Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

Gambar 1.1 Anatomi Pernafasan


Sumber : http://nursingbegin.com/wp-content/uploads/2011/05/anatomi-saluran-salurannafas.jpg

1. Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan
(respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai
pyramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatines osis maksilaris dan pars
horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam system pernafasan,
melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berupa serabut-serabut halus. Epitel
vestibulum berisi rambut-rambut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing
yang menggangu proses pernafasan (Sayfuddin, 2009).
a. Struktur Hidung
Tulang rawan evitelium dam lamina propia keduanya saling berkaitan, dianggap
sebagai bagian fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari hidung. Lamina propia
mengandung banyak arteri, vena, dan kapiler yang membawa fungsi air dan nutrisi
yang dikeluarkan oleh sel. Rangka hidung dibentuk oleh :
1) Bagian atas oleh lamina kribosa osis etmoidalis dan pars nasalis osis frontalis.
2) Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.
3) Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang rawan dan tulang karang.
Disamping itu terdapat selah (kavum nasi)
1) Prosesus spenoetmoidalis terletak antara konka suprima dan konka superior.
2) Meatus nasi superior antara konka superior dan konka media.
3) Meatus nasi medi antara konka media dan konka inferior.
Pintu depan kavum nasi dibentuk oleh tepi bawah os maksilaris dan insisura
naslis osis maksilaris. Sekeliling dinding seblah kana terdapat ruang-ruang udara
didalam tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranasalis, terdiri atas :
1) Sinus sfenoidalis, terletak dibagian belakang cranial hidung di dalam korpus
sfeinoidalis, bermuara ke rongga hidung bagian belakang.
2) Sinus etmoidalis, terdapat dalam pars labirinitus osis etmoidalis.
3) Sinus frontalis, terletak pada infundibulum meatus nasi media.
4) Sinus maksilaris (antrum hiqmori), terdapat pada dinding lateral hidung. Korpus
maksilaris bermuara di hiatus maksilaris kerongga hidung hiatus semilunaris media.
Bagian-bagian dari hidung :
1) Batang hidung : didnding depan hidung yang dibentuk oleh osca nasalis.
2) Cuping hidung : bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh tulang
rawan.
3) Septum nasi : Dinding yang membatasi dua rongga hidung.
4) Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) (syaifudin,2009).
b. Fungsi Hidung
Fungsi hidung dalam proses pernafasan meliputi :
1) Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah melewati
faring, suhu lebih kurang 36C.
2) Udara dilembabkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai faring
kelembabannya lebih kurang 75%.
3) Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel dirongga disaring oleh rambut
vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata). Fungsi ini

dinamakan

fungsi air conditioning jalan pernafasan atas. Kenaikan suhu tidak

melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai trakea bagian bawah bila seseorang
bernafas melalui tabung lalu masuk trakea. Pendinginan dan pengeringan berpengaruh
pada bagian bawah paru sehingga mudah menjadi infeksi paru.
4) Penciuman. Pada pernafsan, biasa 5-10% udara pernafasan melalui celah olfaktori.
Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara pernafasan melalui celah olfaktori.
c. Refleks Batuk
Batuk merupakan cara paru mempertahankan diri bebas dari benda asing,
bronkus dan trakea begitu sensitif sehingga benda asing atau penyebab iritasi lain
merangsang refleks batuk. Impuls aferen berasal dari jalan pernafsan melalui nervus
vagus ke medulla oblongata. Kejadian rangkaian otomatis dicetuskan oleh sirkuit
neuraon medulla oblongata menyebabkan efek :
1) Sekitar 2,5 liter udara di inspirasikan.
2) Epiglotis dan pita suara menutup rapat untuk udara didalam paru.
3) Otot perut berkontraksi kuat mendorong diafragma sementara otot ekspirasi lain
berkontraksi lebih kuat. Akibat tekanan dari dalam paru meningkat setinggi 100
mmHg atau lebih.
4) Pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara yang tertekan dalam
paru terdorong keluar. Biasanya udara yang bergerak cepat membawa benda asing
yang terdapat dalam bronkus dan trakea (Syaifudin, 2009).
2. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertevrae serviikalis VI.
a. Struktur Faring
Daerah faring dibagi atas tiga bagian :
1) Nasofaring
Bagian lateral dinding nasofaring terdapat dua lubang :
a) Osteum faring. Antara nasofaring dengan orofaring dibatasi oleh istimus faringeus,
suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh permukaan cranial, palatum mole, arkus
palingeopaltimus, dinding belakang nasofaring kebawah dengan orofaring. Dalam
nasofaring dan orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya didapat
tonjolan oleh otot dan tulang. Paltum mole dapat mencegah makanan dan minuman
masuk kerongga hidung waktu menelan.
b) Lobang medial (tuba faringeotimapanika eustachii). Pada dinding lateral terdapat
penonjolan, yang terlihat seperti lipatan kedalam lumen faring otot. Ini di anggap
sebagai bagian dorsal muskulus faringeopalatinus. Pembesaran tonsil faring akan

memperkecil konka, menyebabkan gangguan bernafas melalui hidung atau keluhan


tuli.
2) Orofaring, mempunyai dua hubungan :
a) Ventral dengan kavum oris, melalui batas istmus fausium. Terdiri dari palatume mole,
arkus glosopalatinus dekstra, arkus glosopalatinus sinistra, dan dorsum lingua.
Diantara kedua arkus ini terdapat jaringan limfoid yaitu tonsil palatine atau amandel
yang terdapat dalam suatu lekuk, disebut fossa tonsilaris. Fossa ini ditempati
seluruhnya oleh tonsil. Tonsil palatina penting untuk mencegah masuknya kuman
melalui rongga mulut ke faring.Radiks lingua, merupakan dinding ventral orofaring.
Kauda radiks lingua terletak pada tulang rawan, dihubungkan dengan epiglotis oleh
tiga lipatan yaitu dua plika glosoepoglotika lateralis dan satu plika glosoepoglotika
mediana.Diantara kedua lipatan ini terletak bagian cekung, disebut valekula
epiglotika.
b) Kaudal terhadap radiks lingua, terdapat lubang yang merupakan batas antara laring
dan faring, terdapat suatu lipatan antara faring dan epiglotis yang merupakan batas
antara oral dan faring.
3) Laringofaring, mempunyai hubungan dengan laring melalui mulut laring yaitu auditus
laringeus. Dinding depan laringofaring terdapat plika laringiepiglotika. Lekuk ini
mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding ini bersatu di daerah ventral,
dapat dilihat penonjolan yang disebut plika nervus laringisi. Spasium parafaringeal
mempunyai hubungan ke ventral spatium sublingualis dan submaksilaris. Batas lateral
ruangan ini dibentuk oleh sarung pembuluh saraf. Antara arkus glosopalatinus dan
arkus faringopalatinus terdapat tonsil palatina. Pada atap nasofaring berhadapan
dengan tonsila faringeal. Pada radiks lingua terdapat bangunan seperti lingkaran. Bila
tonsil palatina membesar akan memperkecil istmus fausium.
b. Fungsi Faring
Lipatan-lipatan vocal suara mempunyai elastic yang tinggi dan dapat
memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-lipatan vocal suara
memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan produksi gelombang
suara. Faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi bergantung pada
panjang dan ketegangan regangan yang mengakibatkan frekuensi dan geraran yang
diroduksi. Ketegangan dari pita usara dikontrol oleh otot kerangka di bawah kontrol
korteks (Syaifuddin, 2009).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah atas pintu

masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita
intraritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita
suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis
4.

dan bagian bawah disebut subglotis (Syaifuddin, 2009).


Trakea
Trakea (btang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak diantara
vertebrate servikalis V, panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh
selaput polos, mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok
hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka (Syaifuddin, 2009).
a. Struktur trakea
Pada ujung bawah trakea, setinggi angulus sterni tepi bawah trakea vertebrate
torakalis IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan. Trakea
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang berbentuk cincin yang terdiri dari 15-20
cincin. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian. Pada daerah servikal agak
sempit, bagian pertengahan sedikit melebar, dan mengecil lagi dekat percabangan
bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina, terletak agak ke
kiri dari bidang median. Bagian dalam dari trakea terdapat sel-sel bersilia, berguna
untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama udara ke jalan pernafasan.
b. Fungsi Trakea
Mukosa trakea terdiri dari epitel keras seeperti lamina yang berisi jaringan searbutserabut elastis. Jaringan mukosa ini berisi grandula mukosa yang sampai
kepermukaan epitel menyambung ke pembuluh darah bagian luar. Submukosa trakea
menjadikan dinding trakea kaku dan melindungi serta mencegah trakea mengempis.
Kartilago antara trakea dan esophagus lapisannya berubah menjadi elastic pada saat
proses menelan sehingga membuka jalan makanan dan makanan masuk ke lambung.
Rangsangan saraf simpatis memperlebar diameter trakea dan mengubah besar volume

saat terjadii proses pernafasan (Syaifuddin, 2009).


5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus
terdapat pada ketinggian vertebrate torakalis IV dan V, bronkus mempunyai struktur
sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan
kebawah ke arah tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan
kanan yang dibatasi oleh garis pembatas. Setiap perjalanan cabang utama tenggorok
kesebuah lekuk yang panjang di tengah permukaan paru.

Bronkus prisipalis terdiri dari dua bagian :


a. Bronkus prinsipalis dekstra : panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis
paru kanan, mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada waktu masuk ke hilus
bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus
lobari superior, di atasnya terdapat vena azigos, dibawahnya arteri pulmonalis dekstra.
b. Bronkus prinsipalis sinistra : Lebih sempit dan lebih panjang serta horizontal
dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm,beerjalan ke bawah aorta dan
disepan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri, bercabang menjadi dua (bronkus
lobaris superior dan bronkus lobaris inferior).
6. Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernfasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viserallis. Kedua paru sangat
lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung didalam
air. Paru berwarna biru keabu-abuaan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel
debu yang masuk termakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang.
Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul menjorok ke atas masuk
ke leher kira-kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang konveks berhubungan
dengan dinding dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk pericardium.
Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan tempat
bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru membentuk radiks pulmonalis.
Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol kearah dasar yang lebar,
melewati apertura forasis superior 2,5-4 cm diatas ujung sterna iga I. Basis pulmo
adalah bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma. Oleh karena kubah
diafragma lebih menonjol ke atas, maka bagian kanan lebih tinggi daripada paru kiri.
Dengan adanya insisura atau fisura pada permukaan, paru dapat dibagi atas beberapa
lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan dalam penentuan diagnosis. Pada paru kiri
terdapat suatu insisura yaitu insisura obliges. Insisura ini membagi paru kiri atas dua
lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak diatas dan di depan insisura) dan
lobus inferior (bagian paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura).
Pada paru kanan terdapat dua insisura :
a. Insisura Obliqua (interlobularis primer) : mulai di daerah insisura, keatas dan ke
belakang sampai hilus setinggi vertebrate torakalis IV, kebawah dan kedepan searah
dengan iga IV sampai linea aksilaris media keruangan interkostal VI, memotong
margo inferior setinggi artikulasio iga IV kembali ke hilus.
b. Insisura interlobularis sekunder : mulai dari insisura oblique pada aksilaris media,
berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kostokondralis IV terus

ke hilus. Insisura Obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus
posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.
Dari bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentorum. Bronkopulmonari
segmen adalah daerah yang di urus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum,
mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum yang
berdekatan, dan daerah vena yang terletak intersegmental paru kanan 10 segmen :
a. Lobus superior : segmen apical,superior, dan anterior.
b. Lobus medius : segmen lateral dan medial.
c. Lobus inferior : segmen superior, mediobasal, anterobasal, laterobasal, dan
posterobasal.
Paru kiri terdiri dari 8 segmen :
a. Lobus superior : segmen apiko posterior, anterior, superior, dan inferior.
b. Lobus inferior : segmen superior, arteriomediobasal, lateral basal, dan laterobasal.
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kantong tempat
paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan :
a. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis : lapisan pleura yang langsung
berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru, memisahkan lobus-lobus dari
paru.
b. Lapisan dalam pleura viseralis : Pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai dengan
letaknya, Pleura paritealis ada empat bagian :
1) Pleura kostalis ; menghadap kepermukaan lengkung kosta dan otot-otot yang
terdapat diantaranya, sebelah depan mencapai sternum, bagian belakang iga
melewati iga samping vertebrate. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal
dan yang paling kuat dalam dinding toraks.
2) Pars Servikalis ; bagian pleura yang melewati aperture farasis superior memasuki
dasar lebar dan berbentuk seperti kubah, diperkuat oleh membran suprapleura.
3) Pleura diafragmatika : bagian pleura yang berada di atas diafragma .
4) Pleura medistinalis : bagian pleura yang menutup permukaan lateral mediastinum
serta susunan yang terletak di dalamnya (Syaifuddin, 2009).
Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik
kembali pada rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian :
1) Sinus Kostomediatalis : Terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan pleura
kostalis. Pada waktu inspirasi hampir semua terisi oleh paru.
2) Sinus Frenikokostalis : terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan pleura
kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi oleh
pengembangan paru.

Anda mungkin juga menyukai