1. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan
(respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai
pyramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatines osis maksilaris dan pars
horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam system pernafasan,
melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berupa serabut-serabut halus. Epitel
vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing
yang menggangu proses pernafasan (Sayfuddin, 2009).
a. Struktur Hidung
Tulang rawan evitelium dam lamina propia keduanya saling berkaitan, dianggap
sebagai bagian fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari hidung. Lamina propia
mengandung banyak arteri, vena, dan kapiler yang membawa fungsi air dan nutrisi
yang dikeluarkan oleh sel. Rangka hidung dibentuk oleh :
1) Bagian atas oleh lamina kribosa osis etmoidalis dan pars nasalis osis frontalis.
2) Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.
3) Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang rawan dan tulang karang.
Disamping itu terdapat selah (kavum nasi)
1) Prosesus spenoetmoidalis terletak antara konka suprima dan konka superior.
2) Meatus nasi superior antara konka superior dan konka media.
3) Meatus nasi medi antara konka media dan konka inferior.
Pintu depan kavum nasi dibentuk oleh tepi bawah os maksilaris dan insisura
naslis osis maksilaris. Sekeliling dinding seblah kana terdapat ruang-ruang udara
didalam tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranasalis, terdiri atas :
1) Sinus sfenoidalis, terletak dibagian belakang cranial hidung di dalam korpus
sfeinoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang.
2) Sinus etmoidalis, terdapat dalam pars labirinitus osis etmoidalis.
3) Sinus frontalis, terletak pada infundibulum meatus nasi media.
4) Sinus maksilaris (antrum hiqmori), terdapat pada dinding lateral hidung. Korpus
maksilaris bermuara di hiatus maksilaris kerongga hidung hiatus semilunaris media.
Bagian-bagian dari hidung :
1) Batang hidung : didnding depan hidung yang dibentuk oleh osca nasalis.
2) Cuping hidung : bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan.
3) Septum nasi : Dinding yang membatasi dua rongga hidung.
4) Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) (syaifudin,2009).
b. Fungsi Hidung
Fungsi hidung dalam proses pernafasan meliputi :
1) Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah melewati
faring, suhu lebih kurang 36C.
2) Udara dilembabkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai faring
kelembabannya lebih kurang 75%.
3) Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel dirongga disaring oleh rambut
vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata). Fungsi ini
dinamakan
melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai trakea bagian bawah bila seseorang
bernafas melalui tabung lalu masuk trakea. Pendinginan dan pengeringan berpengaruh
pada bagian bawah paru sehingga mudah menjadi infeksi paru.
4) Penciuman. Pada pernafsan, biasa 5-10% udara pernafasan melalui celah olfaktori.
Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara pernafasan melalui celah olfaktori.
c. Refleks Batuk
Batuk merupakan cara paru mempertahankan diri bebas dari benda asing,
bronkus dan trakea begitu sensitif sehingga benda asing atau penyebab iritasi lain
merangsang refleks batuk. Impuls aferen berasal dari jalan pernafsan melalui nervus
vagus ke medulla oblongata. Kejadian rangkaian otomatis dicetuskan oleh sirkuit
neuraon medulla oblongata menyebabkan efek :
1) Sekitar 2,5 liter udara di inspirasikan.
2) Epiglotis dan pita suara menutup rapat untuk udara didalam paru.
3) Otot perut berkontraksi kuat mendorong diafragma sementara otot ekspirasi lain
berkontraksi lebih kuat. Akibat tekanan dari dalam paru meningkat setinggi 100
mmHg atau lebih.
4) Pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara yang tertekan dalam
paru terdorong keluar. Biasanya udara yang bergerak cepat membawa benda asing
yang terdapat dalam bronkus dan trakea (Syaifudin, 2009).
2. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertevrae serviikalis VI.
a. Struktur Faring
Daerah faring dibagi atas tiga bagian :
1) Nasofaring
Bagian lateral dinding nasofaring terdapat dua lubang :
a) Osteum faring. Antara nasofaring dengan orofaring dibatasi oleh istimus faringeus,
suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh permukaan cranial, palatum mole, arkus
palingeopaltimus, dinding belakang nasofaring kebawah dengan orofaring. Dalam
nasofaring dan orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya didapat
tonjolan oleh otot dan tulang. Paltum mole dapat mencegah makanan dan minuman
masuk kerongga hidung waktu menelan.
b) Lobang medial (tuba faringeotimapanika eustachii). Pada dinding lateral terdapat
penonjolan, yang terlihat seperti lipatan kedalam lumen faring otot. Ini di anggap
sebagai bagian dorsal muskulus faringeopalatinus. Pembesaran tonsil faring akan
masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita
intraritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita
suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis
4.
ke hilus. Insisura Obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus
posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.
Dari bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentorum. Bronkopulmonari
segmen adalah daerah yang di urus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum,
mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang
berdekatan, dan daerah vena yang terletak intersegmental paru kanan 10 segmen :
a. Lobus superior : segmen apical,superior, dan anterior.
b. Lobus medius : segmen lateral dan medial.
c. Lobus inferior : segmen superior, mediobasal, anterobasal, laterobasal, dan
posterobasal.
Paru kiri terdiri dari 8 segmen :
a. Lobus superior : segmen apiko posterior, anterior, superior, dan inferior.
b. Lobus inferior : segmen superior, arteriomediobasal, lateral basal, dan laterobasal.
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kantong tempat
paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan :
a. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis : lapisan pleura yang langsung
berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru, memisahkan lobus-lobus dari
paru.
b. Lapisan dalam pleura viseralis : Pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai dengan
letaknya, Pleura paritealis ada empat bagian :
1) Pleura kostalis ; menghadap kepermukaan lengkung kosta dan otot-otot yang
terdapat diantaranya, sebelah depan mencapai sternum, bagian belakang iga
melewati iga samping vertebrate. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal
dan yang paling kuat dalam dinding toraks.
2) Pars Servikalis ; bagian pleura yang melewati aperture farasis superior memasuki
dasar lebar dan berbentuk seperti kubah, diperkuat oleh membran suprapleura.
3) Pleura diafragmatika : bagian pleura yang berada di atas diafragma .
4) Pleura medistinalis : bagian pleura yang menutup permukaan lateral mediastinum
serta susunan yang terletak di dalamnya (Syaifuddin, 2009).
Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik
kembali pada rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian :
1) Sinus Kostomediatalis : Terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan pleura
kostalis. Pada waktu inspirasi hampir semua terisi oleh paru.
2) Sinus Frenikokostalis : terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan pleura
kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi oleh
pengembangan paru.