id
digilib.uns.ac.id
Skripsi
Skripsi
Oleh :
Triyono
K 2306041
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Oleh :
Triyono
K 2306041
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari
Tanggal
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Pada hari
Tanggal
Ketua
Sekretaris
Anggota I
........................
........................
........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
iv
........................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Triyono. PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI FILM
PENDEK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA (:PENELITIAN TINDAKAN
KELAS). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sebelas Maret Surakarta, November 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebesar 30,30% yang kemudian meningkat menjadi 66,67% pada siklus II. Untuk
target aspek kognitif yang ditetapkan adalah ketuntasan belajar siswa sebesar 60%
dengan nilai batas ketuntasan minimal 67.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The aims of the research are to know : (1) whether the application of
contextual teaching and learning through short films can improve the students'
physics learning motivation (2) whether the application of contextual teaching and
learning through short films can improve the physics cognitive students abilities.
This research is a Classroom Action Research that is held in two cycles. The
cycles are started by preparation phase and execution phase that consist of action
planning, action, observation, evaluation, and reflection. The research subject is X.3
Wonogiri 1 Senior High School students in the school year of 2009/2010, which is
consist of 33 students in the subject matter Heat and Temperature. Techniques of
collecting data are observation, interview with teacher, test, questionnaire and
documentation. Descriptive qualitative technique was used to analyze the data.
contextual teaching and learning through short films can improve students' learning
motivation in the subject matter Heat and Temperature of X.3 Wonogiri 1 Senior
High School student in the school year of 2009/2010. It can be seen from execution
of cycle I and cycle II. At first cycle, the percentage attainment of students
learning motivation indicator aspect was 66.97% and increased became 68,95% at
second cycle. It has exceeded the target 60% which has been decided. The
attainment of students classical learning activities was 70,50% at first cycle and
then increased became 78,50% at second cycle. It has exceeded the target 60%
which has been decided. (2) the application of contextual teaching and learning
through short films can improve the physics cognitive students abilities in the
subject matter Heat and Temperature of X.3 Wonogiri 1 Senior High School
student in the school year of 2009/2010. It can be seen from execution of cycle I
commit tolearning
user
and cycle II. At first cycle, the students
completeness was 30,30% and
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
then increased became 66,67% at second cycle. It has exceeded the students
learning completeness target was 60% with minimum completeness limit value was
67.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
( QS. Ar Rad : 11 )
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Ibu dan Bapak yang telah memberikan doa restu dan dorongan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
9. Kakak-kakakku (Mbak Nanik dan Mbak Tatik) tercinta yang senantiasa menjadi
motivator.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulis
berharap
semoga
karya
ini
bermanfaat
bagi
Penulis
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL......
HALAMAN PENGAJUAN
......
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..
iv
HALAMAN ABSTRAK
vii
HALAMAN MOTTO
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN....
KATA PENGANTAR...
xi
DAFTAR ISI......
xiii
xvii
xix
xxii
BAB I. PENDAHULUAN..
E. Tujuan Penelitian.....
A. Kajian Teori....................
1. Pembelajaran Fisika
a. Pendekatan Kontekstual..
b. Metode Diskusi
13
3. Media Pembelajaran ..
14
a. Film Pendek .
commit to user
b. Microsoft Powerpoint
15
xiii
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
a. Pengertian Motivasi
17
18
19
20
a. Pengetahuan/Ingatan
20
b. Pemahaman
21
c. Penerapan/Aplikasi
21
d. Analisis
21
e. Sintesis
21
f. Evaluasi ...
21
22
22
b. Pemuaian
23
c. Kalor ..
27
33
34
36
37
A. Setting Penelitian .
37
1. Tempat Penelitian.
37
2. Waktu Penelitian ..
37
37
37
D. Variabel Penelitian
38
1. Variabel Bebas .
38
2. Variabel Terikat
39
39
39
a. Nilai Tes
commit to user
b. Observasi ..
xiv
39
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Wawancara
40
d. Kajian Dokumentasi ..
40
e. Angket
40
2. Instrumen Penelitian
40
a. Instrumen Pembelajaran
40
b. Instrumen Penilaian
40
41
45
47
48
49
H. Indikator Kinerja ..
50
I. Prosedur Penelitian
51
55
55
59
1. Perencanaan Tindakan I
59
2. Pelaksanaan Tindakan I
60
3. Observasi Tindakan I
63
4. Refleksi Tindakan I ..
68
73
1. Perencanaan Tindakan II ..
73
2. Pelaksanaan Tindakan II ..
74
3. Observasi Tindakan II ..
77
4. Refleksi Tindakan II .
81
D. Pembahasan ..
87
90
A. Simpulan..
90
B. Implikasi .....
90
C. Saran ...
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
91
xv
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN.....................................................................................................
95
PERIZINAN ...................................................................................................
310
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1
23
Tabel 3.1
50
Tabel 4.1
56
57
64
65
66
68
Tabel 4.7
69
70
72
Tabel 4.10
77
78
79
80
Tabel 4.14
81
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siklus II
Tabel 4.15
83
85
86
Tabel 4.18
88
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1
Termometer Raksa
22
Gambar 2.2
26
Gambar 2.3
29
Gambar 2.4
29
Gambar 2.5
31
Gambar 2.6
31
Gambar 2.7
33
Gambar 2.8
36
Gambar 3.1
48
Gambar 3.2
50
Gambar 3.3
54
Gambar 4.1
56
Gambar 4.2
57
58
60
Gambar 4.5
61
Gambar 4.6
61
Gambar 4.7
62
Gambar 4.8
63
Gambar 4.9
64
65
xix
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siklus I
Gambar 4.12
68
69
71
75
Gambar 4.16
76
Gambar 4.17
76
Laut
Gambar 4.18
78
79
80
81
82
84
xx
85
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.25
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
95
Lampiran 2
Satuan Pelajaran
96
Lampiran 3
121
Lampiran 4
127
Lampiran 5
134
Lampiran 6
140
Lampiran 7
147
Lampiran 8
153
Lampiran 9
Kunci LKS I
157
Lampiran 10
160
Lampiran 11
Kunci LKS II
166
Lampiran 12
170
Lampiran 13
176
Lampiran 14
178
Lampiran 15
Kunci LKS IV
184
Lampiran 16
186
Lampiran 17
Kunci LKS V
191
Lampiran 18
193
Lampiran 19
194
Lampiran 20
198
Lampiran 21
201
Lampiran 22
215
Lampiran 23
216
Lampiran 24
217
Lampiran 25
218
Lampiran 26
220
Lampiran 27
227
Lampiran 28
229
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 29
239
Lampiran 30
240
Lampiran 31
241
Lampiran 32
243
Lampiran 33
252
Lampiran 34
253
Lampiran 35
254
Lampiran 36
256
Lampiran 37
257
Lampiran 38
258
Lampiran 39
260
263
Lampiran 41
265
Lampiran 42
271
Lampiran 43
277
Lampiran 44
282
Lampiran 45
287
Lampiran 46
292
Lampiran 47
298
Lampiran 48
303
Lampiran 49
308
Lampiran 50
Dokumentasi
309
commit to user
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
untuk
mewujudkan
pendidikan
yang
berkualitas.
Sebaliknya,
satu
pembelajaran
yang
berorientasi
hal
tersebut
adalah
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan). Faktor intern berasal dari dalam diri individu masing-masing, hal itu
berupa kemauan ataupun kemampuan yang lain dari individu tersebut yang dapat
mengendalikannya. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar, hal
tersebut dapat berasal dari lingkungan sekitar, baik lingkungan keluarga,
masyarakat bahkan bisa berasal dari kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan faktor intern, contoh yang mudah dilihat adalah
adanya motivasi. Seperti yang dikemukakan Mc Donald dalam Sardiman
(2010:74) bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
yang ada pada diri manusia untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Sehingga untuk belajar secara rutin, siswa memerlukan motivasi dari dalam
dirinya. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, guru harus
pintar-pintar untuk memberikan rangsangan. Dan salah satu rangsangan yang
dapat diberikan adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang menarik, yang
menggugah rasa ingin tahu siswa dan menghadirkan suasana yang menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar.
SMAN 1 Wonogiri adalah salah satu sekolah favorit di wilayah Kabupaten
Wonogiri sehingga sebagian besar siswanya merupakan siswa-siswa yang
memiliki nilai ujian nasional di atas rata-rata. Kendati demikian, dari hasil
wawancara dengan guru kelas X di SMAN 1 Wonogiri dan observasi di kelas X3
yang dilakukan peneliti, diperoleh suatu fakta tentang permasalahan yang terjadi
di kelas tersebut. Adapun permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Kurang tertariknya siswa terhadap mata pelajaran fisika. Ini disebabkan
paradigma mereka bahwa fisika adalah pelajaran yang membosankan karena
identik dengan menghitung dan menghafal rumus.
2. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru fisika. Dalam
mengajar guru terbiasa menggunakan media powerpoint untuk menjelaskan
materi. Tetapi penggunaan media ini hanya bersifat informatif artinya hanya
berisi tulisan tentang materi tanpa disertai animasi yang menarik perhatian
siswa.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran Fisika. Hal ini
ditunjukkan oleh sikap siswa yang enggan bertanya maupun menjawab
pertanyaan guru
4. Metode guru dalam mengajar yang sering berceramah pasif membuat
pembelajaran kurang menarik.
5. Rendahnya kemampuan kognitif fisika siswa. Hal ini diperkuat dengan tingkat
ketuntasan siswa kelas X3 hanya sebesar 12,12% untuk materi alat-alat optik
dengan batas ketuntasan minimal 67.
Oleh karena itu, dari uraian permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk
mengatasinya dengan mengajukan judul penelitian Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Melalui Film Pendek Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Dan Kemampuan Kognitif Fisika Siswa (:Penelitian Tindakan Kelas)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan
warga negaranya.
2. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat memberikan hasil belajar
yang baik bagi siswa.
3. Inovasi dan kreativitas guru dalam memanfaatkan media komputer diperlukan
agar pembelajaran menjadi lebih menarik.
4. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern.
5. Salah satu faktor intern tersebut adalah motivasi
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka penulis
membatasi permasalahan penelitian ini pada :
1. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMAN 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat
meningkatkan motivasi belajar fisika siswa ?
2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat
meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah
yang telah
dikemukakan di depan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatan motivasi belajar fisika siswa melalui pembelajaran kontekstual
melalui film pendek.
2. Meningkatan kemampuan kognitif fisika siswa melalui pembelajaran
kontekstual melalui film pendek.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti :
Untuk memecahkan masalah yang diteliti.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Guru
Memberikan pengalaman dan wawasan baru dalam proses pembelajaran
konstektual melalui film pendek dan penelitian tindakan kelas.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar dan kemampuan kognitif fisika siswa yang terlibat dalam kegiatan
penelitian.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi
pengembangan sekolah, utamanya untuk peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Fisika
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ide-ide,
keterampilan,
nilai-nilai,
serta
cara
berpikir
dan
a. Pendekatan Kontekstual
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran
kontekstual
diartikan
pembelajaran
penemuan,
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan
kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
"mengkonstruksi"
bukan
"menerima"
pengetahuan.
Dalam
proses
Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Langkah langkah kegiatan menemukan (inquiry),
yaitu (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau observasi, (3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan,
bagan, table, dan karya lain, (4) merumuskan masalah, (5) mengamati atau
observasi.
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c)
Bertanya (Questining)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari
bertanya. Manfaat kegiatan bertanya bermanfaat dalam pembelajaran
adalah: (1) mengecek pemahaman siswa, (2) membangkitkan respon pada
siswa, (3) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (4) mengetahui
halhal yang sudah diketahui siswa, (5) menfokuskan perhatian siswa pada
sesuatu yang dikehendaki guru. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika
siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan,
ketika
mengamati,
dan
sebagainya.
Kegiatan-kegiatan
itu
akan
e)
Permodelan (Modelling )
Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
berlangsung, sebaiknya ada model yang dapat ditiru. Model itu biasa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara
mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi model tentang
bagaimana cara belajar
Dalam pembelajaran kontekstual atau CTL, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa
ditunjuk untuk memberikan contoh mendemonstrasikan keahliannya.
to user
Siswa "contoh" tersebut commit
dikatakan
sebagai model. Siswa lain dapat
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau
berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterimanya, dengan demikian siswa merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa:
(1) rangkuman tentang apa yang dipelajarinya; (2) catatan atau jurnal di
buku siswa; (3) kesan dan saran tentang pembelajaran hari itu; (4) diskusi;
(5) hasil karya.
yang biasa
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok);
(5)
Menghadirkan
"model"
sebagai
contoh
b. Metode Diskusi
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagsan itu. Dan yang
diutamakan dalam diskusi adalah bahwa mereka dipacu untuk terlibat aktif dalam
diskusi.
Menurut Gall (1990, dalam Kinsvatter dkk, hal 238) diskusi sangat
berguna dan efektif dalam pembelajaran karena membantu siswa menguasai
bahan, memecahkan persoalan, melatih siswa mengembangkan nilai moral seperti
menghargai pendapat orang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi
3. Media Pembelajaran
biasanya
berupa
materi
pelajaran.
Kadang-kadang
dalam
proses
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
atau materi yang ingin kita cari. Untuk software untuk memutar video atau film
tersebut dapat juga diunduh di internet.
Keuntungan terbesar dari penggunaan media ini adalah kita dapat
menampilkan atau menyajikan berbagai macam gejala dan fenomena fisika yang
kerap terjadi di lingkungan sekitar kita yang sebenarnya erat hubungannya dengan
materi fisika. Contohnya adalah ketika kita ingin menyajikan aplikasi hukum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat menyajikan film pendek
tentang kapal laut, kapal layar, dan mungkin juga kapal selam.
Keuntungan lain dari penggunaan media ini adalah melalui media film
pendek kita dapat menampilkan ilustrasi yang konkret tentang sebuah konsep dan
aplikasi dari sebuah materi fisika yang sebelumnya kelihatan abstrak sehingga
dari situ maka kemampuan anak didik dalam memahami sebuah fenomena fisika
dapat lebih baik karena mereka dapat mengamati langsung penerapan sebuah
konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan keterbatasan dari penggunaan media film pendek diantaranya
adalah ketersediaan jumlah film atau video yang dapat diunduh di internet tidak
selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang dinginkan. Misalkan ada
pun, film atau video tersebut merupakan produksi luar negeri sehingga timbul
kesulitan dalam memahami maksud film tersebut karena bahasa yang digunakan
bukan bahasa Indonesia.
b. Microsoft Powerpoint
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam powerpoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide dalam proyektor
biasa, yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak komputer yang mampu
mengolah presentasi semacam powerpoint dan Impress. Setiap slide dapat dicetak
atau ditampilkan dalam layar dan dapat dinavigasikan melalui perintah dari si
presenter. Slide juga dapat membentuk dasar webcast (sebuah siaran di World
Wide Web).
(www.wikipedia.com/wiki_microsoft_Powerpoint)
a.
Pengertian Motivasi
perpustakaan.uns.ac.id
18
digilib.uns.ac.id
tertentu yang ingin dicapainya. Tujuan yang dimaksud adalah sesuatu yang
berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena
seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.
Menurut Hamzah Uno (2008: 23) hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur yang mendukung. Hal tersebut mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (4) adanya penghargaan
dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik.
Arden N. Frandsen dalam Sardiman (2010: 46) menyatakan beberapa
indikator motivasi belajar yaitu: (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
dunia yang lebih luas, (2) adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan
adanya keinginan untuk selalu maju, (3) adanya keinginan untuk mendapatkan
simpati dari orang tua, guru, dan teman-temannya, (4) adanya keinginan untuk
memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan
kooperasi dan kompetisi, (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman
bila menguasai pelajaran, (6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari
belajar.
b.
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
c.
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghadapi masalah yang sulit, menemukan suatu hal yang baru, dan
menghadapi teka-teki.
(4) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.
(5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di
depan umum.
(6) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
(7) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa. Suasana ini
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan
dirinya melalui kemampuan orang lain.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil
belajarnya. Hasil belajar secara umum dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil
belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ...ranah kognitif, afektif, dan ranah
psikomotorik (Nana Sudjana, 1991: 22).
Ranah kognitif berhubungan erat dengan hasil belajar intelektual.
Komponen ranah kognitif meliputi beberapa aspek diantaranya pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif berhubungan dengan sikap. Ranah ini meliputi aspek
penemuan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
Ranah psikomotorik berhubungan erat dengan hasil keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ranah ini meliputi gerakan refleks, aspek keterampilan
gerakan dasar, aspek kemampuan perseptual, aspek keharmonisan atau ketepatan,
serta aspek gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Benjamin Bloom yang dikutip oleh M. G. Dwi Hastuti (2006:
52), komponen kognitif meliputi:
a. Pengetahuan/Ingatan (C1)
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
b. Pemahaman (C2)
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termometer
adalah
kegiatan
menetapkan
skala
sebuah
termometer yang belum memiliki skala. Suhu termasuk besaran pokok dalam
fisika sehingga suhu mempunyai standar. Standar untuk suhu disebut titik tetap, di
commit
user dan titik tetap atas. Berdasarkan
mana ada dua titik tetap yaitu titik
tetap to
bawah
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Celcius
100
Reamur
80
Fahrenheit
32
212
Kelvin
273
373
b. Pemuaian
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L0
T
pemuaian panjang
L = L0 T
L = L0 + l
L = L0 + L0 T
L = L0 (1 + T )
dengan
T = T T0
di mana
T0
b) Pemuaian luas
Bila benda padat berbentuk persegi panjang dipanaskan, terjadi
pemuaian dalam arah memanjang dan melebar. Pemuaian luas suatu zat
juga bergantung pada koefisien muai luas benda tersebut. Koefisien muai
luas ( ) suatu bahan adalah perbandingan antara pertambahan luas (A)
terhadap luas awal benda ( A0 ) per satuan kenaikan suhu (T ) . Secara
matematis dinyatakan sebagai berikut
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A0
T
A = A0 T
A = A0 + A
A = A0 + A0 T
A = A0 (1 + T ),
= 2
A = luas akhir benda (m2)
V0
T
V = V0 T
V = V0 + V
V = V0 + V0 T
V = V0 (1 + T ),
= 3
V0
sehingga persamaan yang berlaku sama dengan pemuaian
T
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
: koefisien muai
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P1V1 = P2V2
P.V = konstan
b). Hukum Gay Lussac
Pada volum konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak.
P T,
P
= konstan
T
P1 P2
=
T1 T2
V T,
V
= konstan
T
V1 V2
=
T1 T2
P1V1 P2V2
=
T1
T2
Pemuaian volum gas memenuhi persamaan V = V0 (1 + T ) dan besarnya
koefisien muai volum ( ) untuk semua gas adalah sebesar
1 0 1
C .
273
c. Kalor
1). Pengertian Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua
benda bersentuhan. Kalor timbul akibat perbedaan suhu. Suhu adalah derajat
panas atau dinginnya suatu benda. Kalor yang diperlukan suatu zat untuk
menaikkan suhunya sebanding dengan massa benda dan perubahan suhu.
commit to user
Banyaknya kalor dapat dirumuskan : Q = m c T
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di mana :
Q
Q
= m c , satuan kapasitas kalor adalah J/K
T
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi pada permukaan zat cair dan dapat terjadi pada sembarang temperatur,
sedangkan mendidih terjadi pada seluruh bagian zat cair dan hanya terjadi
pada temperatur tertentu yang disebut dengan titik didih. Proses kebalikan dari
menguap adalah mengembun, yakni perubahan wujud dari uap menjadi cair.
Perubahan wujud zat dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Uap
deposisi
menyublim
menguap
mengembun
Cair
membeku
melebur
Padat
Gambar 2.4 Perubahan Wujud Yang Dialami Air Dalam Tiga Fase (P = 1 atm)
Keterangan :
a : air berada pada fase padat dan disebut es, suhu air/es dibawah 0 0C
b: es mulai mengalami perubahan wujud menjadi cair (mencair), suhu air 0 0C
c : es seluruhnya sudah berubah wujud menjadi cair, suhu air 0 0C
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Q
dengan satuan J/kg
m
Untuk proses d-e terjadi perubahan wujud zat dari cair menjadi gas . Kalor
yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi gas (menguap)
disebut kalor laten uap atau kalor uap. Kalor yang diperlukan untuk mengubah
wujud 1 kg zat gas menjadi cair (mengembun) disebut kalor laten embun atau
kalor embun. Kalor uap dan kalor embun ini dilambangkan dengan U, dan
besarnya dapat dihitung menggunakan persamaan : U =
Q
dengan satuan
m
J/kg.
Besarnya kalor yang diperlukan untuk tiap-tiap fase yang tersebut di atas
dapat dilihat pada Gambar 2.5.
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
00)
Q 4 = m 4 U = m air U
5). Perpindahan Kalor
a). Konduksi
Jika salah satu ujung batang logam dimasukkan ke dalam api atau
dipanaskan, ujung batang yang lainnya akan ikut menjadi panas, walaupun
tidak ikut dimasukkan ke dalam api. Hal ini dikarenakan atom-atom di dalam
zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan sangat kuat. Lalu, atom-atom
tersebut akan memindahkan sebagian energi yang dimilikinya ke atom-atom
tetangga terdekat yang ditumbuknya. Atom tetangga ini menumbuk atom
tetangga lainnya dan seterusnya sehingga terjadi hantaran energi di dalam zat
padat tersebut. Untuk bahan logam, terdapat elektron-elektron yang dapat
bergerak bebas yang juga ikut berperan dalam merambatkan energi tersebut.
Perpindahan kalor dengan cara tersebut dikenal dengan istilah Konduksi yaitu
perpindahan kalor tanpa diikuti oleh mediumnya atau perpindahan energi
kalor yang tidak disertai perpindahan partikel-partikel zat. (Lihat Gambar 2.6)
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Besarnya kalor yang dipindahkan secara konduksi tiap satu satuan waktu
(H) sebanding dengan luas penampang mediumnya (A), perbedaan suhunya
( T ) dan berbanding terbalik dengan panjang mediumnya (L) serta
tergantung pada jenis mediumnya. Dari penjelasan ini dapat diperoleh
perumusan sebagai berikut :
H=
Q kAT kA(T1 T2 )
=
=
t
L
L
berikut :
H=
Keterangan :
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Q
= eAT 4
t
radiasi kalor suatu benda dibandingkan dengan benda hitam sempurna yang
nilainya berkisar antara 0 sampai 1 di mana untuk benda hitam sempurna e=1.
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Penelitian yang dilakukan Ika Nurul Jannah (2006) yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan
CTL (Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Salah satu hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan pendekatan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
4.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas X3 SMAN 1 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2009/2010 berdasarkan wawancara dan observasi yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika
masih rendah. Tidak semua siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh
guru terutama siswa yang berada di barisan belakang. Hal ini disebabkan karena
metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung konvensional yang
didominasi ceramah sehingga terkesan kurang menarik dan inovatif sehingga
siswa cepat merasa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti KBM.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi terlihat
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
KONDISI
AKHIR
Guru:
Belum menerapkan pembelajaran
kontekstual melalui film pendek
Siswa:
Motivasi belajar dan
kemampuan kognitif
fisika siswa rendah
Menerapkan pembelajaran
kontekstual melalui film pendek
Siklus I
Menerapkan pembelajaran
kontekstual melalui film
pendek.
Siklus II
Menerapkan pembelajaran
kontekstual melalui film
pendek yang menekankan
memperbanyak latihan
soal.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dasar teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan
motivasi belajar fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan
kemampuan kognitif fisika siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
perijinan
penelitian,
survei
dan
observasi
sekolah
yang
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Wonogiri.
37
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengamatan dan pemberian angket kepada siswa yang telah mendapat materi
suhu dan kalor. Wawancara yang menggambarkan proses pembelajaran di kelas,
kesulitan yang dihadapi guru dalam menghadapi siswa. Aspek kuantitatif yang
dimaksud adalah hasil penilaian kemampuan kognitif fisika siswa melalui nilai
ulangan umum fisika materi alat-alat optik (pra siklus), tes siklus I, dan tes siklus
II serta nilai angket motivasi belajar fisika siswa.
D. Variabel Penelitian
Untuk keperluan pengambilan data, dalam penelitian ini ada dua buah
variabel bebas dan satu variabel terikat.
1. Variabel Bebas
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Indikator
Skala sikap yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar
fisika siswa.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel ini adalah melalui perbandingan nilai angket
motivasi belajar fisika pra siklus, siklus I, dan siklus II.
2. Variabel Terikat
pembelajaran fisika
a) Skala Pengukuran
: interval
b) Indikator
: hasil tes
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam mengikuti PBM, keaktifan siswa, dan tingkat partisipasi siswa dalam
mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru.
c. Wawancara.
Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru fisika. Wawancara
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang proses belajar mengajar
fisika yang telah berlangsung meliputi keadaan siswa, pendekatan dan metode
mengajar yang selama ini dilakukan, media pembelajaran yang digunakan,
hasil belajar siswa, dan permasalahan yang dialami guru selama mengajar.
d. Kajian Dokumentasi.
Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti
kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku atau
materi pelajaran, hasil nilai ulangan fisika, hasil nilai fisika siswa pada
semester gasal.
e. Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar fisika
siswa. Angket yang diberikan berupa angket tertulis bersifat tertutup yang
diberikan sebanyak tiga kali yaitu sebelum pemberian tindakan (pra siklus),
pada akhir siklus I, pada akhir siklus II.
2. Instrumen Penelitian
pembelajaran
dan
petunjuk
pelaksanaan
metode
commit to user
1). Instrumen kemampuan kognitif fisika siswa.
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tes objektif tersebut terdiri dari 60 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk
mengambil data dalam penelitian, tes diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah instrumen tes kognitif tersebut telah memenuhi
persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba instrumen tes kognitif dilakukan
pada siswa yang telah memperoleh pelajaran fisika materi suhu dan kalor
yaitu siswa kelas X4 SMAN 2 Wonogiri.
(1) Taraf kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai taraf
kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu
mudah. Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal
digunakan rumus
P=
B
Js
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 60 soal yang diujicobakan,
setelah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masingmasing soal diperoleh hasil sebagai berikut: 6 soal dikategorikan mudah,
yaitu nomor 5, 7, 12, 14, 15, dan 43; 33 soal dikategorikan mempunyai
tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 1, 4, 8, 9, 11, 16, 17, 19, 20, 21, 23,
24, 25, 29, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 53, 55, 56,
59, dan 60; 21 soal dikategorikan sukar, yaitu nomor 2, 3, 6, 10, 13, 18, 22,
26, 27, 28, 30, 31, 35, 39, 40, 41, 51, 52, 54, 57, dan 58. (Selengkapnya di
lampiran 46)
(2)
Daya pembeda
D=
B A BB
= PA PB
JA JB
(Suharsimi Arikunto, 2009: 213)
Keterangan :
J
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 60 soal yang diujicobakan,
setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari masingmasing item diperoleh hasil sebagai berikut: 8 soal mempunyai daya
pembeda jelek yaitu nomor 2, 6, 8, 17, 31, 53, 54, dan 58; 26 soal
mempunyai daya pembeda cukup yaitu nomor 3, 5, 9, 10, 11, 13, 14, 19, 20,
21, 22, 24, 25, 26, 27, 34, 38, 39, 40, 41, 47, 49, 50, 52, 57 dan 59; 26 soal
mempunyai daya pembeda baik, yaitu nomor 1, 4, 7, 12, 15, 16, 18, 23, 28,
29, 32, 33, 35, 36, 37, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 51, 55, 56, dan 60.
(Selengkapnya di lampiran 46)
(3)
Validitas
Sebuah tes valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan
ganda adalah dengan menggunakan teknik korelasi point Biserial dengan
rumus :
pbi =
Mp Mt
St
p
q
(Suharsimi Arikunto, 2009: 79)
Keterangan :
pbi
Mp
Mt
Kriteria
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51,
52, 55, 56, 57, 58, 59 dan 60; 10 soal tergolong invalid, yaitu nomor 2, 5, 8,
14, 20, 25, 26, 47, 53, dan 54. (Selengkapnya di lampiran 46)
(4) Reliabilitas
Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan
kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek
yang tidak sama pada waktu yang sama.
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20,
sebagai berikut :
2
n S pq
r11 =
n 1 S
: banyaknya item
: sangat tinggi
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tabel
(2)
(3)
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
(4)
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di mana:
r11
: reliabilitas instrumen
2
b
t2
( X )
b =
2
2
b
( X )
2
t =
2
t
: sangat tinggi
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rXY =
N XY ( X )( Y )
{N X
}{
( X ) N Y 2 ( Y )
2
di mana :
Rxy
koefisien korelasi
jumlah sampel
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wawancara
Data
Observasi / Arsip
Tes / Angket
Gambar 3.1 Skema
Pemeriksaan
commit
to user Validitas Data
Sumber Data
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Kesimpulan dan
Verifikasi
Gambar 3.2 Skema Analisis Data
H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan tindakan terhadap peningkatan aktivitas siswa,
motivasi belajar fisika, dan kemampuan kognitif fisika siswa kelas X3 SMA
Negeri 1 Wonogiri dapat dilihat dari :
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Siklus
Aspek yang
Dinilai
Aktivitas
Siswa
Target
Cara Penilaian
60% siswa
melaksanakan
aktivitas
x100%
Pencapaian
Motivasi
persentase
Belajar
indikator motivasi
Fisika Siswa
belajar fisika
mencapai 60%
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan
Kognitif
Fisika Siswa
60% siswa
mencapai KKM
I. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
yaitu model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri
yang dimulai dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi (reflecting). Kegiatan ini disebut dengan satu siklus
kegiatan pemecahan masalah (Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 117).
Berikut pemaparan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah
tersebut :
1. Tahap persiapan
a. Permintaan izin kepada kepala sekolah dan guru fisika SMA Negeri 1
Wonogiri.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal keadaan kelas dan kegiatan
belajar mengajar khususnya mata pelajaran fisika di kelas X3 SMA Negeri
1 Wonogiri.
c. Mengidentifikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar fisika
kelas X3 berdasar hasil observasi awal yang telah dilakukan.
2. Tahap perencanaan (Planning)
a. Menyusun serangkaian kegiatan pelaksanaan tindakan berupa penerapan
pembelajaran kontekstual melalui film pendek pada pokok bahasan suhu
dan kalor.
b. Menyusun
instrumen
penelitian
meliputi
rancangan
pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52
digilib.uns.ac.id
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi I
SIKLUS I
Belum
terselesaikan
Refleksi I
Pelaksanaan
Tindakan II
SIKLUS II
Perencanaan
Tindakan II
Observasi II
Selesai
Refleksi II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
beralamat di ibnukarto@blogspot.com. Adapun tampilan blog tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Indikator
Persentase Ketercapaian
1.
58.6%
54.3%
57.6%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
54.2%
52.7%
54.8%
Kemudian jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut :
58.60%
Persentase Ketercapaian
57.60%
54.30%
54.80%
54.20%
52.70%
Indikator
Persentase Ketercapaian
No
Indikator
1.
60,60%
depan kelas
66,67%
0%
guru fisika
30,30%
aktivitas lain
Siswa mengikuti KBM sambil melakukan akt
42.42%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
66.67%
Persentase Ketercapaian
60.60%
42.42%
30.30%
0%
1
Indikator
kepada siswa, tidak ada siswa yang menjawabnya dan akhirnya pertanyaan tersebut dijawab
sendiri oleh guru. Data di atas menunjukkan bahwa siswa tidak berkonsentrasi atau termotivasi
untuk bersungguh-sungguh mengikuti KBM.
Melihat berbagai gejala yang terjadi dalam proses KBM yang dialami siswa kelas X3
seperti kurang maksimalnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru, rendahnya motivasi
belajar fisika siswa, dan masih rendahnya nilai kognitif fisika yang dimiliki, maka peneliti
menerapkan pembelajaran kontekstual melalui film pendek. Dengan pembelajaran kontekstual
melalui film pendek yang mencoba mengaitkan konsep-konsep fisika dengan aplikasinya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
kehidupan sehari-hari yang disajikan melalui media film pendek, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar yang berdampak meningkatnya nilai kognitif fisika siswa.
Pada tahap awal ini peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk tiga pertemuan yaitu
RPP 1 untuk pertemuan pertama, RPP 2 untuk pertemuan kedua, dan RPP 3 untuk pertemuan
ketiga. Ketiga RPP ini selanjutnya dikonsultasikan kepada guru pembimbing yaitu guru fisika
kelas X3 untuk dimintai pertimbangan terkait kesesuaian materi, tujuan, metode, dan alokasi
waktu dengan silabus yang telah dibuat guru sebelumnya. Dalam Ketiga RPP tersebut disepakati
bahwa peneliti akan melaksanakan pembelajaran dalam siklus I sebanyak tiga kali pertemuan
dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah 90 menit dengan rinciannya RPP 1
membahas materi tentang suhu dan pemuaian, RPP 2 membahas materi tentang pemuaian zat
padat dan zat cair, dan RPP 3 membahas materi tentang pemuaian zat gas, kalor, kalor jenis, dan
kapasitas kalor.
menggunakan pendekatan kontekstual dan metode diskusi kelompok. Untuk kelompok diskusi
dibuat delapan kelompok dengan personel masing-masing kelompok berjumlah 4-6 orang yang
berdasarkan denah tempat duduk siswa. Pembelajaran tersebut juga memanfaatkan media berupa
film pendek dan powerpoint mengenai materi suhu dan kalor. Film pendek diperoleh dari
internet dengan cara mengunduhnya dari situs www.youtube.com dan www.keepvid.com dengan
cara memasukkan kata kunci dari film pendek yang diinginkan. Sedangkan powerpoint disusun
oleh peneliti untuk setiap pertemuan disesuaikan dengan materi yang tertulis dalam RPP .
Untuk mengamati aktivitas siswa dalam setiap pertemuan, peneliti menyusun lembar
aktivitas belajar siswa yang sudah disesuaikan dengan pengelompokan siswa dalam kelompok
diskusi. Lembar aktivitas siswa berupa lembar cek list yang akan diisi observer yang berada di
belakang kelas sebagai lembar monitoring/pengamatan aktivitas siswa yang tidak mungkin
diamati secara detail oleh peneliti. Sebagai alat evaluasi di akhir pembelajaran siklus I, peneliti
menyusun instrumen tes kognitif dan instrumen angket motivasi belajar siswa. Kedua instrumen
ini telah diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan realibilitasnya sebagai
alat evaluasi. Instrumen tes kognitif diujicobakan pada siswa kelas X4 SMAN 2 Wonogiri
sedangkan instrumen angket motivasi belajar siswa diujicobakan di kelas X2 SMAN 1 Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Dari hasil ujicoba instrumen tes kognitif siswa diperoleh instrumen tes kognitif siklus I yang
terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda. Sedangkan berdasarkan hasil ujicoba instrumen angket
motivasi belajar siswa diperoleh instrumen angket motivasi belajar siswa yang terdiri dari 40
butir soal pilihan ganda.
2. Pelaksanaan Tindakan I
Pertemuan pertama untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2010. Pada
pertemuan pertama ini menjelaskan materi mengenai suhu dan termometer. Di awal
pembelajaran, guru memutar film pendek mengenai sifat termometrik zat di mana diperlihatkan
cairan dalam thermometer bergerak naik ketika dimasukkan dalam gelas beker yang berisi zat
cair.
diskusinya untuk kemudian ditanggapi oleh anggota kelompok diskusi lainnya. Pada sesi ini guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
memberikan penjelasan tambahan untuk setiap item pertanyaan. Setelah pembahasan mengenai
hasil diskusi selesai, guru meminta siswa yang bersedia untuk maju mengerjakan latihan soal di
depan kelas untuk kemudian dikoreksi bersama siswa yang lain. Di akhir pembelajaran guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan dari kegiatan belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2010. Pada pertemuan ini,
materi yang dibahas mengenai pemuaian zat padat dan zat cair. Di awal pembelajaran, guru
memutar dua film pendek mengenai pemuaian zat padat dan zat cair. Film pendek pertama yang
diputar mengenai kereta api . Kemudian guru menayangkan slide tentang sambungan rel kereta
api.
Gambar 4.6 Tampilan Film Pendek Tentang Pemuaian Pada Bola Besi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Pada saat pemutaran film pendek 1 dan 2 terlihat antusias semua siswa yang dengan penuh
konsentrasi memperhatikan tayangan film tersebut.
sebelumnya guru membagi siswa ke dalam delapan kelompok diskusi untuk menyelesaikan
pertanyaan dalam LKS II. Diskusi yang berlangsung pada pertemuan kedua ini berjalan lebih
lambat karena siswa agak kesulitan untuk memahami maksud dari pertanyaan dalam LKS II. Ini
berdampak terhadap alokasi waktu di mana diskusi baru selesai setelah 45 menit. Setelah itu
guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil
diskusinya untuk kemudian ditanggapi oleh anggota kelompok diskusi lainnya. Pada sesi ini guru
memberikan penjelasan tambahan untuk setiap item pertanyaan. Ketika pembahasan sampai pada
sub materi aplikasi pemuaian zat padat dan cair, guru memutar film pendek mengenai bimetal
dan anomali air sambil memberikan penjelasan seperlunya mengenai kedua hal tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
3. Observasi Tindakan I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Hasil angket motivasi belajar fisika siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Angket Motivasi Belajar Fisika Siswa Siklus I
Persentase Ketercapaian
No
Indikator
1.
72.1%
62.6%
67.7%
69.5%
65.7%
64.2%
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
Persentase Ketercapaian
72.10%
69.50%
67.70%
65.70%
64.20%
62.60%
Indikator
belajar fisika pada akhir pembelajaran siklus I. Terlihat keenam indikator memiliki persentase di
atas 60% dan indikator 1 memiliki persentase tertinggi yaitu 72,10% . Jika dibandingkan dengan
hasil angket motivasi belajar fisika yang dilaksanakan di awal pembelajaran (tahap pra siklus)
terjadi kenaikan persentase untuk masing-masing indikator rata-rata 10-15%. Ini menunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
pembelajaran kontekstual melalui media film pendek berdampak positif terhadap peningkatan
motivasi belajar fisika siswa kelas X3.
b. Aktivitas Siswa
Pertemuan
Indikator
No
II
III
rata
100
100
100
100
94
100
94
96
15
18
14
58
79
79
72
18
15
21
18
Rata-
aktivitas lain
Siswa mengikuti KBM sambil melakukan akt
semisal bermain HP atau berbicara dengan siswa lain.
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
96%
Persentase Rata-rata
100%
72%
18%
14%
Indikator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.10 diperoleh bahwa tiga indikator yaitu nomor 1, 2, dan 4
mempunyai persentase ketercapaian yang baik karena di atas 70%. Sedangkan indikator nomor
3 yang menunjukkan aktivitas menjawab pertanyaan secara lisan oleh siswa hanya mencapai
14%. Akan tetapi hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan karena pada observasi yang
dilakukan di pra siklus diperoleh data bahwa tidak ada siswa yang melaksanakan aktivitas ini.
Untuk siswa yang mengikuti KBM tetapi tidak fokus karena mereka mengikuti KBM sambil
melakukan aktivitas lain semisal bermain HP atau berbicara dengan teman sebangkunya
mencapai persentase 18% dari 33 siswa.
2) Aktivitas Diskusi Kelompok
Tabel 4.5 Persentase Ketercapaian Indikator Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pada Observasi Siklus I
Persentase Ketercapaian (%)
No
Pertemuan
Indikator
Rata-
II
III
rata
85
79
79
81
91
94
94
93
79
79
73
77
27
15
15
19
12
18
18
16
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
93%
81%
Persentase Rata-rata
77%
19%
16%
Indikator
bahwa kegiatan diskusi sudah berlangsung secara efektif karena indikator 1 yang menunjukkan
aktivitas mengemukakan pendapat oleh masing-masing anggota kelompok mencapai persentase
menanggapi pendapat siswa dari kelompok lain. Dalam kegiatan diskusi kelompok ini pun juga
Berdasarkan hasil tes siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2010 diperoleh hasil
bahwa siswa yang berhasil mecapai ketuntasan belajar berjumlah 10 orang dengan persentase
30,30%. Persentase ini belum melampaui target yang ditentukan sebelumnya yaitu 60%. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
hal ini batas minimum ketuntasan di SMA Negeri I Wonogiri untuk pelajaran fisika adalah 67.
Adapun datadata mengenai ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6. Aspek Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I
Aspek Yang
Jumlah Siswa
Persentase (%)
10
33
30.30%
30.30
Dinilai
Ketuntasan Belajar
Di bawah ini dapat dilihat diagram pie aspek ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran :
4. Refleksi Tindakan I
Pengambilan data angket motivasi belajar fisika siswa dilaksanakan di akhir pertemuan pada
siklus I dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.9. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan perbandingan hasil angket motivasi belajar fisika pada saat pra siklus dengan
siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Belajar Fisika Siswa Pada
Observasi Pra Siklus Dengan Observasi Siklus I
Persentase Ketercapaian Kesimpulan
No Indikator
Pra Siklus
Siklus I
58.6%
72.1%
Meningkat
13,5%
62.6%
Meningkat
8,3%
57.6%
67.7%
belajar
54.2%
69.5%
Meningkat
10,1%
Meningkat
15,3%
65.7%
Meningkat
13%
belajar
54.8%
64.2%
Meningkat
9,4%
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh bahwa empat indikator yaitu indikator nomor 1, 3, 4, 5
mengalami kenaikan persentase di atas 10% dibandingkan dengan hasil observasi pra siklus.
masingSedangkan indikator nomor 2 dan 6 mengalami kenaikan persentase di bawah 10% yaitu masing
masing 8,3% dan 9,4%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa target peningkatan indikator
sebesar 10% telah tercapai untuk empat indikator dan dua indikator belum tercapai. Gambaran
perubahan persentase ketercapaian masing-masing indikator tersebut dapat dilihat dalam diagram
batang di bawah ini :
72.10%
62.60%
54.30%
57.60%
69.50%
54.20%
65.70%
52.70%
64.20%
54.80%
Persentase
Ketercapaian
58.60%
67.70%
Pra Siklus
Siklus I
Indikator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
b. Aktivitas Siswa
Data yang tersaji dalam Tabel 4.4 dan 4.5 menunjukkan gambaran aktivitas yang terjadi selama
pembelajaran dalam siklus I. Tabel 4.4 menunjukkan persentase ketercapaian indikator aktivitas
siswa secara klasikal yang meliputi lima indikator. Jika dibandingkan dengan aktivitas siswa
pada saat observasi pra siklus, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Ketercapaian Indikator Aktivitas Klasikal Siswa Pada
Observasi Pra Siklus Dengan Observasi Siklus I
No Indikator
Persentase Ketercapaian Kesimpulan
Pra Siklus
Siklus I
60,60%
100%
66,67%
96%
Meningkat
29,33%
0%
14%
Meningkat
14%
30,30%
72%
Meningkat
41,70%
18%
Siswa
mencatat
hal-hal
penting
yang
Meningkat
39,40%
Menurun
24,42%
Dari tabel di atas diperoleh bahwa pembelajaran kontekstual melalui film pendek memberikan
dampak positif terhadap aktivitas siswa saat KBM berlangsung. Terbukti dengan meningkatmya
aktivitas positif siswa yang ditunjukkan oleh indikator nomor 1 sampai dengan 4. Sedangkan
indikator nomor 5 yang menunjukkan aktivitas negatif menunjukkan adanya penurunan
persentase sebesar 24,42%. Secara umum target peningkatan aktivitas siswa telah tercapai pada
siklus I ini akan tetapi hasilnya belum maksimal terutama untuk poin keaktifan siswa yang
ditunjukkan oleh indikator nomor 3 yang baru mencapai persentase 14%. Gambaran perubahan
persentase ketercapaian masing-masing indikator tersebut dapat dilihat dalam diagram batang di
bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Persentase Rata-rata
100%
96%
72%
66.67%
60.60%
42.42%
Pra Siklus
30.30%
18%
14%
Siklus I
0%
1
Indikator
aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok berlangsung dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
berlangsung tidak semua anggota kelompok
dan Gambar 4.11. Pada saat diskusi kelompok berlangsung
berlaku aktif untuk saling memberikan pendapatnya karena dalam persentase rata-rata selama
tiga kali pertemuan hanya mencapai 81%. Selain itu pada saat salah satu kelompok diskusi
kelompok, sedangkan anggota kelompok lain tidak begitu meresponnya. Suasana diskusi juga
kurang terasa saat pertemuan ke-2 dan ke-3, terlihat dari persentase beberapa indikator yang
Berdasarkan hasil tes kognitif tes siklus I diperoleh data bahwa jumlah siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase 30,30%. Hal tersebut masih jauh dari target
ketercapaian ketuntasan belajar sebesar 60%. Apabila hasil tes kognitif siklus I dirinci tiap butir
soal, persentase ketercapaian masing-masing adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
C1
C2
C3
C4
84,8%
69,7%
54,5%
23,5%
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar soal yang dijawab oleh lebih dari 60%
siswa atau memiliki persentase ketercapaian item soal di atas 60% adalah item soal dengan ranah
kognitif C1 dan C2 di mana sebagian besar pertanyaan mengenai ingatan dan pemahaman
konsep. Sedangkan untuk soal dengan ranah kognitif C3 dan C4 persentase ketercapaiannya ratarata dibawah 60% yaitu 54,5% untuk soal C3 dan 23,5% untuk soal C4. Dari 14 soal yang ada
dalam tes kognitif siklus I hanya 5 soal yang memiliki ketercapaian di atas 60% yaitu soal nomor
12, 17, 18, 28, dan 30. Jika hal tersebut dianalisis dapat diketahui penyebabnya adalah karena
pada saat pembelajaran siklus I siswa kurang mendapat latihan soal. Walaupun pada saat
pertemuan pertama semua latihan soal dapat dibahas bersama oleh guru dan siswa, tetapi pada
saat pertemuan ke-2 guru dan siswa hanya mampu membahas satu soal dan pada pertemuan
ketiga tidak ada soal yang terbahas dikarenakan keterbatasan waktu. Akibatnya siswa tidak
terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal mengenai aplikasi dan penggunaan rumus yang berada
pada ranah C3 dan C4.
Berdasarkan analisis dan refleksi dari hasil pembelajaran pada siklus I yang meliputi tiga
aspek yaitu aktivitas siswa, angket motivasi belajar fisika siswa, dan ketuntasan belajar siswa
terdapat beberapa aspek yang sudah memenuhi target dan ada yang belum. Sehingga masih
perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II supaya target
dari beberapa aspek dapat terpenuhi sehingga kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan
baik. Aspek yang perlu ditingkatkan adalah mengenai aktivitas siswa dalam kelompok diskusi
agar berjalan lebih efektif dan komunikatif. Selain itu aspek ketuntasan belajar perlu diupayakan
untuk meningkat karena aspek ini paling perlu mengalami perbaikan. Selanjutnya peneliti dan
guru memperoleh kesepakatan tentang tindak lanjut dalam siklus berikutnya. Tindak lanjut
tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
1. Perlu adanya perubahan jumlah anggota kelompok yang semula berjumlah 4-5 orang berubah
menjadi 2-3 orang. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan berlangsungnya diskusi yaitu agar
semua siswa dapat terlibat aktif selama kegiatan diskusi berlangsung.
2. Perlu adanya perubahan penggunaan film pendek pada saat pembelajaran di mana pada siklus
I film pendek diputar saat langkah motivasi dan saat menjelaskan aplikasi dalam konsep.
Sedangkan pada saat siklus II, film pendek diputar saat langkah motivasi dan juga digunakan
untuk memandu jalannya diskusi kemudian juga diputar untuk menjelaskan aplikasi konsep.
Hal ini bertujuan agar jalannya diskusi dapat berlangsung dua arah di mana siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS harus mengamati tayangan dalam film pendek.
Dengan kata lain film pendek digunakan sebagai media tambahan untuk menyelesaikan LKS.
Dari situ diharapkan diskusi tidak berlangsung membosankan tetapi lebih menarik perhatian
siswa.
3. Perlu adanya alokasi waktu khusus untuk tiap pertemuan pada pembelajaran siklus II yang
digunakan untuk membahas latihan soal dalam LKS. Hal ini bertujuan mengkondisikan siswa
untuk terbiasa mengerjakan soal-soal terutama soal dalam ranah C3 dan C4. Dari sini
diharapkan dapat meningkatkan nilai kognitif fisika siswa.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan
tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan materi
yang diberikan adalah materi kelanjutan dari kalor yaitu perubahan wujud, asas Black, dan
perpindahan kalor. Pelaksanaan siklus II menitikberatkan pada pengoptimalan media film
pendek sebagai sarana untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok dan
pelaksanaan pembahasan latihan soal terutama untuk soal ranah C3 dan C4 tiap sub materi.
Pelaksanaan siklus II masih menggunakan pendekatan dan metode yang sama dengan
pelaksanaan siklus I. Perbedaannya adalah pada pelaksanaan teknis di lapangan di mana pada
siklus II, film pendek digunakan selama KBM berlangsung dari awal, tengah, dan akhir
pembelajaran. Di awal KBM, film pendek diputar sebagai langkah untuk memotivasi siswa. Di
tengah KBM, film pendek diputar selama kegiatan diskusi berlangsung di mana film-film pendek
yang diputar tersebut berkaitan dengan permasalahan yang terdapat dalam LKS. Di akhir KBM,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
film pendek diputar untuk menayangkan aplikasi dari konsep yang telah dibahas sebelumnya
dalam kegiatan diskusi kelompok.
Pada pelaksanaan siklus II, jumlah kelompok diskusi juga dibuat lebih banyak dengan
cara mengurangi jumlah anggota tiap kelompok yang semula beranggotakan 4-5 siswa menjadi
2-3 siswa. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan pelaksanaan diskusi yaitu agar semua siswa
dapat aktif berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Kemudian untuk
mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal hitungan ysng
berada pada ranah C3 dan C4, maka untuk setiap pertemuan tepatnya di akhir KBM, guru
mengalokasikan waktu khusus untuk membahas soal-soal dalam LKS.
2. Pelaksanaan Tindakan II
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2010. Pada
pertemuan ini membahas materi perubahan wujud zat dan asas Black dengan alokasi waktu 90
menit. Di awal pembelajaran, guru menayangkan slide yang memperlihatkan gambar kapur barus
dan menyuruh siswa untuk memperhatikannya. Kemudian guru bertanya kepada siswa mengapa
kapur barus akan lenyap wujudnya jika ditaruh dalam lemari dalam selang waktu beberapa hari.
Beberapa siswa menyampaikan pendapatnya mengenai fenomena tersebut. Lalu guru membagi
siswa ke dalam 17 kelompok diskusi dan membagikan LKS IV ke masing-masing kelompok.
Kegiatan berikutnya, guru memutar film pendek mengenai perubahan wujud padat menjadi cair
(mencair) dan meminta siswa untuk memperhatikannya. Setelah itu guru menginstruksikan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan LKS IV nomor 1a berdasarkan fenomena yang dilihat
dalam tayangan film pendek. Setelah itu guru melanjutkan pemutaran film pendek mengenai
peristiwa menguap dan kembali menginstruksikan siswa untuk menjawab pertanyaan LKS
nomor 1b berdasarkan tayangan dalam film pendek. Demikian seterusnya guru mengulangi
kegiatan yang sama untuk film pendek yang berbeda yaitu berturut-turut mengenai peristiwa
mengembun, membeku, dan deposisi. Dari tayangan film pendek tersebut siswa diminta
menyelesaikan pertanyaan LKS nomor 1c-1f. Untuk memandu siswa dalam menjawab
pertanyaan LKS IV nomor 2-3, guru memutar slide powerpoint yang telah disiapkan
sebelumnya. Setelah semua kelompok selesai menjawab pertanyaan dalam LKS IV, guru
kemudian menyuruh salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya untuk kemudian
dibahas bersama-sama jawabannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
disiapkan sebelumnya yaitu mengenai laju kalor dan film pendek mengenai aplikasi konveksi
pada peristiwa angin darat serta angin laut.
Gambar 4.17 Tampilan Film Pendek Mengenai Proses Terjadinya Angin Laut
Setelah semua kelompok selesai menjawab pertanyaan dalam LKS V, guru kemudian menyuruh
salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya untuk kemudian dibahas bersama-sama
jawabannya. Setelah pembahasan selesai maka guru melanjutkan kegiatan untuk membahas
latihan soal dalam LKS V yang berjumlah tiga soal. Dan di akhir pembelajaran guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan dari kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
3. Observasi Tindakan II
Hasil angket motivasi belajar fisika siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Persentase Ketercapaian Indikator Angket Motivasi Belajar Fisika Siswa Siklus II
No
Indikator
Persentase Ketercapaian
1.
77%
62,6%
69,1%
68,4%
68,6%
68%
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
77%
Persentase Ketercapaian
69.10%
68.40%
68.60%
62.60%
68%
Indikator
Indikator
No
aktivitas lain
Siswa mengikuti KBM sambil melakukan akt
semisal bermain HP atau berbicara dengan siswa lain
Pertemuan
Rata-rata
II
100
100
100
100
100
100
24
30
27
85
88
87
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Presentase Rata-rata
79
100%
100%
87%
27%
3%
Indikator
3
Indikator
No
commit to user
Pertemuan
Rata-rata
II
100
100
100
100
100
100
94
91
93
24
27
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Selanjutnya, jika tabel di atas digambarkan dalam bentuk diagram batang maka hasilnya dapat
dilihat sebagai berikut:
100%
100%
Presentase Rata-rata
93%
26%
3%
Indikator
Berdasarkan hasil tes siklus II diperoleh hasil bahwa siswa yang berhasil mencapai ketuntasan
belajar mengalami peningkatan menjadi berjumlah 22 orang dengan persentase 66,67%. Adapun
datadata mengenai ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Aspek Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
Aspek Yang
Jumlah Siswa
Persentase (%)
22
33
66,67%
66,67
Dinilai
Ketuntasan Belajar
Di bawah ini dapat dilihat diagram pie aspek ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
4. Refleksi Tindakan II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan meliputi
sub materi perubahan wujud zat, asas Black, dan perpindahan kalor. Dari data observasi secara
umum, dapat diketahui adanya peningkatan persentase baik dari aspek akitivas, angket motivasi
belajar fisika maupun tingkat ketuntasan belajar siswa. Adanya beberapa perubahan teknis dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus II berdampak positif terhadap ketiga aspek tersebut. Untuk
lebih detailnya akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Angket Motivasi Belajar Fisika Siswa
Seperti halnya pengambilan data angket motivasi belajar fisika siswa pada pembelajaran siklus I,
pengambilan data angket motivasi belajar fisika siswa pada pembelajaran siklus II juga
dilaksanakan di akhir pertemuan pada siklus II dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan
Gambar 4.18. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbandingan hasil angket motivasi
belajar fisika pada saat siklus I dengan siklus II.
Tabel 4.14 Perbandingan Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Belajar Fisika Siswa Pada
Observasi Siklus I Dengan Siklus II
Persentase Ketercapaian Kesimpulan
No Indikator
Siklus I
1
72,1%
Siklus II
77%
Meningkat
4,9%
62,6%
Tetap
belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
67,7%
69,1%
Meningkat
1,4%
69,5%
68,4%
Turun 1,1%
68,6%
Meningkat
2,9%
belajar
64,2%
Meningkat
68%
3,8%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa empat indikator yaitu indikator nomor 1, 3, 5, 6
mengalami kenaikan persentase. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil observasi siklus I,
kenaikan persentasenya rata-rata di bawah 5%. Sedangkan indikator nomor 2 tidak mengalami
kenaikan persentase. Dan satu indikator mengalami penurunan persentase yaitu indikator nomor
77%
69.10% 69.50%
68.60%
68.40%
68.00%
62.60% 67.70%
65.70%
64.20%
62.60%
Persentase Ketercapaian
72.10%
Siklus I
Siklus II
Indikator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
lebih dari 5%. Selain itu, persentase akhir yang diperoleh dari observasi siklus II menunjukkan
hasil bahwa semua indikator persentasenya di atas 60%. Hal tersebut menunjukkan bahwa target
pencapaian angket motivasi belajar fisika telah tercapai.
b. Aktivitas Siswa
Siklus I
Siswa
mencatat
hal-hal
penting
100%
100%
Tetap
96%
100%
Meningkat
4%
14%
27%
Meningkat
13%
72%
87%
Meningkat
15%
18%
3%
yang
Siklus II
Menurun
15%
Dari tabel di atas diperoleh bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II memberikan dampak
positif terhadap aktivitas siswa saat KBM berlangsung. Terbukti dengan meningkatnya
persentase tiga indikator yaitu indikator nomor 2-4. Sedangkan indikator nomor 5 yang
menunjukkan aktivitas negatif mengalami penurunan persentase sebesar 15% menjadi hanya 3%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II berlangsung dalam situasi yang
kondusif karena indikator nomor 5 adalah indikator yang menunjukkan perilaku siswa yang tidak
aktif dan cenderung ramai sendiri. Tetapi presentase indikator nomor 5 sangat rendah bahkan
nilainya di bawah 5%. Secara umum target peningkatan aktivitas siswa secara klasikal telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
masing
indikator
tercapai pada siklus II. Gambaran perubahan persentase ketercapaian masing-masing
tersebut dapat dilihat dalam diagram batang di bawah ini :
100% 100%
100%
96%
87%
Persentase Rata-rata
72%
Siklus I
27%
Siklus II
18%
14%
3%
Indikator
berlangsung cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata kelima indikator yang
cukup bagus di mana dua indikator yaitu indikator nomor 1 dan 2 mencapai presentase 100% dan
indikator nomor 3 mencapai 93%. Pengurangan anggota masing-masing kelompok berdampak
positif yaitu aktifnya semua siswa dalam
dalam kegiatan diskusi saat menyelesaikan permasalahan
dalam LKS. Buktinya adalah pencapaian 100% untuk indikator nomor 1 dan 2. Selain itu,
aktifnya seluruh siswa memperkecil peluang siswa untuk melakukan aktivitas lain yang
cenderung negatif seperti bermain HP atau bercanda dengan teman sebangku. Ini dibuktikan
dengan turunnya presentase rata-rata indikator nomor 5 yang hanya mencapai 3%. Suasana
diskusi juga terlihat semakin hidup dengan bertambahnya siswa yang aktif berpendapat atau
menyampaikan gagasannya saat pembahasan hasil diskusi. Ini dapat dilihat dari presentase ratarata indikator nomor 4 yang mencapai 26%. Perbandingan persentase rata-rata aktivitas siswa
dalam kegiatan diskusi kelompok pada pembelajaran siklus I dengan siklus II dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Siklus I
Siklus II
81%
100%
93%
100%
Meningkat
7%
77%
93%
Meningkat
16%
19%
26%
Meningkat
7%
16%
3%
Meningkat
19%
Menurun
13%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase dari keempat indikator
yaitu indikator nomor 1-4. Peningkatan terbesar terjadi pada indikator nomor 1 sebesar 19% dan
terkecil pada indikator nomor 4 sebesar 7%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
siklus II telah berhasil dilaksanakan untuk mengatasi
mengatasi atau setidaknya meminimalisir masalah
yang timbul pada pembelajaran siklus I. Untuk memperjelas gambaran peningkatan presentase
rata-rata indikator aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dapat dilihat dalam diagram
batang sebagai berikut:
100%
100%
93%
81%
93%
Persentase Ratarata
77%
Siklus I
Siklus II
26%
19%
16%
3%
1
Indikator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Berdasarkan hasil tes kognitif tes siklus I diperoleh data bahwa jumlah siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 22 orang dengan persentase 66,67%. Hal tersebut menunjukkan bahwa target
ketercapaian ketuntasan belajar sebesar 60% telah tercapai. Apabila hasil tes kognitif siklus I
dirinci tiap butir soal, persentase ketercapaian masing-masing adalah sebagai berikut :
Tabel 4.17 Persentase Rata-rata Ketercapaian Tes Kognitif Siklus II
Persentase Rata-rata Ketercapaian Tiap Ranah Kognitif
C1
C2
C3
C4
84%
77%
73%
55%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II yang menerapkan
kegiatan pembahasan soal di akhir KBM tiap pertemuan berdampak positif terhadap kemampuan
siswa dalam memecahkan soal berupa hitungan atau aplikasi konsep dalam rumus. Hal ini dapat
73 Dan
siswa menjawab benar yang mencapai 73%.
dilihat dari perolehan persentase ketercapaian
k
disimpulkan terjadi kenaikan persentase sebesar 18,5% jika dibandingkan dengan hasil tes
perbandingan antara hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam
diagram batang di bawah ini :
Persentase
Ketercapaian
69.70%
30.30%
66.67%
33.33%
Tuntas
Tidak Tuntas
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
D. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas X3 SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran
2009/2010 ini dilakukan karena berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa tingkat
motivasi belajar fisika dan nilai kognitif fisika siswa di kelas tersebut masih rendah. Upaya yang
dilakukan peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual melalui film pendek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapkan pembelajaran kontekstual
melalui film pendek dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar fisika
dan nilai kognitif fisika siswa. Peningkatan motivasi belajar fisika siswa dapat dilihat melalui
hasil penyebaran angket dan observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Sedangkan peningkatan kemampuan kognitif fisika siswa dapat diketahui dari hasil tes
kemampuan kognitif di akhir siklus.
Pada akhir siklus I terdapat peningkatan motivasi belajar fisika dan kemampuan kognitif
fisika siswa. Peningkatan motivasi belajar fisika siswa dilihat dari hasil angket dan observasi
aktivitas siswa. Rata-rata persentase angket motivasi belajar fisika siswa meningkat sebesar
11,6% dari pra siklus sebesar 55,37% menjadi 66,97% pada akhir siklus I. Sedangkan rata-rata
persentase observasi aktivitas klasikal siswa meningkat sebesar 31,11% dari pra siklus sebesar
39,39% menjadi 70,5% pada akhir siklus I. Kemampuan kognitif fisika meningkat 18,18%
dilihat dari tingkat ketuntasan pada hasil tes kognitif siklus I yang mencapai 30,3% dibandingkan
hasil ulangan bab optik sebesar 12,12%. Akan tetapi peningkatan kemampuan kognitif fisika
siswa belum maksimal dikarenakan masih di bawah target yang ditetapkan yaitu 60%. Namun
demikian, adanya peningkatan persentase dari masing-masing aspek yang dinilai tersebut (angket
motivasi, aktivitas siswa, dan tes kognitif) membuktikan bahwa penerapan pembelajaran
kontekstual melalui film pendek memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan motivasi
belajar fisika dan kemampuan kognitif fisika siswa.
Hasil refeksi tindakan I digunakan peneliti sebagai bahan perbaikan penerapan
pembelajaran pada tindakan II. Perbaikan tersebut meliputi :
1. Perubahan jumlah anggota kelompok yang semula berjumlah 4-5 orang berubah menjadi 2-3
orang. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan berlangsungnya diskusi yaitu agar semua
siswa dapat terlibat aktif selama kegiatan diskusi berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
2. Pengoptimalan penggunaan film pendek pada saat pembelajaran di mana pada siklus I film
pendek hanya diputar saat langkah motivasi dan saat menjelaskan aplikasi dalam konsep.
Sedangkan pada saat siklus II, film pendek diputar saat langkah motivasi dan juga digunakan
untuk memandu jalannya diskusi kemudian juga diputar untuk menjelaskan aplikasi konsep.
Hal ini bertujuan agar jalannya diskusi dapat berlangsung dua arah di mana siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS harus mengamati tayangan dalam film pendek.
Dengan kata lain film pendek digunakan sebagai media tambahan untuk menyelesaikan LKS.
Dari situ diharapkan diskusi tidak berlangsung membosankan tetapi lebih menarik perhatian
siswa.
3. Pengefektifan waktu untuk tiap pertemuan pada pembelajaran siklus II yang digunakan untuk
membahas latihan soal dalam LKS. Hal ini bertujuan mengkondisikan siswa untuk terbiasa
mengerjakan soal-soal terutama soal dalam ranah C3 dan C4. Dari sini diharapkan dapat
meningkatkan nilai kognitif fisika siswa.
Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan II dapat dikatakan bahwa
perbaikan yang dilakukan peneliti berpengaruh terhadap hasil akhir pembelajaran siklus II.
Buktinya diantaranya adalah hasil angket menunjukkan rata-rata persentase angket motivasi
belajar fisika siswa meningkat sebesar 1,98 % dari siklus I sebesar 66,97% menjadi 68,95% pada
akhir siklus II. Sedangkan rata-rata persentase observasi aktivitas klasikal siswa meningkat
sebesar 8% dari siklus I sebesar 70,5% menjadi 78,5% pada akhir siklus II. Rata-rata persentase
observasi aktivitas diskusi kelompok meningkat sebesar 9,8% dari siklus I sebesar 54% menjadi
63,8% pada akhir siklus II. Kemampuan kognitif fisika meningkat 36,37% dilihat dari tingkat
ketuntasan pada hasil tes kognitif siklus II yang mencapai 66,67% dibandingkan siklus I sebesar
30,3%. Selengkapnya hasil penelitian dari tahap para siklus sampai akhir siklus II dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18 Persentase Ketercapaian Rata-rata Tiap Aspek Antar Siklus
No
Kesimpulan Akhir
55.37%
66.97%
68.95%
Meningkat 13.58%
39.39%
70.50%
78.50%
Meningkat 39.11%
54%
63.80%
Meningkat 9.8%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
12.12%
30.30%
66.67%
Meningkat 54.55%
Dari tabel di atas diketahui bahwa semua aspek yang dinilai mengalami kenaikan
persentase yang dapat diartikan terjadi peningkatan kualitas. Peningkatan ini dipengaruhi oleh
penggunaan pembelajaran kontekstual melalui film pendek. Penerapan pembelajaran ini
mengakibatkan kegiatan belajar mengajar menjadi menarik sehingga siswa tidak bosan dalam
mengikuti pelajaran fisika. Selain itu, ditampilkannya fenomena fisika melalui film pendek
menjadikan konsep yang semula abstrak menjadi konkret di benak siswa. Penggunaan metode
diskusi kelompok dalam memecahkan permasalahan LKS menjadikan siswa terlibat aktif untuk
berpendapat, menyampaikan ide/gagasan, kemudian bersama-sama menyimpulkan jawaban yang
sebenarnya. Dari sini tumbuhlah masyarakat belajar dalam kelas sehingga proses kegiatan belajar
mengajar terlihat hidup.
PTK sendiri menurut Sarwiji Sarwandi (2008: ) memiliki karakteristik untuk berupaya
memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif. PTK dilaksanakan dalam rangka
memecahkan sebuah permasalahan dalam sebuah kelas yang dialami guru dan siswa agar tercipta
pembelajaran yang lebih efektif. Dan pencapaian target keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan terhadap siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Wonogiri selengkapnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.19 Pencapaian Keberhasilan Target Penelitian
No
Persentase Ketercapaian
Kesimpulan
Target Penelitian
Hasil Penelitian
60%
68.95%
Tercapai
Aktivitas Siswa
60%
78.50%
Tercapai
Tercapai
Berdasarkan hasil pembahasan di atas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan pembelajarn kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan motivasi belajar
fisika dan kemampuan kognitif fisika siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Wonogiri pada materi
pokok Suhu dan Kalor Tahun Pelajaran 2009/2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan
motivasi belajar fisika siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok Suhu dan Kalor. Hal ini dapat dilihat
dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I pencapaian persentase
indikator aspek motivasi belajar fisika siswa sebesar 66,97% dan pada siklus
II meningkat menjadi 68,95% dan telah melampaui target yang ditetapkan
yaitu pencapaian persentase indikator sebesar 60%. Untuk pencapaian aspek
aktivitas belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 70,50% yang kemudian
meningkat menjadi 78,50% pada siklus II dan telah melampaui target yang
ditetapkan yaitu pencapaian indikator sebesar 60%.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual melalui film pendek dapat meningkatkan
kemampuan kognitif fisika siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok Suhu dan Kalor. Hal ini dapat dilihat
dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada siklus I ketuntasan
belajar siswa sebesar 30,30% yang kemudian meningkat menjadi 66,67%
pada siklus II. Untuk target aspek kognitif yang ditetapkan adalah ketuntasan
belajar siswa sebesar 60% dengan nilai batas ketuntasan minimal 67.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis.
1. Implikasi Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil dan proses belajar fisika secara
maksimal.
2. Implikasi Praktis