Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penelitian merupakan terjemahan dari kata research (Inggris) yang
akhirnya di Indonesiakan menjadi riset. Secara etimologi, riset berasal dari dua
kata yaitu re yang berarti kembali atau berulang-ulang, dan search berarti
mencari. Dengan demikian, riset berarti mencari makna kembali secara
berulang-ulang. (Sutomo, dkk. 2013 hal : 2)
Menurut National Institute of Nursing Research (NINR;2013), defenisi
riset keperawatan hanya sebagai penelitian yang mendukung pengembangan
pekerjaan perawat dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi. (Parahoo, Kader. 2014)
Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin
menguat, demikian juga terhadap keperawatan dengan kondisi klien dan
keluarga yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama
bidang keperawatan. Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan
dan sebagai mitra dokter sudah seharusnya mampu untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara

maksimal

dengan

didukung

dengan

ilmu

pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan.


Pada

perkembangannya,

ilmu

keperawatan

selalu

mengikuti

perkembangan ilmu lain mengingat ilmu ini merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah menurut tuntutan zaman. Sebagai ilmu yang mulai berkembang, ilmu
ini banyak mendapatkan tekanan dari luar dan dalam. Untuk mencapai tingkat
perkembangan yang diinginkan oleh komunitas profesional, maka upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan masalah baru dalam keperawatan
melalui proses berkelanjutan.
Dalam proses berkembangnya, ilmu keperawatan dituntut adanya riset
dan pengembangan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian,

selain itu dilihat juga adanya

pusat

pengetahuan

adanya

keperawatan,

keperawatan

serta

penelitian

dan

pengembangan

ilmu

pusat penapis dan adaptasi teknologi

adanya pengembangan model

pemberian asuhan

keperawatan.
Perkembangan ilmu keperawatan menjadi tanggungjawab semua
stakeholder keperawatan, diantaranya adalah para professional keperawatan,
pendidik keperawatan, dan mahasiswa keperawatan. Salah satu bagian
penting dalam proses pengembangan ilmu keperawatan adalah dengan adanya
riset keperawatan.
1.2

Tujuan

1.2.1

Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan konsep penelitian keperawatan

1.2.2

Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penelitian keperawatan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan penelitian keperawatan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan lingkup penelitian keperawatan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan masa depan riset keperawatan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar perlunya riset bagi masa depan
keperawatan

1.3

Manfaat
1. Bagi Institusi
Diharapkan bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan ini
menjadi sumber informasi tambahan untuk mengetahui konsep penelitian
keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan konsep penelitian keperawatan ini dapat menjadi acuan kepada


mahasiswa agar tetap melakukan inovasi demi mengembangkan penelitian
keperawatan sesuai tuntutan zaman dan guna penyusunan proposal/skripsi
atau tugas akhir dimasa yang akan datang.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2..1

Pengertian
Penelitian merupakan terjemahan dari kata research (Inggris) yang
akhirnya di Indonesiakan menjadi riset. Secara etimologi, riset berasal dari dua
kata yaitu re yang berarti kembali atau berulang-ulang, dan search berarti
mencari. Dengan demikian, riset berarti mencari makna kembali secara
berulang-ulang. (Sutomo, dkk. 2013 hal : 2)
Penelitian keperawatan menurut American Nurses Assosiation (1981)
adalah pengembangan pengetahuan tentang kesehatan dan kemajuan kesehatan
di dalam keseluruhan rentang kehidupan, merawat atau memelihara orang yang
mengalami masalah kesehatan dan ketidakmampuan baik fisik maupun
psikologis. (Danim, Sudarwan. 2003 hal : 7)
Pandangan lain mengatakan bahwa penelitian kesehatan merupakan studi
tentang

pendidikan,

administrasi

keperawatan,

pelayanan

kesehatan,

karakteristik perawat, peranan perawat dan situasi klinis. (Danim, Sudarwan.


2003 hal : 8)
Menurut (Burns dan Gove, 1993) penelitian keperawatan adalah proses
ilmiah yang memvalidasikan dan menyuling pengetahuan yang ada dan
membangun pengetahuan baru baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi praktik keperawatan. (Setiadi. 2007 hal : 13)
Menurut National Institute of Nursing Research (NINR;2013), defenisi
riset keperawatan hanya sebagai penelitian yang mendukung pengembangan
pekerjaan perawat dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi. (Parahoo, Kader. 2014)
Riset keperawatan adalah penerapan penyelidikan secara ilmiah terhadap
fenomena mengenai perhatian keperawatan : klien (individu, keluarga,

masyarakat) dan pengalaman kesehatan mereka. (Brockopp, Dorothy Young.


1999 hal : 25)
2.2 Tujuan Riset Keperawatan
Ada 4 tujuan dari riset keperawatan, yaitu untuk :
1. Menjelaskan karakteristik keadaan keperawatan yang masih sedikit
diketahui
Riset keperawatan perlu terus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan klien akan perawatan kesehatan yang optimal. Contoh :
telenursing sebagai kegawatdaruratan kehamilan.
2. Menjelaskan fenomena yang harus diperhatikan dalam perencanaan
pelayanan keperawatan
Dalam hal ini riset keperawatan bertujuan untuk megembangkan
pelayanan kesehatan terhadap klien sehinga intervensi keperawatan yang
dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. Contoh : pengaruh terapi bermain
terhadap tingkat kooperatif selama menjalani perawatan pada anak usia pra
sekolah
(3-5 tahun).
3. Memperediksi kemungkinan suatu hasil keputusan keperawatan dalam
hubungannya dengan pemberian asuhan keperawatan
Istilah riset merujuk kepada penerapan penyelidikan ilmiah terhadap
fenomena keperawatan. Penyelidikan sistematik yang dilakukan terhadap
klien dan pengalaman kesehatannya merupakan perhatian utama dalam
keperawatan (Schlotfeldt. 1997 dalam buku). Sehingga dengan adanya
pengetahuan baru, akhirnya dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan klien. Contoh : pengaruh pemberian terapi musik klasik dalam
penurunan kecemasan pada lansia.

4. Mencapai suatu tingkat kepercayaan, aktivitas untuk memenuhi kebutuhan


klien
Selama beberapa tahun terakhir ini, perawat yang melakukan riset
keperawatan telah menambah dasar pengetahuan ilmiah keperawatan untuk
memperbaiki perawatan pasien dengan studi penelitiannya. Contoh : efek
edukasi terhadap koping pasien pascabedah, kepatuhan wanita-wanita lansia
terhadap program pengobatan kesehatan. (Polit & Hungler, 1993)
(Setiadi. 2007 hal : 13)
2.3 Lingkup Penelitan Keperawatan
Falsafah keperawatan disebutkan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Keyakinan yang dimiliki oleh seorang perawat adalah bahwa manusia
adalah individu yang unik holistic. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/
keluarga, perawat, bertugas meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Menurut (Setiadi. 2007 hal : 14), lingkup keperawatan meliputi :
1. Promosi Kesehatan
Penelitian pada bidang ini mengidentifikasaikan karakteristik individu atau
situasi yang berhubungan dengan peningkatan perilaku individu terhadap
kesehatan. Bidang ini meliputi :
a. Pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat
(menghindari merokok)
b. Upaya upaya meningkatkan daya tahan tubuh agar dapat mencegah
terjadinya penyakit (makanan yang sehat).
c. Memberikan asupan dan motivasi untuk gerakan gaya hidup sehat
(perencanaan pemeriksaan fisik secara rutin).
d. Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya suatu penyakit (penularan
HIV)

Contoh : perilaku hudup bersih dan sehat terhadap pencegahan flu burung
pada anak sekolah dasar.
2. Proses keperawatan dan keputusan di lapangan (klinik)
Keperawatan klinik merupakan bagian dari tempat praktik keperawatan
yang berada ditatanan klinik yaitu : puskesmas, rumah sakit, dan klinik
khusus. ICN mendefenisikan praktik keperawatan sebagai cara untuk
membantu individu atau kelompok untuk mempertahankan atau mencapai
kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan. (Sutomo, dkk. 2013 hal
: 46)
Fokus penelitian pada bidang ini adalah mengkaji salah satu tahap
dalam proses keperawatan atau alasan yang spesifik berhubungan dengan
clinical/judgment. Ditekankan untuk mendefenisikan karakteristik atau
penyebab yang berhubungan dengan beberapa diagnosa keperawatan,
efektifitas intervensi keperawatan pada klien dengan masalah tertentu.
Contoh : pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan tingkat
kecemasan ibu persalinan kala 1
3. Kelompok risiko tinggi
Perawat tertarik untuk mengidentifikasi sekelompok orang yang mempunyai
risiko tinggi dalam masalah kesehatan tertentu dan dalam penyusunan
strategi untuk mengurangi faktor risiko. Contoh : upaya pencegahan
penyalahgunaan narkoba dan seks bebas serta peningkatan kemampuan
koping bagi pelajar SMP dan SMA.
4. Deskripsi keadan keperawatan yang holistic
Fenomena praktek di lapangan klinik sesuai dengan filosofi keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan harus menekankan pada 3 unsur
holistic, humanistic dan caring (Bio-psiko-sosio-cultural-spiritual).

Contoh : manajemen gaya hidup pada pasien yang sakit kronis, keterlibatan
ayah terhadap kehamilan, perilaku staf perawat terhadap etika pengambilan
keputusan.
5. Kelompok khusus
Bidang

ini

mencakup

identifikasi

kepercayaan

suatu

adat

yang

mempengaruhi ethnic group, ketersediaan fasilitas klinik di lansia, dan


persepsi orang yang secara adaptasi berbeda dengan tenaga kesehatan.
Contoh : hubungan keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia dengan
tingkat kesehatan lansia
6. Compliance (kepatuhan) tehadap program pengobatan
Riset ini bertujuan untuk memahami seberapa jauh pola koping, interaksi
keluarga, motivasi dan keadaan individu (umur, jenis kelamin, dan
pendidikan) ada hubungan dengan kepatuhan diet, dan pengobatan dan
program latihan. Contoh: hubungan antara pengetahuan, sikap pasien dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru.
2.4 Masa Depan Riset Keperawatan
Keperawatan berkembang sebagai suatu seni dan ilmu dengan kecepatan
yang tidak sejajar. Ledakan dalam pengetahuan keperawatan juga telah membuat
jelas nahwa banyak cara mengembangkan pengetahuan baru. Tantangan untuk
menjawab masalah-masalah keperawatan mengembangkan suatu filosofi ilmu
keperawatan sesuai dengan nilai-nilai disiplin. Hal ini berarti bahwa metode
riset baru dan cara yang berbeda dalam menjawab pertanyaan tersebut.
(Brockopp, Dorothy Young. 1999 hal : 16)
Perawat professional memiliki tanggung jawab untuk mengambil suatu
peranan yang aktif dalam pengembangan pengetahuan ilmiah

keperawatan

dan menghubungkan pengetahuan tersebut kedalam parktek. Penggunaan riset

keperawatan sebagai alat utama untuk pengembangan pengetahuan menuntun


kita agar setiap perawat memeriksa bagaimana pengetahuan tanggug jawab riset
dapat dilakukan dengan baik. Perawat tingkat sarjana diharapkan berpartisipasi
dalam aktivitas riset dalam praktek :
1. Membaca, mengartikan dan mengevaluasi riset bagi penggunaan untuk
praktek. Hasil riset keperawatan diharapkan tidak hanya sekedar diteliti
namun juga diterapkan pada praktek keperawatan. Kepuasan klien perlu
dievaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan suatu riset.
2. Memperkenalkan masalah keperawatan dan berpartisipasi dalam
melaksanaan temuan/ hasil riset. Dalam membuat riset seorang perawat
harus mencari sumber masalah dalam keperawatan untuk kemudian
dilakukan penelitian keperawatan. Perawat juga berpartisipasi untuk
menerapkan hasil riset ke dalam asuhan keperawatan pada klien.
3. Menggunakan praktek keperawatan sebagai suatu maksud pengumpulan
data sehingga lebih baik dalam keperawatan. Dalam melakukan asuhan
keperawatan seorang perawat akan menemui masalah-masalah selama
melakukan perawatan klien. Setelah menentukan masalah yang akan
diteliti, kemudian dicari data- data yang mendukung pemecahan suatu
masalahnya.

Hasilnya kemudian diterapkan guna peningkatan

keperawatan yang lebih baik.


4. Menerapkan temuan riset yang ditegakkan untuk parktik keperawatan.
Sesuai dengan tujuan diadakannya riset, diharapkan hasil dari riset dapat
diterapkan dalam asuhan keperawatan yang akan diberikan pada klien
nantinya.
5. Membagikan temuan riset dengan sesama profesi. Sebagai satu tim
dalam melaksanakan keperawatan, perawat bertugas untuk membagi
ilmu yang ia peroleh baik dalam pelatihan maupun praktek sehari-hari
kepada teman seprofesi untuk meningkatkan derajat pelayanan kesehatan
kepada klien.

10

(Setiadi. 2007 hal : 15)


2.5 Dasar Perlunya Riset Bagi Masa Depan Keperawatan
a. Harapan profesi
Perawat yang dipersiapkan pada tingkat sarjana telah menjadi suatu
minoritas kecil, karena suatu kebutuhan yang sangat besar terhadap
pengetahuan baru, aktivitas riset mengakibatkan besarnya minat perawat
untuk berpartisipasi dalam riset.
-

Peran sebagai perancang dan penghasil riset


Proses merancang dan menghasilkan riset meliputi identifikasi masalah
relevan untuk studi keperawatan juga rencana yang jelas untuk
melakukan suatu rancangan riset yang relevan.
Contoh: pengaruh deep breathing exercise terhadap fungsi ventilasi
oksigenasi paru pada klien post ventilasi mekanik

Peran sebagai replikator


Proses pengulangan suatu riset yang telah dilakukan disebut sebagai
repikasi suatu studi, replikasi menyangkut pengulangan suatu studi
dengan kondisi-kondisi yang sama dan peserta riset yang serupa dengan
penyelidikan awal. Pengulangan studi dalam kondisi yang berbeda dapat
membuat riset dapat digeneralisasi (Shelley,

1984) dan menetapkan

validitas hasil riset.


Contoh : faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan minum
obat penderita tuberkolosis paru.
-

Peran sebagai pengumpul data


Riset sebagai

pengumpul data berarti perawat membantu dalam

melaksanakan fase implementasi riset yang direncanakan peneliti.


Sehingga dari hasil implementasi itu, data-data yang dibutuhkan oleh
peneliti dapat menunjang keberhasilan riset.

11

Contoh : pengaruh fisioterapi dada terhadap saturasi oksigen pada pasien


penyakit paru obstruktif kronik diruang penyakit dalam
b. Harapan masyarakat
Melonjaknya biaya perawatan kesehatan, pelayanan kesehatan teknis yang
tinggi dan peningkatan tuntutan

hukum menuntut bahwa asuhan

keperawatan harus berdasarkan atas temuan ilmiah yang kuat.


Contoh : perbandingan penyembuhan luka terbuka menggunakan balutan
madu atau balutan normal salin-povidone iodine
c. Pengaruh antara professional
Pengaruh

kerja

dengan

profesi

kesehatan

lain

telah

merangsang

perkembangan dan klarifikasi peran riset dalam keperawatan. Para


professional pada disiplin ilmu yang berhubungan dengan kesehatan telah
memberikan pengaruh pada riset keperawatan. Upaya riset yang aktif terkait
dengan studi klinis telah membantu mencetuskan partisipasi keperawatan
dalam proyek-proyek antara disiplin ilmu, kolaboratif, dan penyelidikan
keperawatan independent. Contoh : metode keperawatn komplementer
hipnoterapi untuk menurunkn efek stresss pasca trauma tingkt sedang pada
fase rehabilitasi sistem penanggulangan kegwatdaruratan terpadu.
(Setiadi. 2007 hal : 15)
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1

Hubungan antara pengetahuan sikap pasien dan dukungan keluarga dengan


kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di BKM PATI.

3.1.1

Pengertian
TB paru adalah penyakit penyebab kematian ke 3 di Indonesia, sesudah
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan.

12

3.2

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan sikap
pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB
paru di BKM PATI.

3.3

Lingkup Penelitian
Sampel dari penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling responden,
karena diperkirakan jumlah TB paru BTA positif rawat jalan yang berobat di
BKPM PATI dalam 1 triwulan adalah 40 orang yang memenuhi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi. Penelitian ini dilakukan mulai 25 november 2011 sampai
dengan 20 desember 2011.

3.4

Manfaat judul
Agar keluarga pasien yang menderita TB paru selalu mendukung pasien dalam
kepatuhan meminum obatnya.
Agar pasien TB paru selalu patuh dan teratur dalam meminum obat TB paru

3.5

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi balai kesehatan paru pati
BKPM Pati perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan pemberian
penyuluhan tentang TB paru pada pasien dan keluarga agar pasien patuh
berobat.
2. Bagi masyarakat
a. Pasien sebaiknya tetap patuh minum obat dan melakukan perilaku
kesehatan yang dapat mencegah agar penyakit tidak bertambah buruk.

13

b. Keluarga sebaiknya tetap memberikan dukungan pada pasien dengan


cara selalu mengingatkan dan memotivasi pasien untuk minum obat
secara teratur serta meluangkan waktu untuk mengantar pasien berobat
ketika pasien membutuhkan bantuan.
3. Bagi industri pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi di STIKes
Telogorejo.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti variabel lain yang berhubungan
dengan kepatuhan minum obat selain 3 variabel yang sudah diteliti oleh
peneliti.
3.6

Pembahasan
1. Umur responden
Usia
Remaja
Dewasa muda
Paruhbaya
Lansia
Total

Frekuensi
1
13
23
3
40

Presentasi (%)
2,5
32,5
57,5
7,5
100

Hal ini dapat diasumsikan karena kelompok usia 15-55 tahun adalah
kelompok usia produktif yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi
sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis
paru lebih besar, selain itu reaktifan endogen (aktif kembali yang telah ada
dalam tubuh) cenderung terjadi pada usia produktif.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin
Laki-laki

Frekuensi
21

Persentase
52,5

14

Perempuan
Total

19
40

47,5
100

Laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan


sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman penyebab TB paru lebih
besar, selain itu kebiasaan laki-laki mengonsumsi rokok, minuman alkohol
dan keluar malam hari menurunkan system kekebalan tubuh.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah
Tamatan SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Perguruan tinggi
Total

Frekuensi
0
18
9
9
4
40

Persentase (%)
0,0
45,0
22,5
22,5
10,0
100

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penderita


untuk menerima informasi tentang penyakit, terutama TB paru. Kurangnya
informasi tentang penyakit TB paru menyebabkan kurangnya pengertian
kepatuhan penderita terhadap pengobatan atau berhenti bila gejala penyakit
tidak dirasakan lagi.
4. Kepatuhan minum obat
Kepatuhan
Tidak patuh
Patuh
Total

Frekuensi
16
24
40

Persentasi (%)
40,0
60,0
100

Hal ini dikarenakan motivasi yang tinggi dari penderita untuk sembuh
dan takut bila penyakit berlanjut. Serta takut bila lupa minum obat dan
pengobatan harus dimulai dari awal lagi. Meskipun ada satu responden yang

15

mengalami alergi (gatal-gatal dan sakit sendi) tetapi responden tetap minum
obat secara teratur.
5. Pengetahuan
Pengetahuan
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
10
30
40

persentase
25,0
75,0
100

Pendidikan yang tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang


cukup tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat
pada pasien TB paru. Berdasarkan tingkat pendidikan formal penderita TB
paru tidak memberikan dampak yang berarti terhadap kejadian kepatuhan
berobat, dimana tidak berlaku pada penelitian ini bahwa semakin tinggi,
atau semakin rendah pendidikan seseorang penderita akan cenderung patuh
berobat dalam hal ini adalah penderita TB paru.
6. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga
Kurang
Baik
Total

Frekuensi
11
29
40

Persentase (%)
27,5
72,5
100

Friedman menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi afektif, adalah


fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lai; fungsi
sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah, dan fungsi perawat/ pemeliharaan
kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

16

3.7 Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum
obat TB paru di BKPM Pati.
2. Adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan minum obat
TB paru di BKPM Pati.
3. Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat TB paru di BKPM Pati

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Penelitian keperawatan menurut American Nurses Assosiation (1981)
adalah pengembangan pengetahuan tentang kesehatan dan kemajuan kesehatan
di dalam keseluruhan rentang kehidupan, merawat atau memelihara orang yang
mengalami masalah kesehatan dan ketidakmampuan baik fisik maupun
psikologis. (Danim, Sudarwan. 2003 hal : 7)
Pandangan lain mengatakan bahwa penelitian kesehatan merupakan studi
tentang

pendidikan,

administrasi

keperawatan,

pelayanan

kesehatan,

karakteristik perawat, peranan perawat dan situasi klinis. (Danim, Sudarwan.


2003 hal : 8)
Untuk itu perlunya mengetahui konsep dasar penelitian keperawatan agar
dapat terus melakukan berbagai penelitian bidang kesehatan, memperbaharui

17

penelitian mengikuti perkembangan zaman, sehingga perawat dapat terus


meningkatkan derajat kehidupan individu, keluarga dan masyarakat.
4.2

Saran
Sebaiknya sebelum melakukan penelitian keperawatan diharapkan kita
sebagai mahasiswa atau peneliti memahami terlebih dahulu apa yang menjadi
konsep dasar penelitian keperawatan termasuk yang menjadi ruang lingkup
penelitian dan sampel yang akan diteliti sehingga masa depan keperawatan
menjadi lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai