PENDAHULUAN
mempengaruhi penyebaran dan penularan TB, di lain pihak diperberat lagi dengan
tingginya prevalensi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan munculnya resistensi
ganda terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau disebut juga Multidrug Resistance
Tuberculosis (MDR-TB).
Keterlambatan diagnosa dan penatalaksanaan akan berpengaruh terhadap
populasi penderita disekitarnya, dimana kemungkinan orang yang tertular akan semakin
banyak hal ini sesuai dengan penularan TB yang umumnya melalui droplet nukleus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
2 | Page
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagianbagian tubuh lainnya TB paru pada manusia dapat dijumpai dalam dua bentuk, yaitu:
1. Tuberkulosis primer: bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali.
2. Tuberkulosis pascaprimer: bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang
terkena infeksi dan sembuh. TBC ini merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan. Penderita merupakan sumber penularan dikarenakan dalam dahaknya
terdapat kuman tersebut (Notoatmodjo, 2011).
2.2. Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2011).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2010).
2.3. Penularan TB
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya (Depkes,
2002). Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Depkes, 2002).
Kuman M. Tuberkulosis pada penderita TB paru dapat terlihat langsung dengan
mikroskop apabila sediaan dahaknya menghasilkan BTA positif (sangat infeksius).
3 | Page
Kuman tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop apabila sediaan dahaknya
menghasilkan BTA negatif (sangat kurang menular). Penderita TB BTA positif
mengeluarkan kuman-kuman di udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada
waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan
menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dan dapat bertahan di udara
selama beberapa jam (Notoatmodjo, 2011).
2.4. Manifestasi Klinis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
- Batuk 3 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
2.5. Penentuan Klasifikasi dan Tipe Tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan suatu definisi
kasus yang meliputi empat hal, yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit (paru atau ekstra paru).
2. Bakteriologi dilihat dari hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis (BTA positif
atau BTA negatif).
3. Tingkat keparahan penyakit (ringan atau berat).
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya (baru atau sudah pernah diobati).
A. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
1. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru. Tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
4 | Page
2. TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
B. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
1. TB paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran TB.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. TB paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
-
2.6. Diagnosis
Diagnosis TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen
yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau
I.
II.
I.
II.
perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS.
Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif
Kalau hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung
diagnosis TB.
6 | Page
Unit Pelayanan Kesehatan yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat
dirujuk untuk foto rontgen dada (Depkes, 2002).
II.7. Penatalaksanaan
7 | Page
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
klavulanat.
Derivat rifampisin dan INH
paru)
TB di luar paru kasus berat
komorbid
(Diabetes
Melitus,
Pemakaian
obat
imunosupresi / kortikosteroid)
8 | Page
yang optimal
Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
9 | Page
3.1. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Kawin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Suku
: Nia Mariska
: 19 tahun
: Perempuan
: Menikah
: Islam
: Wiraswasta
: Jl. Kapok Gg. Cempaka Turi Pasar IX Tembung
: Minang
3.2. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
: Demam
b. Telaah
Demam dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, demam tidak terlalu tinggi.
Os mengeluh batuk berdahak sejak 3 minggu, dahak berwarna
kekuningan.
Sesak napas (+) sejak 1 minggu yang lalu, sesak dirasakan terutama
setelah os batuk-batuk.
Keringat malam (+) sejak 2 minggu ini.
Os mengalami penurunan nafsu makan, dan dalam 3 minggu ini mengalami
Keadaan Umum
Sens : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/i
Nafas : 28 x/i
Suhu : 38,1 C
Keadaan Penyakit
Anemia : Tidak
Ikterus : Tidak
Sianosis : Tidak
Dyspnoe : Ya
Edema : Tidak
Eritema : Tidak
Turgor : Baik
Gerakan Aktif : Ya
Sikap Paksa : Tidak
Keadaan Gizi
TB : 150 cm
BB : 43 kg
BB
RBW = TB100
100%
=
43
150100
100%
10 | P a g e
43
50
x 100%
= 86 %
Kesan : Underweight
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
- Mata
Gerakan
Konjungtiva
Sklera
Reaksi pupil
- Telinga
- Hidung
b. Leher
c. Thorax
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Normal
: Normal
: Normal
: RC +/+, bulat, isokhor, 3mm/3mm
: Normal
: Normal
: Dalam Batas Normal
: Bentuk fusiformis, simetris.
: Fremitus suara sulit dinilai
: Beda di lapangan paru kanan bawah
Auskultasi
Suara pernafasan
: Bronkhial
Suara tambahan
: Ronchi basah dilapangan paru kanan bawah
d. Abdomen
- Inspeksi
: Dalam Batas Normal
- Palpasi
: Nyeri tekan pada regio epigastrium (+)
- Perkusi
: Pekak hati (+)
- Auskultasi
: Peristaltik usus (+) Normal
e. Ekstremitas
- Atas
: Dalam Batas Normal
- Bawah
: Dalam Batas Normal
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin
Darah Rutin
Hemoglobin
Hitung
Hasil
11,8
4,7
Nilai Rujukan
12-16
3,9-5,6
Satuan
g/dl
106/l
Eritrosit
Hitung
7.800
4.000-11.000
/l
11 | P a g e
Leukosit
Hematokrit
Hitung
30,3
429.000
Trombosit
Hitung jenis leukosit
Eosinofil
Basofil
N. Stab
N. Seg
Limfosit
Monosit
LED
2
0
0
74
18
6
83
36-47
150.000-450.000
%
/l
1-3
0-1
2-6
53-75
20-45
4-8
0-20
%
%
%
%
%
%
mm/jam
b. Radiologi
Sinus kanan terlihat garis pleura biconvex. Diaphragma normal.
Jantung
: Besar dan bentuk dalam batas normal.
Paru
: infiltrat di apex kiri
Kesan
: TB paru + Effusi pleura kanan DD/Tumor pleura kanan.
c. Sputum BTA SPS
Hasil
: POSITIF (+)
3.4. DIAGNOSA
TB Paru + Dyspepsia type like ulcer
3.5. TERAPI
Aktivitas
: Tirah Baring
Diet
: MII
Medikamentosa
O2 2L/i
- IVFD RL 20 gtt/i
- OAT FDC 1x3 tab
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Paracetamol 3x500 mg
- Curcuma 2x1
12 | P a g e
BAB IV
DISKUSI KASUS
Teori
Ya
Ya
Ya
Ya
Kasus
Ya
Tidak
Ya
Tidak
b. Gejala Sistemik
Gejala
Demam
Malaise
Keringat malam
Berat badan menurun
Anorexia
Teori
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Kasus
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Teori
Ditemukan
pekak/beda
Kasus
pada Beda di lapangan paru
Teori
Kasus
13 | P a g e
Darah Rutin
Sputum BTA SPS
Radiologi TB aktif
LED meningkat
Sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS
LED meningkat
Sewaktu (+), Pagi (-),
Sewaktu (+)
Paru tampak gambaran
infiltrat pada apex kiri.
4.4. Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan, usia 19 tahun dengan diagnosa TB
paru + Dyspepsia type like ulcer yang didasarkan dengan adanya keluhan batuk
berdahak 3 minggu, sesak nafas sejak 1 minggu ini, demam sejak 2 minggu,
keringat malam dan penurunan berat badan dijumpai, serta adanya nyeri ulu hati. Pada
pemeriksaan fisik perkusi terdapat beda pada lapangan paru kanan bawah, dan
auskultasi terdapat suara pernafasan bronkhial dan suara tambahan ronchi basah (+)
pada lapangan paru kanan bawah. Serta dijumpai nyeri tekan pada regio epigastrium.
Pada pemeriksaan sputum BTA sewaktu pagi sewaktu (+), pada Foto Thoraks
kesan dijumpai infiltrat pada apex kiri.
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e
Amin Z dan Asril B. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
IV. Hal 988-992. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu penyakit Dalam FK UI,
2009.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Konsensus Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika, 2014.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Tuberkulosis Paru. Panduan
Pelayanan Medik. Hal 109-111. Jakarta: BP PAPDI, 2009.
Sylvia A, Loraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2. Edisi 6.
Hal 852-860. Jakarta: EGC, 2005.
Abdul A, et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 9. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
Mansjoer A, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Hal 472-476. Jakarta: Media
Aesculapius, 2006.
Herchline TE, Bronze MS. Tuberculosis [Updated on December 14 2014, Available at
http://www.emedicine.medscape.com Accessed on May 10, 2016]
15 | P a g e