Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dilihat dari segi potensi alam, Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang
cukup besar untuk pengembangan budidaya perikanan. Hal ini didukung dengan luas
perairan umum di Indonesia saat ini 14 juta ha, meliputi 11,95 juta ha sungai dan rawa,
1,78 juta ha danau alam, dan 0,03 juta ha danau buatan. Diperairan tersebut hidup
bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk
pengembangan usaha perikanan.
Produktivitas merupakan hal yang menentukan tingkat daya saing, baik pada tingkat
individu, perusahaan, industri, maupun pada tingkat negara. Produktivitas kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dari asupan zat gizinya. Asupan zat gizi yang
cukup akan menghasilkan daya tahan, kesehatan dan status gizi baik pada tenaga kerja
(FAO/WHO/UNU, 2001). Status gizi yang baik pada tenaga kerja akan berpengaruh
terhadap produktivitas kerjanya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
yaitu kapasitas kerja meliputi umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani, status gizi,
antropometri, beban kerja dan beban tambahan seperti beban kerja karena faktor fisik,
kimia, biologis, dan sosial (Tarwaka, 2004).
Pentingnya menjaga kualitas pekerja akan menjamin kualitas dari perusahaan.
Tempat kerja merupakan sasaran utama untuk menjamin kesehatan pekerja dikarenakan
kebanyakan waktu produktif pekerja lebih banyak dihabiskan di tempat kerja serta
berkesempatan untuk ditinjau (Nutrition at Work Nourishing the Bottom Line). Oleh karena
itu perlu diperhatikan aspek yang mendukung pekerja dapat bekerja dengan baik, seperti
aspek kesehatan pada pekerja di tempat kerja. Salah satu cara menjaga kualitas pekerja
antara lain dengan penerapan gizi kerja di tempat kerja. (Subur, 2005)
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat
hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan
tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi. Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang,
salah satunya untuk pekerja. Pekerja memerlukan zat-zat gizi sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehari-hari berfungsi sebagai zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Kebutuhan akan zat-zat gizi tergantung dari usia,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan jenis aktivitas. Gizi pada pekerja ditujukan untuk kesehatan
1

pekerja agar mampu bekerja secara optimal. Zat gizi utama yang paling dibutuhkan oleh
pekerja adalah karbohidrat sebagai sumber energi untuk kerja otot. Selain karbohidrat,
pekerja tetap memerlukan protein untuk memelihara fungsi tubuh dan sebagai sumber
energy (Khairinia, 2008)
Zat gizi utama yang dibutuhkan tenaga kerja adalah karbohidrat yang fungsi
utamanya menyediakan energi bagi tubuh, selain karbohidrat sebagai sumber energi,
tenaga kerja tetap memerlukan protein dan lemak. Kurangnya karbohidrat dapat
menyebabkan tubuh kurang mendapat energi sehingga mempengaruhi produktivitas
kerjanya, bila karbohidrat yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka untuk
menyediakan energi digunakan sejumlah karbon yang terkandung dalam protein sehingga
terjadi pembakaran (Moehji, 2002). Penelitian yang dilakukan Handayani (2008)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dan tingkat
konsumsi protein dengan produktivitas kerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein semakin tinggi produktivitas kerjanya.
Kekurangan protein secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh, sehingga rentan terhadap penyakit, menurunnya kreativitas dan menurunnya daya
kerja. Tenaga kerja membutuhkan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak untuk
menyuplai kebutuhan otot, karena saat bekerja pengeluaran energi meningkat. Tubuh yang
kekurangan protein, lemak dan karbohidrat menyebabkan pembakaran ketiga unsur
tersebut kurang menghasilkan energi sehingga menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang
bergairah melakukan kegiatan dan menyebabkan produktivitas kerja menjadi rendah Lemak
juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila protein dan karbohidrat yang tersedia
tidak dapat mencukupi kebutuhan (Almatsier, 2002)
Selama berlangsungnya aktivitas fisik, otot memerlukan energi untuk bergerak.
Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung berapa banyak otot yang bergerak, berapa
lama dan beratnya pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2002). Pekerjaan yang
mengandalkan fisik memerlukan aktivitas fisik lebih berat dibanding pekerjaan yang
mengandalkan keahlian (FAO/WHO/UNU, 2001). Penelitian Aziiza (2008) menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara faktor aktivitas fisik di luar pekerjaan dengan
produktivitas kerja, karena tenaga kerja mengalami kelelahan akibat aktivitas di rumah
tangga sebelum bekerja. Aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak diimbangi istirahat cukup
dapat menimbulkan rasa lelah. Kelelahan pada tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja (FAO/WHO/UNU, 2001). Semakin tinggi kelelahan maka produktivitas
kerjanya akan semakin rendah (Kurnia, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran umum perusahaan perikanan ?
2. Bagaimanakah pajanan suhu dingin di tempat kerja ?
3. Bagaimanakah respon tubuh pekerja terhadap suhu dingin ?
4. Bagaimanakah Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Bagi Pekerja pada perusahaan
perikanan?
5. Bagaimanakah Inspeksi K3 tempat kerja (Perusahaan Perikanan) ?
6. Apa sajakah ruang lingkup dari gizi Kerja ?
7. Bagaimankah pemenuhan gizi bagi pekerja ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran umum perusahaan perikanan
2. Untuk mengetahui pajanan suhu dingin di tempat kerja
3. Untuk mengetahui respon tubuh pekerja terhadap suhu dingin
4. Untuk mengetahui Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Bagi Pekerja pada perusahaan
perikanan
5. Untuk mengetahui Inspeksi K3 tempat kerja (Perusahaan Perikanan)
6. Untuk mengetahui ruang lingkup dari gizi Kerja
7. Untuk mengetahui pemenuhan gizi bagi pekerja pada perusahaan perikanan

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Gambaran Umum Perusahaan Perikanan


Dengan luas laut yang membentang kurang lebih 5,8 juta km2 Indonesia tumbuh
menjadi salah satu negara penghasil ikan terbesar di dunia. Berdasarkan laporan FAO pada
tahun 2012 produksi perikanan tangkap dunia mencapai 79 juta ton.
Indonesia menempati peringkat ke dua terbesar dunia dengan produksiperikanan
tangkap sebesar 5,8 juta ton diikuti USA 5,1 juta ton dan Peru 4,8 jutaton. Cina menempati
peringkat pertama dengan produksi 16 juta ton. Dari totalhasil perikanan tangkap dan
budidaya pada tahun 2012, Cina menyumbang 17,4% perikanan dunia sementara
Indonesia 6,8%. Dengan kekayaan alam dankeanekaragaman hayati Indonesia yang
berlimpah, komoditi hasil bumi perikananberpeluang untuk menjadi sumber penerimaan
Negara
Perikanan adalah proses pengolahan dan pemanfaatan lebih lanjut dari hewan yang
hidup di air seperti ikan dan sejenis ikan dengan cara memanfaatkan sumber daya manusia,
tumbuhan, makhluk hidup dan alat-alat lainnya. Di negara Indonesia yang kaya akan
berbagai sumber daya perairan, bidang perikanan dikelola oleh Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP). Maksudnya Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai pengatur dan
pemberi kebijakan-kebjakan mengenai perikanan agar sumber daya perairan di Indonesia
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat.

Usaha perikanan adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan


ataupun sekelompok orang berupa aktifitas penangkapan ikan dan sejenis ikan di laut, di
sungai dan di danau maupun berupa kegiatan budidaya (usaha penetasan, pembibitan,
pembesaran) ikan dan sejenisnya dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi
bagi pelaku usaha. Secara umum usaha perikanan dibedakan menjadi usaha perikanan
tangkap dan perikanan budidaya. (Sinaga, 2011)
4

Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki
peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan
pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja. Untuk menjadikan sektor
perikanan menjadi andalan maka perlu ditingkatkan melalui peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan untuk nelayan
dan pembudidaya dalam suatu wadah klaster agar dapat terjadi transfer teknologi atau
transfer pengetahuan. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan nilai tambah berupa
peningkatan output dan minimalisasi input yang dilakukan oleh pelaku usaha, pemerintah
dan masyarakat umum, dengan demikian maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja di
sektor tersebut. (Anonim, 2015)
Seluruh pekerja bekerja selama 8 jam bekerja pada 6 hari kerja. Pekerja memiliki satu
jam istirahat yaitu pada pukul 12.00 hingga 13.00 WITA. Setiap pekerja memiliki spesifikasi
dalam bekerja sehingga pekerja memiliki job desk masing-masing untuk diselesaikan sesuai
dengan target penyelesaian yang ditetapkan. Ruang kerja di bagian produksi dibagi menjadi
empat yaitu receiving, produksi 1, produksi 2 dan packing. Ruang kerja di bagian produksi
memiliki standar suhu ruangan yaitu 16-21C dengan sumber pendingin ruangan yaitu
blower evaporator. Proses kerja pada bagian produksi sebagai berikut.
a. Receiving
Pada ruang receiving terdapat 8 orang pekerja yang bertugas menerima ikan setiap harinya.
Ikan yang diterima maksimal 6 ton per hari. Setelah ikan masuk kedalam ruang ini, ikan
dimasukan kedalam row material atau ruang penyimpanan ekoran yang setelahnya akan
dilakukan pemisahan bagian ikan. Pekerja melakukan pekerjaan tersebut ketika terdapat
ikan yang masuk. Ikan yang masuk merupakan ikan segar dengan suhu ikan -18C hingga
3C.
b. Produksi 1
5

Proses kerja pada ruang produksi 1 adalah kelanjutan daripada proses kerja di ruang
receiving yaitu melakukan pembersihan dan pengupasan pada ikan yang telah dipisah
beberapa bagian. Pekerja pada ruangan ini berjumlah 25 orang. Setiap pekerja memiliki
tugas yang sama yaitu melakukan pengupasan dan memasukan ikan yang telah dikupas ke
dalam Air Blast Freezer (pembekuan udara).
c. Produksi 2
Pada ruang produksi 2 memiliki pekerja sebanyak 27 orang dengan tugas yaitu melakukan
pemotongan pada ikan yang telah dikupas dan dibersihkan. Pemotongan juga disesuaikan
dengan ukuran dan berat ikan untuk mendapatkan kuantitas yang sesuai. Setelah dilakukan
pemotongan maka ikan direndam sementara pada Brain freezer atau pembekuan air garam
sebelum dilakukan pengepakan.
d. Packing
Pada ruang packing terdapat 6 orang pekerja yang bertugas untuk memasukan ikan
kedalam kemasan dan memberikan label. Setelah dilakukan pengepakan, ikan yang sudah
dikemas dimasukan kedalam cold storage untuk siap diproduksikan pada keesokan harinya.
2.2 Pajanan Suhu Dingin di Tempat Kerja
Suhu dingin merupakan kondisi lingkungan kerja yang menuntut suhu di tempat
kerja berada di bawah suhu standar kenyamanan. Pekerjaan yang dengan paparan suhu
dingin antara lain industri jasa boga, pengepakan ikan segar, pabrik es dan penyimpanan
daging. Sumber suhu dingin yang berada di tempat kerja berasal dari musim dingin, posisi
pada ketinggian tertentu, kondisi lingkungan basah, dan berada di sekitar freezer. Kondisi
dingin yang berlebihan akan mengurangi kewaspadaan dalam konsentrasi, terutama
berhubungan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental (Nurmianto, 2004).
Temperatur udara yang rendah menjadi salah satu unsur dari iklim kerja yang perlu
diperhatikan. Suhu nikmat bekerja bagi orang indonesia adalah 24-26C sehingga pekerja
merasakan kedinginan ketika berada pada suhu dibawah 23C (Sumamur, 2009). Suhu
dingin menjadi salah satu bahaya yang dapat berdampak negatif pada pekerja bila tidak
sesuai dengan standar yang berlaku. Paparan suhu dingin di bawah standar kenyamanan
akan menyebabkan perubahan fisiologis dalam tubuh yang akan mengarah pada penyakit
akibat kerja. Suhu dingin di tempat kerja dapat dipantau setiap waktu dengan menggunakan
termometer ruangan yang diletakkan di setiap ruangan.
Bahaya temperatur di tempat kerja yang dikenal luas adalah berhubungan dengan
panas ekstrim. Namun demikian temperatur ekstrim dingin juga menjadi hazard/bahaya
kesehatan. Dingin adalah bahaya fisik yang dapat memberi efek buruk pada pekerja baik di
6

dalam maupun di luar ruangan. Pekerja yang berisiko terhadap bahaya dingin adalah
pekerja konstruksi, petani, nelayan, penebang pohon, tentara, pekerja tambang minyak,
polisi, pemadam kebakaran, tukang daging, dan pekerja pada cold storage (Robert, 2012).
Sumber Pajanan Suhu Dingin di Tempat Kerja Ada 4 faktor yang berkontribusi
terhadap timbulnya cold stress, yaitu temperatur dingin, kedinginan angin, kelembaban, dan
kedinginan air. Faktor ini baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan faktor lainnya
dapat menyebabkan panas keluar dari tubuh. Faktor kedinginan angin (wind chill) dapat
meningkatkan efek dari cold stress. Kedinginan angin (wind chill) adalah perpaduan dari
temperatur (suhu) dan kecepatan dan ini adalah faktor yang sangat penting untuk
menentukan risiko dari cold injury.
Saat suhu tubuh turun, meski hanya beberapa derajat di bawah suhu normal, tubuh
menggunakan mekanisme pertahanan untuk memelihara suhu inti tubuhnya. Terus menerus
terpajan

dengan

dingin

akan menyebabkan

orang

tersebut

menggigil,

sehingga

menghasilkan panas dengan menaikan kecepatan metabolik tubuh. Tubuh akan bereaksi
dengan mulai memindahkan aliran darah dari ekstrimitas tubuh dan kulit bagian luar menuju
inti tubuh (dada dan perut). Hal ini memungkinkan kulit yang tepajan dan ekstrimitas untuk
dingin lebih cepat dan meningkatkan resiko frostbit dan hipotermia. Hipotalamus otak
manusia mengatur suhu inti tubuh dalam merespon suhu baik panas maupun dingin.
Hipotalamus bertanggung jawab untuk menjalankan sistem pertahanan suhu tubuh untuk
melawan dingin, yaitu vasokontriksi peripheral dan menggigil. Tubuh dapat mengatur suhu
intinya dengan menurunkan hilangnya panas (vasokontriksi peripheral) dan meningkatkan
produksi panas (menggigil). Memperbanyak aktivitas fisik juga dapat meningkatkan produksi
panas. Vasokontriksi peripheral adalah respon yang dilakukan untuk menurunkan suhu kulit.
Vasokontriksi mengarahkan darah menjauh dari permukaan kulit menuju inti tubuh, dimana
panas lebih mudah dijaga. Menggigil dihasilkan dari kontraksi otot voluntari dan
menghasilkan peningkatan produksi panas metabolik, yang dapat menggantikan panas
yang hilang. Ada hubungan antara kecepatan bernapas dan detak jantung. Menggigil dapat
meningkatkan metabolic rate 2-5 kali lipat. Bagaimanapun juga apabila suhu inti tubuh
menurun karena terpajan dingin terus menerus, metabolik tubuh, pernapasan dan detak
jantung akan menurun. Gejala yang muncul dari penderita hipotermia adalah menggigil,
ketidakmampuan dalam mengerjakan pekerjaan motorik, kelesuan dan kebingungan ringan.
Ini terjadi disaat suhu inti tubuh menurun hingga sekitar 35 0C (950F). Selama suhu tubuh
terus menurun, hipotermia semakin bertambah parah. Individu tersebut akan jatuh dalam
keadaan linglung atau tak sadar, tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas, walau hanya
pekerjaan motorik yang sederhana. Cara berbicara korban hipotermia akan menyatu (tidak
jelas) dan kebiasaan individu tersebut akan tidak rasional.(OSHA, 1998) Keadaan yang
7

paling parah terjadi ketika suhu tubuh berada di bawah 320C (900F). Hasilnya, tubuh
berubah ke dalam keadaan tidur (hibernasi), melambatnya detak jantung, aliran darah, dan
bernafas. Ketidaksadaran dan gagal jantung dapat terjadi dalam keadaan yang benar-benar
hipotermik. (Nugroho, 2009)
2.3 Respon Tubuh Pekerja terhadap Suhu Dingin
Dingin adalah bahaya fisik yang dapat mengganggu fisiologis suhu tubuh seseorang.
Sebuah penelitian menunjukan bahwa dengan suhu dingin 18C di ruang control room
Kujang 1B, 44,4% pekerja mengalami penurunan suhu tubuh dengan rata-rata penurunan
0,55C (Nugroho, 2009). Pada sebuah kasus di Montana, seorang pria mengeluh
kedinginan karena suhu tubuhnya menurun hingga 29,3C dengan paparan suhu dingin
8,3C (CDC, 2007). Pada kasus yang terjadi di India Selatan, suhu lingkungan yang dingin
juga mengakibatkan penurunan suhu tubuh hingga 26,3C. Mekanisme pengatur suhu tidak
100% efektif sehingga suhu inti tubuh akan mengalami penurunan jika tubuh terpapar suhu
dingin. Paparan suhu dingin pada tubuh akan memberikan dampak berupa perubahan
fisiologis pada tubuh. Respon terjadi secara cepat pada kulit akibat perubahan temperatur
lingkungan. Termoregulasi terhadap dingin dipengaruhi oleh reseptor dingin pada kulit dan
dihambat oleh pusat reseptor panas. Reseptor dingin pada kulit merupakan sistem
pertahanan tubuh terhadap temperatur dingin dan input aferen yang berasal dari reseptor
dingin ditransmisikan langsung ke hipotalamus. Hipotalamus mengatur suhu tubuh manusia
apabila terpapar suhu lingkungan. Hipotalamus memicu peningkatan produksi panas yang
mengakibatkan respon vasokontriksi peripheral. Pada saat terpapar suhu dingin, tubuh
dapat mengatur suhu intinya dengan menurunkan hilangnya panas (vasokontriksi
peripheral) sehingga mengakibatkan suhu tubuh menurun. Vasokontriksi peripheral 13
merupakan respon yang dilakukan dengan mengurangi pengeluaran panas dan
menurunkan suhu pada kulit (Nugroho, 2009). Pada saat yang sama, hipotalamus
merespon dengan meningkatkan produksi panas melalui peningkatan metabolisme dan
aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil.
Tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan
temperatur luar tidak melebihi 35% untuk kondisi dingin. Perbedaan suhu di dalam dengan
suhu di luar tempat kerja tidak boleh melebihi 5C (Sumamur, 2009). Tubuh akan
mengalami aklimatisasi bila suhu lingkungan berada di bawah suhu nyaman bekerja.
Aklimatisasi merupakan penyesuaian fisiologis tubuh terhadap suatu lingkungan baru.
Tubuh yang terpapar suhu dingin akan kehilangan panas dalam tubuhnya yang ditandai
dengan menggigil. Aklimatisasi pada suhu dingin ditandai dengan adanya penurunan suhu
di bagian rectal dan esophageal. Apabila produksi panas cukup mampu mempertahankan
suhu tubuh maka terjadi adaptasi metabolik. Adaptasi metabolik merupakan peningkatan
8

terhadap respon termogenik dengan peningkatan dan penurunan progresif dalam produksi
panas hingga mencapai tingkat metabolisme yang sama karena pengulangan paparan
dingin. Apabila produksi panas dalam tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh
maka akan terjadi adaptasi insulative. Adaptasi insultive yaitu peningkatan aliran darah otot
untuk meretribusi panas tubuh menuju kulit sehingga mengalami peningkatan vasokontriksi
perifer pada kulit. Hal tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan isolasi jaringan
permukaan tubuh. Aklimatisasi pada suhu dingin paling cepat terjadi selama dua minggu
dengan paparan 20C kurang dari satu hari yang dipengaruhi dengan kondisi fisik yang baik
dan kemampuan aklimatisasi tubuh (Sartika, 2009). Paparan berulang akan meningkatkan
toleransi terhadap dingin. Apabila pekerja tidak mampu beradaptasi dengan suhu dingin
dengan mengalami penurunan suhu tubuh mencapai di bawah 85F maka kemampuan
hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh hilang dan akan mengganggu walaupun
setelahnya suhu tubuh hanya turun 94F.
2.4. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) Bagi Pekerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri pada pasal 2 ayat 1 bahwa
pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat kerja. Worksafe Victoria
(2008) membagi empat alat pelindung diri yang dapat digunakan ketika terpapar suhu
dingin di tempat kerja yaitu alat pelindung kepala (topi), alat pelindung tangan (sarung
tangan), alat pelindung kaki (sepatu) dan pakaian pelindung.

a. Alat pelindung kepala Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala khususnya dari suhu dingin. Selain mencegah hilangnya panas dari
kepala, topi juga dapat melindungi telinga (Safety Compliance Letter, 2008). Tutup kepala
harus melindungi telinga dan leher agar lebih tahan terhadap angin. Alat pelindung kepala
9

yang sesuai digunakan pada suhu yang dingin yaitu dengan bahan kain tahan air dan kulit
seperti bahan woll.
b. Alat pelindung tangan Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan khususnya dari pajanan suhu dingin
di tempat kerja. Tangan perlu dilindungi dari paparan suhu dingin karena suhu dingin dapat
menurunkan kekuatan otot sehingga dapat mengganggu proses kerja. Sarung tangan yang
sesuai digunakan pada suhu dingin yaitu bagian dalam lebih tipis seperti polypropylene
dibanding bagian luar seperti woll. Jika keterampilan tangan diperlukan, lapisan dalam
sarung tangan yang tipis bisa digunakan di luar sarung tangan yang lebih berat. Sarung
tangan yang sebelah luar dapat dilepas untuk sementara jika diperlukan. (Nugroho, 2009).
c. Alat pelindung kaki Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki khususnya yang
terpapar dengan suhu dingin. Kaki perlu dilindungi dari paparan suhu dingin untuk
memberikan rasa nyaman saat bekerja dan mengurangi paparan suhu dingin. Alat
pelindung kaki yang digunakan yaitu berupa sepatu yang tidak 27 terlalu kecil agar kaki
tidak lembab dan perlu pula digunakan kaus kaki agar kaki tetap hangat. Apabila berada
pada lingkungan basah dan dingin, sepatu yang tepat digunakan yaitu sepatu boot dengan
lapisan bulu atau kain di dalamnya, tidak menyerap air, tidak berbahan licin. Sepatu yang
baik digunakan pada lingkungan dingin yaitu sepatu yang berlapis karet.
d. Pakaian pelindung Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya khususnya temperatur dingin. Pakaian harus dipilih
sesuai suhu, sifat pekerjaan yang dilakukan dan tingkat aktivitas. Pakaian pelindung yang
sesuai dengan suhu dingin mendasar pada 3 prinsip yaitu sistem penyekatan (insulasi),
pelapisan (layering) dan peranginan (ventilasi) dengan lapisan dalam pakaian harus lebih
lembab daripada bagian sebelah luar, lapisan tengah berbahan wool atau thinsulate dan
lapisan terluar berbahan Gor-tex (Nugroho, 2009). Jika lingkungan basah dan dingin,
pastikan bahwa pakaian lapisan luar tidak menyerap air (Safety Compliance Letter, 2008).
Sebelum kembali ke tempat kerja, pekerja harus menggunakan baju kering pada lapisan
paling luar (Sartika, 2009).
2.5 Inspeksi K3 tempat kerja (Perusahaan Perikanan)
Program inspeksi K3 merupakan pencegahan yang dilakukan untuk menjamin
agar lingkungan kerja selalu aman, sehat dan selamat. Inspeksi K3 dilakukan untuk
mengetahui, memantau dan memanajemen sumber-sumber 23 suhu dingin baik dari
pekerja maupun lingkungan kerja agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
terdeteksi lebih awal. Inspeksi dapat dilakukan secara umum yaitu inspeksi rutin
terhadap sumber bahaya secara menyeluruh dan secara khusus yaitu apabila ada
10

keluhan atau permintaan untuk inspeksi. Menurut Tarwaka (2004) program inspeksi
harus dilakukan secara terstruktur dan mempunyai beberapa tujuan, seperti:
1) Mengidentifikasi masalah-masalah yang potensial dan tidak terkendali selama proses
desain ataupun selama analisis tugas-tugas/pekerjaan.
2) Mengidentidikasi defisiensi atau ketidakfungsian mesin-mesin dan peralatan kerja.
3) Mengidentifikasi kondisi lingkungan kerja dan tindakan-tindakan tidak aman atau tidak
sesuai dengan prosedur kerja.
4) Mengidentidikasi pengaruh dan perubahan proses produksi atau perubahan material.
5) Mengidentifikasi tindakan korektif yang kurang tepat dan dapat menimbulkan masalah
lain di tempat kerja.
6) Menyediakan informasi K3 untuk bahan evaluasi diri bagi manajemen perusahaan.
7) Mendemonstrasikan komitmen manajemen melalui tindakan nyata dalam bidang K3
di tempat kerja.
Pelatihan merupakan pembelajaran yang lebih menekankan kepada praktek
daripada teori yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
Pelatihan ini hanya sebagai salah satu cara pembelajaran untuk 24 mengidentifikasi,
menilai dan mengendalikan hazard (Tarwaka, 2004). Pengendalian hazard pada suhu
dingin yaitu dengan memberikan pelatihan mengenai penyakit akibat suhu dingin,
gejala-gejala serta tindakan yang harus dilakukan (ISHN, 2012). Sebelum bekerja pada
tempat yang dingin, pekerja harus diberikan instruksi dalam prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja. Menurut Electronic Library of Construction Occupational Safety and
Health (2015) pelatihan harus mencakup:
1. Pakaian dan peralatan yang tepat.
2. Praktek kerja yang aman.
3. Pedoman untuk makan dan minum.
4. Faktor risiko yang meningkatkan efek kesehatan akibat terpapar suhu dingin.
5. Mengenai tanda-tanda dan gejala radang dingin.
6. Mengenali tanda-tanda dan gejala hipotermia, frosbite dan trench foot.
7. Pengobatan dan pertolongan pertama yang tepat merupakan prosedur rewarming.
11

2.6. Gizi Kerja


2.6.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Gizi Kerja
Gizi berasal dari bahasa Arab gizzah yang artinya zat makanan sehat atau sari
makanan yang bermanfaat untuk kesehatan (Irianto, 2004). Ilmu Gizi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara makanan yang kita makan dengan kesehatan tubuh
(Sediaoetama, 2004). Sedangkan Hardinsyah dan Victor dalam WKNPG VIII tahun 2004
definisi lengkap Ilmu Gizi yang merupakan modifikasi dari National Academy of Sciences
oleh organisasi profesi yang berkaitan dengan gizi pada Seminar Pengembangan Ilmu
Gizi pada tahun 2000, yaitu ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat
bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna,
diserap, sampai dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya
(Sudiarti dan Indrawani, 2007). Zat Gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan
makanan. Zat gizi yang dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Ada kelompok yang memasukkan air sebagai zat gizi dengan alasan zat
tersebut digunakan dalam proses metabolisme dalam tubuh, namun pendapat tersebut
belum diterima oleh semua ahli gizi. Kelompok yang tidak setuju air dimasukkan sebagai
kelompok zat gizi beralasan karena zat tersebut mudah didapat dan merupakan zat
tunggal. Sementara zat gizi lain merupakan kelompok ikatan yang berbeda, namun
dianggap mempunyai fungsi yang sama dari pandangan sudut Ilmu Gizi (Sudiarti dan
Indrawani, 2007).
Makanan adalah bahan-bahan makanan yang dapat digolongkan menurut
makanan pokok (nasi, roti), lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu.
Bahanbahan ini mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh, seperti protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Oleh karena itu makanan yang cocok
adalah makanan berimbang (balanced diet) (Anies, 2005; Sudiarti dan Indrawani, 2007).
Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang diperlukan
oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja
dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggitingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi
pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan kepada kesehatan dan daya kerja tenaga
kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan dan kerja mempunyai hubungan yang erat
dengan tingkat gizi seseorang (Sumamur, 1996; Anies, 2005; Winarni, 2000). Tenaga
kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
12

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pekerja adalah
tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dangan menerima
upah. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal. (Anonim. 2015)
Pembangunan

ketenagakerjaan

bertujuan

memberdayakan

dan

mendayagunakan tenaga kerja secara optimal, menciptakan pemerataan kesempatan


kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional, memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteran
(Anonim, 2015). Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit
infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi baik secara kuantitas maupun kualitas,
sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah
rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan
masyarakat. Dalam kaitan dengan gizi kerja, nutrisi atau zat makanan yang diperlukan
oleh tenaga kerja tidak berbeda dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh orang lain (Anies,
2005).
Karbohidrat, lemak, juga protein, merupakan bahan bakar, maka zat-zat ini dapat
dibakar oleh tubuh sebagai sumber tenaga dalam bekerja. Vitamin dan mineral berlaku
sebagai pengatur tubuh dengan jalan melancarkan proses oksidasi, memelihara fungsi
normal otot dan saraf, dan vitalitas jaringan. Bagi proses-proses tersebut diperlukan
pula air dan oksigen (Anies, 2005). Kebutuhan kalori orang dewasa dipengaruhi oleh
metabolisme basal, kegiatan tubuh atau aktivitas fisik, efek makanan (Spesific Dynamic
Action / SDA), dan kerja otot. Kalori tersebut berasal dari bahan-bahan makanan
protein, lemak, dan karbohidrat (Anies, 2005; Sumamur, 1996; Sudiarti dan Indrawani,
2007). Gizi kerja merupakan upaya promotif, syarat penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan produktivitas kerja. Penerapan gizi kerja di perusahaan menjadi
keharusan investasi yang rasional bagi perbaikan kualitas tenaga kerja. Di samping
aspek kesehatan, dalam gizi kerja juga terkandung aspek kesejahteraan dan
pengembangan sumber daya (Anies, 2005). Penyelenggaraan gizi kerja di perusahaan
dapat dilaksanakan oleh perusahaan sendiri, pengusaha boga atau kafetaria yang
diorganisasi oleh perusahaan. Namun menyelenggarakan gizi kerja yang baik bukan
sekedar memenuhi kewajiban memberikan makanan dengan standar tertentu kepada
13

tenaga kerja. Tidak kurang penting adalah fungsi pengawasan, agar pelaksanaannya
sesuai harapan (Anies, 2005). Secara garis besar kebutuhan gizi untuk pekerja sama
dengan kebutuhan setiap orang seharinya, tetapi di rinci dengan perbedaan pada
kebutuhan jenis aktivitasnya dan lama kegiatan tersebut dilakukan. Apabila aktivitas
seseorang normal seperti pegawai bagian administrasi perkantoran atau bekerja ringan
sampai sedang dapat dirata-rata sesuai anjuran kecukupan gizi rata-rata (Subur, 2005).
2.6.2 Kebutuhan dan kecukupan gizi kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan kecukupan gizi kerja adalah
ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), usia, jenis kelamin, kegiatan seharihari (ringan,
sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, kondisi tubuh tertentu, dan
lingkungan kerja. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gizi tenaga
kerja yaitu: 1. Jenis kegiatan Maksud pemberian makanan di perusahaan adalah untuk
meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja para tenaga kerja. Makanan
yang diberikan harus berkualitas baik, menu seimbang, bervariasi, pelayanannya cepat,
bersifat ringan, dan berfungsi untuk menambah kalori. Makanan yang berlebihan
bahkan dapat menurunkan produktivitas kerja karena adanya pembebanan pencernaan.
Dalam hubungan dengan pekerjaan, bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
adalah memenuhi kalori untuk bekerja
LAKI-LAKI
Jenis Pekerjaan
Kebutuhan Kalori

Jenis Pekerjaan

per hari
2400
2600
3000

Ringan
Sedang
Berat

WANITA
Kebutuhan Kalori
per hari
2000
2400
2600

Ringan
Sedang
Berat

2.6.3 Pengukuran gizi kerja


Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa gizi kerja adalah gizi yang
diterapkan pada tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan
tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang
setinggi-tingginya. Sedangkan zat gizi yang dikenal ada lima yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Pada penelitian ini pengukuran gizi kerja dikaitkan dengan
kecukupan energi. Makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein
digunakan sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup guna menunjang
proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Dasar perhitungan energi
makanan adalah reaksi karbohidrat, lemak, dan protein yang akan mengalami oksidasi
dengan

oksigen

menghasilkan

air,

karbon

dioksida

dan

sejumlah

energi.
14

Karbohidrat/Lemak/Protein O 2 CO2 + H2O + Energi (Panas) Oksidasi Energi inilah


yang digunakan untuk melakukan aktivitas harian. Energi secara umum dinyatakan
dengan istilah kalori, sedangkan satu kilokalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu air seberat 1 kg sebesar 1C. Istilah kilokalori digunakan untuk
menyatakan jumlah kilokalori (Sudiarti dan Indrawani, 2007).
2.7. Pemenuhan gizi pekerja
Pemenuhan gizi pekerja dalam hal pemberian makanan dan minuman sangat
diperlukan untuk menjaga produktivitas pekerja. Perusahaan perlu menyediakan tempat
minum dalam perbandingan sebuah tempat minum untuk tiap-tiap 100 pekerja (Sumamur,
2009). Ketika bekerja pada suhu yang dingin diperlukan minuman hangat dan minuman
manis. Pada cuaca dingin diperlukannya mengkonsumsi 1,5 liter 2 liter cairan per hari
atau setara dengan 8 gelas per hari. Selain minuman, pekerja dengan suhu dingin perlu
mengonsumsi makanan hangat (ISHN, 2012). Selain itu diperlukan juga 25 konsumsi
makanan tambahan yang mengandung 300 kalori pagi dan sore hari (Herlinawati, 2008).
Pemberian konsumsi tersebut untuk tetap menjaga kondisi suhu tubuh dalam paparan
suhu dingin di tempat kerja. d. Istirahat pendek Isirahat pendek adalah istirahat singkat
yang dilakukan pekerja saat proses kerja berlangsung.

Pada tempat kerja dengan kondisi dingin, diperlukan mengambil istirahat pendek 510 menit setiap 2 jam sekali di tempat hangat atau di tempat yang suhunya lebih tinggi dari
tempat bekerja untuk dapat memberikan rasa hangat pada tubuh. Istirahat pendek
dilakukan guna memberikan peregangan pada otot-otot yang kaku dan mengurangi mati
rasa pada jari-jari dengan berada di tempat yang suhunya lebih tinggi dari ruang kerja
biasanya. e. Menghindari konsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan Pada saat terpapar
suhu dingin, hindari minuman yang mengandung kafein (kopi, teh, soda dan cokelat panas)
karena akan berpengaruh pada urin. Selain itu sering merokok, minum alkohol dan
konsumsi obat-obat preskriptif dan non-preskriptif juga dapat berisiko pada cedera dingin
15

dikarenakan akan menyebabkan penghambatan sirkulasi aliran darah, mempengaruhi


kemampuan tubuh dalam mengatur panas (Safety Compliance Letter, 2008).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perusahaan perikanan adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan
ataupun sekelompok orang berupa aktifitas penangkapan ikan dan sejenis ikan di laut, di
sungai dan di danau maupun berupa kegiatan budidaya (usaha penetasan, pembibitan,
pembesaran) ikan dan sejenisnya dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi
pelaku usaha. Secara umum usaha perikanan dibedakan menjadi usaha perikanan tangkap
dan perikanan budidaya
2. Suhu dingin menjadi salah satu bahaya yang dapat berdampak negatif pada pekerja bila
tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Paparan suhu dingin di bawah standar kenyamanan
akan menyebabkan perubahan fisiologis dalam tubuh yang akan mengarah pada penyakit
akibat kerja
3. Alat pelindung diri yang dapat digunakan ketika terpapar suhu dingin di tempat kerja yaitu
alat pelindung kepala (topi), alat pelindung tangan (sarung tangan), alat pelindung kaki (sepatu)
dan pakaian pelindung

16

4. Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang diperlukan oleh
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan
tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya.
3.2 Saran
1. Bagi perusahaan di harapkan mampu memperhatikan tenaga kerjanya bukan hanya mencari
keuntungan sebesar-besarnya. Dengan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan
sehat maka usaha yang dijalani akan memberi keuntungan yang diinginkan.
2. Bagi Pekerja di harapkan senantiasa memperhatikan kondisi kesehatannya khususnya
mengenai status gizinya agar mampu bekerja secara produktif.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Amelia Lengkong, Christian R. Dien, Djuwita R.R. Aling. 2013. Manajemen Tenaga Kerja
Tempat

Pelelangan

Ikan

(Tpi)

Aertembaga

Kota

Bitung

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72061&val=995 di akses tanggal


14 februari 2016
Anggi A. Malonda*, Paul. A.T. Kawatu*, Nancy S.H. Malonda. 2015. Hubungan antara Umur,
Waktu Kerja dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian
Produksi

PT.Sari

Usaha

Mandiri

Bitung

http://fkm.unsrat.ac.id/wp-

content/uploads/2015/05/ANGGI-JURNAL-1.pdf 7 di akses tanggal 14 februari 2016


Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Anonim.

Pusat

Data

dan

Informasi

Kementrian

Kesehatan

RI

2015.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kesja.pdf

di

akses tanggal 14 februari 2016


Herlinawaty, 2008 Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Cold Stress pada
Tenaga

Kerja

Cold

Storage

PT.

di

Belawan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7049/1/08E00331.pdf
Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya
17

Khairinia, Desy. 2008. faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) pada pekerja. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S%205254Faktor-faktor-Pendahuluan.pdf di akses tanggal 14 februari 2016
Kurnia, Guntur . 2015. Perkembangan Industri Pembekuan Perikanan di Indonesia
https://www.academia.edu/15069419/Skripsi_Perkembangan_Industri_Pembekuan_Pe
rikanan_di_Indonesia di akses tanggal 14 februari 2016
Moehji, S. 2002. Ilmu Gizi I. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Nugroho, Sigit. 2009. Gambaran Pajanan Pada Pekerja Operator Control Room Gedung Ccb
Kujang

1b.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124555-S-5846-Gambaran%20pajanan-

Literatur.pdf di akses tanggal 14 februari 2016


Robert L. Mathis, John H. Jackson, Sean R. Valentine. 2008. Safety Compliance Letter
https://books.google.co.id Safety Compliance Letter
Sartika, indri. 2012. Analisis Gizi Kerja Karyawan. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320257-SIndri%20Sartika.pdf di akses tanggal 14 februari 2016
Sediaoetama, A.D. 2004. Ilmu Gizi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Sinaga,

Agnesia.

2011.

Tenaga

Kerja

Produksi

Perikanan.

https://www.academia.edu/8672447/PAPER_EKONOMI_PERIKANAN__Tenaga_Kerja_Produksi_Perikanan di akses tanggal 14 februari 2016


Subur, A. 2005. Gizi dan Produktivitas Pekerja dalam Warta Kesehatan Kerja. Vol. 2 No. 3
Agustus 2005. Jakarta.
Sudiarti, T dan Indrawani, Y.M. 2007. Bahan Makanan dan Zat Gizi dalam Gizi dan Kesehatan
Masyarakat . Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sumamur.

2009.

Hygiene

Perusahaan

dan

Kesehatan

Kerja.

https://core.ac.uk/download/files/478/12348556.pdf di akses tanggal 14 februari 2016


Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta : Ubibra Press 2004

18

Anda mungkin juga menyukai