Karbohidrat
Karbohidrat
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Karbohidrat
B. Tujuan Praktikum
1. Mengamati sifat karbohidrat.
2. Mengetahui macam-macam karbohidrat.
3. Mengukur kadar gula secara kuantitatif.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
gula
juga
sering
dipakai
untuk
menggantikan
nama
karbohidrat
(Sumardjo,2009).
Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan penting dalam
kehidupan. Lewat fotosintesis, tumbuhan mengkonversi karbondioksida atmosfer
menjadi karbohidrat, terutama selulosa, pati, dan gula. Pati adalah bentuk
cadangan utama dari karbohidrat untuk nantinya digunakan sebagai makanan atau
sumber energi. Beberapa tumbuhan (tebu dan gula bit) menghasilkan sukrosa,
yaitu gula pasir (Hart dkk., 2003).
Karbohidrat adalah sumber energi utama. Ada dua jenis karbohidrat yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Dalam tubuh keduanya diubah
menjadi gula darah untuk sumber energi. Karbohidrat sederhana adalah aneka
jenis gula yang langsung membentuk kalori jika dikonsumsi. Karbohidrat
kompleks merupakan sumber kalori yang mengandung vitamin, mineral, dan serat
serta lebih bermanfaat bagi tubuh. Kebutuhan karbohidrat dalam sehari dianjurkan
sebanyak 60 % dari kebutuhan kalori sehari. Sumber karbohidrat adalah nasi,
jagung, roti, ubi, dan tepung-tepungan (Soenardi, 2002).
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah.
Maltosa terdiri dari 2 unit glukosa yang disatukan (14). Pada laktosa,
terdapat penyatuan sebuah galaktosa dan sebuah glukosa oleh (14). Pada
sukrosa, glukosa dan fruktosa disatukan (12) melalui karbon anomeriknya
(Marks dkk., 1996).
terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik,
jadi molekulnya termasuk molekul rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri dari
molekul D-glukosa yang sebagian besar memiliki ikatan 1,4-glikosidik dan
sebagian lagi 1,6-glikosidik. Ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya
cabang sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri dari
lebih dari 1000 unit glukosa. Amilum memiliki sifat yaitu dapat dipisahkan
menjadi amilosa dan amilopektin jika dilarutkan dalam air panas, jika dihidrolisis
secara parsial akan menghasilkan amilosa, dan jika dihidrolisis lengkap akan
menghasilkan glukosa.
hidrolisis
amilum
bertujuan
memecah
karbohidrat
menjadi
dalam
sampel
(analisa
kuantitatif).
Penentuannya
melalui
III.
METODE
x
xy
x
x2
x
2
( 2)
a=
x
x
y
x
x2
( xy)
b=
y=a+bx
Keterangan :
y : absorbansi sampel
x : konsentrasi sampel
4. Uji Seliwanoff
Reagen Seliwanoff 2 ml dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi.
Sampel glukosa, maltosa, dan sukrosa masing-masing 5 tetes dimasukkan ke
dalam 3 tabung reaksi. Setiap tabung reaksi dipanaskan dengan bunsen
kurang lebih 2 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati.
5. Uji Benedict
Reagen benedict sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi.
Sampel glukosa, maltosa, dan sukrosa masing-masing 5 tetes dimasukkan ke
dalam setiap tabung reaksi. Setiap tabung reaksi dipanaskan dengan bunsen
sekitar 3 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati.
6. Uji Hidrolisis Amilum
Larutan amilum 1% diambil sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Tabung reaksi yang berisi amilum ditambah dengan HCl 6 M
sebanyak 3 ml dan dipanaskan dengan kompor. Larutan yang dipanaskan
setiap 3 menit di ambil 1 tetes dan diletakkan di atas drop plate. Reagen Iod
1 tetes ditambahkan pada drop plate hingga larutan berubah menjadi kuning
dan waktu hidrolisis dicatat.
Larutan yang berubah kuning ditambah Na2CO3 1% sebanyak 5 tetes.
Uji hidrolisis amilum kemudian dilanjutkan dengan uji benedict. Reagen
benedict diambil sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
larutan sampel ditambahkan sebanyak 5 tetes. Larutan dipanaskan
menggunakan bunsen kurang lebih 3 menit dan hasil uji atau perubahan
warna yang terjadi dicatat.
IV.
Pada praktikum Karbohidrat, telah dilakukan empat jenis uji. Keempat uji
tersebut adalah uji Seliwanoff, uji Benedict, uji Hidroliss Amilum, dan uji Nelson
Somogyi. Berdasarkan uji Seliwanoff dan uji Benedict yang telah dilakukan,
diperoleh hasil berupa data sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Seliwanoff dan Benedict
Sampel
Larutan Glukosa
Larutan Maltosa
Larutan Sukrosa
Uji benedict
Seliwanoff
Benedict
Endapan merah bata dan Larutan
Kuning muda (-)
berwarna hijau keruh (+)
Endapan merah bata dan Larutan
Bening (-)
berwarna hijau keruh (+)
Merah (+)
Biru (-)
merupakan uji umum bertujuan untuk analisa gula pereduksi
(yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Uji benedict berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis,
biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau
orange (Hanafiah dkk., 2011).
Cara kerja uji benedict adalah reagen Benedict sebanyak 2 ml dimasukkan
ke dalam 3 tabung reaksi. Sampel glukosa, maltosa, dan sukrosa masing-masing 5
tetes dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Setiap tabung reaksi dipanaskan
dengan bunsen sekitar 3 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati.
karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi, sukrosa tidak dapat
mereduksi reagen Benedict. Oleh karena itu, sukrosa disebut sebagai gula non
pereduksi.
Uji Selliwanoff dipakai untuk menunjukkan adanya gugus keton atau
ketoheksosa. Pereaksi Seliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer.
Reaksi positifnya membentuk senyawa berwarna merah (Sumardjo, 2009). Cara
kerja uji seliwanoff adalah reagen Seliwanoff 2 ml dimasukkan ke dalam 3 tabung
reaksi. Sampel glukosa, maltosa, dan sukrosa masing-masing 5 tetes dimasukkan
ke dalam 3 tabung reaksi. Setiap tabung reaksi dipanaskan dengan bunsen kurang
lebih 2 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati.
Pemanasan sendiri bertujuan membantu proses hidrolisis disakarida yang
akan menghasilkan monosakarida ketosa dan kemudian memberi warna, selain itu
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi. Pendidihan fruktosa dengan
Reagen Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah. Dua tahap reaksi
terjadi dalam pendidihan ini, yaitu fruktosa oleh HCl yang ada dalam pereaksi
Seliwanoff membentuk hidroksi metil furfural dan kondensasi hidroksi metil
furfural yang terbentuk dengan resorsinol (Sumardjo, 2009).
dkk. (2003), hidrolisis sukrosa akan menghasilkan D-glukosa dan ketosa Dfruktosa dengan jumlah yang ekuivalen. Menurut Fessenden dan Fessenden
(1982), fruktosa adalah salah satu contoh dari ketosa yang merupakan
monosakarida dengan gugus keton.
Glukosa dan maltosa menunjukkan reaksi negatif, sesuai dengan teori
menurut Murray (2003), glukosa merupakan suatu aldoheksosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Menurut Hart
dkk. (2003), maltosa terdiri atas dua unit glukosa yang bertautan. Sehingga
maltosa mempunyai gugus aldehid bukan keton.
Berdasarkan Uji Hidroliss Amilum yang telah dilakukan, diperoleh hasil
berupa data sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Hidrolisis Amilum
Hasil Uji Iod
Hasil Uji
Sebelum
Sesudah
Waktu yang
Keterangan
Benedict
Dipanaskan
Dipanaskan
dibutuhkan
Endapan merah Terhidrolisis
Ungu
Kuning
9 menit
bata
sempurna
Uji Hidrolisis merupakan proses pemecahan senyawa menjadi lebih
sederhana. Uji ini bertujuan untuk menghidrolisis amilum agar terpecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana (Winarno, 1997). Amilum sebagai polisakarida
akan mengalami pemutusan ikatan glikosidik. Dengan demikian, materi ini akan
terpecah menjadi struktur monosakarida penyusunnya. Reaksi positif dari tes
hidrolisa adalah membentuk senyawa berwarna kuning (Yazid dan Nursanti,
2006). Pada uji hidrolisa amilum, sampel dihidrolisis dengan menggunakan
larutan asam (Sudarmadji, 1989).
Cara kerja hidrolisis amilum adalah larutan amilum 1% diambil sebanyak
10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi yang berisi amilum
ditambah dengan HCl 6 M sebanyak 3 ml dan dipanaskan dengan kompor.
Larutan yang dipanaskan setiap 3 menit di ambil 1 tetes dan diletakkan di atas
drop plate. Reagen Iod 1 tetes ditambahkan pada drop plate hingga larutan
berubah menjadi kuning dan waktu hidrolisis dicatat.
Larutan yang berubah kuning ditambah Na2CO3 1% sebanyak 5 tetes. Uji
hidrolisis amilum kemudian dilanjutkan dengan uji benedict. Reagen benedict
diambil sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan larutan sampel
Pemanasan
bertujuan
untuk
memecah
amilum
menjadi
monomer
x2
Xy
4 x 10-4
1,6 x 10-3
3,6 x 10-3
6,4 x 10-3
0,01
x2 = 0,022
4,18 x 10-4
9,04 x 10-3
0,0189
0,03272
0,0544
xy = 0,11924
Uji kuantitatif gula pereduksi dengan uji Nelson Somogyi bertujuan untuk
menentukan kadar gula pereduksi. Gula tersebut akan diendapkan dengan ZnSO4
dan Ba(OH)2 (Bintang, 2010). Penentuannya melalui spketrofotometri dimana
kadar karbohidrat dalam sampel ditentukan dengan menggunakan panjang
gelombang tertentu yang mengabsorbansikan larutan sampel tersebut. Reagen
Nelson merupakan campuran antara Reagen A dan Reagen B, sedangkan Reagen
C merupakan arsenomolybdat (Winarno, 1997).
Cara kerja uji Nelson Somogyi adalah larutan standar dan sampel (A dan B)
diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sebanyak 1 ml
reagen Nelson A dan B dengan perbandingan 25:1 ditambahkan. Larutan
dimasukkan ke dalam water bath selama 20 ml. Larutan kemudian didinginkan
dengan direndam dengan air keran. Larutan ditambah dengan 1 ml arsentmolybdat
dan divortex. Aquades sebanyak 7 ml ditambahkan dan divorteks. Absorbansi
sampel diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
Konsentrasi sampel dihitung dan dibuat kurva standar.
Reagensia nelson A mengandung larutkan 12,5g Natrium Karbonat anhidrat,
K-Na tartarat, 10g Natrium bikarbonat dan 100g natrium sulfat dalam 350ml air
suling dan diencerkan sampai 500ml. Reagensia Nelson B mengandung larutkan
7,5g CuSO4. 5H2O dalam 50 ml air suling dan tambahkan 1tetes asam sufat pekat.
Reagensia nelson dibuat dengan cara mencampur 25 bagian reagensia nelson A
dan 1 bagian reagensia nelson B (Etsa dkk., 2014).
Reagen mengandung semua komponen. Tujuan pemberian reagen adalah
untuk mereduksi kupri oksida. Cupri oksida dioksidasi oleh larutan tembaga alkali
dengan membentuk cupro oksida, kemudian cupro oksida ini dioksidasi kembali
dengan asam arsenmolibdat yang akan membentuk warna biru arsenomolibdat
(Bintang, 2010).
Penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan
endapan Cu2O. Pada peristiwa ini Cu2O akan mereduksi kembali arsenomolibdat
menjadi molibdene blue yang berwarna biru, dan penambahan arsenmolibdat
sebagai reagen pengompleks yang akan memperjelas intensitas warna biru dari
larutan, agar dapat diukur absorbansinya menggunakan alat spektrofotometer.
Pada pengukuran serapan, dilakukan pada panjang gelombang 540 nm,
dikarenakan ini adalah panjang gelombang maksimum dari glukosa (Etsa dkk.,
2014).
Menurut Razak dkk., (2012), penggunaan panjang gelombang 540 nm akan
menyebabkan elektron pada sampel mengalami transmisi dan molekul sampel
yang mampu mengalami transmisi adalah molekul konjugasi, gugus karbonil dan
gugus nitro. Pemanasan campuran sampel dengan pereaksi Nelson dimaksudkan
untuk mempercepat reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan adanya
gula pereduksi, adanya gula pereduksi teridentifikasi dengan adanya endapan
merah bata yang berasal dari tembaga(I) oksida (Cu2O).
Setelah dipanaskan di waterbath, larutan didinginkan. Pendinginan larutan
setelah pemanasan dilakukan dengan merendam tabung reaksi dalam air dingin,
selanjutnya ditambahkan pereaksi Arsenomolibdat (berfungsi untuk mengoksidasi
cupro menjadi cupri) dan divortex supaya tercampur rata. Setelah divortex,
larutan ditambah dengan aquades yang berfungsi sebagai pengencer, kemudian
larutan divortex lagi supaya tercampur rata (Razak dkk., 2012).
Hasil pengukuran absorbansi larutan standard adalah sebagai berikut:
larutan standard dengan konsentrasi 0,02 mg/ml adalah 0,209 ; Larutan dengan
konsentrasi 0,04 mg/ml absorbansinya adalah 0,226 . Larutan dengan
konsentrasi 0,06 mg/ml absorbansinya adalah 0,315 . Larutan dengan
konsentrasi 0,08 mg/ml absorbansinya adalah 0,409 . Larutan dengan
konsentrasi 0,10 mg/ml absorbansinya adalah 0,544 .
Pada analisis gula reduksi juga memerlukan kurva standar yang dapat
digunakan sebagai acuan atau referensi dalam menentukan konsentrasi yang
sebelumnya dengan absorbansi sampel. Selanjutnya persamaan kurva standar
yang ada tersebut menjadi dasar perhitungannya. Hasil perhitungan regresi linear
didapatkan suatu persamaan yang merupakan hubungan antara nilai x dan nilai y.
Dimana nilai x merupakan konsentrasi larutan gula standar dan nilai y adalah
absorbansi. Dari hubungan tersebut dapat diketahui semakin tinggi konsentrasi
larutan gula standar, semakin tinggi pula nilai absorbansinya. Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa konsentrasi larutan gula standar berbanding lurus dengan nilai
absorbansinya (Jati dkk., 2014).
V.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. 2009. Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan
Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia Unit Medan. FMIPA-USU, Medan.
Aminah, S., Aryani, I.Y., Ulfah, S. N. Humanisya, H. Verina, T. 2011. Uji
Identifikasi
Karbohidrat.
http://www.academia.edu/8982729/laporan_uji_identifikasi_karbohidrat. 22
Oktober 2015.
Beran, J. A. 2000. Chemistry in the Laboratory: A Study of Chemical and
Physical Changes. Jhon Willey and Sons Inc, New York.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.
Busser, H. 1960. Penuntun Analisis Jumlah. Balai Penyelidikan Kimia, Bogor.
Donald, P., Edwards, R. A., dan Greenhalgh, J. F. D. 2002. Animal Nutrition Sixth
Edition. Person Prentice Hall, New York.
Etsa, O. F., Rinawati, R., Tarihoran, N., Khamardi, P. N., Eston, N. P., dan
Christianti, V. 2014. Penetapan Kadar Karbohidrat Secara Kuantitatif
dengan
Cara
Nelson
Somogyi.
http://www.academia.edu/9643150/uji_karbohidrat_secara_nelson.
22
Oktober 2015.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga.
Erlangga, Jakarta.
Gammon, E. 1985. General Chemistry. 6th Edition. Houghton Mifflin Company,
New York.
Gunawan. 2004. Ilmu Obat Alam. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hanifah, I., Syahidini, I., Kamilatulhuda, dan Subarin, M. 2011. Uji Reaksi
Karbohidrat. http://www.academia.edu/5352070/Laporan-karbohidrat. 22
Oktober 2015.
Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.
Erlangga, Jakarta.
Hartono dan Wahyudi, Y. 1999. Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secara
Hidrolisis Kimiawi. Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Horton, H. R. 1996. Principle of Biochemistry Second Edition. Prentice Hall
International Inc, New Jersey
Jati, K., Shidiq, H. A., Pashanita, P., Khoirul, A. R., Floresty, W. W., dan Naelufar,
H.
J.
2014.
Analisa
Pangan.
http://www.academia.edu/6761732/ACARA_V_KARBOHIDRAT.
22
Oktober 2015.
Jelen, P. 1985. Introductin To Food Processing. Reston Publishing Company,
Virginia.
N.
M.
2014.
Karbohidrat.
http://www.academia.edu/7048429/LAPORAN_ORGANIK_KARBOHIDR
AT. 22 Oktober 2015.
Nuran, N. L., Komala, N. T., Puspitasari, N., dan Ambar, N. F. 2011. Uji Reaksi
Karbohidrat.
http://www.academia.edu/4636486/Laporan-organikkrbohidrat-2. 22 Oktober 2015.
Poedjiaji, A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Rahmasari, H. dan Susanto, W. H. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan
Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah Sukrosa dan Lama
Osmosis. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(3): 191-197.
Razak, A. R., Sumarni, N. K., dan Rahmat, B. 2012. Optimalisasi Hidrolisis
Sukrosa Mengunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural
Science 1(1): 119-131.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan
Protein. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sloane, E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC, Jakarta.
Soenardi, T. 2002. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberti, Yogyakarta
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. EGC, Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yazid, E. dan Nursanti,L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Andi Offset,
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
x
(
( x ) x 2 )
( y ) ( x 2 )( x)( xy )
a=
0,3
( 0,3 X 0,022 )
( 1,703 ) ( 0,022 )(0,3)(0,11924)
a=
= -0,02
x
( x ) ( x 2 )
( x ) ( xy )( x )( y )
b=
0,3 2
( 0,3 ) ( 0,022 )
( 0,3 )( 0,11924 )(0,3)(1,703)
b=
b = 5,697
Sampel A (Larutan Glukosa) :
y = a + bx
0,538 = -0,02 + 5,697 X
0,558 = 5,697 X
X = 0,098 mg/ml
Sampel C (Minuman Karbonasi)
y = a + bx
Gambar 14. Drop Plate pada Uji Hidrolisis Amilum (Sumber: Dokumentasi
Pribadi, 2015).