Anda di halaman 1dari 27

A.

ANATOMI SISTEM RESPIRASI

Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan


membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat
kompliansi paru, tahanan jalan napas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan
penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan
tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari
metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang
sebagai respon terhadap peningkatan tekanan intraalveoral. Kompliansi menurun
pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura dan kelainan
struktur traumatik atau congenital, seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan
merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar yang
mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegah dari kolap.
Sistem pernafasan ( respirasi) pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau
saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada
yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.
Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang

sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.


Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda
asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
a.

Rongga Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama
mempunyai dua lubang (kavum nasi) ,dipisahkan oleh dua sekat hidung
(septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyring
udara,debu,dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Udara yang
dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal yaitu Dihangatkan ,
Disaring , Dan dilembabkan.Hidung meliputi bagian eksternal yang
menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat
penyalur udara. Hidung bagian luar tertutup oleh kulit dan disupport oleh
sepasang tulang hidung.
Rongga hidung terdiri atas :
a) Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
b) Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara
c) Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
strukturnya yang berlapis
d) Sel silia yang berperan untuk mlemparkan benda asing ke luar dalam usaha
untuk membersihkan jalan napas
Fungsi Hidung:
a)
b)
c)
d)

Bekerja sebagai saluran udara pernafasan


Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Mukosa dapat menghangatkan udara
Membunuh kuman yang masuk, bersama udara oleh leukosit yang

terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung


e) Dan sebagai indra pembau

b.

Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan

dan

jalan

makan,terdapat

di

bawah

dasar

tenggorokan,dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang


leher. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan, Nasofaring terletak diatas

palatum lunak, Orofaring; bagian faring yg tampak jika lidah ditekan; yg


menerima udara dari nasofaring dan makanan dari rongga mulut. Pada
bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya
pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara
c.

Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentuk suara ,teretak didepan bagian faring sampai
ketinggian verbebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorokan tersebut dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorokan yang disebut epiglotis,yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berfungsi Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
b. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago
ini membentuk jakun ( Adams Apple )
d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring ( terletak di bawah kartilago thyroid )
e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago thyroid
f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring.
Ada dua fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu
Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi
cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial dan Laring sebagai
katup selama batuk.

d.

Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang 11 cm, berbentuk cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus. trakea adalah tabung
fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan

dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut


manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronckus (bronchi).
e.

Bronkus
Merupakan

percabangan

trakhea

kanan

dan

kiri.

Tempat

percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan
lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus
superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan
inferior. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
E.

Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa,alveoli). Paru-paru terletak di dalam
rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan
di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam
yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:


a) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara
atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari
alveoli keudara atmosfer.
b) Menyaring bahan beracun dari sirkulasi
c) Reservoir darah

d) Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas


Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan
daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Di dalam
paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm,
dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya
masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak
bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa
kantong kecil yang salah satu sisinya terbukaTerdiri dari :
membran alveolar dan ruang interstisial.
a)

Pertukaran Gas dalam Alveoli


Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari
udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu
bernapas udara masuk melalui saluran pernapasan dan
akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat
dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus.
Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh
hemoglobin

yang

terdapat

dalam

darah

menjadi

oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh


tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga
oksihemoglobin

kembali

menjadi

hemoglobin.

Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut


oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai
pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan
melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan

napas. Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran


gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.
b)

Proses Pernapasan
Bernapas meliputi dua proses yaitu menarik napas atau
memasukkan udara pernapasan dan mengeluarkan napas atau
mengeluarkan udara pernapasan. Menarik napas disebut
inspirasi dan mengeluarkan napas disebut ekspirasi.Pada
waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula
kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi
lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini
disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot
diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga
rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.
Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam
rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar
masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan
akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru
mengembang.

Pengeluaran

napas

disebabkan

karena

melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga


dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi
melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan
bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil
sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya
tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru
keluar melewati saluran pernapasan.

c)

Kapasitas Paru-paru
Udara

yang

keluar

masuk

paru-paru pada

waktu

melakukan pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara


tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih
kurang 500 ml. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita
masih bisa menarik napas sedalam-dalamnya. Udara yang
dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara
komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml. Setelah kita
melakukan ekspirasi biasa, kita masih bisa menghembuskan
napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat dikeluarkan setelah
ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih
kurang 1500 ml.Walaupun kita mengeluarkan napas dari
paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata dalam paru-paru
masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu
lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan,
udara komplementer, dan udara suplementer disebut kapasitas
vital paru-paru.
d)

Mekanisme Pernafasan Manusia


Pernafasan terbagi atas dua mekanisme yaitu:
a. Pernafasan dada
Pernafasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan
sebagai berikut.
a.

Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang
rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang
kaya oksigen masuk.

b.

Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti
oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam
rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan

luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya


karbon dioksida keluar.
b.

Pernafasan perut
adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

a)

Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan
dalam rongga dada menjadi lebih kecil dari pada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.

b)

Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh
turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga
dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
(Syaihfudin,2006.Anatomi

Fisiologi

Untuk

Mahasiswa Keperawatan.Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta
)

1. Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya
disebabkan oleh virus bacterial (staphylococucus,pneumococcus,
atau

streptoccous)

atau , infeksi viral (Asuhan Keperawatan,

Taqqiyah Bararah M.Kep Jilid 1, 2013)


Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang
terdapat konsilidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh
eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virusm jamur dan
benda-benda asing (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan, Arif Mutaqin)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan
terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian
pada bayi dan anak balita (Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik
dengan Clinical Pathways, Kathleen Morgan Speer Edisi 3, 2008 ).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, Pneumonia adalah suatu proses
atau terjadinya suatu peradangan pada parenkim paru yang
menyebabkan paru
terisi oleh cairan eksudat di dalam bronchiolus dan

alveoli,

penyebabnya dapat berupa virus, bakteri, parasit, atau benda-benda


asing yang masuk kedalam paru yang terlebih dahulu masuk
melalui saluran nafas atas.
Klasifikasi pneumonia :
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang
berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara
diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "communityacquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospitalacquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang

didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada


saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu,
kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten
terhadap antibiotik adalah lebih besar . Secara klinis, pneumonia
dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain.
Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
a) Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru
terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
b) Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang

tersumbat

oleh

eksudat

mukopurulen

untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada


didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
c) Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di
dalalm

dinding

alveolar

(interstisium)

dan

jaringan

peribronkial serta interlobular.


Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi
substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi
karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
a) Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan
pneumonia bakterial. Terlihat pada anak dari semua
kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau
berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam
ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa
demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat
tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau
krekels terdengar auskultasi.
b) Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma,
terjadi terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih
menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat

penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik


umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih
besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering,
keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif,
kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen
atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area
paru.
c) Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus,
dan pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari
tipe

pneumonia

lain,

mikro-organisme

individual

menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya


tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik,
tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise,
pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering
diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke
abdomen, menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui
usia, pneumonia dapat diklasifikasikan:
a. Usia 0 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60
x/menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding
dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
b. Usia 2 bulan- 5 tahun
a) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas
yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya
nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan - 1 tahun frekuensi
nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40
x/menit atau lebih. Bukan pneumonia, ditandai secara
klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan
demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
Menurut Depkes RI (2002) Klasifikasi pneumonia menurut

program
P2ISPA antara lain :
a) Pneumonia sangat berat ditandai dengan sianosis sentral
dan tidak dapat minum.
b) Pneumonia berat ditandai dengan penarikan dinding
dada, tanpa sianosis dan dapat minum.
c) Pneumonia sedang ditandai dengan tidak ada penarikan
dinding dada dan pernafasan cepat.
Klasifikasi pneumonia atas dasar anatomis dan etiologis, antara
lain :
a. Pembagian anatomis
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronchopneumonia)
b. Pembagian etiologis
a) Bakteria : diplococcus pneumoniae, pneumococcus,

a)
b)

b)

streptococcus nerus
Virus : respiratory syncytial virus, virus influensa,

adenovirus,
c) Mycoplasma pneumonia
d) Jamur : aspergillus species, candida albicans,
e) Aspirasi : karosen, makanan, cairan amnion, benda
asing
f) Pneumonia hipostatik
2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan adanya perubahan keadaan pasien
seperti ganggauan kekebalan dan penyakit kronik, polusi
lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakeristik pada kuman. Etiologi
pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal

ini

berdampak

pada

obat

yang

akan

diberikan.

Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri., yang


sejenisnya berbeda dengan negara satu dengan negara lain, bakteri
yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun lingkungan luar.
Etiologi dari pneumonia adalah bakteri,virus,mikroplasma,jamur
dan protozoa.
a. Bakteri : streptoccous,parainfluenzam dan adenp virus
menyebar melalui transisi droplet
b. Virus : influenza, parainfluenza
c. Jamur : kadadiasis, histoplasmosis dan kriptonokokus
menyebar melalui udara

d. Protozoa : pnemoksitis, karani pneumonia, biasanya terjadi


3.

pada pasien imunosupresan.


Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang
sejarah manusia Gejalanya digambarkan oleh Hippocrates
Peripneumonia, dan afeksi pleuritis, hal-hal berikut perlu diamati:
Jika demam menjadi akut, dan jika sakit dirasakan di salah satu
sisi tubuh, atau di kedua sisi, dan jika batuk timbul dan ludah yang
berwarna kuning atau gelap, atau sedikit, kering, dan kemerahan,
atau berciri berbeda dari biasanya.Apabila pneumonia mencapai
puncaknya, keadaan ini sulit diobati dan jika penderita tidak
diobati, dan memburuk jika penderita pneumonia juga menderita
dyspnoea, dan urin sedikit dan tajam, jika keringat keluar dari
daerah sekitar leher dan kepala, karena keringat tersebut adalah
keringat yang tidak sehat, karena diakibatkan oleh sesak napas,
dan kerasnya penyakit yang menyerang tangan bagian atas."
Namun, Hippocrates menyebut pneumonia sebagai penyakit
"dinamai di zaman kuno." Dia juga melaporkan hasil dari drainase
bedah empiema. Maimonides (11351204 AD) melihat: "Gejala
umumnya yang terjadi pada pneumonia dan tidak pernah tidak
terjadi adalah sebagai berikut: demam akut, nyeri pleuritis seperti
ditusuk, napas pendek dan terengah-engah, denyut naik turun dan
batuk." Gambaran klinis ini mirip dengan yang ditemukan dalam
buku teks modern, dan mencerminkan luasnya pengetahuan medis

dari Abad Pertengahan hingga abad ke-19.


4. Manifestasi Klinis
a) Demam
Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama
b) Anoreksia
Hal yang disertai dengan penyakit masa anak-anak
c) Muntah
d) Gerakan dada tidak simetris
e) Menggigil dan demam tinggi 38,8derajat C- 41,1 derajat
C
f) Diare
g) Bunyi

pernapasan

seperti

batuk,mengi,

auskulatsi terdengar mengi, krekels

mengorok

h) Sianosis
i) Gelisah
j) Kesulitan dan sakit saat bernafas : nyeri pleuritik, nafas
5.
a.

dangkal, mendengkur, takipnea.


Patofisiologi

Narasi
Pneumonia kimiawi adalah pneumonia yang terjadi setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Pneumonia
bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udaram aspirasi
organisme dari nasofaring (penyebab pneumonia bakterialis yang
paling sering)atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang
jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran pernapasan,
masuk ke bronchiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein

dalam

alveoli

dan

jaringan

intersititial.

Bakteri

pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke


alveoli di seluruh segmen/lobus. Timbulnya hepatisasi merah
adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari
kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema
yang berisis eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit dan
sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke alveoli dan
menelan leukosit bersama bakteri pneumokokus di dalamnya, paru
masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abuabi kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah merah mati dan
eksudat-fibrin dibuang dari alveoli, terjadi resolusi sempurnam paru
menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuannya dalam
melakukan pertukaran gas.

(Rencana Asuhan Keperawatan

Pediatrik dengan Clinical Pathways, Kathleen Morgan Speer Edisi


3 ).

6. Skema
Normal (sistem
pertahanan)
terganggu

Organism

Virus

Kuman patogen
mencapai bronkioli
terminalis merusak sel
epitel bersilia sel

Cairan
edema+leokosit
ke alveoli

Konsolidasi
paru

Saluran napas
bagian bawah

Eksudat masuk
ke alveoli

stapilokokus
Trombus
Toksi

alveoli

Sel darah merah,


leukosit, pneumokokus
mengisi alveoli
Leukosit+fibrin
mengalami

Leukositosis
Kapasitas vital,
Intoleransi
compliace
aktivitas
Defisiensi
menurun
pengetahuan
Suhu tubuh
hemoragik
Produksi sputum meningkat
Resiko kekurangan
volume cairan
Hipertermi

Permukaan lapisan
pleura tertutup tebal
eksudat trombus vena
pulmonalis

Nekrosis hemoragit

Abses pneumotocale

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Ketidakefektifan jalan nafas

( Sumber : Nanda NIC NOC Jilid 3,2015)


7. Collaborative Care Management
a.

Pemeriksaan Diagnostik :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya didapatkan

jumlah

leukosit

15.000-

40.000/mm3. Dalam keadaan leukopenia, laju endap darah biasanya


meningkat hinggga 10mm/jam. Saat dilakukan biakan sputum,darah
atau dimungkinkan cairan efusi pleura , untuk biakan aerobik dan
aneorobik, untuk selanjutnya dibuat pewarnaan gram sebagai
pegangan dalam pemberian antibiotik. Sbaiknya diusahaka agar
biakan dibuat dari saluran pernapasan bagian bawah. Selain contoh
sputum yang diperoleh dari batuk, bahan dapat diperoleh dari swap
tenggorok atau laringmpengisapan lewat trakhea, bronhoskopi, atau
pengisapan melalui dada bergantung pada indikasinya. Penarikan
analisa gas darah menunjukkan hipoksemia sebab terdapat
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi didaerah pneumonia.
2. Pemeriksaan Radiologis
Sebaiknya dibuat foto thoraks posterior-anterior dan
lateral untuk melihat keberadaan konsilidasi retrokardial sehingga
lebih mudah untuk menentukan lobus mana yang terkena karena
setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena. Yang khas adalah
tampak gambaran konsolidasi homogen sesuai dengan letak anatomi
lobus yang terkena.Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat
dan hampir selalu ada bronkohram udara. Pada masa akut,biasanya
tidak ada pengecilan volume lobus yang terkena sedangkan pad masa
resolusi mungkin stelektasis sebab eksudat dalam saluran pernapasan
dapat menyebabka obstruksi. Kebanyakan lesi terbatas pada satu
lobusm tapi dapat juga mengenai lobus lain (Asuhan Keperawatan,
Taqqiyah Bararah M.Kep Jilid 1, 2013).

b.

Diet
1). Buah dan sayuran berwarna-warni
Adalah sumber antioksidan yang akan membantu tubuh melawan
infeksi dan penyakit. Meningkaan asupan diet ini juga dapat
membantu mencegah komplikasi. Wanita yang mengkonsumsi diet
kaya buah-buahan dan sayuran tidak mudah mengembankan infeksi
saluran pernapasan
2). Makanan dari biji-bijian
Memberikan karbohidrat, sumber bahan bakar utama tubuh, serta
sejumah vitamin, mineral, dan antioksidan dalam jumlah yang
tinggi. Biji-bijian juga merupakan sumber selenium, yaitu mineral
yang mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh.
3). Makanan kaya protein rendah lemak
Protein memainkan peran penting dalam perbaikan jaringan dan
fungsi kekebalan tubuh. Pilih sumber lemak jenuh, seperti kacangkacangan dan ikan-ikan air dingin, seperti salmon dan sarden,
memberikan tubuh jumlah protein dan lemak omega 3 yang tinggi
yang berperan sangat penting yaitu sebagai antiimflamasi yang
dibutuhkan tubuh.
4). Cairan tambahan
Jaga tubuh dan tetap berdehirasi dengan baik untuk memulihkan
kondisi pneumonia. Hindari minuman yang dapat memperburuk
kondisi

paru-paru

dan

tubuh

secara

keseluruhan

(m.okezone.com/read/2015.08/05/482/2990989/daftar-makananuntuk-penderita-pneumonia)
c. Activity
1) Sering melakukan olahraga secara teratur
2) Olahraga yang rutin
3) Melakukan latihan pernapasan yang ringan

d.

Health Education
Perlu di terangkan pada klien dan keluarga mengenai diet dan
obat yang dikonsumsi oleh klien.Penjelasan perlu diberikan
secara perlahan dan diulang karena sering kali ingatan klien
terganggu.Keluarga terdekat harus disertakan karena mereka yang
dapat mengingatkan klien jika klien lupa.Secara khusus
penyuluhan kesehatan pada klien meliputi: Mencegah infeksi
dibagian masuknya slang.Yang harus diperhatikan adalah
mengganti verban 1 hari sekali dan perlu diperhatikan agar kain
kasa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh
dikotori (http/KemensosPneumonia.com).

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Fokus Pengkajian
1. Respirasi
a. Peningkatan kecepatan respirasi
b. Retraksi
c. Nyeri dada
d. Penurunan suara napas

e.
f.
g.
h.

Pelebaran nasal
Sianosis
Batuk produktif
Ronchi
2. Kardiovaskuler
a. Takikardi
3. Neurologi
a. Sakit kepala
b. Iritabilitas
c. Kesulitan tidur
4. Gastri intestinal
a. Penurunan nafsu makan
b. Nyeri abdomen
5. Muskuloskeletal
a.
Kegelisahan
b.
Fetigue
6. Integumen
a. Perubahan temperatur tubuh
b. Sianosis sirkumoral

b.Diagnosa keperawatan
a) Gangguan

pertukaran

gas

yang

berhubungan

dengan

terkumpulnya eksudasi dan meningkatnya produksi mukus


b) Hipeertermia yang berhubungan dengan proses infeksi
c) Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan cairan, akibat hipertermia atau hiperpnea
d) Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan
inflamasi
e) Gangguan nutrisi

: kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik


f) Kurangnya pengetahuan tentang perawatan dirumah

c. Expected Patient Outcomes


Diagnosa I : Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
terkumpulnya eksudasi dan meningkatnya produksi mukus
Hasil yang diharapkan :
Pertukaran gas pada anak akan meningkat yang ditandai oleh
kemudahan bernapas, warna kulit

normal, dan berkurangnya

kegelisahan

Intervensi
Atur posisi yang dapat

Rasional
Memberikan

posisi

meningkatkan kenyaman

yang nyaman, sepeerti

anak

posisi

semi

fowler,membuat

anak

bernapas
mudah

dengan

Ciptakan

lingkungan

Udara

dingin

yang

yang lembab dan dingin,

dilembabkan di jalan

melalui

napas,

penggunaan

membantu

oksigen sunngkup wajah,

mengencerkan

oksigen

dan mengurangi edema

dengan

penggunaan

sungkup

kepala,

oksigen

atau

tenda
Berikan oksigen dengan
menggunakan

lendir

bronkial

sungkup

Oksigen

mengurangi

kegelisahan

karena

wajah, oksigen sungkup

kesukaran pernapasan

kepala,atau

dan hipoksia

oksigen

tenda, sesuai petunjuk


Lakukan
pengisapan

lendir, bila perlu. Siapkan

Pengisapan

lendirkan

disarankan

untuk

mempertahankan
saluran

napas

yang

bebas, terutama jika

Kaji status pernapasan


anak

untuk

menandai

mengindikasikan

dispnea,takipnea,mengi,k

bahwa

rekles,ronki dan sianosis

tidak

efektif,

dan

bahwa

kondisi

anak

Anjurkan

pemberian

asupan cairan jika tidak

anak tidak batuk efektif


Tanda
ini

terkontraindikasikan
Berikan periode istirahat

pengobatan

memburuk
Cairan

umumnya

mengencerkan lendir

sesring mungkin

Istirahat
menyimpan

dapat
energi

yang diperlukan, untuk

Ubah posisi anak setiap 1


sampai 2 jam

melawan infeksi
Perubahan
posisi
baring secara teratur,

membantu
memobilisasi
pengeluaran lendir
Diagnosa II : Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi
Hasil yang diharapkan
Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari 37,8derajat
Celcius

Intervensi
Pertahankan lingkungan

yang dingin

Rasional
Lingkungan dingin
menurunkan
melalui

Berikan antipiretik sesuai

petunjuk

suhu

tubuh

kehilangan

panas

pancaran
Pemberian obat antipiretik
biasanyamengurangi demam
secara efektif
Peningkatan suhu

tubuh

setiap 1-2 jam, waspadai

secara

dapat

bila ada kenaikan suhu

menyebabkan kejang

Pantau suhu tubuh ana

secara tiba-tiba
Ambil sediaan sputum

untuk dilakukan kultur


Berikan
obat
antimikrobial,

akan

Sediaan sputum membantu

mengidentifikasi penyebab
Daya obat antimikrobial

sesuai

petunjuk
Berikan kompres basah

tiba-tiba

dengan

cara

menyerang

organisma penyebab
Kompres hangat basah, akan

dengan suhu 37 derajat

mendinginkan

permukaan

celcius, bila perlu untuk

tubuh secara konduksi

mengurangi demam
Diagnosa III : Resiko defisit volume cairan yang berhubungan
dengan kehilangan cairan, akibat hipertermia atau hiperpnea
Hasil yang diharapkan :

Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan yang ditandai


dengan haluaran urine 1-2mL/kg/jam, turgor kulit baikm dan waktu
pengisian kapiler kembali 3 -5 detik

Intervensi
Pantau
asupan
haluaran

dan

cairan

secara

Rasional
Pemantauan secara hatihati

teliti

mendeteksi

penurunan haluaran urine,


yang

akan

Kaji

peningkatan

frekuensi

pernapasan

dapat

berindikasi

dehidrasi
Peningkatan

napas dan suhu tubuh,

anak dan demam setiap 1-

khususnya

2 jam

mengakibatkan
peningkatan

Kaji tanda dehidrasi pada

anak,termasuk

keringmdan
pada

asupan cairan
Tanda

kulit

peningkatan

mukosa

kebutuhan
tersebut
kebutuhan

asupan cairan

cekungan

ubun-ubun

serta

bola mata
Berikan cairan perinfus,

sesuai dengan petunjuk

Pemberian cairan per infus


diperlukan, dengan tujuan
mempertahankan

dapat

mengindikasikan

oliguriamturgor
jelek,membran

frekuensi

Anjurkan asupan cairan

hidrasi

yang adekuat pada anak


Peningkatan asupan cairan

per oral setiap 1-2 ja, jika

membantu untuk mencegah

tidak ada kontraindikasi

dehidrasi,

dan

mengencerkan lendir

Diagnosa IV : Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan


dengan inflamasi

Hasil yang diharapkan :


Kesulitan bernapas pada anak akan berkurang yang ditandai dengan
periode istirahat yang cukup, dan frekuensi pernapasan dan jantung,
dalam batas normal sesuai usia.
Intervensi

Rasional

Auskultasi paru terhadap tanda


peningkatan

pembengkakan

Lebih awal mengenal tanda


ini

sangat

perlu,

sebab

jalan napasm dan kemungkinan

pembengkakan

obstruksi

berkembang dengan cepat

dan membawa kefatalan


Berbagai manipulasi yang

Hindari

stimulasi

langsung pada saluran

ditujukan pada jaringan jalan

napas

karena

napas, dapat menyebabkan

pemakaian

tongue

spasme

depressor,

asupan

pembengkakan,

kultur,

kateter

memungkinkan peningkatan

pengisapan,

biasanya

atau

laringoskop
Beri kekbabasan pada

laring

dan

terjadinya obstruksi komplet

Posisi

horizontal

anak untuk mengambil

menyebabkan

posisi

memburuk

yang

dapat
jaringan

secara

cepat,

menyenangkan, namun

kemungkinan

akan

bukan posisi horizontal

meningkatkan

obstruksi

Pantau

status

komplet
Pemantauan

secara

terus-

pernapasan dan tanda

menerus diharuskan sebab

vital

peningkatan

secara

terus-

edema

dapat

menerus, hingga jalan

menyebabkan

napas dijamin bebas.

komplet

Tempatkan

memerlukan intubasi yang

peralatan

intubasi gawat dariratan


disamping tempat tidur

obstruksi

kapanpunm

sifatnya gawat-darurat.

dan

Diagnosa V : Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
Hasil yang diharapkan :
Asupan nutrisi pada anak akan meningkat ditandai oleh makan
sedikitnya menghabiskan 80% porsi makanan saat hari terakhir rawat
inap di rumah sakit.

Intervensi
Pertahankan diet tinggi
protein,

tinggi

kalori

Rasional
Anak membutuhkan

diet

tinggi kalori dan proteinm

pada anak

untuk memenuhi peningkatan

Berikan makanan dalam

kebutuhan energi
Makan sedikit dan

jumlah sedikit dengan

sering

porsi

upaya ekspirasi. Memberikan

sering

dari

makanan yang disukai

akan

porsi

makanan

mengurangi

yang

disenangi

membantu agar anak makan


dalam jumlah yang lebih

Hindari susu cair dan

yang sangat kental

banyak,setiap kali makan


Susu cair dan yang sangat
kental

akan

mengentalkan

lendir
Diagnosa VI : Kurangnya pengetahuan tentang perawatan dirumah
Hasil ysng diharapkan :
Orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang petunjuk
perawatan dirumah

Intervensi
Sarankan orang

tua

Rasional
Pemahaman

pentingnya

bagaimana dan kapan

pemberian pengobatan secara

memberikan

teratur daor membantu orang

pengobatan ; berikan

tua

penjelasan dosis secara

pengobatam

teruarai

dan

kemungkinan

efek

kemungkinan

efek

sampingnyam

akan

mematuhi

progran
mengetahui

samping

mngarahkan orang tua pada


perilaku

Jelaskan

tanda

gejala

dan

menghubung

dokter , bila diperlukan


Mengetahui tanda dan gejala

kesukaran

mendesak orang tua untuk

pernapasan dan infeksi,

mencari bantuan medis, jika

termasuk

demam,

perlu

dispnea,

takipnea,

sputum yang berwarna


kuning-kuningan,

atau

kehijauan dan mengi


Jelaskan
pentingnya

Setelah infeksi, anak akan

isitirahat yang cukup

memerlukan periode istirahat

pada anak

yang sering untuk membantu


penyembuhan dan mencegah

Jelaskan

mengencerkan

untuk

tinggi

asupan

cairan

mempertahankan

membantu
lendir,

kalori

menggantikan

diet

membantu
kalori

yang

diet tinggi kalori pada

diperlukanan untuk melawan

anak
Jelaskan pada orang tua

penyakit
Udara
yang

untuk
lingkungan
lembab

memberikan dukungan
serta

pentingnya

kekambuhan
Cairan

memberikan

membantu

yang

lendirm

dilembab

mengencerkan
pemberian

udara

dengan

dingin lebih aman daripada

memberikan pelembab

menggunakan udara hangat,

dingin

karena dapat menyebabkan

Lakukan

luka bakar
Infeksi pernapasa

langkah
mencegah

sejumlah
untuk
infeksi

pernapasan lebih lanjut

berulang

yang

meningkatkan

masalah jangka panjang

Sumber : (Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical


Pathways, Kathleen Morgan Speer Edisi 3, 2008 ).

Anda mungkin juga menyukai