperti jurnal, buku besar, neraca saldo, neraca lajur dan masih banyak yang
lain.
2.2.1 Objektivitas dalam Laporan Keuangan
Prinsip obyektivitas bisa mengandung arti bahwa dalam pembuatan
sebuah laporan keuangan atau laporan serta catatan akuntansi maka sumber data
yang digunakan harus dapat diverifikasi atau diperiksa kebenarannya, apabila
bukti-bukti transaksi yang di gunakan sebagai sumber tidak obyektif maka tentu
saja laporan dan catatan akuntansi yang dihasilkan menjadi tidak obyektif dan
tidak sesuai. Sehingga objektif dalam akuntansi dinilai berdasarkan atas laporan
keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi, kinerja keuangan dan
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi segenap lapisan
pengguna dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi, seperti apakah
investor ingin ingin menjual atau menahan suatu investasi dalam suatu entitas,
atau karyawan yang menilai kemampuan suatu entitas untuk memberikan
tunjangan kepadanya. Pengguna laporan keuangan meliputi investor potensial,
karyawan, pemberi pinjaman,pemasok dan kreditor dagang lainnya, pelanggan,
pemerintah,dan agen-agen lain, serta masyarakat. Oleh karena investor adalah
penyedia modal yang berisiko, maka dapat dianggap bahwa laporan keuangan
yang memenuhikebutuhannyajuga akan memenuhi kebutuhan pengguna lainnya.
Objektivitas laporan keuangan membutuhkan satu fokus agar supaya tidak
menjadi kabur atau abstrak.Oleh karenanya, objektivitas menekankan pada
informasi yang bermanfaat untuk keputusan-keputusan investasi dan kredit.Para
investor, kreditor dan penasehatnya merupakan pemakai informasi daftar
keuangan yang berada di luar perusahaan.Mereka sedikit sekali memperoleh
penjelasan informasi keuangan yang mereka butuhkan. Mereka memperoleh
informasi yang dibutuhkan sama seperti umumnya kelompok pengguna lainnya
yang berkepentingan atas keuangan perusahaan.
Peranan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah untuk menyajikan
informasi yang bersifat netral dan tidak bias yang membantu meningkatkan
efisiensi alokasi sumber kekayaan yang terbatas pada pasar modal dan lainnya.
Daftar-daftar keuangan juga disajikan berdasarkan pada tujuan eksternal
pelaporan keuangan diarahkan pada kepentingan umum pengguna daftar
seperti
umumnya
kelompok pengguna
lainnya
yang
bunga, seperti yang terjadi dalam pasar saham, dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan menciptakan arus kas yang menguntungkan. Oleh karenanya, untuk
menentukan prospek arus kas mereka, para investor, kreditor dan lainnya dapat
memperoleh informasi yang membantunya menentukan jumlah, waktu dan
ketidak pastian harapan perolehan uang tunai dari perusahaan bersangkutan.
Objektivitas ketiga menekankan jaminan informasi tentang keterbatasan
sumbersumber ekonomi yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan aktivitas
ekonomi, klaim atas sumber-sumber, dan perubahan atas sumber-sumber ekonomi
dan kewajiban kewajiban yang dibawa oleh aktivitas mendapatkan pendapatan
atau aktivitas operasi lainnya. Informasi seperti ini membantu investor, kreditor
dan lainnya untuk menyatakan kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan,
menentukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dan
jangka panjang. Lebih dari itu, laporan juga menyajikan secara langsung indikasi
adanya potensi arus kas dari beberapa sumber dan kebutuhan kas untuk melunasi
berbagai kewajiban. Walaupun banyak arus kas yang tidak dapat di hubungkan
dengan sumber-sumber dan kewajiban-kewajiban khusus, namun sebagai penggantinya, dapat terlihat dari kombinasi sumber-sumber didalam aktivitas operasi
perusahaan. Atas dasar alasan ini, laporan keuangan harus menyajikan informasi
tentang kinerja keuangan perusahaan, yang diperlihatkan dalam perolehan
keuntungan dalam satu periode. Sesuai dengan FASB, the primary focus of
financial reporting is information about an enterprises performance provided by
measures of earnings and its components.4 Para investor dan kreditor dapat
menggunakan evaluasi kinerja perolehan keuntungan perusahaan untuk membentuk harapan kinerja keuntungan di masa akan datang, yang menjanjikan harapan
arus kasa atas investasi atau pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.
Objektivitas laporan keuangan berfokus pada pemberian informasi yang
bermanfaat bagi para penggunanya dalam membuat keputusan ekonomi. Oleh
karenanya, tahap selanjutnya dalam struktur teori akuntansi adalah karakteristik
kualitas informasi yang bermanfaat. Kasrakteristik kualitatif memberikan satu
dasar pemilihan antara berbagai alternatif pelaporan dan akuntansi, seperti
alternatif metode penyusutan, alternatif metode penilaian harta, dan alternatif
11
berkala mendapatkan informasi dari staf audit internal mengenai potensi konflik
kepentingan dan bias mereka, serta bila memungkinkan, memberlakukan rotasi
tugas.
Review
terhadap
komunikasi/laporan
hasil
penugasan
pekerjaan
diterbitkan,
audit
akan
internal
membantu
sebelum
memberikan
internal harus
pekerjaan
mereka. Objektivitas
dalam
standar
internal dalam melakukan audit, dan auditor internal tidak boleh membiarkan
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat auditor tesebut
bekerja atau bahkan tidak boleh membiarkan pertiimbangan auditnyya
dipengaruhi oleh orang lain walaupun orang lain itu mempunyai kekerabatan yang
sangat erat oleh auditor internal tersebut. Sehingga objektivitas mengharuskan
auditor internal melakukan audit dengan objektif sehingga kejujuran atas hasil
audit mereka dapat diyakini dan bukan merupakan hasil kompromi yang dapat
menimbbulkan konflik di dalam perusahaan itu sendiri.
2.3 Pengenalan Tokoh dalam Objektivitas Akuntansi
Donald Herbert Davidson (6 Maret 1917 30 Agustus 2003) adalah seorang
filsuf Amerika Serikat yang menjabat sebagai Professor Filsafat di University of
California, Berkeley dari tahun 1981 hingga 2003 setelah mengajar di Universitas
Stanford,Universitas
Rockefeller, Universitas
Princeton,
dan Universitas
Chicago.
Davidson dikenal akan kepribadiannya yang karismatik dan kedalaman serta sulitnya
pemikirannya. Karyanya memengaruhi berbagai bidang filsafat dari tahun 1960-an,
terutama dalam bidang filsafat pikiran, filsafat bahasa, dan teori tindakan. Meskipun
Davidson adalah seorang filsuf analitik dan sebagian besar karyanya berasal dari tradisi
tersebut, karyanya juga menarik perhatian filsuf kontinental, terutama dalam teori
literer dan bidang yang terkait.
Secara
14
Dalam jurnal ini membahas empat pokok utama, bagian pertama mengenai
pandangan Davidson bahwa objektivitas itu perlu dan dapat tidak memiliki dasar lain dari
intersubjectivitas yang diperkenalkan terkait akuntansi. Bagian kedua, yaitu tanggapan
berupa kritik dari Shapiro yang digunakan untuk meletakkan kedalaman suatu pandangan
Davidson mengenai pengetahuan akuntansi dan teori akuntansi lainnya. Bagian ketiga,
tantangan karya Davidson mengenai metafora akuntansi sebagai bahasa yang
dieksploitasi dan digunakan untuk lebih menjelaskan pandangan antirepresentasionalis
akuntansi. Bagian keempat, merupakan pertanyaan dari isu politisasi akuntansi yang
digunakan untuk mengonteksualisasikan analisis dan perbedaan yang dibuat antara
jangka pendek, langsung, dan keyakinan filosofis jangka panjang.
Bagian pertama, pandangan Donald Davidson mengenai objektivitas
Davidson berpendapat bahwa penjelasan mengenai kemungkinan pengetahuan
harus menjelaskan tiga hal berbeda, namun saling terkait:
15
intuitif tentang kebenaran, menyatakan bahwa kebenaran dari suatu ucapan tergantung
pada dua hal: apa arti kata sebagaimana diucapkan dan bagaimana dunia dirancang.
Davidson menganggap akuntansi adalah realitas bisnis yang telah dinyatakan
dalam akun-akun (accounts). Kebenaran obyektif hanya ada bila ada dua pihak yang
menyepakati tentang sesuatu (intersubyektif). Dengan kata lain obyektifitas ada dalam
ada dua pihak yang saling memberikan pendapatnya dan mereka sepakat untuk
mengatakan hal yang sama. Jadi keyakinan (presupposistion or belief) sebelum laporan
disusun sebenarnya. Menginterpretasi dunia atau kata tidak sekedar melihat apa yang
tergambar dalam cermin. Jika ini yang harus dibaca atau diinterpretasikan (secara
obyektif) tidaklah cukup karena tidak ada hubungan atau komunikasi yang bersifat
intersubyektif. Untuk menguatkan dia justru menyatakan bahwa interpersonal standard
is an objective standard. Interpreter dan pembicara sama-sama mengerti apa yang
menjadi realitasnya, dan ini pasti bersifat subyektif. Bisa juga dikatakan bahwa
kebenaran akan realitas telah dinyatakan secara obyektif yang bersifat intersubyektif.
Tampaknya bahwa kita tidak bisa memiliki pengetahuan tanpa komunikasi.
Tampaknya kita membutuhkan penafsiran. Tugas penafsir jelas: dia harus menetapkan
konten yang sesuai untuk masing-masing dari ucapan-ucapan pembicara. Davidson
berpendapat bahwa kita seharusnya tidak mengharapkan selalu mampu untuk
mendefinisikan konsep-konsep yang berguna kami dalam hal konsep-konsep lain. Ia
memperlakukan konsep kebenaran sebagai primitif, "indah transparan" dengan konsep
jauh lebih problematis seperti makna dan interpretasi yang dia inginkan untuk menerangi
menggunakan teori kebenaran. Dia menganggap kemanusiaan terus-menerus berusaha
untuk mendefinisikan dan menganalisis kebenaran sebagai "kebodohan" (Davidson,
1996, p. 275). Dalam tulisan ini, Davidson's menyatakan konsep kebenaran yang
digunakan akuntansi pengetahuan, serta godaan untuk terlibat dalam spekulasi filosofis
tentang arti "kebenaran" akuntansi akan umumnya ditolak.
Juru bahasa tidak bisa membangun teori interpretatif memadai kebenaran dan
makna untuk pembicara bahasa dengan mengambil setiap kalimat dalam isolasi dan
memutuskan pada kalimat pencocokan tepat dari bahasa sendiri untuk itu. Teori
interpretatif memadai kebenaran dan makna untuk bahasa adalah tentang bagaimana
ucapan-ucapan pembicara memegang bersama-sama dalam koheren pola yang
16
menyesuaikan seluruh dan akal pembicara interaksi dengan lingkungannya, seperti yang
dipahami oleh penafsir.
Jelas bahwa proses penafsiran yang benar, yang digambarkan di atas, bergantung
pada "standar interpersonal konsistensi dan korespondensi" (Davidson, 1991, ms. 158).
Davidson berpendapat bahwa standar "interpersonal" ini adalah "objektif" standar:
penerjemah dan pembicara akan, tak diragukan lagi, kadang-kadang mengerti satu sama
lain berdasarkan keyakinan yang keliru, tetapi seperti kasus "tidak boleh aturan" (David
putra, 1983, MS 317). Dengan demikian Davidson berpikir bahwa kita dapat yakin
"bahwa kami pandangan dunia ini, fitur yang terjelas, sebagian besar benar" (Davidson,
1991, ms. 158).
Analisis Davidson's kondisi kemungkinan tiga jenis pengetahuan, digambarkan di
atas, memungkinkan ada ruang untuk kemungkinan bahwa kami kerangka dasar
kepercayaan entah bagaimana dapat keluar dari fase dengan lingkungan yang
menentukan isinya. Ini memiliki ada ruang untuk gagasan epistemologis kesenjangan
antara isi dari pikiran dan dunia.
Davidson menunjukkan bahwa sifat penafsiran benar menjamin bahwa kita adalah
dengan kuat berhubungan dengan realitas. Berhubungan, yaitu tidak dalam arti bahwa
keyakinan kita dapat lebih atau kurang memadai representasi realitas, tetapi bukan dalam
arti bahwa banyak keyakinan kita sederhana selalu kausal terkait dengan lingkungan
kami dan benar. Ini jelas tidak berarti atau menyiratkan bahwa semua keyakinan kita
harus benar: kepercayaan yang salah mungkin kadang-kadang diprovokasi oleh
menyesatkan sensasi, dan banyak keyakinan kita memperoleh konten mereka sepenuhnya
dari hubungan mereka dengan kepercayaan yang lain dan memiliki hubungan kausal
tidak langsung dengan lingkungan kita. Keyakinan tertentu mungkin palsu, tetapi
kerangka dasar polos keyakinan yang kami pegang tentang dunia dan tempat kita di
dalamnya tidak dapat keliru untuk itu "menginformasikan sisa keyakinan kita, apakah
mereka menjadi true atau false dan membuat mereka dimengerti" (Davidson, 1991, ms.
160).
Pandangan Davidson adalah antirepresentationalist tetapi tidak antirealist.
Davidson jelas menerima dunia sebagai "keluaran" dan tidak diragukan bahwa hal yang
paling di dunia kausal independen dari kita. Antirepresentationalists akan setuju bahwa
17
dunia
dapat
menyebabkan
kita
untuk
menjadi
percaya
benar
kalimat.
Antirepresentationalist karena itu tidak akan menerima bahwa pernyataan dapat benar
"hanya dalam kebajikan dari cara hal-hal yang, terlepas dari bagaimana kita
menggambarkan mereka" (Rorty, 1994b, hal 86).
Analisis Davidson's memberikan alasan yang baik untuk berpikir bahwa sebagian
besar keyakinan kita terjelas harus benar, berhubungan dengan realitas objektif, dan
bersama dengan orang lain. Inti ini sederhana keyakinan yang benar, bahwa konten
diberikan
oleh
hubungan
kausal
lingkungan,
menyediakan
konteks
yang
untuk
membantu
untuk
memperjelas
dan
memperkuat
pandangan
karena pernyataan benar yang kita dapat memberikan tertentu jenis pembenaran
atau bukti adalah dasar ilmu rasional Barat, gagasan tentang proses di
standardsetting, dan permintaan pengesahan layanan. Objektivitas epistemologis
mutlak ditolak pragmatis, intersubjective, dan konsensus Lihat
Realisme eksternal
Shapiro dan Searle berpikir bahwa realisme berguna dapat dipahami dari
sebagai tesis murni ontologis. Sebagai murni ontologis tesis realisme mengatakan
bahwa realitas ada benar-benar independen pernyataan kami, tapi itu
memungkinkan kita untuk mengatakan apa-apa tentang fitur dari kenyataan itu: ia
"tidak mengatakan bagaimana hal tersebut tetapi hanya bahwa ada cara bahwa
mereka" (Searle, 1995, ms. 155). Menegaskan "bahwa ada beberapa realitas 'di
luar sana' secara independen setiap pengamat persepsi, tapi itu tidak membuat
klaim epistemologis tentang bagaimana atau seberapa baik pengamat mungkin
akan datang untuk tahu atau memahami" bahwa realitas (Shapiro, 1997, p. 168).
Shapiro mengikuti Searle dalam memanggil realisme ontologis: eksternal
realisme.
Sebagai murni ontologis tesis realisme unobjectionable, jika tidak
menarik. Hal tersebut tidak, dalam dirinya sendiri, berarti bahwa kita dapat
memiliki akses epistemic ke realitas, atau itu berarti teori korespondensi
kebenaran: "bukan teori kebenaran, tidaklah teori pengetahuan, dan ianya tidak
teori bahasa" (Searle, 1995, ms. 155). Rorty menunjukkan bahwa itu adalah
bentuk realisme yang "tidak ada yang telah pernah menyerang" (Rorty, 1997,
halaman 160).
Dimensi epistemic versi Shapiro dari "realisme eksternal" terang-terangan
berlebihan. Realisme eksternal Searle's terdiri dalam pengertian "bahwa ada cara
bahwa hal yang yang logis independen semua representasi manusia" (Searle,
1995, ms. 155, penekanan ditambahkan). Versi dari "realisme eksternal" yang
Shapiro menyarankan kita harus menerima sebagai Praandaian pelaporan
keuangan terdiri dalam tesis bahwa ada cara bahwa hal yang yang independen
representasi keuangan : "realitas eksternal yang ada secara terpisah dari
pernyataan keuangan yang mewakili" (Shapiro, 1997, p. 167). Untuk Searle,
representasi tergantung konstruksi sosial seperti uang mengandaikan realisme
20
21
wenang dipilih konsep" (Searle, 1995, ms. 161). Dia menolak gagasan bahwa ada
skema konseptual yang benar untuk menggambarkan realitas eksternal. Dia
bersikeras bahwa dunia sendiri membebankan skema tidak konseptual pada kita,
tapi agak "membagi cara kami membaginya" (Searle, 1995, ms. 160), dan dia
berpikir bahwa kita dapat membagi dan mewakili realitas tak pasti beberapa cara
alternatif. Relativisme ini memungkinkan lingkup dunia untuk memaksakan
sendiri berdasarkan skema kami konseptual hanya dari dalam skema tersebut.
Searle kemudian memperingatkan kita bahwa karena kenyataan eksternal tidak
memiliki hak istimewa skema konseptual tertentu, karena itu sendiri tidak
memiliki sudut pandang, "itu akan menjadi mustahil untuk mendapatkan
kebetulan antara kebenaran dan realitas setelah begitu banyak filsuf tradisional
tampaknya rindu" (Searle, 1995, mukasurat 176).
Rorty (1997, p. 162) menunjukkan bahwa Searle sendiri kadang-kadang
tampaknya menyerah pada godaan berpikir bahwa beberapa skema deskriptif
lebih memadai realitas daripada yang lain. Ia klaim, misalnya, bahwa hal itu
"adalah fakta terkenal model yang tertentu, misalnya, Aristoteles fisika dan
proyeksi Mercator, keliru tentang atau mengacaukan fitur tertentu dari dunia"
(Rorty, 1995, ms. 167). Searle's relativisme tampaknya akhirnya memberikan
beberapa ruang, meskipun diam-diam, dengan harapan bahwa kebenaran dan
realitas dapat dilakukan bertepatan, dan sejauh itu sehingga menjadi sulit untuk
membedakan dari naif metafisik realism
Kecenderungan yang sama ini umumnya terbukti dalam aplikasi Shapiro
di relativisme konseptual untuk pelaporan keuangan. Dia nampaknya tidak raguragu menyadari bahwa beberapa model lsporsn keuangan lebih baik daripada
yang lain, dalam arti bahwa mungkin "menggambarkan beberapa fitur eksternal
realitas lebih baik daripada yang lain" (Shapiro, 1997, hal 171). Dia membuat
jelas, misalnya, bahwa ia berpikir bahwa dimasukkannya kompensasi opsi saham
di akun akan
Shapiro benar mengamati bahwa Davidson dan Rorty menolak
gagasannya. Bahwa penolakan tidak, bagaimanapun, berarti bahwa filsuf baik
akan merangkul setiap relativisme konseptual yang substansial. Davidson, pada
23
24
Pandangan
seperti
berdiri
telanjang
bertentangan
dengan
286). Dia berkeras bahwa sebagian besar keyakinan kita dasar, yang
menyesuaikan dan membuat keyakinan lainnya dimengerti, harus menjadi benar
karena "kondisi yang biasanya menyebabkan kita untuk menahan kalimat benar
merupakan kondisi kebenaran, dan karenanya makna, kalimat kami" (Rorty, 1996,
p. 275).
Bagian ketiga, metafora akuntansi sebagai bahasa
Analisis Davidson mendorong kita untuk mengenali bahwa perbedaan bahasa
tidak memberikan hambatan utama untuk komunikasi: "hambatan nyata adalah
pertanyaan ekonomi dan politik kekuasaan" (Davidson, 1994a, ms. 22). Tantangan bagi
profesi tenaga akuntansi adalah untuk menanggapi dorongan demokratis dalam analisis
Davidsonian dan menangani hambatan nyata untuk komunikasi dengan publik yang lebih
luas yang memiliki hak untuk menjadi bagian dari percakapan akuntansi.
Harus jelas bahwa kita harus menolak gagasan bahwa bahasa, dan khususnya
akuntansi sebagai bahasa adalah sebuah media padat bahwa ia menyediakan tidak ada
panduan sama sekali untuk bagaimana dunia sebenarnya. Perhatian sekarang perlu
diberikan pada gagasan bahwa akuntansi sebagai bahasa sebagai media semitransparan
selalu membentuk dan mendistorsi kami pandangan dunia. Garis nyata pengaruhnya
terutama berjalan dalam arah yang berlawanan: dunia, dan kepentingan di dalamnya,
bentuk bahasa kami.
Gagasan bahwa akuntansi, sebagai bahasa, mungkin sebuah media padat itu tidak
memberi kita memiliki akses ke bagaimana dunia benar-benar adalah telah ditolak.
Gagasan bahwa akuntansi, dilihat sebagai media tembus atau semitransparan, mendistorsi
kami pandangan dunia telah dinyatakan sebagai dasarnya didasarkan fakta sederhana
bahwa bahasa mencerminkan dan menanggapi kepentingan kita. Hal ini membuat
pengertian yang akuntansi, dilihat sebagai medium transparan, mungkin hanya mewakili
fakta-fakta. Kita telah melihat bahwa pandangan ini tidak layak. Ia gagal karena kami
memiliki cara mengidentifikasi entitas independen, fakta, yang dapat berhubungan
dengan akuntansi kalimat, tidak berguna, noncircular, dan membuat mereka benar. Itu
gagal, itu adalah, jika kita menafsirkan membicarakan pernyataan dan korespondensi
dalam syarat-syarat falsafah yang konvensional.
28
bahwa
bahasa
akuntansi,
sebagai
cara
propositional
persepsi,
29
Usaha untuk mengisolasi Akuntansi dari politik memperoleh alasan tertentu jika
kita menerima premis objektif kebenaran dalam akuntansi selalu cukup bercerai dari
politik. Itu adalah, jika kita menerima bahwa jika politik, kepentingan, gairah dan
subjektivitas diperbolehkan untuk mengganggu produksi kebenaran dalam akuntansi akan
melemahkan. Solomon berulang kali memperingatkan bahwa politisasi akuntansi akan
"mengancam integritas pelaporan keuangan dan menghilangkan kredibilitas" (Solomon,
1978, ms. 67). Ia menggabungkan politik netral dan kebenaran: "Netralitas akuntansi
menyiratkan keakuratan representasi" (Solomon, 1978, hal. 70). Kebenaran itu sendiri ia
membayangkan dalam korespondensi: "setia representasi memerlukan bahwa harus ada
substansial korespondensi antara keterangan dan jumlah yang digambarkan dalam
pernyataan dan mendasari fenomena ekonomi yang sedang diwakili" (Solomon, 1989,
halaman 32).
Gerboth menanggapi perubahan iklim ini akuntansi yang berpikir, dan khususnya
untuk penolakan "pretensi bahwa akuntansi memaparkan kebenaran mutlak" (Gerboth,
1973, halaman 479), dengan saran bahwa akuntansi harus aktif menjadi dipolitisasi. Dia
berpendapat bahwa penyelidikan akuntansi dapat "tidak lagi" "dilihat sebagai suatu
bentuk pencari kebenaran" (Gerboth, 1973, halaman 478), dan dia bersikeras bahwa itu
harus menemukan baru, dan pada dasarnya politik, Taman untuk legitimasi. Dia
menganggap "politisasi akuntansi pembuatan peraturan tidak bisa dihindari " (Gerboth,
1973, halaman 481). Dan dia menyarankan bahwa peraturan akuntansi harus ditentukan
oleh kompromi politik: "rasionalitas serta kehati-hatian terletak tidak dalam mencari
jawaban akhir, tetapi lebih pada kompromi-pada dasarnya proses politik" (Ger kedua,
1973, halaman 479).
Solomon pasti benar untuk melawan Gerboth yang lebih mencolok visi akuntansi
haluan yang terpisah dari pencarian kebenaran, dan hak untuk menolak saran yang
"pertimbangan politik harus menentukan" standar akuntansi (Solomon, 1978, ms. 66).24
Garis antara mengejar tertarik dan kebenaran dan tidak dikehendaki kompromi
politik akuntansi tidak dapat bersih dan stabil: "filsuf maupun orang lain dapat atas kita
bagus tajam perbedaan antara utilitas sosial yang tepat dan pantas politisasi" (Rorty,
1994a, p. 71). Tapi ini tidak menyebabkan kita nilai setiap kurang lembaga tersebut, nilainilai, dan prosedur yang secara tradisional berkelanjutan mengejar kebenaran obyektif
30
akuntansi. Proses menggambar dan menggambar ulang baris yang tidak benar, seperti
Solomon tampaknya berpikir, pada dasarnya diklaim sebagai masalah teknis, hak
prerogatif profesi tenaga akuntansi sendirian. Tapi sama jelas bahwa Solomon tepat untuk
takut bahwa masyarakat akuntansi menyerah proses untuk kompetisi kepentingan politik,
seperti Gerboth tampaknya merekomendasikan, akan melemahkan objektivitas dan
mengejar kebenaran dalam akuntansi. Dirusak, yaitu hanya sebagai pasti seperti mengejar
kebenaran di perguruan tinggi adalah melemahkan ketika masyarakat akademik
menyerah kebebasan untuk politisi dan birokrat. Masyarakat akuntansi, termasuk praktisi
dan akademisi, memiliki tanggung jawab untuk membawa ke proses pengalaman mereka,
tradisi dan lembaga, meskipun ternoda, kemerdekaan dan pelayanan publik.
Analisis antirepresentationalist, Davidsonian, kami telah digambarkan dalam
karya ini memberi kita alasan baik untuk menjadi yakin bahwa secara keseluruhan kita
tanda-tanda yang aman berhubungan dengan realitas: antirepresentationalist adalah "tidak
lebih bebas dari tekanan dari luar, tidak ada lagi 'sewenang-wenang', daripada orang lain"
(Rorty, 1991b, ms. 69-70).
Kemampuan masyarakat akuntansi untuk mempertahankan mengejar kebenaran
obyektif telah dimasukkan di bawah tekanan besar oleh perkembangan sosial dan
komersial. Kehilangan kepercayaan umum dalam kemampuan masyarakat untuk
mengatasi meningkatkan prospek intervensi politik meningkat. Gangguan tersebut
memiliki potensi untuk lebih lanjut mengurangi kemampuan masyarakat memainkan
peranan yang penting dalam pemeliharaan standar objektivitas dan kebenaran dalam
akuntansi. Penekanan yang sekarang diberi, posting Enron, prinsip-prinsip dan
profesional penilaian akuntansi adalah langkah penting menuju konservasi kapasitas
masyarakat akuntansi untuk berantakan melalui.
Dalam makalah ini pandangan antirepresentationalist ilmu akuntansi telah
direkomendasikan sebagai lebih baik daripada representationalist alternatif. Ia juga telah
menyatakan di sini bahwa filsafat, dan kontroversi filosofis, memiliki relevansi langsung
kecil untuk praktek akuntansi. Tidak konsistensi dihindari karena perbedaan antara
jangka pendek dan jangka panjang pentingnya adu-pendapat filosofis. Filosofis berbeda
bahwa "tidak penting banyak dalam jangka pendek, juga dapat penting dalam jangka
panjang" (Rorty, 1994a, hal 76). Akuntan yang mengambil representationalist filosofis
31
posisi akuntansi pengetahuan, mungkin untuk masalah akuntansi pendekatan dan praktis
mengejar kebenaran dalam akuntansi dalam banyak cara yang sama seperti akuntan yang
dibujuk oleh Davidson's antirepresentationalism. Posisi antirepresentationalist lebih baik
dalam arti bahwa hal itu memberikan pandangan yang lebih matang sifat praktek
akuntansi. Jika akuntansi masyarakat dapat memberikan jaminan palsu dari
representationalism, dan mengadopsi pandangan ini lebih matang hubungan antara
account dan realitas, ada kemungkinan untuk menjadi lebih mampu mengenali dan
menanggapi kepentingan manusia dan perlu.
2.5 Tanggapan Mengenai Objectivity in accounting oleh John Francis McKernan
Dalam jurnal ini Francis McKernan memiliki kecenderungan untuk mendukung
pandangan antirepresensasionalis yang dikemukakan oleh Donald Davidson serta Rorty.
Kami sependapat dengan pendapat dari Donald Davidson tersebut karena saya
menyetujui pendapatnya mengenai Kebenaran obyektif hanya ada bila ada dua pihak
yang menyepakati tentang sesuatu (intersubyektif). Dengan kata lain obyektifitas ada
dalam ada dua pihak yang saling memberikan pendapatnya dan mereka sepakat untuk
mengatakan hal yang sama. Jadi keyakinan (presupposistion or belief) sebelum laporan
disusun sebenarnya. Menginterpretasi dunia atau kata tidak sekedar melihat apa yang
tergambar dalam cermin sehingga dengan ini menyiratkan bahwa perlu adanya
kesepakatan dari beberapa pihak dalam membuat suatu laporan yang objektif. Selain itu
kita tidak hanya melihat dunia Cuma sekedar dari fisiknya saja atau penampilan saja, dan
kita langsung mempercayai terhadap hal tersebut melainkan kita juga harus mempelajari
tentang apa yang sebenarnya terjadi sehingga tercapai objektifitas yang baik, serta kita
menggunakan banyak hal dalam perumusannya. Kami juga kurang sependapat dengan
Shapiro karena keyakinannya akan presupposition (keyakinan yang telah ada) atas
pelaporan keuangan. Disini Shapiro justru setuju dengan apa yang tergambar dalam
cermin adalah realitas, padahal hal itu harus perlu diuji lebih lanjut terutama pada
masalah laporan, karena bisa saja suatu laporan terdapat suatu unsur yang kurang sesuai,
jadi perlu analisis lagi untuk mempercayai hal tersebut.
Mengenai pendapat bahwa akuntansi sebagai bahasa, kami sependapat bahwa
akuntansi dapat menjadi bahasa dengan melalui media transparan dan semi transparan.
Karena media padat itu tidak memberikan panduan sama sekali bagaimana dunia itu
32
benar-benar adanya. Selain itu apabila kita memahami metafora akuntasi sebagai bahasa
dengan media padat dalam memandang suatu objek kita hanya dapat membayangkan
suatu konseptual tersebut, tanpa mengetahui wujud fisik. Apabaila kita memandang
akuntansi sebagai bahasa dengan media transparan dapat membantu memberikan
pengaruh secara ekspilisit dan kuat dalam pembuatan kebijakan akuntansi, dan bila kita
melihat akuntansi dalam media yang semi transparan maka media masih mampu
mendapatkan informasi, sehingga mereka masih dapat memberikan kritik terhadap
akuntansi
Mengenai pendapat mengenai politisasi akuntansi kami cenderung lebih setuju
apabila akuntansi tidak dipolitisasi, sama seperti pendapat Solomon, karena apabila
akuntansi mengalami politisasi yang berlebihan dapat menghilang integritas serta
kredibilitas dari suatu laporan keuangan. Dan kurang sependapat dengan Gerboth
menanggapi perubahan iklim ini akuntansi yang berkembang, , dengan saran bahwa
akuntansi harus aktif menjadi dipolitisasi. Dia berpendapat bahwa penyelidikan akuntansi
dapat "tidak lagi" "dilihat sebagai suatu bentuk pencari kebenaran" dan dia bersikeras
bahwa itu harus menemukan baru, dan pada dasarnya politik, Taman untuk legitimasi.
Dia menganggap "politisasi akuntansi pembuatan peraturan tidak bisa dihindari "
(Gerboth, 1973, halaman 481). Dan dia menyarankan bahwa peraturan akuntansi harus
ditentukan oleh kompromi politik. Berdasarkan hal tersebut kami merasa kurang setuju
apabila akuntansi dipolitisasi dengan berbagai alasan tersebut, meskipun tidak dapat kami
pungkiri bahwa politik juga turut mempengaruhi kebijakan akuntansi, namun hal tersebut
perlu diminimalisir karena di negara ini banyak sekali pihak yang berkepentingan selain
dari pemerintah atau politik, sehingga seharusnya akuntansi dan laporan harus
merepresentasikan secara wajar dan tidak berpihak kepada salah satu pihak.
33
Analisis Shapiro's mengambil inspirasi dan banyak karakter dari Searle (1995)
Ada lima yang ditawarkan oleh Shapiro, yaitu:
eksternal realism
korespondensi teori kebenaran
skema konseptual relatifisme pelaporan keuangan
Pengadilan subyektif (epistemologis subjektivitas)
komitmen untuk rasionalisme (epistemologis objektivitas)
media transparan
media semi transparan
media padat
3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa Akuntansi kita sepatutnya harus memahami konsep tentang
objektivitas dalam akuntansi sehingga kita mengetahui bagaimana perkembangan,
pengaruh objektivitas dalam akuntansi, serta objektivitas seperti apa yang seharusnya
dilakukan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
McKernan, J.F. 2007. Objectivity in Accounting. Accounting, Organizations and Society. 32:
155-180.
Sumber internet:
Anonim.2012.Prinsip
Obyektivitas
dan biaya
dalam
akuntansi.
http://accounting-
RISET
AKUNTANSI:
PERSPEKTIF
INDEPENDENSI,
INTEGRITAS
DAN
OBJEKTIVITAS
36
37