Cacat interna
Benda uji
Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dan film.
STTN
Teknik Radiograf
Film radiografi yang sudah diproses di ruang gelap atau disebut radiograp, dikatakan
mempunyai kualitas baik bila film tersebut dapat mendeteksi cacat yang dimensinya
tertentu sesuai dengan standard yang dinginkan atau lebih kecil. Radiograp yang dapat
mendeteksi cacatdengan ukuran relatif kecil dikatakan mempunyai sensitifitas
eadiografi tinggi. Sensitifitas radiografi absolut dinyatakan dalam mm, sedang
sensitivitas relatif dinyatakan dalam %.
Untuk memperoleh kualitas radiograp yang baik, dua faktor yang perlu diperhatikan
yaitu kontras dan definisi. Indikator yang menunjukkan sensitivitas radiografi adalah
bayangan penetrameter.
Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan nomor
penetrameter yang digunakan bergantung dengan % sensitivitas yang diinginkan dan
tebal benda uji. Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure chart,
hubungan antara mA-waktu terhadap tebal benda uji.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Peralatan
1. Proteksi radiasi:
Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD
badge
Surveyleter
Tanda radiasi dan tali kuning
Long tang dan lembar timbal
2. Radiografi:
Pesawat Sinar-X dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu tanda
Radiasi)
Penetrameter
Sigmat
Fasilitas ruang gelap dan asesories ( densitometer, viewer )
B. Bahan
Film radiografi
Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air)
Benda uji (lasan pipa, plat).
IV. LANGKAH KERJA
Pelaksanaan radiografi Pesawat sinar-X
Persiapan sebelum penyinaran:
Lakukan pengukuran dimensi dan tebal benda uji, dan hitung / tentukan:
1. Teknik penyinaran
2. Tentukan Tegangan kerja pesawat yang akan digunakan.
3. Jarak Sumber ke film SFD (lihat lampiran 1, cara perhitungan).
4. Penetrameter dan shim yang digunakan
Penetrameter yang digunakan sesuai dengan standard yang
digunakan. Jenis penetrameter standard yang disediakan untuk
praktek radiografi, yaitu ASTM kawat dan ASTM plat , DIN
Penempatan penetrameter ada 2 cara, ke arah sumber radiasi
( Source side) dan didekat dengan film (film side). Penempatan
STTN
Teknik Radiograf
Catatan:
SFD : Jarak sumber flm
TL : Tebal lasan
Teknik Radiograf
1.
C. Setelah Penyinaran
Survey
kedalam ruangan dengan menggunakan surveymeter untuk
memastikan tidak terdapat radiasi
Ambil specimen dan film
Matikan lampu tanda bahaya ( lampu tanda bahaya yang terhubung dengan
control panel akan mati secara otomatis setelah timer penyinaran dicapai).
Lepas tanda-tanda radiasi (rambu) serta peralatan lainnya
Baca dosimeter saku dan baca penunjukkannya.( catat dan bandingkan
dengan bacaan sebelum penyinaran)
Matikan surveymeter.
STTN
Teknik Radiograf
Teknik Radiograf
V. DATA PENGAMATAN
Benda uji
: plat
Tebal
: 14,3 mm
Tegangan kerja
: 140 kV
Arus
: 5 mA
Waktu penyinaran
: 4,7 menit
SFD
: 680 mm
Penetrameter kawat set B,
Jumlah kawat yang muncul : 6 kawat
Diameter kawat terkecil
: 0,010 in
Densitas meterial
: 2,21
Densitas lasan
: - 1,78
- 1,72
- 1,75
Densitas penetrameter : 1,77
Cacat :
- IP
- Cluster porosity
- IF
- Slag
VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan SFD min
SFD = 680 mm
STTN
Teknik Radiograf
Pada tabel untuk ketebalan < 2in (50,8mm), diperoleh nilai Ug maks = 0,51 mm
Karena Ug < Ug maks, maka film diterima.
SFD = 680 mm > SFD min = 70,38 mm, maka film diterima.
2. Pemilihan penetrameter
STTN
Teknik Radiograf
Pada tabel dapat dilihat analisis untuk penetrameter untuk tebal nominal antara
12,7 19 mm, yaitu :
SS hole = 20
Wire = 8 ( 4 kawat pada tabel B )
FS hole = 17
Wire = 7 ( 5 kawat pada tabel B )
Karena posisi penetrameter di atas spesimen, jadi yang digunakan adalah SS
sehingga kawat yang muncul adalah 4 kawat pada set B.
STTN
Teknik Radiograf
STTN
Teknik Radiograf
Tebal (t)
= 14,3 mm
Diameter kawat terkecil yang tampak= 0,010 in = 0,254 mm
Sensitivitas film radiograph 1,776%, lebih kecil dari batas 20% (S<20%),
maka film diterima.
6. Penentuan variasi densitas
Syarat :
VDmaks 30%
VDmin -15%
STTN
10
Teknik Radiograf
Karena VDmaks dan VD min memenuhi syarat, maka film tersebut dapat
diterima.
7. Penentuan Artifact
IP : garis lurus hitam
Cluster porosity : titik-titik hitam bergerombol
IF : garis hitam
Slag : titik hitam tak beraturan
Karena pada film hasil terdapat artifact, maka film tidak dapat diterima.
VII. PEMBAHASAN
Pecobaan ini bertujuan untuk menyiapkan (loading) film yang akam dipakai
dalam radiografi, melakukan proses film yang telah dilakukan penyinaran radiografi
dengan pesawat sinar X dan mengukur densitas film serta menentukan lokasi dan
jenis cacat dari radiograph yang dihasilkan.
Spesimen yang dipakai adalah plat besi dengan ketebalan 14,3 mm. Sebelum
dilakukan penyinaran, terlebih dahulu dilakukan penetuan parameter-parameter yang
diperlukan seperti SFD, jenis penetrameter, tegangan kerja dan lamanya waktu
penyinaran. SFD pada percobaan kali ini adalah 680 mm. Angka ini lebih besar dari
SFD minimum yaitu 70,38 mm, sehingga film dapat diterima. Tegangan kerja yang
dipakai selama penyinaran yaitu 140 kV dengan lama penyinaran yaitu 4,7 menit.
Penetrameter yang digunakan adalah penetrameter kawat set B yang dipasang pada
sisi spesimen. Selain itu, ditentukan pula unsharpeness geometry (Ug) untuk
mengetahui besarnya daerah yang tidak tajam. Dari hasil perhitungan diperoleh Ug
sebesar 0,043, nilai ini lebih kecil dari Ug maksimum untuk plat ketebalan yang
kurang dari 50,8 mm yaitu 0,51, sehingga film tersebut dapat diterima. Teknik
penyinaran yang dipakai adalah SWSI (Single Wall Single Image).
Setelah parameter ditentukan, kemudian dilakukan loading film. Proses
loading film dilakukan di ruang gelap agar film tidak rusak karena terkena cahaya. Fil
diletakkan di antara dua screen timbal (Pb) dengan ketebalan masing-masing screen
adalah 0,125 mm. Fungsi dari screen Pb bagian atas adalah untuk mengintensifikasi
penyinaran. Sedangkan screen bagian bawah adalah untuk menahan adanya raddiasi
hambur. Setelah itu, film dimasukkan ke dalam kaset kecil dan besar yang tidak
tembus cahaya agar tidak merusak film.
Selanjutnya dilakukan penyinaran dengan menggunakan pesawat sinar X
dengan ketentuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sebelum penyinaran dimulai,
dilakukan pemasangan tanda radiasi untuk daerah radiasi bagi pekerja radiasi. Selama
penyinaran juga dilakukan pengukuran dosis paparan di beberapa titik untuk
mengetahui kebocoran pesawat sinar X yang mungkin terjadi. Dari hasil pengukuran
STTN
11
Teknik Radiograf
selama penyinaran berlangsung tidak terukur dosis yang melebihi batas yang
diijinkan, jadi dapat dikatakan bahwa tidak terjadi kebocoran pada pesawat sinar X
tersebut.
Prinsip dasar dalam radiografi atau uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi
akan menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka
banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan
memanfaatkan sifaat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka
radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga
sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik radiografi ini. Apabila radiasi yang
diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film fotografi yang dipasang di
belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan menimbulkan
kehitaman yang berbeda pada film sehingga cacat dalam bahan yang diperiksa akan
tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat diketahui mutu sambungan las, kualitas
logam cor dan juga keadaan dalam diri suatu sistem.
Setelah dilakukan penyinaran, film kemudian diproses dalam ruang gelap.
Film radiografi dikeluarkan dari kaset dan dilakukan pencelupan ke dalam larutan
developer selama 1,5 menit, dilanjutkan ke dalam stopbath selama 45 detik, kemudian
ke dalam larutan fixer selama 3 menit dan terakhir dilakukan pencucian dengan air.
Penentuan lamanya proses pencucian ini ditentukan berdasarkan suhu larutan yaitu
29oC kemudian dibaca dalam grafik. Fungsi dari pencelupan ke dalam larutan
developer adalah untuk proses pengembangan film. Selanjutnya proses
pengembangan dihentikan di stopbath dan dilanjutkan dengan penetapan bayangan
pada film oleh larutan fixer. Pencucian fillm dari ketiga larutan sebelumnya dilakukan
oleh washer yang dalam hal ini digunakan air. Selanjutnya film dikeringkan di dalam
lemari pengering.
Film yang telah kering selanjutnya dilakukan pengukuran densitas dengan
densitometer. Dari hasil pembacaan itu, diperoleh densitas penetrameter 1,77 dan
densitas lasan diperoleh 1,78, 1,72 dan 1,75. Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil
variasi densitas maksimumnya adalah 0,565% dan variasi densitas minimumnya
adalah -2,825%. Hasil ini sudah memenuhi variasi densitas yang diijinkan, sehingga
film dapat diterima. Selanjutnya dilakukan pembacaan film dengan menggunakan
viewer untuk melihat cacat yang ada. Selain itu dapat dilihat pula kawat penetrameter
yang muncul dalam film. Dari hasil pembacaan, diketahui bahwa kawat penny yang
muncul berjumlah 6 kawat. Hal ini sudah sesuai parameter yang ditentukan
sebelumnya bahwa kawat yang akan muncul paling tidak ada 4 buah. Diameter kawat
terkecil yang muncul yaitu 0,010 in, selanjutnya digunakan untuk menentukan
sensitivitas radiograph dan diperoleh 1,776%. Hasil ini sesuai dengan syarat
sensitivitas radiograph yaitu kurang dari 20 %, sehingga film dapat diterima.
Pembacaan dengan viewer juga dapat menampilkan cacat yang ada pada bahan. Pada
lasan bahan plat yang digunakan dalam percobaan diketahui terdapat berbagai cacat
antara lain : IP, cluster porosity, IF, dan slag. IP (Incomplete Penetration) dapat terjadi
ketika logam sambungan gagal untuk melakukan penetrasi kedalam sambungan.
Munculnya IP ini dapat menyebabkan keretakan secara kontinyu yang dapat
STTN
12
Teknik Radiograf
menyebar. IP ini ditandai dengan garis lurus hitam jelas dan berada ditengah-tengah
sambungan. Cluster porosity disebabkan adanya uap air yang terperangkap didalam
lasan ketika proses pengelasan. Cluster porosity ini ditandai seperti hanya porosity
tetapi bedanya terletak pada posisi bintik-bintik hitamnya. Incomplete Fusion ( IF )
yaitu berupa bintik bintik gelap ( agak samar ) dan kemungkinan berada pada bagian
akar ( root ). Incomplete Fusion disebabkan kurang menyatunya logam las dengan
base metal. Slag atau yang biasa dikenal dengan slug inclusion ini dapat terjadi ketika
bahan padat non material terperangkap didalam sambungan logam atau terperangkap
didalam sambungan dan base metal. Hal ini ditandai oleh bentuk bergerigi yang tag
beraturan didalam sambungan. Terdapatnya cacat ini berarti film hasil radiografi
tersebut tidak dapat diterima.
VIII. KESIMPULAN
N
o
Parameter
ASME V, Article 2
Hasil
Keterangan
Ug
0,34 mm
Diterima
Sensitivitas
< 20%
1,776 %
Diterima
Densitas
material
1.8 4
2,21
Diterima
Variasi densitas
-2.825% s/d
0,565%
Diterima
Artifact
Tidak ada
Ada
Tidak
diterima
Penetrameter
set B, 4 kawat
6 kawat
Diterima
Asisten,
Djoko Marjanto
Ceiga Nuzulia S.
13
Teknik Radiograf
STTN
14