Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN (F2)


DIARE
DI PERTEMUAN DUKUN BAYI

Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati

Disusun Oleh:
dr. Adhimas Wicaksono

PUSKESMAS KAJEN I
KABUPATEN PEKALONGAN
2016

LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN(F2)
DIARE
DI PERTEMUAN DUKUN BAYI

A Nama Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan Lingkungan Diare
B Latar Belakang
Diare merupakan peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi buang air
besar menjadi lembek atau cair. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari, yang
bisa diikuti mual, muntah, nyeri perut, gejala sistemik, atau malnutrisi.
Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan
oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Diare merupakan
salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 episode
diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan
malnutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan
cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. (IDAI 2008)
Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu
penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur (Amirudin, 2007). Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil survei Sub Direktorat Diare dan
Infeksi Saluran Pencernaan (ISP) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Angka Kesakitan Diare
semua umur tahun 2010 adalah 411 per 1.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2012
sebesar 214 per 1.000 penduduk. Dan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor empat
(13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan merupakan

penyebab kematian nomor satu pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,2%).
Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun
banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan12
bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti makanan
pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih besar. Selain itu
anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia ini anak senang
sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare
diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen
faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan
terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif,
yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan
cepat. (Notoatmodjo S 2007). Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare
berpengaruh pada perilaku ibu dan masalah kesehatan keluarga. Menurut
Notoadmojo, tahun 1993 perilaku dibagi 3 domain, ini diukur dari pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice).
Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana
penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan
dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara
oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan
angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare. (IDAI 2008)

C Tujuan Kegiatan
1 Memberikan pengetahuan mengenai penyakit diare.
2 Memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya pada penderita diare.
3 Memberikan pengetahuan tentang penanganan diare.
4 Memberikan pengetahuan tentang pencegahan diare melalui prilaku hidup bersih dan
sehat.

D Bentuk Kegiatan
Penyuluhan mengenai penyakit diare kepada ibu-ibu dukun bayi, dengan materi
penyuluhan meliputi:
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Anggapan yang salah mengenai diare
4. Cara mengatasi diare
5. Pemberian makanan untuk anak dengan diare
6. Pembuatan larutan gula garam dan penggunaannya
7. Tanda bahaya pada pasien diare
8. Pencegahan diare
E Waktu Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016.
F Tempat Kegiatan
Ruang Bersalin Puskesmas Kajen I
G Peserta Kegiatan
Ibu dukun bayi berjumlah 7 orang
H Pelaksana Kegiatan
1 dr. Adhimas Wicaksono
2 Ibu Martini TW, Amd.Keb
I Hasil Kegiatan
Dalam kegiatan penyuluhan mengenai Diare yang dilaksanakan dalam Pertemuan
Dukun Bayi di wilayah kerja Puskesmas Kajen I yang bertempat di Ruang Bersalin
Puskesmas Kajen I tanggal 20 April 2016

yang lalu berjalan dengan lancar. Materi

disampaikan secara keseluruhan kepada semua ibu-ibu dukun bayi, mulai dari pengertian
diare, penyebab diare, anggapan yang salah mengenai diare, cara mengatasi diare,
pemberian makanan untuk anak dengan diare, pembuatan larutan gula garam dan
penggunaannya, tanda bahaya pada pasien diare, dan pencegahan diare
Seluruh ibu-ibu dukun bayi yang hadir dalam penyuluhan terlihat antusias mengikuti
keseluruhan acara penyuluhan. Hal ini terlihat dengan terdapat pertanyaan yang diajukan
oleh ibu-ibu dukun bayi mengenai diare.
J

Evaluasi
1 Kelebihan

Suasana ruang bersalin yang kondusif, serta jarak antara pemateri dan audience yang
cukup dekat sehingga seperti diskusi.
2 Kendala
Terdapat beberapa dukun bayi tidak bisa hadir.
Ada beberapa dukun bayi yang tidak mengerti bahasa indonesia dengan baik.
Kurang tersedianya ruang untuk media penyampaian materi.

Kajen, Maret 2016


Dokter Pendamping

Dokter Internship

dr. Adhimas Wicaksono

dr. Agustina Rusmawati


NIP. 19771231 2008 01 2 018

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai