OVERVIEW
- Penelitian merupakan hubungan antara teori dan praktek, tetapi dalam pelaksanaanya
untuk mengimplementasikan teori merupakan hal yang cukup sulit
- Pelayanan kesehatan Masyarakat yang akuntable harus berdasarkan Evidence based, agar
dapat para praktisi dapat mengembangkan keterampilan pada saat penelitian
- Penelitian harus memiliki kontribusi terhadap upaya mengatasi penyebab sosial
kesehatan dan dampak dari penyakit
- Perlunya penelitian yang kualitatif (mengeksplorasi pengalaman hidup orang-orang dan
pemahaman tentang kesehatan mereka sendiri) dan partisipatif (menggunakan metode
penelitian yang melibatkan kedua peneliti dan yang diteliti bekerja bersama).
- Bab ini menyimpulkan bagaimana cara pratisi menggunakan penelittian dalam praktek
yaitu praktek yang berdasarkan pada evidence based
PENDAHULUAN
- Menurut Schon 1993 “praktisi bertindak atas dasar tradisi atau 'pengetahuan dalam
tindakan' yang intuitif yang berasal dari pengalaman “
- Terjadi pergeseran dari beberapa pekerjaan ke profesi yang ditandai dengan peningkatan
fokus pada penelitian sebagai dasar untuk pengetahuan dan praktik profesional.
Pentingnya menyadari penelitian yang relevan dan mendasari praktik mereka pada
temuan penelitian.
- Tantangan :
1. Beberapa praktisi sudah mengetahui fungsi penelitian tapi belum melakukan praktek
yang relevan karena masin kurangnya pengetahuan akan jurnal penelitian yang
relevan, tidak dapat mengakses jurnal dan ikut konferensi, atau kurang memiliki
kesempatan, kurang dalam keterampilan manajemen waktu untuk tetap up-to-date
dengan penelitian.
2. Mudahnya dalam mengakses informasi baru di internet membuat beberapa praktisi
mungkin menderita kelebihan informasi dan tidak dapat menyaring apa yang berguna
3. Tidak memiliki keterampilan penilaian kritis dan kepercayaan diri untuk menilai
kualitas dan relevansi penelitian yang diterbitkan.
4. Praktisi masih skeptic terhadap nilai penelitian karena sulit untuk melakukan
perubahan dalam praktik atau organisasi
5. Beberapa praktisi melihat penelitian sebagai komponen integral dari latihan mereka. Masih
melihat penelitian sebagai “bagian di luar” , terpisah dari basis pengetahuan yang
menginformasikan praktik, yang sering menerima kebijaksanaan yang diturunkan dari praktisi
kepada siswa.
POINT
Pada Intinya penelitian harus di jadikan alat bantu dalam melakukan praktik
kesehatan, karenanya pelayanan kesehatan harus berdasarkan kepada evidence based.
Penelitian harus dijadikan sebagai panduan perencanaan dan pelaksanaan intervensi, jangan
melihat penelitian sebagai hal yang “jauh” tetapi harus lebih di praktekan dalam kehidupan
sehari-hari . sesorang praktisi harus terlibat dalam melakukan penelitian karena 'membuat
tangan kotor' itu tidak bisa dipelajari dari buku tapi harus di praktekan di lapangan.
cara-cara di mana masalah dirasakan oleh orang-orang yang terkena dampaknya. Pikiran,
perasaan dan makna dilihat sebagai fenomena nyata yang bisa dipelajari oleh peneliti. Dengan
menggunakan metode seperti wawancara, observasi dan studi kasus, peneliti dapat memahami
perspektif peserta. Berbeda dengan tradisi positivis, tidak ada asumsi tentang apa fenomena
penting yang kemudian diukur. Interpretivisme mengumpulkan data 'kuat' dan kemudian
memperoleh teori serta penjelasan yang masuk akal dari menganalisis data tersebut. Pendekatan
ini juga disebut 'grounded theory' (Glaser dan Strauss 1986) karena cara analisis mengarah pada
teori yang didasarkan dalam, dan muncul dari, pengalaman kehidupan nyata.
Jika kita menggunakan contoh penelitian tentang kesehatan seksual, kita dapat melihat
bagaimana berbagai paradigma atau aliran pemikiran menentukan apa yang akan dipelajari.
Sebagian besar penelitian tentang penyebaran HIV / AIDS berkaitan dengan penemuan insiden,
prevalensi, dan distribusi HIV dalam populasi seiring waktu. Dengan membandingkan proporsi
orang yang terinfeksi dan terlibat dalam kegiatan risiko yang berbeda, dilakukan upaya untuk
menghubungkan risiko infeksi dengan perilaku. Pengetahuan ini dapat digunakan dalam
penargetan dan desain pesan pendidikan kesehatan. Epidemiolog juga dapat mengevaluasi
efektivitas kegiatan promosi kesehatan dengan memetakan tingkat infeksi HIV terhadap
intervensi.
Gary Dowsett, yang merancang program penelitian untuk Program Global WHO tentang
AIDS, berkomentar tentang perlunya penelitian yang lebih fokus dan melihat konteks serta
infeksi HIV dan AIDS di negara mana pun tidak akan banyak meningkatkan respons pencegahan
dan perawatan / dukungan. Gagasan yang kurang tepat dan lebih umum tentang prevalensi /
kejadian HIV / AIDS ketika digabungkan dengan pemahaman berteori yang baik tentang budaya
atau konteks seksual dan penggunaan narkoba, menawarkan titik awal yang jauh lebih berguna
untuk tindakan daripada semua data pengawasan di dunia”. (Dowsett 1995, p. 28)
2.7 Poin Diskusi
Kontribusi apa yang menurut anda dapat dilakukan melalui penelitian kualitatif untuk
pencegahan HIV?
Penelitian kuantitatif dan kualitatif berasal dari perspektif atau pandangan epistemologis
yang berbeda tentang sifat pengetahuan dan sering disajikan bertentangan. Tabel 2.1 merangkum
Kuantitatif Kualitatif
Paradigma Positivism Interpretif / naturalistik
Ilmu Sastra
Dasar Epistemologis Pengetahuan adalah bagian Pengetahuan didasarkan pada
dari realitas objektif yang bagaimana individu
terpisah dari individu mempersepsikan pengalaman
melalui 'lensa individu'
Peran peneliti Objektivitas dan tidak Subjektivitas dan keterlibatan
terpengaruh
Maksud Untuk maju kearah kebenaran Untuk memahami berbagai
dan memverifikasi pengetahuan realitas
Dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan yang jelas antara tradisi penelitian ini telah
diperdebatkan. Seperti yang ditunjukkan Watterson dan Watterson (2003, hlm. 26), "Metode
kesehatan masyarakat pada dasarnya eklektik". Sebagian besar masalah kesehatan sangat
kompleks sehingga metode yang berbeda cocok untuk tugas yang berbeda dan satu metode dapat
Mereka yang menggunakan metode kuantitatif sering disarankan bahwa itu adalah
praktik yang baik untuk menginformasikan studi mereka dengan penelitian kualitatif eksploratif.
Selain itu, metode yang berbeda dapat memanfaatkan banyak realitas dan dengan demikian
mencapai temuan yang lebih valid. Triangulasi mengacu pada penggunaan berbagai metode
sebagai cara untuk meningkatkan validitas. ”Triangulasi dalam survei adalah metode untuk
mencari tahu di mana ada sesuatu dengan mendapatkan perbaikan dari dua tempat atau lebih.
Secara analog, Denzin (1988) mengemukakan bahwa ini mungkin dilakukan dalam penelitian
sosial dengan menggunakan beberapa metode, peneliti, atau teori '(Robson 2002, hal. 290).
Terlepas dari argumen tentang saling ketergantungan seperti itu, Naidoo dan Wills
berpendapat bahwa masih ada kesenjangan epistemologis. Penelitian kualitatif sering dianggap
subyektif dan kurang kuat karena para peneliti mau tidak mau membawa peralatan/barang-
barang mereka sendiri ketika melakukan penelitian. Pengamatan atau wawancara bukanlah
proses pengumpulan data yang netral, tetapi sebagian tergantung pada apa yang dibawa oleh
peneliti ke tugas - pelatihan dan pengetahuan mereka, dan juga pengalaman mereka sendiri, serta
nilai-nilai dan sejarah hidup. Bias dapat diminimalkan dengan mengakui perspektif peneliti,
bersikap terbuka tentang semua aspek proses (transparansi), dan merefleksikan peran dan
kontribusi peneliti terhadap temuan (refleksivitas). Temuan penelitian kualitatif tidak dapat
digeneralisasi karena sampel biasanya terlalu kecil dan tidak representatif untuk menjadi
signifikan secara statistik. Namun cukup harus diketahui tentang sampel yang sedang dipelajari
untuk dapat menilai sejauh mana temuan tersebut berlaku di tempat lain (transferability). Karena
penelitian kualitatif tidak memerlukan keahlian statistik tertentu, sering diasumsikan bahwa siapa
pun dengan sedikit keterampilan interpersonal dapat melakukannya. Namun, penelitian kualitatif
membutuhkan keterampilan khusus, misalnya reflektifitas, netralitas dan empati, dan tidak kalah
Pertimbangan penilitian dapat dilihat dari Dana dan Alasan Penelitian, sehingga
penelitian dapat diterbitkan untuk dunia Keperawatan, Kebidanan dan Jurnal dunia Kesehatan
Penelitian membutuhkan dana yang tidak kecil sampai penelitian terebut di Publikasikan.
Penelitian Kesehatan Masyarakat dilihat status metologi dimana Penelitian kualitatif dianggap
kurang sah daripada kuantitatif biomedis atau penelitian epidemiologi ( Green and Thorogood
2004 )
Contoh :
Kasus 1
Penelitian dengan melihat kohor pada ibu menyusui dengan usia anak 2 bulan dan 4 bulan, dari
ibu yang mendapatkan 2 hari atau 3 hari dengan melihat panjang waktu rawat inap di ruang nifas
dengan panjang waktu menyusui
Kasus2
Dengan menggunakan obesrvasi interaksi bidan dengan ibu menyusui, diamati dan dilihat
percakapan dengan bidan pada saat menyusui, dengan melihat dukungan yang diterima dari ibu
menyusui dan pandangan mereka tentang menyusui yang didapat dari wawancara
Dari penelitian tentang menyusui diatas perlu adanya pemantauan dan evaluasi pada
beberapa tahun terakhir. Dari dunia Organisasi Kesehatan merekomendasikan bahwa 10%
sumber dana keuangan digunakan untuk evaluasi ( WHO 1998 )
Definisi masalah yang akan dipelajari adalah : Desain penelitian, metode yang akan di
gunakan, interprestasi hasil dan penyebaran semua yang mencerminkan peningkatan kesehatan
Kesehatan Masyarakat dan promosi kesehatan mencakup banyak disiplin ilmu yang
berbeda, seperti Biomedis, epidemiologi dan ilmu social semua menyumbang pengetahuan yang
berharga dan wawasan ke bidang kesehatan dan promosi kesehatan masyarakat. Biomedis,
epidemiologi dan ilmu social memeliki gagasan metologi yang berbeda dan bervariasi.
Menurut Bryant (2002 ) berpendapat bahwa ketiga jenis pengetahuan itu bermakna dan harus
member masukan kepada public dalam proses kebijakan promosi kesehatan.
Pengalaman Hidup (The Lived Experience)
Pengalaman hidup (the lived experienced) merupakan salah satu metode penelitian
kualitatif. Penelitian di bidang kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan selain berfokus pada
statistik dan metode kuantitatif juga harus diperdalam dengan metode kualitatif. Salah satunya
melalui pengkajian pada pengalaman hidup pasien atau individu itu sendiri. Dengan
menganalisis pengalaman hidup dari seorang pasien yang menderita penyakit kronis, seorang
dokter atau praktisi dapat menentukan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien
tersebut agar memberikan impact nyata (Naidoo & Wills, 2010).
Konsep ini sejalan dengan penelitian Allotey et al., (2003) yang membandingkan
pengalaman hidup penderita paraplegia dari Australia dan Kamerun. Ditemukan perbedaan yang
signifikan secara nasional terkait dampak paraplegia pada kehidupan pasien. Hal ini
mengindikasikan bahwa penelitian kualitatif penting untuk mengkaji fenomena kompleks seperti
hidup dengan penyakit kronis. Sementara penelitian kuantitatif dapat merinci kehilangan
fungsional dan dampak sebenarnya dari penyakit kronis pada kehidupan pasien. Selain itu,
penelitian Hwang et al., (2004) tentang pengalaman hidup pasien wanita yang mengidap
rheumatoid arthritis di Korea telah mengidentifikasi delapan poin utama. Poin-poin tersebut
berguna bagi penyedia layanan agar dapat memberikan layanan yang sesuai dan relevan bagi
pasien mereka. Campbell et al., (2003) juga melakukan penelitian meta-etnografi dari tujuh studi
penelitian kualitatif tentang pengalaman hidup dengan pasien diabetes. Hasil studi ini
menekankan bahwa pemberdayaan pasien dapat mengatasi masalah ketidakpatuhan terhadap
saran medis, jika hal ini teratasi dapat memaksimalkan kesejahteraan pasien itu sendiri.
Disarankan kepada penyedia layanan dan perawatan untuk beralih dari model tradisional 'dokter
paling tahu' ke hubungan yang lebih egaliter antara dokter dan pasien.
Salah satu studi systematic review oleh Forestier et al., (2019) telah menunjukkan
bahwa terdapat hal penting lain yang masih perlu perhatian terkait studi kualitatif dengan lived
experience ini. Pengalaman hidup pasien penderita penyakit kronis masih perlu didefinisikan
secara konseptual sebelum dapat diukur secara akurat. Sebelum mencoba untuk mengukur
pengalaman hidup pasien, peneliti mungkin harus membuat instrumen yang mengandalkan
definisi konsep dan dimensi yang kuat. Sehingga dapat mencakup pengalaman pribadi dan sikap
pasien terhadap penyakit, perawatan atau perawatan kesehatan dan mungkin mempertimbangkan
adaptasi positif pasien untuk mengukur perubahan dalam pengalaman mereka dengan benar.
Penelitian dengan metode the lived experience memiliki kelebihan yaitu dapat
menciptakan hubungan antara pasien dengan pemberi pelayanan (patient-healthcare provider
relationship/HCP). Dalam hubungan tersebut, pasien mengalami perasaan kesejahteraan di mana
mereka merasa diperhatikan dan di mana mereka diyakinkan bahwa mereka tidak sendirian
dengan penyakit mereka. Keterhubungan meningkatkan rasa aman dan kepercayaan pasien dan
mengurangi tingkat kecemasan pasien. Pasien diberdayakan, lebih percaya diri dalam
kemampuan mereka untuk mengelola penyakit mereka, dan lebih termotivasi untuk menjalani
hari-hari maupun selama masa krisis. Pasien juga menyatakan bahwa mereka menerima
diagnosis dan perawatan yang lebih akurat untuk penyakit mereka secara tepat waktu (Fox &
Chesla, 2008).
Kelebihan dari penelitian partisipatif ini adalah evaluasi keseluruhan dari penelitian
sangat positif. Penelitian partisipatif telah dipuji sebagai blue print untuk jenis penelitian baru
yang etis dan praktis serta mengarah langsung ke tindakan yang efektif. Sedangkan kekurangan
dari penelitian jenis ini adalah proses penelitian CBPR membutuhkan komitmen yang besar
dalam hal waktu dan sumber daya. Masalah yang diidentifikasi seperti faktor-faktor sosial (mis.
Rasisme, homofobia) tidak semuanya dapat ditindaklanjuti dengan penelitian jenis ini (Horn et
al., 2008).
Konsep ini telah dibuktikan oleh penelitian Langdon et al., (2016). Penelitian CBPR
dilakukan untuk membangun program promosi kesehatan mental pada anak muda India-
Amerika. Dengan CBPR dapat diciptakan kemitraan yang adil baik antar suku dan akademisi
sehingga menjadi metodologi yang sangat bermanfaat untuk menargetkan kesehatan mental yang
relevan di komunitas.
Salah satu solusi yang jelas untuk dilema apakah untuk memilih metode kuantitatif atau
kualitatif untuk penelitian masalah kesehatan masyarakat adalah dengan menggunakan
keduanya. Campur aduk metode penelitian telah menjadi semakin popular sebagai respons
pragmatis terhadap dilema dari apa yang harus fokus dalam penelitian (Tashakkori dan Teddlie
2003).
1. Data kuantitatif mencakup informasi tertutup seperti yang ditemukan untuk mengukur
sikap (misalnya, skala penilaian), perilaku (misalnya, daftar periksa pengamatan), dan
instrumen kinerja. Analisis jenis data ini terdiri dari skor yang dianalisis secara statistik
yang dikumpulkan pada instrumen (misalnya, kuesioner) atau daftar periksa untuk
menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji hipotesis.
2. Data kualitatif terdiri dari informasi terbuka yang biasanya dikumpulkan oleh peneliti
melalui wawancara, kelompok fokus dan pengamatan. Analisis data kualitatif (kata-
kata, teks atau perilaku) biasanya mengikuti jalur menggabungkannya ke dalam
kategori informasi dan menyajikan keragaman ide yang dikumpulkan selama
pengumpulan data.
Dengan mencampur penelitian dan data kuantitatif dan kualitatif, peneliti memperoleh luas
dan kedalaman pemahaman dan pembuktian, sementara mengimbangi kelemahan yang melekat
untuk menggunakan setiap pendekatan dengan sendirinya. Salah satu karakteristik paling
menguntungkan dalam melakukan penelitian metode campuran adalah kemungkinan triangulasi,
yaitu penggunaan beberapa cara (metode, sumber data dan peneliti) untuk memeriksa fenomena
yang sama. Triangulasi memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi aspek-aspek suatu
fenomena dengan lebih akurat dengan mendekatinya dari titik-titik yang berbeda menggunakan
metode dan teknik yang berbeda. Triangulasi yang berhasil membutuhkan analisis yang cermat
terhadap jenis informasi yang disediakan oleh masing-masing metode, termasuk kekuatan dan
kelemahannya.
● Ketika seseorang ingin memvalidasi atau menguatkan hasil yang diperoleh dari metode
lain.
● Ketika seseorang perlu menggunakan satu metode untuk menginformasikan metode
lain. Misalnya, ketika sedikit yang diketahui tentang suatu topik dan perlu terlebih dahulu
belajar tentang variabel apa yang harus dipelajari melalui penelitian kualitatif, dan
kemudian mempelajari variabel-variabel tersebut dengan sampel besar individu
menggunakan penelitian kuantitatif.
● Ketika seseorang ingin terus melihat pertanyaan penelitian dari sudut yang berbeda, dan
mengklarifikasi temuan tak terduga dan / atau potensi kontradiksi.
● Ketika seseorang ingin menguraikan, mengklarifikasi, atau membangun temuan dari
metode lain. Misalnya, jika hubungan sebab akibat telah ditetapkan melalui penelitian
eksperimental, tetapi orang ingin memahami dan menjelaskan proses sebab-akibat yang
terlibat melalui penelitian kualitatif.
● Ketika seseorang ingin mengembangkan teori tentang fenomena yang menarik dan
kemudian mengujinya. Biasanya, penelitian kualitatif lebih cocok untuk membangun
teori, sedangkan penelitian kuantitatif memberikan cara yang lebih baik untuk menguji
teori.
● Ketika seseorang ingin menggeneralisasi temuan dari penelitian kualitatif.
KEUNTUNGAN
CONTOH
Metode penelitian campuran ke dalam merokok. Sebuah studi tentang kejadian merokok di
antara orang-orang muda menggunakan metode campuran untuk mengatasi pertanyaan-
pertanyaan berikut:
Berapa banyak anak muda yang merokok? (kuantitatif metode - survei). Apa itu gender,
sosial ekonomi, dan profil etnis perokok dan bukan perokok? (metode kuantitatif - survei).
Mengapa kaum muda merokok? (kualitatif metode - wawancara). Apa yang mungkin membujuk
orang muda untuk berhenti merokok? (metode kualitatif - wawancara). Dengan menggunakan
metode campuran, penelitian ini adalah mampu mengidentifikasi profil demografis anak muda
orang yang paling berisiko (perokok) maupun yang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
mereka untuk merokok atau berhenti. Informasi ini digunakan untuk merancang target intervensi
berhenti merokok.
KESIMPULAN
Konteks yang lebih luas untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan didominasi
oleh paradigma penelitian positif yang mengukur dan mengobjektifikasi kenyataan. Multidisiplin
kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan menghadapi tugas yang menantang dalam upaya
menyatukan kedua penelitian. Prinsip-prinsip penelitian dapat digunakan semua praktisi -
menyadari cara yang digunakan suatu masalah sedang didefinisikan, prinsip-prinsip filosofis
yang menopang metodologi yang dipilih pendekatan, kebutuhan untuk merefleksikan teori, dan
kemampuan untuk meneliti dan menganalisis informasi yang tersedia. Praktek penyelidikan ini
merupakan tambahan untuk jenis mengetahui bahwa seorang praktisi berpengalaman sudah
memilikinya dan itu menambah akal sehat dan pemecahan masalah intuitif (Robson 2002).
Selain argumen bahwa penelitian adalah alat untuk praktik ada juga pandangan bahwa kegiatan
penelitian harus mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat dan
promosi kesehatan.