7.9.1
Manajemen risiko adalah suatu upaya pengelolaan risiko keselamatan dan kesehatan kerja
yang ada pada suatu aktivitas kegiatan kerja.
7.9.2
Mengurangi dan bahkan menghilangkan tingkat risiko yang ada sehingga dapat diterima oleh
system kerja yang ada
7.9.3
a.
Antisipasi (A)
Antisipasi dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk memprediksi atau melakukan
perkiraan terhadap kemungkinan potensi bahaya kesehatan yang ada di tempat kerja
b.
Rekognisi (R)
Rekognisi dapat diartikan sebagai upaya atau langkah untuk mengetahui dan mengenali
potensi bahaya kesehatan yang ada ditempat kerja.
c.
Evaluasi (E)
Evaluasi adalah menguji dan memutuskan jumlah, derajat, signifikan, nilai atau kondisi sesuatu
dan boleh jadi menggunakan lebih banyak seni dalam implementasinya dan menggunakan
lebih dari tanggungjawab ahlinya
d.
Pengendalian (P)
Pengendalian adalah upaya puncak sebagai tujuan utama menyediakan lingkungan kerja yang
sehat.Penerapan mengenai hirarki control yaitu control teknik (engineering), penerapan kerja,
control administrative, dan sebagai upaya terakhir upaya pengendalian diri.
7.9.4
1. Elimisasi
7.10
7.10.1
PAK adalah semua penyakit yang timbul akibat pekerja terpajan terhadap bahan atau kondisi
yang membahayakan dalam proses pekerjaan, di mana lingkungan kerja dan kondisi kerja
salah satu faktor utama dari banyak faktor penyebab yang lain (Komisi bersama ILO / WHO
dalam Kesehatan Kerja Tahun 1989)
7.10.2
Jenis PAK
Di Indonesia berdasarkan peraturan perundang - undangan yang ada penderita PAK disebut
sebagai Penyakit Yang Timbul karena Hubungan Kerja atau Penyakit Hubungan Akibat Kerja
yang perlu di laporkan dan akan mendapatkan kompensasi bila terbukti mengalami cacat.
Berdasarkan KEPRES NO.22 TAHUN 1993 penyakit tersebut terdiri dari:
a.
Pneumokoniosis akibat debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,
antrakosiliosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan factor utama
penyebab cacat dan kematian
b.
Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang di sebabkan oleh
debu logam kertas
c.
Penyakit paru dan saluran pernafasan yang di sebabkan oleh debu kapas, vlas,
henep dan sisal bisinosis
d.
Asma akibat kerrja yang di sebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang di kenal dan berada dalam proses pekerjaan
e.
Alveolitis allergika yang di sebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organic
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Penyakit yang di sebabkan oleh air raksa atau persenyawaan yang beracun
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Penyakit yang di sebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene, homolognya
yang beracun
s.
Penyakit yang di sebabkan oleh nitogliserin atau ester asam nitrat lainnya
t.
u.
v.
w.
x.
Penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi
y.
z.
Penyakit kulit yang di sebabkan oleh penyebab fisik, kimia atau biologi
aa.
bb.
Kanker paru
cc.
Penyakit infeksi
dd.
Penyakit yang di sebabkan oleh tinggi rendahnya radiasi atau kelembaban udara tinggi
ee.
Penyakit yang di sebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
7.10.3
Penyebab PAK
d.
Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja
e.
7.10.4
a.
Antisipasi
b.
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
(walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan
dalam upaya kesehatan kerja
c.
Pengendalian
1.
Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures): disain dan tata letak
yang adekuat, penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.
2.
3.
Pengendalian perorangan (Personal Control Measures) dengan penggunaan alat
pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya
kesehatan. Namun alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat .
7.11
Kesehatan Kerja
Definisi kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam kesehatan kerja
pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun 1995. Kesehatan kerja adalah upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
semua pekerja yang setinggi-tingginya.
7.12
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan
perusahaan. Hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini
diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat
perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang
menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka
menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.
7.13
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat
kerja.
Kelemahan penggunaan APD:
a.
1.
2.
3.
b.
Sering APD tidak dipakai karena tidak enak atau tidak nyaman.
Penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD sehingga fungsi APD tetap baik
misalnya:
a.
b.
APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan penyerap
(cartridge).
c.
Macam-macam APD:
a.
kepala
Alat pelindung kepala, contoh : topi pengaman (safety helmet), topi/ tudung, tutup
b.
Alat pelindung telinga, contoh : sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff)
c.
d.
Alat pelindung pernafasan, contoh: respirator untuk memurnikan udara, respirator
yang dihubungkan dengan suplai udara bersih dan respirator dengan pemasok oksigen
e.
Pakaian kerja
f.
7.14
Gizi Kerja
Gizi Kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai
denganjenis dan tempat kerja, dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas
kerja yang setinggi-tingginya.
Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan jenis pekerjaan, sebagai satu aspek dari ilmu gizi,maka gizi kerja lebih ditujukan
kepada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan dan daya
kerja mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat gizi seseorang.
Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan dari kerusakan
sel-sel maupun jaringan tubuh. Zat-zat makanan ini diperlukan untuk pekerjaan dan
meningkatkan berbanding lurus dengan beratnya pekerjaan. Pekerjaan memerlukan tenaga
yang sumbernya adalah makanan.
Dalam kaitan dengan gizi kerja, nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja tidak berbeda dengan
yang diutuhkan oleh orang lain dan dalam kegiatan lainnya. Bahan-bahan makanan dapat
digolongkan menurut makanan pokok (nasi,roti), lauk pauk, sayur mayur, buah-buahan dan
susu. Bahan-bahan ini mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, seperti protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral, air. Karena zat makanan yang diperlukan tubuh meliputyi zat-zat
tersebut, maka makanan yang paling cocok adalah makanan berimbang (balance diet)
Karbohidrat, lemak juga protein, merupakan bahan bakar, maka zat-zat ini dapat dibakar oleh
tubuh sebagai sumber tenaga dalam bekerja. Vitamin dan mineral berlaku sebagai pengatur
tubuh dengan jalan melancarkan proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan saraf,
vitalitas jaringan serta menunjang fungsi tertentu. Bagi proses-proses tersebut, diperlukan pula
air dan oksigen dari udara.
Kondisi gizi tenaga kerja di indonesia merupakan proyeksi kondisi gizi masyarakat pada
umumnya, yaitu ditandai dengan kurangnya protein, kalori dan vitamin. Rendahnya protein dan
kalori dalam makanan sehari-hari menjadi salah satu sebab rendahnya produktivitas serta
menjadi salah satu penyebab mudah timbulnya penyakit, baik penyakit umum maupun penyakit
akibat kerja.
7.15
Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan (Effendy, 1998).
Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar
Faktor
Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
meliputi:
Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan
ketulian
Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor
administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
Khusus
untuk
radiasi,
dengan
berkembangnya
dan
jika
teknologi
tidak
pemeriksaan,
dikontrol
Pencegahan :
dapat