Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN

OVERVIEW
- Penelitian merupakan hubungan antara teori dan praktek, tetapi dalam pelaksanaanya
untuk mengimplementasikan teori merupakan hal yang cukup sulit
- Pelayanan kesehatan Masyarakat yang akuntable harus berdasarkan Evidence based, agar
dapat para praktisi dapat mengembangkan keterampilan pada saat penelitian
- Penelitian harus memiliki kontribusi terhadap upaya mengatasi penyebab sosial
kesehatan dan dampak dari penyakit
- Perlunya penelitian yang kualitatif (mengeksplorasi pengalaman hidup orang-orang dan
pemahaman tentang kesehatan mereka sendiri) dan partisipatif (menggunakan metode
penelitian yang melibatkan kedua peneliti dan yang diteliti bekerja bersama).
- Bab ini menyimpulkan bagaimana cara pratisi menggunakan penelittian dalam praktek
yaitu praktek yang berdasarkan pada evidence based

PENDAHULUAN

- Menurut Schon 1993 “praktisi bertindak atas dasar tradisi atau 'pengetahuan dalam
tindakan' yang intuitif yang berasal dari pengalaman “
- Terjadi pergeseran dari beberapa pekerjaan ke profesi yang ditandai dengan peningkatan
fokus pada penelitian sebagai dasar untuk pengetahuan dan praktik profesional.
Pentingnya menyadari penelitian yang relevan dan mendasari praktik mereka pada
temuan penelitian.
- Tantangan :
1. Beberapa praktisi sudah mengetahui fungsi penelitian tapi belum melakukan praktek
yang relevan karena masin kurangnya pengetahuan akan jurnal penelitian yang
relevan, tidak dapat mengakses jurnal dan ikut konferensi, atau kurang memiliki
kesempatan, kurang dalam keterampilan manajemen waktu untuk tetap up-to-date
dengan penelitian.
2. Mudahnya dalam mengakses informasi baru di internet membuat beberapa praktisi
mungkin menderita kelebihan informasi dan tidak dapat menyaring apa yang berguna
3. Tidak memiliki keterampilan penilaian kritis dan kepercayaan diri untuk menilai
kualitas dan relevansi penelitian yang diterbitkan.
4. Praktisi masih skeptic terhadap nilai penelitian karena sulit untuk melakukan
perubahan dalam praktik atau organisasi
5. Beberapa praktisi melihat penelitian sebagai komponen integral dari latihan mereka. Masih
melihat penelitian sebagai “bagian di luar” , terpisah dari basis pengetahuan yang
menginformasikan praktik, yang sering menerima kebijaksanaan yang diturunkan dari praktisi
kepada siswa.

POINT
Pada Intinya penelitian harus di jadikan alat bantu dalam melakukan praktik
kesehatan, karenanya pelayanan kesehatan harus berdasarkan kepada evidence based.
Penelitian harus dijadikan sebagai panduan perencanaan dan pelaksanaan intervensi, jangan
melihat penelitian sebagai hal yang “jauh” tetapi harus lebih di praktekan dalam kehidupan
sehari-hari . sesorang praktisi harus terlibat dalam melakukan penelitian karena 'membuat
tangan kotor' itu tidak bisa dipelajari dari buku tapi harus di praktekan di lapangan.

Apa itu Penelitian?


Pada dasarnya promosi kesehatan berkaitan dengan teori tentang apa yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat dan intervensi atau strategi apa yang efektif untuk meningkatkan
kesehatan. Teori-teori yang ada dalam kesehatan dimunculkan berdasarkan penelitian. Istilah
“penelitian” itu sendiri mengacu pada aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang
digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, menggali atau mengeksplorasi suatu masalah
sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan
investigasi dari dunia nyata, mengandung nilai-nilai terkait masalah yang diselidiki serta
mengikuti kesepakatan praktik dan pedoman etika yang dijalankan secara sistematik, tepat dan
transparan. Penelitian mengandung pertanyaan yang bermakna dipandu oleh teori tentang dugaan
hubungan antara asumsi dan fenomena yang berbeda.
Penelitian berkontribusi dalam memberikan informasi untuk kesehatan masyarakat dan
berkontribusi dalam pengembangan promosi kesehatan. Misalnya untuk menentukan prioritas
tindakan terhadap suatu kasus dapat melalui beberapa cara penelitian. Penelitian epidemiologi
dapat menjadi titik awal untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani, penelitian
bersifat evaluatif dapat digunakan untuk menentukan efektivitas atau penerimaan terhadap
intervensi tertentu, dan penelitian bersifat audit untuk memeriksa sumber daya dan sistem yang
ada dengan tujuan meningkatkan kinerja suatu organisasi atau proyek. Penelitian dapat
mendukung teori, menantang ataupun menghasilkan teori baru. Hal-hal tersebut menunjukkan
bahwa penelitian memiliki kontribusi besar dalam perkembangan pengetahuan terkait kesehatan
masyarakat dan promosi kesehatan. Penelitian sangat diperhitungkan dalam lembaga kesehatan
beberapa tahun terakhir. Diharapkan perumusan kebijakan, penyediaan layanan dan praktik
profesional ditentukan berdasarkan fakta yang berasal dari penelitian yang tepat.
Sebagian besar penelitian untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan berasal
dari kedokteran kesehatan masyarakat dan epidemiologi. Penelitian epidemiologi dilakukan
untuk menganalisis pola penyakit dan faktor risiko dalam suatu populasi serta mengidentifikasi
dan mengukur pengaruh berbagai faktor penyebab penyakit (keturunan, gaya hidup, lingkungan)
terhadap kesehatan.
Metode-metode yang digunakan ahli epidemiologi:
● Cross-sectional studies untuk menentukan prevalensi, pola kondisi, perilaku dalam
populasi atau kelompok pada saat yang sama.
● Case-control studies untuk menyelidiki penyebab suatu kondisi dengan membandingkan
kelompok kasus (memiliki keadaan/kondisi tertentu) dengan kelompok kontrol (tidak
memiliki keadaan/kondisi tertentu).
● Cohort atau longitudinal studies untuk mengamati suatu kelompok dari waktu ke waktu
dan melihat apakah ada hubungan antara perilaku atau pola karakteristik tertentu dengan
pola penyakit.
● Randomized control trial (RCT) membandingkan suatu kelompok terpapar intervensi
dengan suatu kelompok dengan karakteristik yang sama tanpa terpapar intervensi.
Epidemiologi diakui secara umum sebagai inti metode ilmiah yang mendasari kesehatan
masyarakat.
Kegunaan epidemiologi:
● Mengamati efek faktor sosial terhadap kesehatan, contohnya hubungan peningkatan
jumlah kendaraan di jalan dengan kejadian asma.
● Menyediakan peta distribusi dan besaran masalah kesehatan dalam suatu populasi,
contohnya distribusi angka kematian bayi tidak merata berdasarkan kelas sosial.
● Memprediksi risiko seorang penderita penyakit, contohnya risiko pergantian hormon
wanita menopause terhadap kanker payudara.
● Menilai layanan dan sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan populasi, contohnya
pengaruh program skrining kanker payudara terhadap tingkat pengambilan tindakan pada
kejadian kanker payudara.
Epidemiologi memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan
namun bukan satu-satunya cara untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Seperti halnya
semua penelitian, temuan epidemiologis perlu ditafsirkan dalam kerangka teori yang spesifik.
Epidemiologi menunjukkan dominasi paradigma ilmu kedokteran. Pendekatan ini berupaya
mengindentifikasi faktor risiko penyakit dengan keyakinan bahwa penelitian harus objektif dan
ilmiah.

Paradigma Positivis dan Interpretivis


Pengetahuan terbentuk dalam konteks dimana suatu pertanyaan dibingkai menggunakan
metode untuk memperoleh jawaban, menganalisa dan menafsirkan berdasarkan fakta/keadaan.
Suatu isu atau topik yang sama dapat menimbulkan banyak pertanyaan berbeda sehingga perlu
dilihat dari berbagai sudut pandang.
Tradisi atau paradigma penelitian yang dominan dalam bidang kesehatan dan sosial
berasal dari pendekatan positivis dimana menggunakan metode dan prinsip ilmu alam. Paham
positivis menganggap bahwa fenomena yang terjadi dapat dipelajari secara nyata dan dibuktikan
secara ilmiah. Berbeda dengan positivis, paham interpretivis lebih mengeksplorasi dan
mendeskripsikan makna dari fenomena yang dialami dan dirasakan oleh seorang individu.
Dengan kata lain, interpretivis berasal dari kepedulian ilmu sosial untuk memahami dan
menjelaskan dunia sosial dari subyek/individu yang terlibat didalamnya. Pengetahuan yang
dihasilkan selalu kontekstual dan tidak pernah absolut. Perbedaan positivis dan interpretivis
dapat dilihat dari ilustrasi berikut:
Penuaan adalah masalah penting di negara maju karena semakin besar populasi yang cepat
menua meningkatkan penyediaan biaya perawatan medis dan sosial. Penelitian positivis melihat
ini sebagai fenomena nyata, dapat diukur melalui alat ilmiah yang objektif. Misalnya kaitan
pengeroposan tulang dengan proses penuaan, kemungkinan menderita sakit seperti dimensia dan
lain sebagainya seiring pertambahan usia. Temuan-temuan penelitian positivis memandang
penuaan secara objektif dan dapat digeneralisasikan. Sedangkan, penelitian interpretivis berusaha
mengeksplorasi makna dan konteks penuaan, misalnya dari kalangan lansia dan populasi yang
lebih muda, manfaat yang dirasakan dan kerugian yang dialami oleh populasi yang menua.
Temuan-temuan penelitian bersifat spesifik dalam populasi (gender, kelas sosial, etnik) meskipun
temuan dapat ditransfer ke populasi serupa lainnya.
Positivisme berkaitan dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
berusaha mengukur aspek suatu fenomena dan menjelaskan perbedaan variabel antar kelompok
atau dari waktu ke waktu. Penelitian kuantitatif menguji hipotesis yang menjelaskan mengapa
terjadi perbedaan. Dalam studi eksperimental, satu aspek dipasangkan dalam dua kelompok
berbeda untuk melihat apakah ada perbedaan hasil. Perbedaan yang terjadi dapat dikaitkan
dengan variabel tersebut. Uji kontrol acak digunakan untuk melihat efektivitas intervensi,
dimana peserta dialokasikan secara acak ke kelompok kontrol atau eksperimen. Dalam penelitian
yang melibatkan orang dan kehidupan mereka, mustahil untuk mengendalikan semua faktor yang
mempengaruhi hasil.
Contoh
Uji Acak Terkontrol pada Program Rehabilitasi Kardiovaskular Berbasis Latihan
Dilakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis dari 48 uji acak terkontrol yang
menyelidiki dampak program rehabilitasi kardiovaskular berbasis latihan pada pasien
dengan penyakit jantung koroner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program tersebut
dikaitkan dengan penurunan semua penyebab kematian dan pengurangan beberapa faktor
risiko yang terkait, misalnya kadar kolesterol, tekanan darah sistolik, dan tingkat
merokok. Studi ini menyimpulkan bahwa program rehabilitasi kardiovaskular yang
dilakukan dengan latihan memiliki manfaat yang dapat dibuktikan.
(Sumber : Taylor et al 2004)

Interpretivisme dikaitkan dengan metode penelitian kualitatif yang fokus memahami

cara-cara di mana masalah dirasakan oleh orang-orang yang terkena dampaknya. Pikiran,

perasaan dan makna dilihat sebagai fenomena nyata yang bisa dipelajari oleh peneliti. Dengan

menggunakan metode seperti wawancara, observasi dan studi kasus, peneliti dapat memahami

perspektif peserta. Berbeda dengan tradisi positivis, tidak ada asumsi tentang apa fenomena

penting yang kemudian diukur. Interpretivisme mengumpulkan data 'kuat' dan kemudian
memperoleh teori serta penjelasan yang masuk akal dari menganalisis data tersebut. Pendekatan

ini juga disebut 'grounded theory' (Glaser dan Strauss 1986) karena cara analisis mengarah pada

teori yang didasarkan dalam, dan muncul dari, pengalaman kehidupan nyata.

Jika kita menggunakan contoh penelitian tentang kesehatan seksual, kita dapat melihat

bagaimana berbagai paradigma atau aliran pemikiran menentukan apa yang akan dipelajari.

Sebagian besar penelitian tentang penyebaran HIV / AIDS berkaitan dengan penemuan insiden,

prevalensi, dan distribusi HIV dalam populasi seiring waktu. Dengan membandingkan proporsi

orang yang terinfeksi dan terlibat dalam kegiatan risiko yang berbeda, dilakukan upaya untuk

menghubungkan risiko infeksi dengan perilaku. Pengetahuan ini dapat digunakan dalam

penargetan dan desain pesan pendidikan kesehatan. Epidemiolog juga dapat mengevaluasi

efektivitas kegiatan promosi kesehatan dengan memetakan tingkat infeksi HIV terhadap

intervensi.

Gary Dowsett, yang merancang program penelitian untuk Program Global WHO tentang

AIDS, berkomentar tentang perlunya penelitian yang lebih fokus dan melihat konteks serta

situasi sosial di mana orang membuat keputusan seksual:

“Memanfaatkan sumber daya penelitian yang berharga untuk memaksimalkan pengukuran

infeksi HIV dan AIDS di negara mana pun tidak akan banyak meningkatkan respons pencegahan

dan perawatan / dukungan. Gagasan yang kurang tepat dan lebih umum tentang prevalensi /

kejadian HIV / AIDS ketika digabungkan dengan pemahaman berteori yang baik tentang budaya

atau konteks seksual dan penggunaan narkoba, menawarkan titik awal yang jauh lebih berguna

untuk tindakan daripada semua data pengawasan di dunia”. (Dowsett 1995, p. 28)
2.7 Poin Diskusi

Kontribusi apa yang menurut anda dapat dilakukan melalui penelitian kualitatif untuk

pencegahan HIV?

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian kuantitatif dan kualitatif berasal dari perspektif atau pandangan epistemologis

yang berbeda tentang sifat pengetahuan dan sering disajikan bertentangan. Tabel 2.1 merangkum

dua posisi yang secara filosofis berbeda.

Tabel. 2.1 Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Kuantitatif Kualitatif
Paradigma Positivism Interpretif / naturalistik
 Ilmu  Sastra
Dasar Epistemologis  Pengetahuan adalah bagian  Pengetahuan didasarkan pada
dari realitas objektif yang bagaimana individu
terpisah dari individu mempersepsikan pengalaman
melalui 'lensa individu'
Peran peneliti Objektivitas dan tidak Subjektivitas dan keterlibatan
terpengaruh
Maksud Untuk maju kearah kebenaran Untuk memahami berbagai
dan memverifikasi pengetahuan realitas

Tujuan Untuk memahami hubungan Untuk menafsirkan dan


sebab akibat mengungkapkan kompleksitas

Metodologi Untuk mengisolasi dan Untuk memahami masalah dalam


mempelajari variabel diskrit, konteks, misalnya etnografi,
misalnya studi eksperimental fenomenologi
Metode  Informasi kurang terperinci  Informasi lebih rinci dari
dari jumlah peserta yang jumlah peserta yang lebih
lebih besar, misalnya sedikit
 Untuk mengukur mengapa
kuesioner
 Untuk mengukur ukuran terjadi efek
 Menggunakan berbagai
suatu efek
 Menggunakan alat ukur metode, misalnya
standar mewawancarai kelompok
fokus untuk mengetahui
realitas, konsep, dan makna
peserta
Hasil Validitas, dapat dipercaya Validitas, kepercayaan,
kredibilitas, konfirmabilitas,
transparansi
Presentasi Analisis angka dan kuantifikasi Analisis kata dan makna,
dan analisis sistematis misalnya analisis konten tematik,
analisis wacana
Kontribusi terhadap teori  Pemalsuan (untuk menyangkal  Untuk membangun teori,
hipotesis) dan menguji teori misalnya dasar teori muncul
 Deduktif dari data
 Generalisasi  Induktif
 Memahami kompleksitas

Dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan yang jelas antara tradisi penelitian ini telah

diperdebatkan. Seperti yang ditunjukkan Watterson dan Watterson (2003, hlm. 26), "Metode

kesehatan masyarakat pada dasarnya eklektik". Sebagian besar masalah kesehatan sangat

kompleks sehingga metode yang berbeda cocok untuk tugas yang berbeda dan satu metode dapat

menerangi atau menginformasikan yang lain.

Mereka yang menggunakan metode kuantitatif sering disarankan bahwa itu adalah

praktik yang baik untuk menginformasikan studi mereka dengan penelitian kualitatif eksploratif.

Selain itu, metode yang berbeda dapat memanfaatkan banyak realitas dan dengan demikian

mencapai temuan yang lebih valid. Triangulasi mengacu pada penggunaan berbagai metode

sebagai cara untuk meningkatkan validitas. ”Triangulasi dalam survei adalah metode untuk

mencari tahu di mana ada sesuatu dengan mendapatkan perbaikan dari dua tempat atau lebih.

Secara analog, Denzin (1988) mengemukakan bahwa ini mungkin dilakukan dalam penelitian

sosial dengan menggunakan beberapa metode, peneliti, atau teori '(Robson 2002, hal. 290).
Terlepas dari argumen tentang saling ketergantungan seperti itu, Naidoo dan Wills

berpendapat bahwa masih ada kesenjangan epistemologis. Penelitian kualitatif sering dianggap

subyektif dan kurang kuat karena para peneliti mau tidak mau membawa peralatan/barang-

barang mereka sendiri ketika melakukan penelitian. Pengamatan atau wawancara bukanlah

proses pengumpulan data yang netral, tetapi sebagian tergantung pada apa yang dibawa oleh

peneliti ke tugas - pelatihan dan pengetahuan mereka, dan juga pengalaman mereka sendiri, serta

nilai-nilai dan sejarah hidup. Bias dapat diminimalkan dengan mengakui perspektif peneliti,

bersikap terbuka tentang semua aspek proses (transparansi), dan merefleksikan peran dan

kontribusi peneliti terhadap temuan (refleksivitas). Temuan penelitian kualitatif tidak dapat

digeneralisasi karena sampel biasanya terlalu kecil dan tidak representatif untuk menjadi

signifikan secara statistik. Namun cukup harus diketahui tentang sampel yang sedang dipelajari

untuk dapat menilai sejauh mana temuan tersebut berlaku di tempat lain (transferability). Karena

penelitian kualitatif tidak memerlukan keahlian statistik tertentu, sering diasumsikan bahwa siapa

pun dengan sedikit keterampilan interpersonal dapat melakukannya. Namun, penelitian kualitatif

membutuhkan keterampilan khusus, misalnya reflektifitas, netralitas dan empati, dan tidak kalah

teliti dari riset kuantitatif.

Apa Yang Dianggap Sebagai Penelitian

Pertimbangan penilitian dapat dilihat dari Dana dan Alasan Penelitian, sehingga
penelitian dapat diterbitkan untuk dunia Keperawatan, Kebidanan dan Jurnal dunia Kesehatan
Penelitian membutuhkan dana yang tidak kecil sampai penelitian terebut di Publikasikan.
Penelitian Kesehatan Masyarakat dilihat status metologi dimana Penelitian kualitatif dianggap
kurang sah daripada kuantitatif biomedis atau penelitian epidemiologi ( Green and Thorogood
2004 )

Penelitian dianggap dapat diterima Jika menerbitkan karya, yang membutuhkan


Hipotesis/pertanyaan dari hasil diskusi.

Wawasan dan pengetahuan Kesehatan Masyarakat multidisiplin yang menghasilkan


penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, karena mencakup paradigma ilmu biomedis dan social
kesehatan

Contoh :

Kasus 1

Penelitian dengan melihat kohor pada ibu menyusui dengan usia anak 2 bulan dan 4 bulan, dari
ibu yang mendapatkan 2 hari atau 3 hari dengan melihat panjang waktu rawat inap di ruang nifas
dengan panjang waktu menyusui

Kasus2

Dengan menggunakan obesrvasi interaksi bidan dengan ibu menyusui, diamati dan dilihat
percakapan dengan bidan pada saat menyusui, dengan melihat dukungan yang diterima dari ibu
menyusui dan pandangan mereka tentang menyusui yang didapat dari wawancara

Kesehatan Masyarakat berupaya memanfaatkan dan mengintegrasikan wawasan dan


pengetahuan baik dari penelitian kuantitatif maupun kualitatif,karena mencakup paradigma ilmu
biomedis dan social kesehatan

Dari penelitian tentang menyusui diatas perlu adanya pemantauan dan evaluasi pada
beberapa tahun terakhir. Dari dunia Organisasi Kesehatan merekomendasikan bahwa 10%
sumber dana keuangan digunakan untuk evaluasi ( WHO 1998 )

Menurut Rootman et al 2001, hal. 26 Evaluasi adalah pemeriksaan sistematis dan


penilaian fitur suatu program atau intervensi lain untuk menghasilkan pengetahuan. Metode
evaluasi dapat mencakup pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi pada dasarnya
mendorong Nilai, dari penilaian krteria yang sudah ditentukan sebelumnya ( Douglas et al 2007 )

Definisi masalah yang akan dipelajari adalah : Desain penelitian, metode yang akan di
gunakan, interprestasi hasil dan penyebaran semua yang mencerminkan peningkatan kesehatan

Penelitian untuk kesehatan masyarakat dan Promosi kesehatan

Kesehatan Masyarakat dan promosi kesehatan mencakup banyak disiplin ilmu yang
berbeda, seperti Biomedis, epidemiologi dan ilmu social semua menyumbang pengetahuan yang
berharga dan wawasan ke bidang kesehatan dan promosi kesehatan masyarakat. Biomedis,
epidemiologi dan ilmu social memeliki gagasan metologi yang berbeda dan bervariasi.

Metode Penelitian Kuantitatif mempunyai jawaban dari pertanyaan “Apa?” dan


“Kapan?” Penelitian Kulitatif sebaliknya dipandang sebagai kurang bermanfaat dan kurang ketat.
Namun menurut Naidoo Penelitian kualitatif sangat berharga dalam memberikan jawaban “
Bagaimana?” dan “Mengapa?”

Contohnya dalam penelitian Kuantitatif Imunisasi, akan menjawab Apakah Imunisasi


yang akan di pilih ? apakah pilihan ini yang direncanakan atau tidak, sedang kan penelitian
kuantitatif akan menyumbangkan pertanyaan, Mengapa imunisasi tersebut tidak menjadi pilihan
masyarakat ?, atau Bagaiman kebijakan pemerintah dalam meningkatkan cakupan
imunisasi ?.maka penelitian kualitatif dan kuantitatif masing-masing dapat menyumbang
pengetahuan dan wawasan, yang keduanya berkontribusi dalam penelitian promosi kesehatan
masyarakat. Penelitian kualitatif mencakup beragam metologi dan metode yang dapat
dikatagorikan dalam berbagai cara, seperti orientasi filosis, afiliasi ideologis, atau metode
praktis.

Menurut Park ( 1993 ) mengidentifikasi cara menegtahui tentang masalah social :

1. Instrumental ( ilmu tradisional )


2. Interaktif ( Pengalaman hidup )
3. Kritis ( Reflektif tentang social ekonomik, kekuatan politik dan dampaknya )

Menurut Bryant (2002 ) berpendapat bahwa ketiga jenis pengetahuan itu bermakna dan harus
member masukan kepada public dalam proses kebijakan promosi kesehatan.
Pengalaman Hidup (The Lived Experience)

Pengalaman hidup (the lived experienced) merupakan salah satu metode penelitian
kualitatif. Penelitian di bidang kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan selain berfokus pada
statistik dan metode kuantitatif juga harus diperdalam dengan metode kualitatif. Salah satunya
melalui pengkajian pada pengalaman hidup pasien atau individu itu sendiri. Dengan
menganalisis pengalaman hidup dari seorang pasien yang menderita penyakit kronis, seorang
dokter atau praktisi dapat menentukan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien
tersebut agar memberikan impact nyata (Naidoo & Wills, 2010).

Konsep ini sejalan dengan penelitian Allotey et al., (2003) yang membandingkan
pengalaman hidup penderita paraplegia dari Australia dan Kamerun. Ditemukan perbedaan yang
signifikan secara nasional terkait dampak paraplegia pada kehidupan pasien. Hal ini
mengindikasikan bahwa penelitian kualitatif penting untuk mengkaji fenomena kompleks seperti
hidup dengan penyakit kronis. Sementara penelitian kuantitatif dapat merinci kehilangan
fungsional dan dampak sebenarnya dari penyakit kronis pada kehidupan pasien. Selain itu,
penelitian Hwang et al., (2004) tentang pengalaman hidup pasien wanita yang mengidap
rheumatoid arthritis di Korea telah mengidentifikasi delapan poin utama. Poin-poin tersebut
berguna bagi penyedia layanan agar dapat memberikan layanan yang sesuai dan relevan bagi
pasien mereka. Campbell et al., (2003) juga melakukan penelitian meta-etnografi dari tujuh studi
penelitian kualitatif tentang pengalaman hidup dengan pasien diabetes. Hasil studi ini
menekankan bahwa pemberdayaan pasien dapat mengatasi masalah ketidakpatuhan terhadap
saran medis, jika hal ini teratasi dapat memaksimalkan kesejahteraan pasien itu sendiri.
Disarankan kepada penyedia layanan dan perawatan untuk beralih dari model tradisional 'dokter
paling tahu' ke hubungan yang lebih egaliter antara dokter dan pasien.

Salah satu studi systematic review oleh Forestier et al., (2019) telah menunjukkan
bahwa terdapat hal penting lain yang masih perlu perhatian terkait studi kualitatif dengan lived
experience ini. Pengalaman hidup pasien penderita penyakit kronis masih perlu didefinisikan
secara konseptual sebelum dapat diukur secara akurat. Sebelum mencoba untuk mengukur
pengalaman hidup pasien, peneliti mungkin harus membuat instrumen yang mengandalkan
definisi konsep dan dimensi yang kuat. Sehingga dapat mencakup pengalaman pribadi dan sikap
pasien terhadap penyakit, perawatan atau perawatan kesehatan dan mungkin mempertimbangkan
adaptasi positif pasien untuk mengukur perubahan dalam pengalaman mereka dengan benar.

Penelitian dengan metode the lived experience memiliki kelebihan yaitu dapat
menciptakan hubungan antara pasien dengan pemberi pelayanan (patient-healthcare provider
relationship/HCP). Dalam hubungan tersebut, pasien mengalami perasaan kesejahteraan di mana
mereka merasa diperhatikan dan di mana mereka diyakinkan bahwa mereka tidak sendirian
dengan penyakit mereka. Keterhubungan meningkatkan rasa aman dan kepercayaan pasien dan
mengurangi tingkat kecemasan pasien. Pasien diberdayakan, lebih percaya diri dalam
kemampuan mereka untuk mengelola penyakit mereka, dan lebih termotivasi untuk menjalani
hari-hari maupun selama masa krisis. Pasien juga menyatakan bahwa mereka menerima
diagnosis dan perawatan yang lebih akurat untuk penyakit mereka secara tepat waktu (Fox &
Chesla, 2008).

Penelitian Partisipatif (Participatory Research)

Penelitian partisipatif (participatory research) merupakan salah satu metode penelitian


kesehatan yang melibatkan komunitas atau masyarakat secara aktif dalam perumusan intervensi
kesehatan. Sedangkan, penelitian tradisional melibatkan peneliti ahli dan subjek yang pasif.
Penelitian partisipatif melibatkan masyarakat dalam semua tahap proses penelitian, mulai dari
mengidentifikasi bidang yang akan dipelajari, hingga pemilihan metode yang tepat, serta
interpretasi dan penerapan hasil. Proses penelitian menjadi sarana pemberdayaan serta sarana
menghasilkan pengetahuan (Naidoo & Wills, 2010).

Penelitian partisipatif berbasis masyarakat (Community Based Participatory


Research/CBPR) telah menjadi semakin populer di kalangan kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan. Hal ini disebabkan fakta bahwa CBPR bersifat etis dan efektif. Penelitian partisipatif
memberdayakan dan mendukung otonomi masyarakat sehingga dapat dilihat sebagai proses
peningkatan kesehatan dengan caranya sendiri. Pada penelitian partisipatif dilakukan identifikasi
masalah masyarakat nantinya akan mengarah langsung ke tindakan yang sesuai dan relevan
untuk mengatasi masalah tersebut (Cook dalam Naidoo & Wills, 2010).

Kelebihan dari penelitian partisipatif ini adalah evaluasi keseluruhan dari penelitian
sangat positif. Penelitian partisipatif telah dipuji sebagai blue print untuk jenis penelitian baru
yang etis dan praktis serta mengarah langsung ke tindakan yang efektif. Sedangkan kekurangan
dari penelitian jenis ini adalah proses penelitian CBPR membutuhkan komitmen yang besar
dalam hal waktu dan sumber daya. Masalah yang diidentifikasi seperti faktor-faktor sosial (mis.
Rasisme, homofobia) tidak semuanya dapat ditindaklanjuti dengan penelitian jenis ini (Horn et
al., 2008).

Konsep ini telah dibuktikan oleh penelitian Langdon et al., (2016). Penelitian CBPR
dilakukan untuk membangun program promosi kesehatan mental pada anak muda India-
Amerika. Dengan CBPR dapat diciptakan kemitraan yang adil baik antar suku dan akademisi
sehingga menjadi metodologi yang sangat bermanfaat untuk menargetkan kesehatan mental yang
relevan di komunitas.

Mixed Methods Research

Salah satu solusi yang jelas untuk dilema apakah untuk memilih metode kuantitatif atau
kualitatif untuk penelitian masalah kesehatan masyarakat adalah dengan menggunakan
keduanya. Campur aduk metode penelitian telah menjadi semakin popular sebagai respons
pragmatis terhadap dilema dari apa yang harus fokus dalam penelitian (Tashakkori dan Teddlie
2003).

Penelitian metode campuran adalah metodologi untuk melakukan penelitian yang


melibatkan pengumpulan, analisis, dan pengintegrasian penelitian kuantitatif (misalnya,
eksperimen, survei) dan kualitatif (misalnya, kelompok fokus, wawancara). Pendekatan
penelitian ini digunakan ketika integrasi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
masalah penelitian daripada menggunakan salah satunya saja.

1. Data kuantitatif mencakup informasi tertutup seperti yang ditemukan untuk mengukur
sikap (misalnya, skala penilaian), perilaku (misalnya, daftar periksa pengamatan), dan
instrumen kinerja. Analisis jenis data ini terdiri dari skor yang dianalisis secara statistik
yang dikumpulkan pada instrumen (misalnya, kuesioner) atau daftar periksa untuk
menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji hipotesis.

2. Data kualitatif terdiri dari informasi terbuka yang biasanya dikumpulkan oleh peneliti
melalui wawancara, kelompok fokus dan pengamatan. Analisis data kualitatif (kata-
kata, teks atau perilaku) biasanya mengikuti jalur menggabungkannya ke dalam
kategori informasi dan menyajikan keragaman ide yang dikumpulkan selama
pengumpulan data.

Dengan mencampur penelitian dan data kuantitatif dan kualitatif, peneliti memperoleh luas
dan kedalaman pemahaman dan pembuktian, sementara mengimbangi kelemahan yang melekat
untuk menggunakan setiap pendekatan dengan sendirinya. Salah satu karakteristik paling
menguntungkan dalam melakukan penelitian metode campuran adalah kemungkinan triangulasi,
yaitu penggunaan beberapa cara (metode, sumber data dan peneliti) untuk memeriksa fenomena
yang sama. Triangulasi memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi aspek-aspek suatu
fenomena dengan lebih akurat dengan mendekatinya dari titik-titik yang berbeda menggunakan
metode dan teknik yang berbeda. Triangulasi yang berhasil membutuhkan analisis yang cermat
terhadap jenis informasi yang disediakan oleh masing-masing metode, termasuk kekuatan dan
kelemahannya.

Penelitian metode campuran sangat cocok:

● Ketika seseorang ingin memvalidasi atau menguatkan hasil yang diperoleh dari metode
lain.
● Ketika seseorang perlu menggunakan satu metode untuk menginformasikan metode
lain. Misalnya, ketika sedikit yang diketahui tentang suatu topik dan perlu terlebih dahulu
belajar tentang variabel apa yang harus dipelajari melalui penelitian kualitatif, dan
kemudian mempelajari variabel-variabel tersebut dengan sampel besar individu
menggunakan penelitian kuantitatif.
● Ketika seseorang ingin terus melihat pertanyaan penelitian dari sudut yang berbeda, dan
mengklarifikasi temuan tak terduga dan / atau potensi kontradiksi.
● Ketika seseorang ingin menguraikan, mengklarifikasi, atau membangun temuan dari
metode lain. Misalnya, jika hubungan sebab akibat telah ditetapkan melalui penelitian
eksperimental, tetapi orang ingin memahami dan menjelaskan proses sebab-akibat yang
terlibat melalui penelitian kualitatif.
● Ketika seseorang ingin mengembangkan teori tentang fenomena yang menarik dan
kemudian mengujinya. Biasanya, penelitian kualitatif lebih cocok untuk membangun
teori, sedangkan penelitian kuantitatif memberikan cara yang lebih baik untuk menguji
teori.
● Ketika seseorang ingin menggeneralisasi temuan dari penelitian kualitatif.

KEUNTUNGAN

Penggunaan penelitian metode campuran memberikan sejumlah keuntungan, yaitu:

● Memberikan kekuatan yang mengimbangi kelemahan penelitian kuantitatif dan


kualitatif. Sebagai contoh, penelitian kuantitatif lemah dalam memahami konteks atau
pengaturan di mana orang berperilaku, sesuatu yang dibuat untuk penelitian kualitatif. Di
sisi lain, penelitian kualitatif dipandang kurang karena potensi interpretasi yang bias
dibuat oleh peneliti dan kesulitan dalam menggeneralisasi temuan kepada kelompok
besar. Penelitian kuantitatif tidak memiliki kelemahan ini. Dengan demikian, dengan
menggunakan kedua jenis penelitian ini, kekuatan masing-masing pendekatan dapat
menutupi kelemahan yang lain.
● Memberikan pemahaman yang lebih lengkap dan komprehensif tentang masalah
penelitian daripada pendekatan kuantitatif atau kualitatif saja.
● Memberikan pendekatan untuk mengembangkan instrumen yang lebih baik, lebih
spesifik konteks. Misalnya, dengan menggunakan penelitian kualitatif dimungkinkan
untuk mengumpulkan informasi tentang topik atau konstruk tertentu untuk
mengembangkan instrumen dengan validitas konstruk yang lebih besar, yaitu, yang
mengukur konstruk yang ingin diukur.
● Membantu menjelaskan temuan atau bagaimana proses sebab akibat bekerja.

KEKURANGAN DAN KETERBATASAN

Penelitian metode campuran memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan, yaitu:

● Desain penelitian bisa sangat kompleks.


● Membutuhkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk merencanakan dan
mengimplementasikan jenis penelitian ini.
● Mungkin sulit untuk merencanakan dan mengimplementasikan satu metode dengan
menggambar pada temuan yang lain.
● Mungkin tidak jelas bagaimana menyelesaikan perbedaan yang muncul dalam
interpretasi temuan

CONTOH

Metode penelitian campuran ke dalam merokok. Sebuah studi tentang kejadian merokok di
antara orang-orang muda menggunakan metode campuran untuk mengatasi pertanyaan-
pertanyaan berikut:

Berapa banyak anak muda yang merokok? (kuantitatif metode - survei). Apa itu gender,
sosial ekonomi, dan profil etnis perokok dan bukan perokok? (metode kuantitatif - survei).
Mengapa kaum muda merokok? (kualitatif metode - wawancara). Apa yang mungkin membujuk
orang muda untuk berhenti merokok? (metode kualitatif - wawancara). Dengan menggunakan
metode campuran, penelitian ini adalah mampu mengidentifikasi profil demografis anak muda
orang yang paling berisiko (perokok) maupun yang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
mereka untuk merokok atau berhenti. Informasi ini digunakan untuk merancang target intervensi
berhenti merokok.

KESIMPULAN

Konteks yang lebih luas untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan didominasi
oleh paradigma penelitian positif yang mengukur dan mengobjektifikasi kenyataan. Multidisiplin
kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan menghadapi tugas yang menantang dalam upaya
menyatukan kedua penelitian. Prinsip-prinsip penelitian dapat digunakan semua praktisi -
menyadari cara yang digunakan suatu masalah sedang didefinisikan, prinsip-prinsip filosofis
yang menopang metodologi yang dipilih pendekatan, kebutuhan untuk merefleksikan teori, dan
kemampuan untuk meneliti dan menganalisis informasi yang tersedia. Praktek penyelidikan ini
merupakan tambahan untuk jenis mengetahui bahwa seorang praktisi berpengalaman sudah
memilikinya dan itu menambah akal sehat dan pemecahan masalah intuitif (Robson 2002).
Selain argumen bahwa penelitian adalah alat untuk praktik ada juga pandangan bahwa kegiatan
penelitian harus mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat dan
promosi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai