Anda di halaman 1dari 37

Objektivitas dalam Akuntansi

Tugas Mata Kuliah


Seminar Akuntansi

Oleh:
1. Tomy Rizky Izzaqurny
2. Venna Melinda

120810301018
120810301167

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai
Objektivitas

dalam

Akuntansi.

Makalah

ini

dibuat

sebagai

bahan

perkuliahan Seminar Akuntansi pertemuan kedua.


Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang
dalam kami ucapkan kepada Dr. Agung Budi Sulistiyo, SE.,M.Si.,Ak. selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Seminar Akuntansi. Tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada teman teman dan penulis literatur sumber yang telah kami
gunakan untuk membantu kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
berguna

bagi

kami

khususnya

dan

bagi

para

pembaca

pada

umumnya.Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha dengan


segenap

kemampuan.

Tetapi

kami

menyadari

bahwa

masih

banyak

kekurangan dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan


kami, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jember,9 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
2.1 Definisi Objektivitas.....................................................................................6
2.2 Objektivitas dalam Akuntansi.......................................................................8
2.2.1 Objektivitas dalam Laporan Keuangan............................................8
2.2.2 Objektivitas dalam Audit..................................................................12
2.3 Pengenalan Tokoh dalam Objektivitas Akuntansi.........................................14
2.4 Analisis Jurnal Objectivity in accounting .................................................15
2.5 Tanggapan Mengenai Objectivity in accounting.......................................33
BAB III PENUTUP...........................................................................................35

3.1 Kesimpulan.................................................................................................36
3.2 Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya pengetahuan (knowledge) dilihat dari sisi ontologi, epistemologi
dan aksiologi digunakan untuk memperoleh pengetahuan (termasuk akuntansi). Ada yang
berawal dari realitas, kemudian ingin mengetahui realitas. Lalu realitas dilihat apakah realitas
materi atau non materi. Selama ini yang sering menjadi persoalan adalah bagaimana
memeroleh pengetahuan secara obyektif dan tidak obyektif, serta perkembangan suatu
objektif itu dalam suatu ilmu termasuk ilmu akuntansi. Karena tidak bisa kita pungkiri bahwa
akuntansi juga dipengaruhi oleh Objektivitas
Objektivitas itu sendiri dalam suatu ilmu terutama ilmu akuntansi memiliki
pandangan-pandangan, dimana setiap pandangan memiliki dasar yang kuat. Sehingga kami
menganalisis artikel Objektivity in accounting untuk mengetahui pandangan beberapa ahli
mengenai objektivitas itu sendiri, yang ditinjau dari pandangan kaum antirepretasionalis dan
repretasionalis. Selain itu kita juga ingin memhami mengenai beberapa pandangan mengenai
akuntansi sebagai bahasa. Pada akhirnya kita juga ingin memahami mengenai politisasi pada
akuntansi.
Selain memahami mengenai isi artikel Objektivity in accounting kami juga
menjelaskan mengenai apakah objektivitas itu sendiri, lalu objektivitas dalam laporan
keuangan serta objektivitas dalam audit internal. Sehingga kami memberikan pemahaman
lebih mengenai objektivitas dalam akuntansi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah Objektivitas dalam Akuntansi ini kami membuat beberapa rumusan
masalah, antara lain:
4

1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Apa definisi dari objektivitas?


Apakah maksud dari objektivitas dalam akuntansi?
Siapakah tokoh objektivitas dalam akuntansi?
Bagaimana hasil dari analisis jurnal Objectivity in accounting oleh John Francis

1.2.5

McKernan?
Apa tanggapan anda tentang jurnal Objectivity in accounting oleh John Francis
McKernan?

1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki tujuan agar pembaca memahami
mengenai definisi dari objektivitas, maksud dari objektivitas dalam akuntansi, tokoh-tokoh
yang terkait dalam objektivitas akuntansi, hasil dari analisis jurnal Objectivity in
accounting oleh John Francis McKernan serta tenggapan kami mengenai,jurnal Objectivity
in accounting oleh John Francis McKernan.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Objektivitas

Pengertian objektivitas menurut Lawrence B. Swyer, mortimer A. Dittenhofer dan


James H. Scheiner yang diterjemahkan oleh Desi Anhariani (2006:103) adalah :
Objektivitas adalah suatu hal yang langka dan hendaknya tidak dikompromikan.
Seorang audior hendaknya tidak pernah menempatkan diri atau ditempatkan dalam posisi
di mana objektivitas mereka dapat dipertanyakan. Kode etik dan standar auditor internal
telah menetapkan aturan-aturan tertentu yang harus diikuti agar terhindar dari
kemungkinan pandangan akan kurangnya objektivitas atau munculnya bias. Pelanggaran
atas aturan-aturan ini akan menyebabkan munculnya kritikan dan pertanyaan mengenai
kurangnya objektivitas yang dimiliki oleh audit internal.
Selain itu pengertian objektivitas menurut Siti Kurnia Rahayu dann Ely Suhayati
(2009:52) adalah :
Harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang dketahuinya
atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan memprtahankan
integritas auditor akan bertindak jujur,, dan tegas, dengan mempertahankan
objektivitasnya, auditor akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan
pekerjaannya tanppa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau
kepentingan pribadi.
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan objektivitas sebagai bebasnya seseorang
dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat
mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menunjang
objektivitas antara lain:
(1) dapat diandalkan dan dipercaya,
(2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitian lain atau pekerjaan-pekerjaan lain
yang merupakan tugas operasional objek yang diperiksa,
(3) tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain,
(4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta
(5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.
Objektivitas dan Subjektivitas berkaitan dengan apa-apa yang ada di dalam dan
diluar pikiran manusia. Dalam pemahaman ini, objektivitas berarti hal-hal yang bisa
diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia. Sedangkan subjektivitas adalah
fakta yang ada di dalam pikiran manusia sebagai persepsi, keyakinan dan perasaan.

Pandangan objektif akan cenderung bebas nilai sedangkan subjektif sebaliknya.


Keduanya memiliki kelebihan-kekurangannya. Dalam tradisi ilmu pengetahuan
objektivitas akan menghasilkan pengetahuan kuantitatif sedangkan subjektivitas akan
menghasilkan pengetahuan kualitatif.
Objektivisme berdasarkan pada kejadian yang sesungguhnya. Sedangkan
subjektivisme berdasarkan pada pendapat orang tersebut bahwa sesuatu ada karena
dianggap hal tersebut memang ada.
Asumsi

Objektif

Subjektif

Ontology

Realism

Nominalism

Menganggap bahwa dunia sosial dibentuk dari

Menganggap dunia sosial di luar hanya

sesuatu yang berwujud, dan tidak mudah

merupakan nama, konsep, dan labil.

berubah.
Epistemology

Positivism

Post-positivm

Mencoba menjelaskan dan memperkirakan apa

Menganggap bahwa dunia sosial hanya dapat

yang terjadi dalam dunia sosial dengan melihat

dimengerti dari sudut pandang individu yang

keteraturan dan hubungan sebab akibat.

secara
langsung dalam kegiatan penelitian tersebut

Human nature

Determinism

Voluntarism

Menganggap bahwa manusia dan aktivitasnya

Menganggap bahwa manusia mempunyai

tergantung dari lingkungan tempat dia berada.

kehendak
Atas aktivitasnya.

Methodology

Nomothetic

Idiographic

Penelitian harus berdasarkan aturan- aturan

Peneliti hanya dapat mengerti apabila langsung

yang sistematis.

terjun ke subjek yang sedang diteliti.

2.2 Objektivitas dalam Akuntansi


Prinsip obyektivitas merupakan prinsip yang cukup penting didalam akuntansi
selain konsep entitas serta prinsip-prinsip akuntansi yang lainnya dalam kaitannya untuk
proses pembuatan laporan keuangan serta hal dan kegiatan yang berhubungan dengan

akuntansi seperti jurnal, buku besar, neraca saldo, neraca lajur dan masih banyak yang
lain.
2.2.1 Objektivitas dalam Laporan Keuangan
Prinsip obyektivitas bisa mengandung arti bahwa dalam pembuatan
sebuah laporan keuangan atau laporan serta catatan akuntansi maka sumber data
yang digunakan harus dapat diverifikasi atau diperiksa kebenarannya, apabila
bukti-bukti transaksi yang di gunakan sebagai sumber tidak obyektif maka tentu
saja laporan dan catatan akuntansi yang dihasilkan menjadi tidak obyektif dan
tidak sesuai. Sehingga objektif dalam akuntansi dinilai berdasarkan atas laporan
keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi, kinerja keuangan dan
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi segenap lapisan
pengguna dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi, seperti apakah
investor ingin ingin menjual atau menahan suatu investasi dalam suatu entitas,
atau karyawan yang menilai kemampuan suatu entitas untuk memberikan
tunjangan kepadanya. Pengguna laporan keuangan meliputi investor potensial,
karyawan, pemberi pinjaman,pemasok dan kreditor dagang lainnya, pelanggan,
pemerintah,dan agen-agen lain, serta masyarakat. Oleh karena investor adalah
penyedia modal yang berisiko, maka dapat dianggap bahwa laporan keuangan
yang memenuhikebutuhannyajuga akan memenuhi kebutuhan pengguna lainnya.
Objektivitas laporan keuangan membutuhkan satu fokus agar supaya tidak
menjadi kabur atau abstrak.Oleh karenanya, objektivitas menekankan pada
informasi yang bermanfaat untuk keputusan-keputusan investasi dan kredit.Para
investor, kreditor dan penasehatnya merupakan pemakai informasi daftar
keuangan yang berada di luar perusahaan.Mereka sedikit sekali memperoleh
penjelasan informasi keuangan yang mereka butuhkan. Mereka memperoleh
informasi yang dibutuhkan sama seperti umumnya kelompok pengguna lainnya
yang berkepentingan atas keuangan perusahaan.
Peranan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah untuk menyajikan
informasi yang bersifat netral dan tidak bias yang membantu meningkatkan
efisiensi alokasi sumber kekayaan yang terbatas pada pasar modal dan lainnya.
Daftar-daftar keuangan juga disajikan berdasarkan pada tujuan eksternal
pelaporan keuangan diarahkan pada kepentingan umum pengguna daftar

keuangan yaitu kemampuan perusahaan menperoleh arus kas positif dari


operasinya. Objektivitas pelaporan keuangan dihubungkan dengan keterlibatan
peranan akuntansi dan pelaporan keuangan dan diarahkan pada tujuan umum
pelaporan keuangan oleh satuan usaha.
Terdapat 3 dasar objektivitas pelaporan keuang yang terdapat dalam
Statement of Financial Accounting Concept No. 1 yaitu:
1. Financial accounting should provide information that is useful to present
and po-tential investors and creditors and other users in making rational
investment, credit and similar decisions. The Information should be
comprehensible to those who have a reasonable understanding of business
and economic activities and are willing to study the informatin with
reasonable diligence.
2. Financial reporting should provide information to help present and
potential inves-tors and creditos and other users to assess the amounts,
timing, and uncertaninty of prospective cash receipts from dividends or
interest and the proceed from the sale, redemption, or maturity of
securities or loans. Since investors and creditors cash flows are related to
enterprise cash flows, financial reporting should provide information to
help investors and creditors and other assess the amounts, timing, and
uncertainty prospective net cash inflows to the related enterprise.
3. Financial reporting should provide information about the economic
resources of enterprise, wich are sources, direct or indirect, of future cash
inflows; the claims to those resources (obligation of the enterprise to
transfer resources to other entities and owners equity), wich are sources,
direct or indirect, or future cash outflows; and the effect of transactions,
events, and circumtances that cause changes in resources and claims to
those resources.
Objektivitas laporan keuangan membutuhkan satu fokus agar supaya tidak
menjadi kabur atau abstrak. Oleh karenanya, objektivitas menekankan pada
informasi yang bermanfaat untuk keputusan-keputusan investasi dan kredit. Para
inestor, kreditor dan penasehatnya merupakan pemakai informasi daftar keuangan
9

yang berada di luar perusahaan. Mereka sedikit sekali memperoleh penjelasan


informasi keuangan yang mereka butuhkan. Mereka memperoleh informasi yang
dibutuhkan sama

seperti

umumnya

kelompok pengguna

lainnya

yang

berkepentingan atas keuangan perusahaan.


Ketiga dasar objektivitas laporan keuang diatas adalah sangat penting
sebab ketiganya menyajikan sesuatu yang berharga yang membantu didalam
pemecahan masalah-masalah khususnya menyangkut akuntansi dan laporan keuangan. Ketiga objektivitas adalah merupakan bahagian dari laporan keuangan
bukan merupakan tujuan dari para investor, kreditor atau kelompok lainnya yang
menggunakan informasi daftar keuangan. Oleh karenanya konsisten dengan
peranan penyajian informasi keuangan yang bermanfaat dalam membuat
keputusan ekonomi, dan bukan membantu untuk dapat menentukan keputusan apa
yang harus diambil.
Objektivitas pertama adalah luas dan berfokus pada informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor. Objektivitas
ini menekankan informasi yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak
dengan kepentingan organisasi. Para investor, kreditor dan lainnya yang
menggunakan informasi keuangan memiliki tingkat pemahaman informasi
keuangan yang bervariasi. Cara dan perhatian mereka dalam menggunakan
informasi juga sangat bervariasi. Informasi keuangan adalah alat, oleh karenanya
tidak dapat banyak membantu bagi mereka yang tidak memamahaminya, bagi
mereka yang tidak berkeinginan menggunakannya, atau bagi mereka yang tidak
memerlu-kannya. Dengan demikian, khususnya, objektivitas pertama laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh orang-orang
yang yang memiliki latar belakang pemahaman aktivitas usaha dan ekonomi yang
memadai dan berkeinginan untuk menggunakan informasi secara tepat.
Objektivitas kedua lebih menjurus pada kepetingan investor, kreditor
dalam penerimaan uang tunai sebagai hasil dari investasi atau pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan. Objektivitas ini juga menghubungkan prospek
penerimaan tunai bagi para investor dan kreditor dengan prospek penerimaan
uang tunai bagi perusahaan. Kemampuan perusahaan membayar dividen dan
10

bunga, seperti yang terjadi dalam pasar saham, dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan menciptakan arus kas yang menguntungkan. Oleh karenanya, untuk
menentukan prospek arus kas mereka, para investor, kreditor dan lainnya dapat
memperoleh informasi yang membantunya menentukan jumlah, waktu dan
ketidak pastian harapan perolehan uang tunai dari perusahaan bersangkutan.
Objektivitas ketiga menekankan jaminan informasi tentang keterbatasan
sumbersumber ekonomi yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan aktivitas
ekonomi, klaim atas sumber-sumber, dan perubahan atas sumber-sumber ekonomi
dan kewajiban kewajiban yang dibawa oleh aktivitas mendapatkan pendapatan
atau aktivitas operasi lainnya. Informasi seperti ini membantu investor, kreditor
dan lainnya untuk menyatakan kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan,
menentukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dan
jangka panjang. Lebih dari itu, laporan juga menyajikan secara langsung indikasi
adanya potensi arus kas dari beberapa sumber dan kebutuhan kas untuk melunasi
berbagai kewajiban. Walaupun banyak arus kas yang tidak dapat di hubungkan
dengan sumber-sumber dan kewajiban-kewajiban khusus, namun sebagai penggantinya, dapat terlihat dari kombinasi sumber-sumber didalam aktivitas operasi
perusahaan. Atas dasar alasan ini, laporan keuangan harus menyajikan informasi
tentang kinerja keuangan perusahaan, yang diperlihatkan dalam perolehan
keuntungan dalam satu periode. Sesuai dengan FASB, the primary focus of
financial reporting is information about an enterprises performance provided by
measures of earnings and its components.4 Para investor dan kreditor dapat
menggunakan evaluasi kinerja perolehan keuntungan perusahaan untuk membentuk harapan kinerja keuntungan di masa akan datang, yang menjanjikan harapan
arus kasa atas investasi atau pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.
Objektivitas laporan keuangan berfokus pada pemberian informasi yang
bermanfaat bagi para penggunanya dalam membuat keputusan ekonomi. Oleh
karenanya, tahap selanjutnya dalam struktur teori akuntansi adalah karakteristik
kualitas informasi yang bermanfaat. Kasrakteristik kualitatif memberikan satu
dasar pemilihan antara berbagai alternatif pelaporan dan akuntansi, seperti
alternatif metode penyusutan, alternatif metode penilaian harta, dan alternatif
11

metode penjelasan. Karakteristik kualitatif juga membantu menjawab perta-nyaan


tentang karakteristik informasi akuntansi apa yang membuat informasi bermanfaat
dalam pengambilan keputusan.
2.2.2 Objektivitas dalam Audit
Auditor harus menjunjung tinggi ketidak-berpihakan prefosional dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi audit. Auditor
APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil
keputusan.
Untuk memperoleh sikap seorang auditor yang objektif menurut Lawrence
B. Swyer, mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner yang diterjemahkan
oleh Desi Anhariani (2006:11) adalah :
Objektivitas dipastikan melalui struktur organisasi, pelatihan, dan
penugasan personel dengan pertimbangan yang seksama.
Objektivitas auditor internal menurut Standar Profesi Audit Internal yang
dikutip oleh Konsersium Organisasi Profesional Audit Internal (2004:8) adalah
sebagai:
Audior internal harus memiliki sikap mental yang obyektif, tidak
memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertenangan kepentingn
(conflict of interest).
Dalam standar digariskan bahwa auditor internal harus memiliki sikap
yang tidak memihak, tidak bias, dan menghindari konflik kepentingan . (auditor
internal.com:2010). Lebih lanjut IIA memberikan panduan sebagai berikut:
Dengan objektivitas individual dimaksudkan auditor internal melakukan
penugasan dengan keyakinan yang jujur dan tidak membuat kompromi dalam hal
kualitas yang signifikan. Auditor internal tidak boleh ditempatkan dalam situasisituasi yang dapat mengganggu kemampuan mereka dalam membuat penilaian
secara objektif profesional.
Objektivitas Individual melibatkan kepala eksekutif audit (CAE) untuk
memberikan penugasan staf sedemikian rupa sehingga mencegah konflik
kepentingan dan bias, baik yang potensial maupuna ktual. CAE juga perlu secara
12

berkala mendapatkan informasi dari staf audit internal mengenai potensi konflik
kepentingan dan bias mereka, serta bila memungkinkan, memberlakukan rotasi
tugas.
Review

terhadap

komunikasi/laporan

hasil

penugasan

pekerjaan

diterbitkan,

audit

akan

internal

membantu

sebelum

memberikan

keyakinan yang memadai bahwa pekerjaan auditor internal yang bersangkutan


telah dilakukan secara objektif.
Objektivitas auditor internal tidak terpengaruh secara negatif ketika
auditor merekomendasikan standar pengendalian untuk sistem tertentu atau
melakukan review terhadap prosedur tertentu sebelum dilaksanakan. Objektivitas
auditor dianggap terganggu jika auditor membuat desain, menerapkan,
mendrafkan prosedur, atau mengoperasikan sistem tersebut.
Pelaksanaan tugas sesekali di luar audit oleh auditor internal, bila
dilakukan pengungkapan penuh dalam pelaporan tugas itu, tidak serta merta
mengganggu objektivitas. Namun, hal tersebut membutuhkan pertimbangan
cermat, baik oleh manajemen maupun auditor internal untuk menghindari dampak
negatif terhadap objektivitas auditor internal.
Dalam standar1100 digariskan

bahwa aktivitas auditor

internal harus

bersikap independensi, dan auditor internal harus bersikap objektif dalam


melaksanakan

pekerjaan

mereka. Objektivitas

dalam

standar

1100 (auditorinternal.com:2010) adalah :


Sikap mental yang tidak bias yang memungkinkan auditor internal untuk
melakukan penugasan dengan sedemikian rupa sehingga mereka meyakini hasil
pekerjaan mereka dan meyakini tidak ada kompromi. Objektivitas mensyaratkan
bahwa auditor internal tidak menundukkan penilaian mereka dalam masalahmasalah audit terhadap orang lain. Ancaman terhadap objektivitas harus
dikelola pada masing-masing tingkat auditor, penugasan, fungsional, dan tingkat
organisasi.
Kesimpulan bahwa audit internal diharuskan bersikap objektif dalam
melaksanakan proses dan pelaporan audit pada perusahaannya. Objektivitas juga
merupakan kebebasan sikap mental yang seharusnya dipertahankan oleh audit
13

internal dalam melakukan audit, dan auditor internal tidak boleh membiarkan
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat auditor tesebut
bekerja atau bahkan tidak boleh membiarkan pertiimbangan auditnyya
dipengaruhi oleh orang lain walaupun orang lain itu mempunyai kekerabatan yang
sangat erat oleh auditor internal tersebut. Sehingga objektivitas mengharuskan
auditor internal melakukan audit dengan objektif sehingga kejujuran atas hasil
audit mereka dapat diyakini dan bukan merupakan hasil kompromi yang dapat
menimbbulkan konflik di dalam perusahaan itu sendiri.
2.3 Pengenalan Tokoh dalam Objektivitas Akuntansi
Donald Herbert Davidson (6 Maret 1917 30 Agustus 2003) adalah seorang
filsuf Amerika Serikat yang menjabat sebagai Professor Filsafat di University of
California, Berkeley dari tahun 1981 hingga 2003 setelah mengajar di Universitas
Stanford,Universitas

Rockefeller, Universitas

Princeton,

dan Universitas

Chicago.

Davidson dikenal akan kepribadiannya yang karismatik dan kedalaman serta sulitnya
pemikirannya. Karyanya memengaruhi berbagai bidang filsafat dari tahun 1960-an,
terutama dalam bidang filsafat pikiran, filsafat bahasa, dan teori tindakan. Meskipun
Davidson adalah seorang filsuf analitik dan sebagian besar karyanya berasal dari tradisi
tersebut, karyanya juga menarik perhatian filsuf kontinental, terutama dalam teori
literer dan bidang yang terkait.

2.4 Analisis Jurnal Objectivity in accounting oleh John Francis McKernan


Dalam penelitian akuntansi, orang masih berbeda pandangan tentang obyektifitas
dalam memahami realitas. Benarkah demikian? Ada dua pihak yang berseberangan
tentang obyektifitas, Donald Davidson yang antirepresentasionalis dan Shapiro yang
mengacu kepada pendapat John Searle di pihak yang representasionalis.

Secara

sederhana dapat kita katakan, mengetahui merupakan kegiatan akal budiuntuk


menangkap inti realitas yang menghasilkan representasi mental. Korespondensi
gambaranakal budi dengan realitas eksternal menjadi tolok ukur bagi kebenaran. Pandang
an ini dapat kita sebutsebagai paham representasionalisme.

14

Dalam jurnal ini membahas empat pokok utama, bagian pertama mengenai
pandangan Davidson bahwa objektivitas itu perlu dan dapat tidak memiliki dasar lain dari
intersubjectivitas yang diperkenalkan terkait akuntansi. Bagian kedua, yaitu tanggapan
berupa kritik dari Shapiro yang digunakan untuk meletakkan kedalaman suatu pandangan
Davidson mengenai pengetahuan akuntansi dan teori akuntansi lainnya. Bagian ketiga,
tantangan karya Davidson mengenai metafora akuntansi sebagai bahasa yang
dieksploitasi dan digunakan untuk lebih menjelaskan pandangan antirepresentasionalis
akuntansi. Bagian keempat, merupakan pertanyaan dari isu politisasi akuntansi yang
digunakan untuk mengonteksualisasikan analisis dan perbedaan yang dibuat antara
jangka pendek, langsung, dan keyakinan filosofis jangka panjang.
Bagian pertama, pandangan Donald Davidson mengenai objektivitas
Davidson berpendapat bahwa penjelasan mengenai kemungkinan pengetahuan
harus menjelaskan tiga hal berbeda, namun saling terkait:

pengetahuan tentang dunia


pengetahuan tentang pikiran lain
pengetahuan tentang pikiran kita sendiri.
Dia menunjukkan bahwa kita mungkin berpikir tiga jenis pengetahuan dalam hal

segitiga, bertumpu pada basis komunikasi-hubungan antara pengetahuan tentang pikiran


kita sendiri dan pengetahuan tentang pikiran lain. Davidson menunjukkan bahwa
pengetahuan jelas mengandaikan kepercayaan dan bahwa memiliki keyakinan yang
mensyaratkan bahwa kita dapat membedakan antara benar dan salah, ia berpendapat
bahawa "sumber konsep objektif kebenaran adalah komunikasi antar pribadi" (Davidson,
1991, ms. 157). Davidson menolak untuk definisi kebenaran, tetapi dia satu hal yaitu
"kebenaran ucapan tergantung pada dua hal: maksud kata-kata yang diucapkan, dan
bagaimana dunia diatur" (Davidson, 1983, halaman 309).
Davidson menyatakan bahwa pengetahuan termasuk akuntansi harus dinyatakan
dalam tiga hal yang berbeda tapi bersifat interdependen yaitu ketiga hal yang telah
disebutkan diatas yaitu: knowledge of the world, knowledge of other minds dan
knowledge of ones own mind. Dia juga mengikuti pendapat Wittgenstein bahwa sumber
dari kebenaran obyektif adalah komunikasi interpersonal. Davidson mengakui kebenaran

15

intuitif tentang kebenaran, menyatakan bahwa kebenaran dari suatu ucapan tergantung
pada dua hal: apa arti kata sebagaimana diucapkan dan bagaimana dunia dirancang.
Davidson menganggap akuntansi adalah realitas bisnis yang telah dinyatakan
dalam akun-akun (accounts). Kebenaran obyektif hanya ada bila ada dua pihak yang
menyepakati tentang sesuatu (intersubyektif). Dengan kata lain obyektifitas ada dalam
ada dua pihak yang saling memberikan pendapatnya dan mereka sepakat untuk
mengatakan hal yang sama. Jadi keyakinan (presupposistion or belief) sebelum laporan
disusun sebenarnya. Menginterpretasi dunia atau kata tidak sekedar melihat apa yang
tergambar dalam cermin. Jika ini yang harus dibaca atau diinterpretasikan (secara
obyektif) tidaklah cukup karena tidak ada hubungan atau komunikasi yang bersifat
intersubyektif. Untuk menguatkan dia justru menyatakan bahwa interpersonal standard
is an objective standard. Interpreter dan pembicara sama-sama mengerti apa yang
menjadi realitasnya, dan ini pasti bersifat subyektif. Bisa juga dikatakan bahwa
kebenaran akan realitas telah dinyatakan secara obyektif yang bersifat intersubyektif.
Tampaknya bahwa kita tidak bisa memiliki pengetahuan tanpa komunikasi.
Tampaknya kita membutuhkan penafsiran. Tugas penafsir jelas: dia harus menetapkan
konten yang sesuai untuk masing-masing dari ucapan-ucapan pembicara. Davidson
berpendapat bahwa kita seharusnya tidak mengharapkan selalu mampu untuk
mendefinisikan konsep-konsep yang berguna kami dalam hal konsep-konsep lain. Ia
memperlakukan konsep kebenaran sebagai primitif, "indah transparan" dengan konsep
jauh lebih problematis seperti makna dan interpretasi yang dia inginkan untuk menerangi
menggunakan teori kebenaran. Dia menganggap kemanusiaan terus-menerus berusaha
untuk mendefinisikan dan menganalisis kebenaran sebagai "kebodohan" (Davidson,
1996, p. 275). Dalam tulisan ini, Davidson's menyatakan konsep kebenaran yang
digunakan akuntansi pengetahuan, serta godaan untuk terlibat dalam spekulasi filosofis
tentang arti "kebenaran" akuntansi akan umumnya ditolak.
Juru bahasa tidak bisa membangun teori interpretatif memadai kebenaran dan
makna untuk pembicara bahasa dengan mengambil setiap kalimat dalam isolasi dan
memutuskan pada kalimat pencocokan tepat dari bahasa sendiri untuk itu. Teori
interpretatif memadai kebenaran dan makna untuk bahasa adalah tentang bagaimana
ucapan-ucapan pembicara memegang bersama-sama dalam koheren pola yang
16

menyesuaikan seluruh dan akal pembicara interaksi dengan lingkungannya, seperti yang
dipahami oleh penafsir.
Jelas bahwa proses penafsiran yang benar, yang digambarkan di atas, bergantung
pada "standar interpersonal konsistensi dan korespondensi" (Davidson, 1991, ms. 158).
Davidson berpendapat bahwa standar "interpersonal" ini adalah "objektif" standar:
penerjemah dan pembicara akan, tak diragukan lagi, kadang-kadang mengerti satu sama
lain berdasarkan keyakinan yang keliru, tetapi seperti kasus "tidak boleh aturan" (David
putra, 1983, MS 317). Dengan demikian Davidson berpikir bahwa kita dapat yakin
"bahwa kami pandangan dunia ini, fitur yang terjelas, sebagian besar benar" (Davidson,
1991, ms. 158).
Analisis Davidson's kondisi kemungkinan tiga jenis pengetahuan, digambarkan di
atas, memungkinkan ada ruang untuk kemungkinan bahwa kami kerangka dasar
kepercayaan entah bagaimana dapat keluar dari fase dengan lingkungan yang
menentukan isinya. Ini memiliki ada ruang untuk gagasan epistemologis kesenjangan
antara isi dari pikiran dan dunia.
Davidson menunjukkan bahwa sifat penafsiran benar menjamin bahwa kita adalah
dengan kuat berhubungan dengan realitas. Berhubungan, yaitu tidak dalam arti bahwa
keyakinan kita dapat lebih atau kurang memadai representasi realitas, tetapi bukan dalam
arti bahwa banyak keyakinan kita sederhana selalu kausal terkait dengan lingkungan
kami dan benar. Ini jelas tidak berarti atau menyiratkan bahwa semua keyakinan kita
harus benar: kepercayaan yang salah mungkin kadang-kadang diprovokasi oleh
menyesatkan sensasi, dan banyak keyakinan kita memperoleh konten mereka sepenuhnya
dari hubungan mereka dengan kepercayaan yang lain dan memiliki hubungan kausal
tidak langsung dengan lingkungan kita. Keyakinan tertentu mungkin palsu, tetapi
kerangka dasar polos keyakinan yang kami pegang tentang dunia dan tempat kita di
dalamnya tidak dapat keliru untuk itu "menginformasikan sisa keyakinan kita, apakah
mereka menjadi true atau false dan membuat mereka dimengerti" (Davidson, 1991, ms.
160).
Pandangan Davidson adalah antirepresentationalist tetapi tidak antirealist.
Davidson jelas menerima dunia sebagai "keluaran" dan tidak diragukan bahwa hal yang
paling di dunia kausal independen dari kita. Antirepresentationalists akan setuju bahwa
17

dunia

dapat

menyebabkan

kita

untuk

menjadi

percaya

benar

kalimat.

Antirepresentationalist karena itu tidak akan menerima bahwa pernyataan dapat benar
"hanya dalam kebajikan dari cara hal-hal yang, terlepas dari bagaimana kita
menggambarkan mereka" (Rorty, 1994b, hal 86).
Analisis Davidson's memberikan alasan yang baik untuk berpikir bahwa sebagian
besar keyakinan kita terjelas harus benar, berhubungan dengan realitas objektif, dan
bersama dengan orang lain. Inti ini sederhana keyakinan yang benar, bahwa konten
diberikan

oleh

hubungan

kausal

lingkungan,

menyediakan

konteks

yang

menginformasikan dan membuat dimengerti keyakinan kita yang lain.


Analisis Davidsonian, yang digambarkan di atas, memungkinkan ada ruang untuk
berprinsip perbedaan antara evaluatif dan jenis penilaian: "penilaian nilai kita yang tidak
berbeda dalam bentuk dari penilaian kita faktual" (Davidson, 1994a, halaman 21). Ada
perbedaan berprinsip tidak di antara kemampuan kita untuk subjektifitas memvalidasi
keyakinan kita dan nilai-nilai kita, tidak ada "yang memungkinkan kita untuk
mengatakan bahwa dalam kasus satu kebenaran memiliki aplikasi dan dalam kasus lain
tidak" (Davidson, 1994a, halaman 21).
Bagian kedua,Sebuah kritik terhadap "pengandaian" pelaporan keuangan
eksternal
Di lain sisi, Shapiro malah melakukan hal yang berbeda. Dia yakin akan
presupposition (keyakinan yang telah ada) atas pelaporan keuangan. Disini Shapiro justru
setuju dengan apa yang tergambar dalam cermin adalah realitas. Dalam keyakinan yang
kedua dia mengungkapkan: a financial representation is true if it coresponds (at least
approximately) to the underlying economic reality that it purports to represent. Idenya
memang terinspirasi dari pandangan Searle tentang keyakinan yang telah ada dalam
memandang dunia. Dalam satu pengertian, akuntansi sering dianggap sebagai bahasa
(perusahaan). Untuk mengerti bahasa tentu ada dua pihak yang berkaitan dengan hal
tersebut, pembicara dan pendengar atau interpreternya. Dalam komunikasi ini tentu harus
ada pengertian yang di antara keduanya tentang kata atau realitas yang diungkapkan.
Sebagaimana diungkapkan bahwa manusia memahami realitas dengan membuat realitas,
ini mungkin merupakan pendapat Hines. Manusia memahami kejadian ekonomi dengan
membuat akun (account). Apakah ada obyektifitas jika orang ingin ada obyektifitas dalam
18

pelaporan keuangan padahal manusia memahami realitas dengan mengkonstruk realitas


itu sendiri. Perubahan praktik akuntansi bisa terjadi dengan adanya perubahan lingkungan
bisnis maupun perubahan orientasi organisasi. Hal ini biasa dilakukan oleh para
pengambil keputusan strategis. Dibalik perubahan yang dilakukan, tentu akan selalu
mengandung konflik kepentingan, proses menekan, penggunaan kekuasaan dan tentu saja
politik.
Kritik yang disajikan dalam bagian ini kertas Shapiro di pada dasarnya
representationalist analisis dari prasangka pelaporan keuangan eksternal, ditujukan
terutama

untuk

membantu

untuk

memperjelas

dan

memperkuat

pandangan

antirepresentationalist tentang kemungkinan kebenaran dan objektivitas akuntansi.


Analisis Shapiro's mengambil inspirasi dan banyak karakter dari Searle (1995) Ada lima
yang ditawarkan oleh Shapiro, yaitu:
1. eksternal realisme: eksternal realitas yang berdiri mandiri terlepas dari pernyataan
keuangan yang mewakili. fenomena sosial secara ontologi subyektif tetapi
sebenarnya seperti fenomena fisik secara ontologi objektif
2. korespondensi teori kebenaran: Representasi keuangan benar jika ia susuai
setidaknya mendekati

mendasari realitas ekonomi yang dimaksudkan untuk

mewakili keadaan tersebut


3. skema konseptual relatifisme pelaporan keuangan: semua sistem perwakilan,
seperti kerangka konseptual, adalah kreasi manusia dan dengan demikian
konstruksi sosial. Perbedaan sistem representasi dapat digunakan untuk mewakili
realitas yang sama, dan satu sistem mungkin atau mungkin tidak lebih baik
daripada yang lain. Adalah tujuan keuangan pelaporan berdasarkan nilai-nilai
normatif yang tidak dapat memferifikasi atau secara empiris divalidasi
4. Pengadilan subyektif (epistemologis subjektivitas): penilaian akuntan tentang apa
yang merupakan berlaku Deskripsi tentang realitas ekonomi yang dipengaruhi
oleh banyak faktor-budaya, ekonomi, politik, psikologi, dan seterusnya.
Objektivitas epistemologis mutlak tidak dimungkinkan karena semua penilaian
akuntansi dibuat dari sudut pandang, tunduk pada berbagai pengukuran bias
termotivasi oleh Pribadi faktor-faktor, dan dalam konteks sejarah tertentu
5. komitmen untuk rasionalisme (epistemologis objektivitas): mengetahui adalah
tujuan sejauh bahwa masyarakat dapat menyepakati kriteria untuk mengevaluasi
pembenaran atau bukti untuk pernyataan. Gagasan bahwa pengetahuan terdiri
19

karena pernyataan benar yang kita dapat memberikan tertentu jenis pembenaran
atau bukti adalah dasar ilmu rasional Barat, gagasan tentang proses di
standardsetting, dan permintaan pengesahan layanan. Objektivitas epistemologis
mutlak ditolak pragmatis, intersubjective, dan konsensus Lihat
Realisme eksternal
Shapiro dan Searle berpikir bahwa realisme berguna dapat dipahami dari
sebagai tesis murni ontologis. Sebagai murni ontologis tesis realisme mengatakan
bahwa realitas ada benar-benar independen pernyataan kami, tapi itu
memungkinkan kita untuk mengatakan apa-apa tentang fitur dari kenyataan itu: ia
"tidak mengatakan bagaimana hal tersebut tetapi hanya bahwa ada cara bahwa
mereka" (Searle, 1995, ms. 155). Menegaskan "bahwa ada beberapa realitas 'di
luar sana' secara independen setiap pengamat persepsi, tapi itu tidak membuat
klaim epistemologis tentang bagaimana atau seberapa baik pengamat mungkin
akan datang untuk tahu atau memahami" bahwa realitas (Shapiro, 1997, p. 168).
Shapiro mengikuti Searle dalam memanggil realisme ontologis: eksternal
realisme.
Sebagai murni ontologis tesis realisme unobjectionable, jika tidak
menarik. Hal tersebut tidak, dalam dirinya sendiri, berarti bahwa kita dapat
memiliki akses epistemic ke realitas, atau itu berarti teori korespondensi
kebenaran: "bukan teori kebenaran, tidaklah teori pengetahuan, dan ianya tidak
teori bahasa" (Searle, 1995, ms. 155). Rorty menunjukkan bahwa itu adalah
bentuk realisme yang "tidak ada yang telah pernah menyerang" (Rorty, 1997,
halaman 160).
Dimensi epistemic versi Shapiro dari "realisme eksternal" terang-terangan
berlebihan. Realisme eksternal Searle's terdiri dalam pengertian "bahwa ada cara
bahwa hal yang yang logis independen semua representasi manusia" (Searle,
1995, ms. 155, penekanan ditambahkan). Versi dari "realisme eksternal" yang
Shapiro menyarankan kita harus menerima sebagai Praandaian pelaporan
keuangan terdiri dalam tesis bahwa ada cara bahwa hal yang yang independen
representasi keuangan : "realitas eksternal yang ada secara terpisah dari
pernyataan keuangan yang mewakili" (Shapiro, 1997, p. 167). Untuk Searle,
representasi tergantung konstruksi sosial seperti uang mengandaikan realisme

20

eksternal, mereka mengandaikan adanya perwakilan independen kenyataan yang


sosial dibangun: "Jika tidak Anda akan mendapatkan tak terbatas kemunduran
atau lingkaran" (Searle, 1995, ms. 191). Searle kemudian salam "realisasi fisik"
uang, "sedikit kertas atau blip pada disk komputer", sebagai bagian dari realitas
eksternal, tapi dia pasti tidak ingin mengklaim bahwa uang sebagai membangun
sosial secara ontologi subjektif adalah bagian dari realitas eksternal (Lihat Searle,
1995, ms. 56). Shapiro di eksternal realitas bukanlah sebuah kenyataan eksternal
representasi manusia semua, tetapi hanya keuangan eksternal representasi realitas.
Oleh karena itu mencakup banyak dunia sosial kita secara ontologi subjektif:
dunia yang bergantung pada pernyataan kami. Shapiro di eksternal realitas, tidak
seperti Searle, dapat berisi konstruksi sosial seperti opsi saham kompensasi.
Realisme eksternal Shapiro's hanya bukanlah tesis murni ontologis.
Di satu sisi, hal ini tidak masuk akal untuk berpikir bahwa realitas sosial
ekonomi yang ada secara terpisah dari akun kami itu Tidak ada tantangan yang
telah dibuat di sini untuk realisme dalam bentuk murni ontologis yang diusulkan
oleh Searle. Ini adalah sulit, namun, untuk menemukan alasan yang baik untuk
mempromosikan sebuah tesis. Davidson menunjukkan bahwa merasakan hanya
positif yang dapat dibuat dari "slogan yang nyata dan sejati yang 'independen
keyakinan kita' berasal dari gagasan tentang surat-menyurat, dan ini adalah
sebuah ide tanpa konten" (Davidson, 1990, ms. 305). Setiap pembicaraan yang
realisme, bahkan ontologis realisme, benar-benar harus tidak mempercayai karena
tampaknya untuk melayani tanpa tujuan kecuali untuk meletakkan dasar bagi ide
kosong kebenaran sebagai korespondensi dari representasi dan reality.
Teori korespondensi kebenaran
Shapiro berpikir bahwa pelaporan keuangan eksternal mengandaikan teori
korespondensi kebenaran. Shapiro sekali lagi diilmahmi oleh analisis. Searle
membela konsepsi teori korespondensi kebenaran menurut yang "benar-benar ada
fakta-fakta yang nonlinguistic di dunia dan pernyataan benar karena mereka
benar-benar berdiri di dalam hubungan tertentu untuk fakta ini, hubungan yang
kita berbagai menggambarkan sebagai Wtting, pencocokan, menyatakan, atau
sesuai dengan fakta-fakta" substansial (Searle, 1995, ms. 209).

21

Teori-teori korespondensi kebenaran pada dasarnya gagal untuk


menyediakan badan independen untuk mana kebenaran kendaraan (apakah
pernyataan, kalimat atau ucapan-ucapan) dapat dikatakan sesuai (Lihat Davidson,
1990, ms. 303-305). Rorty menunjukkan bahwa tulisan Searle posisi stagnan di
tepat di titik ini. Searle setuju bahwa untuk menentukan sebuah fakta "kita harus
menyatakan pernyataan yang benar" (Searle, 1995, ms. 211), tapi dia melanjutkan
untuk mengklaim bahwa kita dengan demikian menentukan hal yang
ekstralinguistik "yang berdiri di luar pernyataan tapi yang membuatnya benar"
(Searle, 1995, ms. 211). Masalahnya adalah bahwa ia tidak mampu menyediakan
kebenaran yang meyakinkan setiap klaim ini. Ia dapat memberikan penjelasan
yang memuaskan dari "di apa merasakan 'dunia adalah cara' dapat 'independen'
Deskripsi dunia" (Rorty, 1997, ms. 161).
Shapiro mengklaim bahwa siapa pun yang menolak realisme nya eksternal
"akan menemukan itu sulit untuk menjelaskan bagaimana praktek-praktek bisnis
tertentu seperti pemberian opsi saham karyawan-bisa ada meskipun melandasi
praktek-praktek pelaporan keuangan tidak secara resmi mengakui mereka"
(Shapiro, 1997, p. 168). Analisis Davidson kondisi kemungkinan pengetahuan
memberikan alasan yang baik untuk berpikir bahwa sebagian besar keyakinan
dasar kita yang benar dan berhubungan dengan realitas objektif.
Skema Relativisme konseptual dari pelaporan keuangan
Kapan reakis eksternal memunculkan gagasan relativisme konseptual yang
mereka lakukan jadi pada dasarnya untuk mendukung pandangan bahwa setiap
representasi realitas terikat oleh skema konseptual yang digunakan: "perbedaan
sistem representasi dapat digunakan untuk mewakili realitas yang sama" (Shapiro,
1997, p. 167). Untuk eksternal realis relativitas konseptual kebenaran tidak bisa
membiarkan bahwa "pernyataan yang sama (tidak kalimat yang sama, tapi
pernyataan yang sama) bisa benar dunia dalam satu sistem konseptual tetapi palsu
dunia dalam sistem konseptual yang lain" (Searle, 1995, ms. 166-167).
konseptual relativisme Searley menegaskan bahwa "semua representasi
realitas dibuat relatif terhadap beberapa set yang lebih atau kurang sewenang22

wenang dipilih konsep" (Searle, 1995, ms. 161). Dia menolak gagasan bahwa ada
skema konseptual yang benar untuk menggambarkan realitas eksternal. Dia
bersikeras bahwa dunia sendiri membebankan skema tidak konseptual pada kita,
tapi agak "membagi cara kami membaginya" (Searle, 1995, ms. 160), dan dia
berpikir bahwa kita dapat membagi dan mewakili realitas tak pasti beberapa cara
alternatif. Relativisme ini memungkinkan lingkup dunia untuk memaksakan
sendiri berdasarkan skema kami konseptual hanya dari dalam skema tersebut.
Searle kemudian memperingatkan kita bahwa karena kenyataan eksternal tidak
memiliki hak istimewa skema konseptual tertentu, karena itu sendiri tidak
memiliki sudut pandang, "itu akan menjadi mustahil untuk mendapatkan
kebetulan antara kebenaran dan realitas setelah begitu banyak filsuf tradisional
tampaknya rindu" (Searle, 1995, mukasurat 176).
Rorty (1997, p. 162) menunjukkan bahwa Searle sendiri kadang-kadang
tampaknya menyerah pada godaan berpikir bahwa beberapa skema deskriptif
lebih memadai realitas daripada yang lain. Ia klaim, misalnya, bahwa hal itu
"adalah fakta terkenal model yang tertentu, misalnya, Aristoteles fisika dan
proyeksi Mercator, keliru tentang atau mengacaukan fitur tertentu dari dunia"
(Rorty, 1995, ms. 167). Searle's relativisme tampaknya akhirnya memberikan
beberapa ruang, meskipun diam-diam, dengan harapan bahwa kebenaran dan
realitas dapat dilakukan bertepatan, dan sejauh itu sehingga menjadi sulit untuk
membedakan dari naif metafisik realism
Kecenderungan yang sama ini umumnya terbukti dalam aplikasi Shapiro
di relativisme konseptual untuk pelaporan keuangan. Dia nampaknya tidak raguragu menyadari bahwa beberapa model lsporsn keuangan lebih baik daripada
yang lain, dalam arti bahwa mungkin "menggambarkan beberapa fitur eksternal
realitas lebih baik daripada yang lain" (Shapiro, 1997, hal 171). Dia membuat
jelas, misalnya, bahwa ia berpikir bahwa dimasukkannya kompensasi opsi saham
di akun akan
Shapiro benar mengamati bahwa Davidson dan Rorty menolak
gagasannya. Bahwa penolakan tidak, bagaimanapun, berarti bahwa filsuf baik
akan merangkul setiap relativisme konseptual yang substansial. Davidson, pada
23

kenyataannya, lincah serangan "gagasan tentang skema konseptual" (Davidson,


1974) sebagai sesuatu yang mungkin mengatur, sesuai, atau membangun realitas.
Dia sangat menolak dualisme, yang Searle dan Shapiro berkomitmen untuk, dunia
fakta-fakta yang dapat entah bagaimana sesuai (atau gagal sesuait) Deskripsi kami
dan yang dapat membuat mereka benar (atau salah). Ia menegaskan bahwa seperti
"dualisme skema dan konten, penyelenggaraan sistem dan sesuatu yang
menunggu untuk diatur, tidak membuat dimengerti dan dipertahankan"
(Davidson, 1974, ms. 189).
Davidson berpendapat, bagaimanapun, bahwa kita tidak dapat membuat
akal sehat gagasan tentang kegagalan intertranslatability dan yang akibatnya kita
tidak dapat membuat akal sehat gagasan perbedaan konseptual skema atau
konseptual relativism. Searle menggunakan contoh dari pengukuran berat badan
di kilogram dan kilogram untuk menggambarkan nya gagasan bahwa realisme
eksternal "memungkinkan untuk tak terbatasjumlah benar deskripsi dari realitas
yang sama dibuat relatif terhadap perbedaan skema konseptual " (Searle1995, ms.
165).
Masalahnya adalah bahwa mereka yang menghibur gagasan relativisme
konseptual sering mampu menahan daya tarik lebih eksotis dan kurang dimengerti
varian doktrin. Shapiro (1997, p. 172) tampaknya menyerah terhadap pencobaan
ini ketika dia mengutip, dengan persetujuan yang jelas dan tanpa kualifikasi, yang
"bersifat subjektif ' konstruktor realitas"' (Morgan, 1988, p. 477).
Pengadilan subyektif (epistemologis subjektivitas)
Tawaran Searle's untuk membenarkan realisme eksternal secara eksplisit
termotivasi oleh keinginan untuk mempertahankan kemungkinan epistemologis
objektivitas (Lihat Searle, 1995, ms. 197). Penilaian yang "objektif" ketika
mereka kebenaran atau kesalahan dapat diputuskan oleh fakta-fakta dari masalah.
Sebaliknya, mereka "subjektif" ketika "mereka kebenaran atau kesalahan tidak
bisa diselesaikan dengan 'objektif', karena kebenaran atau kesalahan bukanlah
masalah fakta sederhana tapi tergantung pada tertentu sikap, perasaan, dan sudut
pandang pembuat dan mendengar penghakiman" (Searle, 1995, ms. 8).

24

Untuk Searle, Praandaian relativitas konseptual, pandangan bahwa semua


pernyataan kami dibuat relatif terhadap beberapa konsep yang lebih atau kurang
sewenang-wenang dipilih, tidak menghalangi kemungkinan objektivitas. Shapiro
mengikuti baris ini dan menunjukkan, cukup jelas, bahwa dia percaya bahwa
pernyataan keuangan dapat menjadi tujuan, dalam arti bahwa mereka mungkin
benar atau salah karena "fakta" masalah.
Searle mengakui bahwa objektivitas atau subjektivitas penilaian
cenderung menjadi "masalah gelar" (Searle, 1995, ms. 8), dan menunjukkan
bahwa salah satu praanggapan pandangan dunia kami adalah bahwa penilaian
kami tidak selalu dapat sepenuhnya objektif: "lengkap epistemic objektivitas
adalah sulit, kadang-kadang mustahil, karena sebenarnya penyelidikan selalu dari
sudut pandang, didorong oleh berbagai macam faktor-faktor pribadi dandan dalam
konteks tertentu budaya dan sejarah "(Searle, 1995, halaman 151). Pernyataan
Searle yang berfungsi sebagai dasar untuk perumusan Shapiro nya Praandaian
epistemologis subjektivitas akuntansi: "objektivitas epistemologis mutlak tidak
dimungkinkan karena semua penilaian akuntansi dibuat dari sudut pandang,
tunduk pada berbagai pengukuran bias termotivasi oleh faktor-faktor pribadi, dan
dalam konteks kesejarahan tertentu" (Shapiro, 1997, p. 167).
Davidson akan setuju bahwa kita tidak dapat membuat akal sehat gagasan
"mutlak objektivitas". Mereka akan menerima bahwa hal ini tidak mungkin untuk
memahami gagasan tentang cara unik untuk menafsirkan atau menjelaskan hal-hal
yang entah bagaimana mendapat kenyataan seperti itu sendiri. Tetapi mereka akan
bersikeras bahwa ini "hampir tidak penting" sama sekali: "tidak masuk akal
pembela objektivitas atribusi kebenaran kepada ucapan-ucapan tertentu atau
keyakinan terjebak dengan ide ini" (Davidson, 2000, ms 66). Praandaian Shapiro
di epistemologis subjektivitas memungkinkan kita tidak yakin untuk mendapatkan
sebuah kebetulan kebenaran dan realitas. Ia menanggapi kenyataan bahwa pada
pandangan Searlean tentang hal-hal yang seharusnya kesenjangan antara
kebenaran dan realitas entah bagaimana masalah.
Pernyataan Shapiro di Praandaian kemustahilan mutlak objektivitas
akuntansi mungkin tampak dari perspektif Davidsonian untuk "tidak masalah". Itu
25

menjadi berbahaya, namun, ketika itu digambarkan sebagai Praandaian


epistemologis subjektivitas dalam pelaporan keuangan: bawah Deskripsi memang
pasti bertanggung jawab untuk menjadi kesalahan

yang dipahami sebagai

advokasi pandangan bahwa "objektivitas akuntansi adalah sebagian besar mitos"


(Morgan, 1988, p. 477). Bahaya tafsiran seperti meningkat oleh simpati
ditunjukkan oleh Shapiro untuk pemandangan Morgan akuntan sebagai subjektif
konstruktor realitas.
Komitmen untuk rasionalisme (epistemologis objektivitas)
Shapiro (1997, p. 167) memulain dengan menggema pandangan Searley
bahwa memiliki "pengetahuan terdiri di memiliki benar representasi yang kita
dapat memberikan tertentu jenis justifikasi atau bukti" (Searle, 1995, halaman
151). Pandangan ini pengetahuan adalah "oleh definisi objektif dalam arti
epistemic" (Searle, 1995, halaman 151). Itu terdiri di representasi sejati yang
objektif dalam arti bahwa "fakta-fakta di dunia yang membuat mereka benar
independen dari siapa pun sikap atau perasaan tentang mereka" (Searle, 1995, ms.
8).

Pandangan

seperti

berdiri

telanjang

bertentangan

dengan

antirepresentationalism filsuf seperti Davidson dan Rorty, yang mengakui bahwa


intersubjektivitas adalah semua dasar yang kita butuhkan, atau dapat memiliki,
untuk objektivitas. Mereka akan, tentu saja, seperti kita untuk berhenti berbicara
tentang representasi sama sekali: "baik untuk menyingkirkan representasi, dan
dengan mereka teori korespondensi kebenaran" (Davidson, 1988, ms. 165-166,
dikutip oleh Rorty, 1993, MS 48).
Kemudian datang kejutan: meskipun Shapiro di jelas komitmen untuk
gagasan representasi sejati, ia menyarankan bahwa kita harus mengakui bahwa
pelaporan keuangan mengandaikan "pragmatis, intersubjective, dan konsensus. Ia
memperkuat tantangan pragmatis ini ke tampilan representationalist objektivitas
dengan dukungan dari saran Rorty .
Shapiro tampaknya harus disiapkan untuk kedua definisi kebenaran dalam
korespondensi dan mendorong kita untuk memahami kebenaran, secara Rortian,
sebagai "apa baik bagi kita untuk percaya" (Shapiro, 1998, mukasurat 657).
Shapiro tampaknya ingin mencoba dan menggabungkan konsepsi ini menentang
26

objektivitas. Langkah ini mengkhianati ketidakpuasan dimengerti dengan


konsepsi representationalist secara asasnya tidak koheren objektivitas sebagai
representasi sejati.
Ada perbedaan tertentu penting penekanan pemandangan Rorty dan
Davidson terus tentang kebenaran dan objektivitas. Davidson menghargai bahwa
kita tidak dapat mengenali kebenaran obyektif, kita tidak pernah tahu mana
keyakinan kita benar: tidak peduli berapa banyak pembenaran yang kami
mengumpulkan keyakinan kita akan selalu tetap keliru. Ia menerima itu kemudian
mengikuti bahwa "tidak ada gunanya di memanggil kebenaran tujuan" (Davidson,
2000, ms. 67). Namun, ia berpendapat, bahwa pragmatis, seperti Rorty, pergi
terlalu jauh ketika mereka menyimpulkan, dari fakta bahwa kita tidak mengenali
kebenaran, bahwa "kita mungkin juga mengidentifikasi keyakinan kita terbaik
diteliti, paling sukses, dengan orang-orang yang benar" (Davidson, 2000, ms. 67).
Davidson bersikeras bahwa kebenaran tidak runtuh ke dalam pembenaran dan
bahwa kita perlu konsep kebenaran obyektif, jika kita mampu memberikan
account kami kapasitas untuk pemikiran dan komunikasi. Ia menunjukkan yang
Rorty sendiri peringatan menggunakan konsep kebenaran, dalam ungkapanungkapan seperti "sepenuhnya justifikasi, tapi mungkin tidak benar" (Rorty, 1995,
ms. 283), menunjukkan bahwa Rorty dirinya "tahu bahwa ada perbedaan antara
keyakinan kita yang adil dan keyakinan kita yang benar" (Davidson, 1999, ms.
18).
Davidson berkomitmen untuk pandangan bahwa standar interpersonal
koherensi dan korespondensi yang membuat interpretasi dan meskipun mungkin
adalah tujuan. Jika standar tersebut tidak objektif, maka akan ada apa-apa untuk
mencegah penerjemah dan pembicara dalam Perjanjian belum benar-benar salah
dalam kepercayaan mereka. Ia menolak apa yang ia lihat sebagai Rorty di
kesediaan untuk "menjelaskan" (Davidson, 1999, ms. 19) ini objektivitas. Dia
menolak, yaitu Rorty mencoba untuk menjelaskan bahwa sebagian besar
keyakinan kita yang paling sederhana dan paling dasar benar, dengan mengatakan
bahwa itu intinya hanya atas klaim bahwa "sebagian besar keyakinan siapa pun
harus bertepatan dengan sebagian besar keyakinan kita" (Rorty, 1995, halaman
27

286). Dia berkeras bahwa sebagian besar keyakinan kita dasar, yang
menyesuaikan dan membuat keyakinan lainnya dimengerti, harus menjadi benar
karena "kondisi yang biasanya menyebabkan kita untuk menahan kalimat benar
merupakan kondisi kebenaran, dan karenanya makna, kalimat kami" (Rorty, 1996,
p. 275).
Bagian ketiga, metafora akuntansi sebagai bahasa
Analisis Davidson mendorong kita untuk mengenali bahwa perbedaan bahasa
tidak memberikan hambatan utama untuk komunikasi: "hambatan nyata adalah
pertanyaan ekonomi dan politik kekuasaan" (Davidson, 1994a, ms. 22). Tantangan bagi
profesi tenaga akuntansi adalah untuk menanggapi dorongan demokratis dalam analisis
Davidsonian dan menangani hambatan nyata untuk komunikasi dengan publik yang lebih
luas yang memiliki hak untuk menjadi bagian dari percakapan akuntansi.
Harus jelas bahwa kita harus menolak gagasan bahwa bahasa, dan khususnya
akuntansi sebagai bahasa adalah sebuah media padat bahwa ia menyediakan tidak ada
panduan sama sekali untuk bagaimana dunia sebenarnya. Perhatian sekarang perlu
diberikan pada gagasan bahwa akuntansi sebagai bahasa sebagai media semitransparan
selalu membentuk dan mendistorsi kami pandangan dunia. Garis nyata pengaruhnya
terutama berjalan dalam arah yang berlawanan: dunia, dan kepentingan di dalamnya,
bentuk bahasa kami.
Gagasan bahwa akuntansi, sebagai bahasa, mungkin sebuah media padat itu tidak
memberi kita memiliki akses ke bagaimana dunia benar-benar adalah telah ditolak.
Gagasan bahwa akuntansi, dilihat sebagai media tembus atau semitransparan, mendistorsi
kami pandangan dunia telah dinyatakan sebagai dasarnya didasarkan fakta sederhana
bahwa bahasa mencerminkan dan menanggapi kepentingan kita. Hal ini membuat
pengertian yang akuntansi, dilihat sebagai medium transparan, mungkin hanya mewakili
fakta-fakta. Kita telah melihat bahwa pandangan ini tidak layak. Ia gagal karena kami
memiliki cara mengidentifikasi entitas independen, fakta, yang dapat berhubungan
dengan akuntansi kalimat, tidak berguna, noncircular, dan membuat mereka benar. Itu
gagal, itu adalah, jika kita menafsirkan membicarakan pernyataan dan korespondensi
dalam syarat-syarat falsafah yang konvensional.

28

Analisis Davidson menunjukkan bahwa metafora yang membuat bahasa, dan


spesifikasi akuntansi sebagai bahasa, media melalui mana kita melihat dunia tidak dapat
bertahan pengawasan. Tetapi ia tidak memungkinkan bahwa ada beberapa nilai di dalam
analogi antara mata, telinga, dan bahasa: semua tiga memberikan kita tanpa dimediasi
kontak dengan lingkungan kita. Pada pandangan Davidsonian, ada koneksi intrinsik
antara bahasa dan dunia, "tidak cermin atau mewakili realitas, lebih daripada Indra kita
hadir kami dengan tidak lebih dari penampilan" (Davidson, 1997b, ms. 18). Ada rasa,
kemudian, di mana kita bisa bijaksana bicara tentang melihat dunia melalui bahasa: kita
melihat bagaimana hal-hal yang di dunia melalui bahasa, yaitu "melalui memiliki bahasa"
(Davidson, 1997b, halaman 27).
Klaim

bahwa

bahasa

akuntansi,

sebagai

cara

propositional

persepsi,

memungkinkan spontan dan tidak dimediasi pembentukan persepsi keyakinan tentang


lingkungan yang menempatkan kami dalam kontak langsung, dalam dirinya sendiri, daun
terbuka pertanyaan tentang keandalan dari isi dari keyakinan seperti itu. Namun, analisis
Davidson meyakinkan kita bahwa kita bisa yakin bahwa sebagian besar keyakinan kita
tentang fitur dasar di dunia adalah objektif dan yang benar. Jaminan muncul dari cara di
mana pemikiran ini memiliki konten, dan penyebab distal rangsangan spesifik, di tempat
yang disediakan oleh dasar hubungan segitiga antara dua atau lebih makhluk bersama
menanggapi rangsangan bersama dan satu sama lain di respon terhadap rangsangan itu.
Jelas bahwa bahasa tidak utama: ada lebih banyak untuk sukses komunikasi dari aplikasi
yang benar Konvensi dan aturan.
Bagian keempat, isu politisasi akuntansi
Praktek akuntansi memiliki, sampai batas tertentu, telah terisolasi dari tekanan
politik oleh berbagai tradisi, lembaga, dan perangkat yang telah dikembangkan dan
dipelihara selama dekade terakhir. Ini termasuk tradisi profesional kemerdekaan dan ideal
terkait netralitas, lembaga swasta pengaturan standar akuntansi dan perangkat kerangka
konseptual untuk pelaporan keuangan. Solomon, misalnya, mengidentifikasi pertahanan
terhadap politisasi sebagai salah satu fungsi utama kerangka kerja konseptual untuk
pelaporan keuangan: "Saya tahu ada cara yang lebih baik untuk mengurangi akuntansi 's
kerentanan terhadap tekanan politik" (Solomon, 1986, ms. 116)..

29

Usaha untuk mengisolasi Akuntansi dari politik memperoleh alasan tertentu jika
kita menerima premis objektif kebenaran dalam akuntansi selalu cukup bercerai dari
politik. Itu adalah, jika kita menerima bahwa jika politik, kepentingan, gairah dan
subjektivitas diperbolehkan untuk mengganggu produksi kebenaran dalam akuntansi akan
melemahkan. Solomon berulang kali memperingatkan bahwa politisasi akuntansi akan
"mengancam integritas pelaporan keuangan dan menghilangkan kredibilitas" (Solomon,
1978, ms. 67). Ia menggabungkan politik netral dan kebenaran: "Netralitas akuntansi
menyiratkan keakuratan representasi" (Solomon, 1978, hal. 70). Kebenaran itu sendiri ia
membayangkan dalam korespondensi: "setia representasi memerlukan bahwa harus ada
substansial korespondensi antara keterangan dan jumlah yang digambarkan dalam
pernyataan dan mendasari fenomena ekonomi yang sedang diwakili" (Solomon, 1989,
halaman 32).
Gerboth menanggapi perubahan iklim ini akuntansi yang berpikir, dan khususnya
untuk penolakan "pretensi bahwa akuntansi memaparkan kebenaran mutlak" (Gerboth,
1973, halaman 479), dengan saran bahwa akuntansi harus aktif menjadi dipolitisasi. Dia
berpendapat bahwa penyelidikan akuntansi dapat "tidak lagi" "dilihat sebagai suatu
bentuk pencari kebenaran" (Gerboth, 1973, halaman 478), dan dia bersikeras bahwa itu
harus menemukan baru, dan pada dasarnya politik, Taman untuk legitimasi. Dia
menganggap "politisasi akuntansi pembuatan peraturan tidak bisa dihindari " (Gerboth,
1973, halaman 481). Dan dia menyarankan bahwa peraturan akuntansi harus ditentukan
oleh kompromi politik: "rasionalitas serta kehati-hatian terletak tidak dalam mencari
jawaban akhir, tetapi lebih pada kompromi-pada dasarnya proses politik" (Ger kedua,
1973, halaman 479).
Solomon pasti benar untuk melawan Gerboth yang lebih mencolok visi akuntansi
haluan yang terpisah dari pencarian kebenaran, dan hak untuk menolak saran yang
"pertimbangan politik harus menentukan" standar akuntansi (Solomon, 1978, ms. 66).24
Garis antara mengejar tertarik dan kebenaran dan tidak dikehendaki kompromi
politik akuntansi tidak dapat bersih dan stabil: "filsuf maupun orang lain dapat atas kita
bagus tajam perbedaan antara utilitas sosial yang tepat dan pantas politisasi" (Rorty,
1994a, p. 71). Tapi ini tidak menyebabkan kita nilai setiap kurang lembaga tersebut, nilainilai, dan prosedur yang secara tradisional berkelanjutan mengejar kebenaran obyektif
30

akuntansi. Proses menggambar dan menggambar ulang baris yang tidak benar, seperti
Solomon tampaknya berpikir, pada dasarnya diklaim sebagai masalah teknis, hak
prerogatif profesi tenaga akuntansi sendirian. Tapi sama jelas bahwa Solomon tepat untuk
takut bahwa masyarakat akuntansi menyerah proses untuk kompetisi kepentingan politik,
seperti Gerboth tampaknya merekomendasikan, akan melemahkan objektivitas dan
mengejar kebenaran dalam akuntansi. Dirusak, yaitu hanya sebagai pasti seperti mengejar
kebenaran di perguruan tinggi adalah melemahkan ketika masyarakat akademik
menyerah kebebasan untuk politisi dan birokrat. Masyarakat akuntansi, termasuk praktisi
dan akademisi, memiliki tanggung jawab untuk membawa ke proses pengalaman mereka,
tradisi dan lembaga, meskipun ternoda, kemerdekaan dan pelayanan publik.
Analisis antirepresentationalist, Davidsonian, kami telah digambarkan dalam
karya ini memberi kita alasan baik untuk menjadi yakin bahwa secara keseluruhan kita
tanda-tanda yang aman berhubungan dengan realitas: antirepresentationalist adalah "tidak
lebih bebas dari tekanan dari luar, tidak ada lagi 'sewenang-wenang', daripada orang lain"
(Rorty, 1991b, ms. 69-70).
Kemampuan masyarakat akuntansi untuk mempertahankan mengejar kebenaran
obyektif telah dimasukkan di bawah tekanan besar oleh perkembangan sosial dan
komersial. Kehilangan kepercayaan umum dalam kemampuan masyarakat untuk
mengatasi meningkatkan prospek intervensi politik meningkat. Gangguan tersebut
memiliki potensi untuk lebih lanjut mengurangi kemampuan masyarakat memainkan
peranan yang penting dalam pemeliharaan standar objektivitas dan kebenaran dalam
akuntansi. Penekanan yang sekarang diberi, posting Enron, prinsip-prinsip dan
profesional penilaian akuntansi adalah langkah penting menuju konservasi kapasitas
masyarakat akuntansi untuk berantakan melalui.
Dalam makalah ini pandangan antirepresentationalist ilmu akuntansi telah
direkomendasikan sebagai lebih baik daripada representationalist alternatif. Ia juga telah
menyatakan di sini bahwa filsafat, dan kontroversi filosofis, memiliki relevansi langsung
kecil untuk praktek akuntansi. Tidak konsistensi dihindari karena perbedaan antara
jangka pendek dan jangka panjang pentingnya adu-pendapat filosofis. Filosofis berbeda
bahwa "tidak penting banyak dalam jangka pendek, juga dapat penting dalam jangka
panjang" (Rorty, 1994a, hal 76). Akuntan yang mengambil representationalist filosofis
31

posisi akuntansi pengetahuan, mungkin untuk masalah akuntansi pendekatan dan praktis
mengejar kebenaran dalam akuntansi dalam banyak cara yang sama seperti akuntan yang
dibujuk oleh Davidson's antirepresentationalism. Posisi antirepresentationalist lebih baik
dalam arti bahwa hal itu memberikan pandangan yang lebih matang sifat praktek
akuntansi. Jika akuntansi masyarakat dapat memberikan jaminan palsu dari
representationalism, dan mengadopsi pandangan ini lebih matang hubungan antara
account dan realitas, ada kemungkinan untuk menjadi lebih mampu mengenali dan
menanggapi kepentingan manusia dan perlu.
2.5 Tanggapan Mengenai Objectivity in accounting oleh John Francis McKernan
Dalam jurnal ini Francis McKernan memiliki kecenderungan untuk mendukung
pandangan antirepresensasionalis yang dikemukakan oleh Donald Davidson serta Rorty.
Kami sependapat dengan pendapat dari Donald Davidson tersebut karena saya
menyetujui pendapatnya mengenai Kebenaran obyektif hanya ada bila ada dua pihak
yang menyepakati tentang sesuatu (intersubyektif). Dengan kata lain obyektifitas ada
dalam ada dua pihak yang saling memberikan pendapatnya dan mereka sepakat untuk
mengatakan hal yang sama. Jadi keyakinan (presupposistion or belief) sebelum laporan
disusun sebenarnya. Menginterpretasi dunia atau kata tidak sekedar melihat apa yang
tergambar dalam cermin sehingga dengan ini menyiratkan bahwa perlu adanya
kesepakatan dari beberapa pihak dalam membuat suatu laporan yang objektif. Selain itu
kita tidak hanya melihat dunia Cuma sekedar dari fisiknya saja atau penampilan saja, dan
kita langsung mempercayai terhadap hal tersebut melainkan kita juga harus mempelajari
tentang apa yang sebenarnya terjadi sehingga tercapai objektifitas yang baik, serta kita
menggunakan banyak hal dalam perumusannya. Kami juga kurang sependapat dengan
Shapiro karena keyakinannya akan presupposition (keyakinan yang telah ada) atas
pelaporan keuangan. Disini Shapiro justru setuju dengan apa yang tergambar dalam
cermin adalah realitas, padahal hal itu harus perlu diuji lebih lanjut terutama pada
masalah laporan, karena bisa saja suatu laporan terdapat suatu unsur yang kurang sesuai,
jadi perlu analisis lagi untuk mempercayai hal tersebut.
Mengenai pendapat bahwa akuntansi sebagai bahasa, kami sependapat bahwa
akuntansi dapat menjadi bahasa dengan melalui media transparan dan semi transparan.
Karena media padat itu tidak memberikan panduan sama sekali bagaimana dunia itu
32

benar-benar adanya. Selain itu apabila kita memahami metafora akuntasi sebagai bahasa
dengan media padat dalam memandang suatu objek kita hanya dapat membayangkan
suatu konseptual tersebut, tanpa mengetahui wujud fisik. Apabaila kita memandang
akuntansi sebagai bahasa dengan media transparan dapat membantu memberikan
pengaruh secara ekspilisit dan kuat dalam pembuatan kebijakan akuntansi, dan bila kita
melihat akuntansi dalam media yang semi transparan maka media masih mampu
mendapatkan informasi, sehingga mereka masih dapat memberikan kritik terhadap
akuntansi
Mengenai pendapat mengenai politisasi akuntansi kami cenderung lebih setuju
apabila akuntansi tidak dipolitisasi, sama seperti pendapat Solomon, karena apabila
akuntansi mengalami politisasi yang berlebihan dapat menghilang integritas serta
kredibilitas dari suatu laporan keuangan. Dan kurang sependapat dengan Gerboth
menanggapi perubahan iklim ini akuntansi yang berkembang, , dengan saran bahwa
akuntansi harus aktif menjadi dipolitisasi. Dia berpendapat bahwa penyelidikan akuntansi
dapat "tidak lagi" "dilihat sebagai suatu bentuk pencari kebenaran" dan dia bersikeras
bahwa itu harus menemukan baru, dan pada dasarnya politik, Taman untuk legitimasi.
Dia menganggap "politisasi akuntansi pembuatan peraturan tidak bisa dihindari "
(Gerboth, 1973, halaman 481). Dan dia menyarankan bahwa peraturan akuntansi harus
ditentukan oleh kompromi politik. Berdasarkan hal tersebut kami merasa kurang setuju
apabila akuntansi dipolitisasi dengan berbagai alasan tersebut, meskipun tidak dapat kami
pungkiri bahwa politik juga turut mempengaruhi kebijakan akuntansi, namun hal tersebut
perlu diminimalisir karena di negara ini banyak sekali pihak yang berkepentingan selain
dari pemerintah atau politik, sehingga seharusnya akuntansi dan laporan harus
merepresentasikan secara wajar dan tidak berpihak kepada salah satu pihak.

33

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
Objektivitas menurut Siti Kurnia Rahayu dann Ely Suhayati (2009:52) adalah :
harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang dketahuinya
atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan memprtahankan integritas
auditor akan bertindak jujur,, dan tegas, dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor
akan bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanppa
dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Prinsip obyektivitas merupakan prinsip yang cukup penting didalam akuntansi
selain konsep entitas serta prinsip-prinsip akuntansi yang lainnya dalam kaitannya untuk
proses pembuatan laporan keuangan serta hal dan kegiatan yang berhubungan dengan
akuntansi seperti jurnal, buku besar, neraca saldo, neraca lajur dan masih banyak yang
lain.
Davidson berpendapat bahwa penjelasan mengenai kemungkinan pengetahuan
harus menjelaskan tiga hal berbeda, namun saling terkait:

pengetahuan tentang dunia


pengetahuan tentang pikiran lain
pengetahuan tentang pikiran kita sendiri.
34

Analisis Shapiro's mengambil inspirasi dan banyak karakter dari Searle (1995)
Ada lima yang ditawarkan oleh Shapiro, yaitu:

eksternal realism
korespondensi teori kebenaran
skema konseptual relatifisme pelaporan keuangan
Pengadilan subyektif (epistemologis subjektivitas)
komitmen untuk rasionalisme (epistemologis objektivitas)

Akuntansi sebagai bahasa dapat melalui:

media transparan
media semi transparan
media padat

Politisasi akuntansi ditolak oleh solomon karena politisasi akuntansi akan


"mengancam integritas pelaporan keuangan dan menghilangkan kredibilitas". Namun
didukung oleh Gerboth, Gerboth menanggapi perubahan iklim ini akuntansi yang
berpikir, dan khususnya untuk penolakan "pretensi bahwa akuntansi memaparkan
kebenaran mutlak" (Gerboth, 1973, halaman 479), dengan saran bahwa akuntansi harus
aktif menjadi dipolitisasi

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa Akuntansi kita sepatutnya harus memahami konsep tentang
objektivitas dalam akuntansi sehingga kita mengetahui bagaimana perkembangan,
pengaruh objektivitas dalam akuntansi, serta objektivitas seperti apa yang seharusnya
dilakukan.

35

DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
McKernan, J.F. 2007. Objectivity in Accounting. Accounting, Organizations and Society. 32:
155-180.
Sumber internet:
Anonim.2012.Prinsip

Obyektivitas

dan biaya

dalam

akuntansi.

http://accounting-

intelligence.blogspot.com/2013/04/prinsip-obyektivitas-dan-biayadalam.html.Jakarta[diakses 9 maret 2015]


Assadi,Husain.2008.Objektivitas dan Subjektivitas. http://husainassadi.blogspot.com/2008/
04/objektivitas-dan-subjektivitas.html.Jakarta[diakses 9 maret 2015]
Bactharuddin,T.2013.STRUKTUR TEORI AKUNTANSI KEUANGAN.Jakarta: USU Digital
Library
Iqbal,Muhammad.2011.OBYEKTIFITAS

RISET

AKUNTANSI:

PERSPEKTIF

INSTITUSIONAL DAN PENDEKATAN PROSESUAL. ASSETS Volume 1 Nomor 2


Tahun 2011:Palu
Lybar.2014.PENGARUH

INDEPENDENSI,

INTEGRITAS

DAN

OBJEKTIVITAS

TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN AUDITOR PADA PERWAKILAN


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) PROVINSI
SULAWESI TENGGARA. http://lybar-accounting.blogspot.com/2014/11/pengaruhindependensi-integritas-dan.html.Sulawesi Tenggara[diakses pada 08 Maret 2015]

36

37

Anda mungkin juga menyukai