Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rosyidatul Muizzah

NIM

: 135020307111070

Kelas : CA-Fiqih Muamalah


FIQIH TRANSAKSI JUAL BELI- AKAD SALAM DAN ISTISHNA
A. Definisi Salam dan Istishna
1. Salam
Adalah akad yang dilaksanalkan dengan memesan barang kepada
produsen dengan kriteria tertentu, yang nantinya akad dibayar kontan
pada saat akad dilaksanakan. Yang didalamnya nanti, bermaksud agar
konsumen dan produsen tidak

merasa dirugikan satu sama lainnya.

adapun keuntungan yang bisa didapatkan oleh konsumen, antara lain:


a. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan waktu yang telah
disepakati
b. Pembelian juga memiliki harga yang lebih murah ketimbang membeli
pada membutuhkan barang tersebut.
Adapun keuntungan bagi penjual:
a. Penjual akan mendapatkan modal dari hasil uang yang diberikan
diawal. Dan itu didapatkan dengan cara yang halal, tanpa harus
terlibat dengan bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo
maka penjual dapat menggunakan uang pemabayaran tersebut untuk
keperluan kegiatan bisnisnya.
b. Penjual lebih leluasa dalam mengerjakan tugasnya. Karena biasanya
periode pemesanan dengan penyerahan barang terpaut waktu yang
cukup lama.
Persyaratan akad salam
Adapun sebelum akad salam dilakukan, harus memenuhi persyaratanpersyaratan berikut:
a. Pembayaran dimuka/ diawal secara kontan. Jadi, apabila terjadi
penundaan pembayaran (dihutang) maka akad tersebut tidak lah sah
hukumnya dan diharamkan untuk melakukan transaksi ini.
b. Dilakukan pada barang-barang yang dapat ditentukan kriterianya.

c. Penyebutan kriteria barang pada saat akad dilangsungkan. Kriteria


yang dimaksud disini adalah jenis, macam, ukuran, warna,
2. Istishna
Adalah akad yang terjalin karena seorang konsumen melakukan
pemesanan kepada pihak produsen, dimana pihak produsen bertugas
sebagai pembuat barang pesanan. Oleh sebab itu, tidak akan akad
istishna apabila tidak ada pemesanan dan pembuatan barang sesuai
dengan permintaan konsumen
Hukum Akad istishna:
Ada beberapa pendapat tentang hukum akad ini:
a. Akad istishna adalah akad yang batil dan tidak boleh dilakukan.
Pendapat ini dianut oleh imam hambali dan Zufar. Larangan ini
tercantum dalam sebuah hadis, dimana dimaksudkan bahwa pada akad
tersebut, pihak ke-2 yaitu produsen telah menjual barang yang tidak
mereka miliki. Itu sebab nya akad ini dianggap tidak boleh dilakukan.
b. Akad istishna adalah bagian dari salam, sehingga persyaratan yang
dimilikinya juga harus juga berada pada akad salam. Apabila akad ini,
didalamnya tidak mengandung syarat akad salam, maka transaksi ini
tidak dibenarkan. Pendapat ini adalah menurut madzhab Maliki dan
Syafii.
c. Akad istishna adalah boleh dan dihalalkan. Pendapat ini dianut oleh
penganut mazhab hanafi dan juga banyak dari ulama fiqih jaman
sekarang ini.
Persyaratan akad Istishna:
Adapun persyaratan akad istishna ini adalah seperti juga persyaratan dari
akad salam:
a. Penyebutan dan memberi tahu kriteria seperti apa yang diinginkan.
b. Tidak dibatasi dengan waktu penyerahan. Karena, apabila dibatasi
dengan waktu penyerahan barang maka akad tersebut berubah
menjadi akad salam.
c. Barang yang dipesan adalah barang yang biasa dipesan dengan akad
istishna. Namun, bila melihat kembali dari diperbolehkannya akad
istishna, maka seharusnya tidak ada pembatasan barang apa yang
harus dipesan kepada produsen.

B. Berbagai situasi akad salam dan istishna


Saat jatuh tempo; obyek:
- Sesuai pesanan berarti harus diterima, tidak boleh ada pembatalan
-

dadakan
Tidak sesuai pesanan. Dilihat dulu bagaimana, bila pesanan menjadi lebih
buruk maka boleh diterima atau ditolak, bila ditolak uang yang dilakukan
untuk pembayaran, wajib dikembalikan oleh penjual kepada pembeli.
Namun, apabila pesanan menjadi lebih baik, maka boleh diterima ataupun
ditolak, dengan syarat apabila diterima tidak ada tambahan biaya ataupun
hutang budi yang nantinya akan di ungkit dimasa mendatang.

Saat jatuh tempo; waktu penyerahan:


-

Sesuai pesanan berarti harus diterima, tidak boleh ada pembatalan

dadakan
Tidak sesuai pesanan. Dilihat dulu bagaimana, bila pesanan menjadi lebih
buruk maka boleh diterima atau ditolak, bila ditolak uang yang dilakukan
untuk pembayaran, wajib dikembalikan oleh penjual kepada pembeli.
Namun, apabila pesanan menjadi lebih baik, maka boleh diterima ataupun
ditolak, dengan syarat apabila diterima tidak ada tambahan biaya ataupun
hutang budi yang nantinya akan di ungkit dimasa mendatang.

Berakhirnya akad salam dan istishna:


-

Akad yang telah disepakati, keseluruhannya telah terpenuhi tanpa ada

rasa tidak enak ataupun tidak ikhlas


Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengakhiri akad ini
Pembatalan oleh pembeli akibat dari pengiriman tidak tepat waktu dan
kualitas barang tidak sesuai dengan pesanan.

Daftar pustaka:
Yufid.com
http://pengusahamuslim.com/1156-akad-istishna.html
https://pengusahamuslim.com/1555-transaksi-jual-beli-salam.html
http://keuangansyariah.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/1415J_SESI
06_FIQIH_AKAD-SALAM-ISTISHNA.pdf

Anda mungkin juga menyukai