Dosen: Dra.Refdanita,M.Si.,Apt
Nama: Yulia lizara
Nim: 13330122
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan terdapat interaksi obat. Obat dapat berinteraksi
dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan obat
lain. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) memudahkan
terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi. Mekanisme
interaksi obat diantaranya yaitu inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh
(sebelum obat diberikan) antar obat yang tidak tercampurkan
(inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi,
yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna, terjadi kelembapan bahan obat dan lain lain, atau
mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi
obat.
Bagi seorang dokter, interaksi farmasetik yang penting adalah
interaksi interaksi antar obat suntik, dan interaksi antar obat suntik
dengan cairan infus. Banyak obat suntik tidak kompatibel dengan berbagai
obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan bahan
pembawanya, oleh karena itu dianjurkan tidak mencampurkan obat suntik
dalam satu semprit dengan cairan infus, kecuali jika bila jelas diketahui
tidak ada interaksi. Contoh : amfoterisin B mengendap dalam larutan
garam fisiologis atau larutan Ringer.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan interaksi obat?
2. Apakah yang dimaksud dengan interaksi obat diluar tubuh?
3. Apa saja obat yang dapat berinteraksi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan interaksi obat
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan interaksi diluar tubuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas,
atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya
yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi,
interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan
herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan
infus
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki,
umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi
prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal
pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin dibuat dalam jumlah
besar.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain
perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain,
interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat
tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan
agonis untuk reseptor yang sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat
sekaligus (polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan,
atau dengan obat lain. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat
yaitu: obat presipitan dan obat objek.
Obat Presipitan
Obat Presipitan adalah obat yang mempengaruhi atau mengubah
aksi efek obat lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur
obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang
tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga
menimbulkan efek toksik.
Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
Obat Objek
Obat objek adalah obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Cirinya adalah :
Mempunyai kurva dose response yang curam
Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan
karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan
Inkompatibilitas Fisik
Inkompatibilitas Kimia
Inkompatibilitas Farmasetik
Inkompatibilitas Terapetik
Inkompatibilitas Fisika
Perubahan-perubahan yg tidak diinginkan yangg timbul pada waktu obat
satu dicampur dengan obat yang lain dan tidak terjadi perubahan kimia.
Contoh Inkom Fisika:
1. Immiscibility / tidak bercampur
2. Insolubility / tidak larut
3. Precipitation / pengendapan
4. Liquefaction of solid materials / pencairan bahan obat solid
5. Solidification or formation of gel (gelation) / pengerasan atau
pembentukan polimer gel
Inkompatibilitas Kimia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang
disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi.
Hal ini berhubungan dengan aktivitas senyawa / gugus fungsi dari struktur kimia
suatu senyawa.
1.Interaksi farmasetis
Interaksi Farmakodinamika
Adalah obat yang menyebabkan perubahan pada respon pasien
disebabkan karena berubahnya farmakokinetika dari obat tersebut
karena obat lain yang terlihat sebagai perubahan aksi obat tanpa
menglami perubahan konsentrasi plasma.
Misalnya naiknya toksisitas dari digoksin yang disebabkan karena
pemberian secara bersamaan dengan diuretic boros kalium
misalnya furosemid.
BAB III
PEMBAHASAN
N
O
1.
2.
karbenisilin
gentamisin
Menghambat
kerja
gentamisin
3.
Rifampisin
Isoniazid (INH)
4.
Phenytoin infus
natrium
Digerus
bersamaan,
menurunkan
aktifitas INH
karena
sifat
rifampisin
yang
higroskopis.
Terbentuk
endapan
efek
solusi
Penicilin
tidak
aktif
(endapa
n)
Gentami
sin tidak
aktif,
karbenisi
lin rusak
INH
mengala
mi
penurun
an
aktifitas
Obat tidak
dicampur
bersamaan
Obat tidak
diberikan
bersamaan
Pemberian
obatnya
dipisah,
tidak
digerus
bersama.
Terbentu
k
endapan
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas,
atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi
bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat
dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus
IV.2 Saran
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki,
umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi
prognosis. Namun, ada juga interaksi yang sengaja dibuat, sebaiknya
dalam penggunaan obat yang akan dikombinasikan dokter
harus lebih memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari pada obat
yang akan
diberikan, terutama untuk obat injeksi dan infus.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA