Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individu

Mata Kuliah

: Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan

Dosen

: Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc

TUGAS TAKE HOME

MUHAMMAD TAUFIQ
P1805214008

KONSENTRASI PROMOSI KESEHATAN PROGRAM PASCASARJANA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

1.

PpiesodrmunkKbhtga
Setiap individu/keluarga yang sakit dan memilih pelayanan kesehatan

sangat ditentukan oleh faktor predisposisi, pemungkin dan kebutuhan.


Gambarkan kerangka

Model Perilaku dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan

dengan penjelasan singkat terhadap pentingnya ketiga faktor di atas dalam


meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan !
Jawaban:

Kerangka Model Perilaku dan Utilisasi Pelayanan Kesehatan oleh Andersen

Komposisi
Keluarga

Family
Resources

Illness

Struktur
Sosial

Community
Resources

Respons

Health
Belief

Penjelasan :

Faktor Predisposisi, digunakan untuk menggambarkan bahwa setiap individu

mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbedabeda, yang disebabkan karena pada individu melekat ciri-ciri yang digolongkan ke
dalam 3 kelompok: 1) Komposisi keluarga, seperti jenis kelamin, umur, dan jumlah
anggota keluarga; 2) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan atau

status keluarga di masyarakat; 3) Health belief, seperti keyakinan akan sembuh dari
penyakit tertentu

Faktor Pemungkin, digunakan untuk menggambarkan kondisi yang membuat

seseorang mampu melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap

pelayanan kesehatan. Faktor ini dibagi ke dalam 2 kelompok: 1) Family Resources


atau sumber daya keluarga, seperti: penghasilan keluarga, kemampuan dalam

membeli jasa pelayanan kesehatan dan pengetahuan tentang informasi pelayanan


kesehatan yang dibutuhkan; 2) Community Resources atau sumber daya
masyarakat, seperti: jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga
kesehatan yang tersedia dan lokasi pemukiman penduduk.
Faktor Need atau Kebutuhan, digunakan untuk menilai seberapa besar
kebutuhan individu/keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Faktor ini dibagi ke
dalam 2 bagian, yaitu: 1) Illness, yaitu persepsi individu atau keluarga ketika sakit
apakah mau memanfaatkan pelayanan kesehatan atau tidak; 2) Respons, yaitu
respon terhadap pelayanan kesehatan apakah baik atau tidak
Ketiga faktor ini berbanding lurus dengan cakupan pelayanan kesehatan. Ketika
ketiga faktor ini baik, dalam arti ketika individu atau keluarga sudah memahami
pentingnya sehat, serta didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai serta respon terhadap fasilitas pelayanan kesehatan baik, maka cakupan
pelayanan kesehatan atau kegunaan dari fasilitas kesehatan juga baik. Begitu juga
sebaliknya.

2.

Perilaku sehat sakit merupakan reaksi sosial budaya yang dipelajari


individu/kelompok dalam masyarakat. Jelaskan pernyataan di atas dengan
menggunakan Teori Respon Bertahan dan Model Transteoritik !
Jawaban:
a. Teori Respon Bertahan
Jika menggunakan teori ini pada saat diperhadapkan dengan gejala suatu
penyakit akan timbul tingkah laku untuk bereaksi atau tidak bereaksi
Reaksi atau tidak ada reaksi akan ditentukan oleh faktor sosial budaya dan pola
sosialisasi yang berlaku sehingga reaksi individu dapat berbeda karena latar
sosial budaya komunitas yang berbeda.
b. Model Transteoritik
Model Transteoritik (Transtheoritical Model) mengemukakan empat tahap
independen perubahan perilaku, yaitu:

Tahap 1 Pra-kontemplasi (belum dan tidak mau berpikir tentang sebuah

perilaku)
Tahap 2 Kontemplasi (Telah berpikir tentang sebuah perilaku positif)
Tahap 3 Aksi (Benar terjadi tindakan dan yang positif)
Tahap 4 Pengentalan (Pengentalan untuk mencegah kekambuhan)

Contoh: Penyakit Kusta


Penyakit kusta disebabkan oleh Mycobacterium Leprae, dan dapat diobati.
Jika menggunakan pendekatan teori respon bertahan, akan ditemukan di
masyarakat dua persepsi yang berbeda. Ada kelompok masyarakat yang
menganggap bahwa penyakit kusta sama dengan penyakit lainnya yang dapat
diobati. Akan tetapi, di kelompok masyarakat yang lain masih menganggap
bahwa penyakit kusta merupakan kutukan dari Tuhan atas perilaku manusia
sehingga mereka memahami bahwa penyakit ini tidak dapat diobati. Mereka
terus bertahan, tidak memiliki motivasi untuk bertindak mencari pengobatan.
Jika menggunakan pendekatan Model Transteoritik, maka ada beberapa
tahapan. Pada tahap 1, yaitu Pra-kontemplasi: penderita kusta belum berpikir
bahwa penyakit ini dapat diobati. Pada tahap 2, yaitu Kontemplasi: penderita
kusta sudah berpikir bahwa penyakit ini dapat diobati tapi belum ada upaya

mencari pengobatan. Pada tahap 3, yaitu Aksi: penderita kusta sudah mencari
upaya pengobatan, dan tahap yang terakhir atau tahap 4, yaitu Pengentalan:
penderita kusta yang sudah sembuh dan dengan aktif mengajak masyarakat
memerangi penyakit kusta.

3.

Salah satu karakteristik utama dari sebuah sistem termasuk sistem dalam
masyarakat lokal

adalah perubahan. Para pembelajar dalam manajemen

modern menyebut perubahan adalah keharusan. Model Sibernetika Parsons


mengajukan gerakan perubahan dari masyarakat tradisional ke modern.
GAMBARKAN Gerakan perubahan menurut kalimat saudara, bagaimana
empat proses yang terjadi dan hubungkan dengan sub-sub sistem fungsional,
serta berikan satu contoh praktis gerakan perubahan dalam kesehatan !
Jawaban:
Perubahan adalah sebuah keharusan karena mencerminkan majunya sebuah
peradaban. Perubahan di dalam masyarakat terjadi karena berbagai faktor, di
antaranya bertambahnya jumlah penduduk, berubahnya struktur sosial dan
berubahnya fungsi sosial di masyarakat. Model sibernetika Parsons mengajukan
gerakan perubahan dari masyarakat tradisional ke modern. Gerakan perubahan
melalui empat proses yang dapat dihubungkan dengan sub-sub sistem fungsional ,
antara lain:
a. Adaptasi
Proses adaptasi mutlak terjadi dalam setiap perubahan. Akan tetapi proses
adaptasi ini hendaknya dapat memenuhi kebutuhan sistem masyarakat lokal.
b. Diferensiasi
Sistem yang ada pada masyarakat modern harus harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang lebih baik dibandingkan sistem yang digunakan
sebelumnya.
c. Integrasi
Perkembangan sistem pada masyarakat modern harus memastikan integrasi ke
berbagai struktur masyarakat yang lebih besar, seperti mengorganisasikan
partisipasi masyarakat atas dasar demokrasi, memperluas hak kepemilikan
masyarakat, dan selalu memperbesar kesetiaan anggota masyarakat untuk ikut
memelihara.
d. Latent Patern in Maintenance

Sebuah perubahan hendaknya dapat menjadi aturan baru di dalam masyarakat


sehingga menjadi life Circle Ceremony yang dapat mengatur keluarga dan
masyarakat untuk terintegrasi ke dalam perubahan tersebut.
Contoh praktis gerakan perubahan dalam kesehatan adalah Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes). Poskesdes diadakan atau dibangun untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan di tengah-tengah masyarakat yang kesulitan mengakses sarana
kesehatan yang lain seperti puskesmas. Untuk menarik minat masyarakat,
khususnya memanfaatkan poskesdes tentu harus memperhatikan sosial budaya
masyarakat setempat. Selain itu pengelola poskesdes hendaknya melaksanakan
kegiatan yang memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga
minat masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan semakin besar. Selain itu
penting untuk menjadikan masyarakat sebagai bagian dari pengelola poskesdes
sehingga rasa memiliki juga semakin besar, yang secara tidak langsung ikut
memelihara keberadaan poskesdes. Pemanfaatan poskesdes dengan baik akan
membuat masyarakat tahu dan sadar pentingnya nilai kesehatan.

4.

Terdapat empat kriteria lingkungan sosial budaya (Teori Atribusi Eksternal)


yang mempengaruhi pembentukan persepsi terhadap sakit dan penyakit.
Jelaskan secara singkat keempat kriteria tersebut disertai contohnya masingmasing !
Jawaban:
Empat kriteria lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pembentukan
persepsi terhadap sakit dan penyakit yaitu
1. Diferensiasi, yaitu sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut memberikan
respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.
Contoh: Respon masyarakat terhadap penyakit kusta berbeda-beda. Ada yang
menganggapnya sebuah penyakit, ada yang menganggapnya sebagai kutukan.
2. Konsistensi dalam Waktu, yaitu sejauh mana seseorang merespon stimulus
yang sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda.
Contoh: Respon masyarakat di beberapa daerah sampai hari ini masih
menganggap kusta sebagai penyakit kutukan.
3. Konsistensi dalam Cara, yaitu bagaimana seseorang merespon stimulus yang
sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda.
Contoh: Cara masyarakat merespon ketika menderita penyakit kusta, apakah
dengan mendatangi pelayanan kesehatan atau tetap bertahan dalam kesakitan.
4. Konsensus, yaitu sejauh mana orang-orang lain merespon stimulus yang sama
dengan cara yang sama dengan hal yang kita atribusi.
Contoh: Persepsi kita terhadap penderita kusta apakah sama dengan persepsi
orang lain

Anda mungkin juga menyukai