Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. WP, KHUSUSNYATN.

WP,
DENGAN GASTRITIS, DI BR.PASEKAN, DESA KETEWEL,
KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
TANGGAL 5s/d 24SEPTEMBER 2016

OLEH :

IDA AYU DIAH NARESWARI KENITEN


P07120214039
DIV KEPERAWATAN TK.III / SEMESTER V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2016

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Keluarga


A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing)
adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga
sebagai unit atau satu-kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui
perawatan sebagai sarananya.
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Menurut Bailon dan Maglaya 1978 (dalam Effendy 1998) mendefinisikan keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinte-raksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masingmasing dan mencipta-kan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil
darimasyarakat yang terdiri atas kepalakeluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atapdalam keadaan saling bergantungan. Menurut Friedman (1998)
mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang
lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang
berdekatan.

Menurut BKKBN (1992)mendefinisikan keluarga adalah unit terkcil dalam masyarakat


yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu
dengan anaknya. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak,
kakek dan nenek. Menurut UU No. 10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.
B. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga Non Tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempu-nyai anak.
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kela-min sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

2. Menurut Allender dan Spradley (2001)


a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat.
2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
3) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa
saja.
6) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
b. Keluarga Non Tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hi-dup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988)
a. Keluarga berantai (sereal family), yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

C. Stuktur Keluarga
Struktur keluarga bermacam-macam, diantaranya :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara se-darah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri (Nasrul Effendy, 1998).
Ciri-ciri struktur keluarga, yaitu :
1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara aggota keluarga.
2. Ada Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempu-nyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada Perbedaan dan Kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing (Anderson
Carter).
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri atas:
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komu-nikasi dalam keluarga ada
yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, message, environtment, dan
reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
a

Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika menyampaikan


pendapat, jelas dan berkualitas, meminta feedback, menerima feedback.

Pengirim yang tidak berfungsi.


1) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif).
2) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya).
3) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan
sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan
salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: kamu ini bandel,
kamu harus
4) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan.
5) Komunikasi yang tidak sesuai.

c. Karakteristik penerima yang berfungsi


1) Mendengar
2) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
3) Memvalidasi
d. Penerima yang tidak berfungsi
1) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar.
2) Diskualifikasi, contoh : iya dech..tapi.
3) Offensive (menyerang bersifat negatif).
4) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi).

5) Kurang memvalidasi.
e. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
1) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
2) Komunikasi terbuka dan jujur.
3) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga.
4) Konflik keluarga dan penyelesaiannya.
f. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
1) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu).
2) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi.
3) Kurang empati.
4) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
5) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu.
6) Komunikasi tertutup.
7) Bersifat negatif.
8) Mengembangkan gosip.
2. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
3. Struktur Kekuatan dan Struktur Nilai

Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari indi-vidu untuk


mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain kea rah positif. Ada
beberapa macam tipe stuktur kekuatan, yaitu :
a

Legitimate power (power)

Referent power (ditiru)

Reward power (hadiah)

Coercive power (paksa)

Affective power

Expert power (keahlian)

4. Struktur Norma dan Nilai


Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan dan mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar masyarakat keluarga.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah
antara lain :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan bata-san perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta men-jamin pemenuhan

kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5. Fungsi Biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa
aman/memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan penge-tahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkem-bangannya.
E. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan
lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajagan tahap II bila ditemui data maladapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang
dimaksud, yaitu :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga
terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga,
bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap
akibat atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana

sistem pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene sanitasi
bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan
keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
F. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman 1998 ada 8,yaitu :
1. Tahap I
Keluarga

: Keluarga pemula
pemula

merujuk

pada

pasangan

menikah/tahap

pernikahan.

Tugas

perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga
berencana.
2. Tahap II

: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, memper-tahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang me-muaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membia-sakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,
memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan
keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru

yang

didapat

dari

hasil

pernikahan

anak-anaknya,

melanjutkan

untuk

memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua


lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungna perka-winan yang kokoh.

8. Tahap VIII

: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan ter-hadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan

perkawinan,

menyesuaikan

diri

terhadap

kehilangan

pasangan

dan

mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.


G. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya (Effendy, 1998).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian, yaitu :
a

Data Umum
1)

Identitas kepala keluarga

2)

Komposisi anggota keluarga

3)

Genogram

4)

Tipe keluarga

5)

Suku bangsa

6)

Agama

7)

Status sosial ekonomi keluarga

Aktivitas Rekreasi Keluarga


1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2) Tahap perkembangan keluarga saat ini
3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
4) Riwayat keluarga inti

5) Riwayat keluarga sebelumnya


c

Lingkungan
1)

Karakteristik rumah

2)

Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

3)

Mobilitas geografis keluarga

4)

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5)

Sistem pendukung keluarga

Struktur Keluarga
1)

Pola komunikasi keluarga

2)

Struktur kekuatan keluarga

3)

Struktur peran (formal dan informal)

4)

Nilai dan norma keluarga

Fungsi Keluarga
1)

Fungsi afektif

2)

Fungsi sosialisasi

3)

Fungsi perawatan kesehatan

Stres dan Koping Keluarga


1)

Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan


keluarga

2)

Respon keluarga terhadap stress

3)

Strategi koping yang digunakan

4)

Strategi adaptasi yang disfungsional

Pemeriksaan Fisik
1)

Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.

2)

Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota ke-luarga.

3)

Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, ke-pala, mata,
mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstre-mitas atas dan bawah, system
genetalia.

4)

Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

h. Harapan keluarga

1)

Terhadap masalah kesehatan keluarga

2)

Terhadap petugas kesehatan yang ada

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Suprajitno (2004),
yaitu:
a

Membina Hubungan Baik


Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan
tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada
keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.

Pengkajian Awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
yang dilakukan.

Pengkajian Lanjutan (Tahap Kedua)


Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab
dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa

keperawatan

adalah

pernyataan

yang

menggunakan

dan

menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial/aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensiintervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah
perubahan (Carpenito, 2008).Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Analisa Data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan


standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasarmanusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu
pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1) Diagnosa Sehat/Wellness/Potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sum-ber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat digu-nakan. Perumusan diagnosa potensial ini
hanya terdiri dari komponen problem (P) saja dan sign/symptom (S) tanpa
etiologi (E).
2) Diagnosa Ancaman/Risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan
diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3) Diagnosa Nyata/Aktual/Gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh ke-luarga dan
memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa aktual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Efendy,1998).Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap
yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno, 2004).
a. Skala Prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun
prioritas masalah kesehatan dan kepe-rawatan keluarga harus didasarkan beberapa
kriteria sebagai berikut :
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah
dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

Tabel Proses Skoring


Kriteria
Sifat masalah

Bobot
1

Kemungkinan masalah
untuk dipecahkan

Potensi masalah untuk


dicegah

Skor
Aktual
=3
Risiko
=2
Potensial
=1
Mudah
=2
Sebagian
=1
Tidak dapat = 0
Tinggi
=3
Cukup
=2
Rendah
=1

Menonjolnya masalah

Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah =
0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :


1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5).
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan
stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk mem-perkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan
sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier
untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana me-ngatasi problem/masalah (P) di
keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana
mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah.
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui
dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang
faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan,
cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara
teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga,
yaitu :
a. Sumber daya keluarga.
b. Tingkat pendidikan keluarga.
c. Adat istiadat yang berlaku.
d. Respon dan penerimaan keluarga.
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil imple-mentasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja
valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan
tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi
tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
- S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
- O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
- A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
- P

perencanaan

selanjutnya

setelah

perawat

melakukan

analisis

(Suprajitno,2004).
H. Referensi

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia : Lippincott.
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and
Practice. California : Lippincott.
BKKBN.1992. Keluarga Bertanggung Jawab. Jakarta.
Carpenitto, L. J. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1988. Standar Praktek Kesehatan bagi Perawat
Kesehatan. Jakarta.
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :EGC.

Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research.Aplenton


Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC.
Supartini,Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Suprajitno.2004.Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC.

1.2 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gastritis


A. Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut,
dengan kerusakan Erosive karena permukaan hanya pada bagian mukosa (Iin Inaya,
2004).
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore,2003). Gastritis adalah
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung (Suyono,2001).

David Ovedorf(2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster akut


atau kronik.
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada
mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002).
Jadi gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut atau
kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagaian besar gastritis disebabkan oleh
infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa bahan yang sering
dimakan dapat mennyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung.
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi
lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori
( bakteri yang tumbuh yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung).
Tidak ada bakteri lainnya yang ada dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung
yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa
tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetep atau gastritis
sementara.
b. Gastritis karena steress akut, merupaka n jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti yang terjadi pada luka
bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari : bahan-bahan seperti obat-obatan ,
terutama aspirin dan obat anti peradangan non steroid lainya, penyakit Crohn, infeksi
virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa
disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka), paling sering
terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjai pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalamu gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing
gelang . eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.

f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis ini
juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat
(mengalami pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan
anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vittamin B12 dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Dinding
lambung menjadi tebal, lipatanya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista
yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma
(salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ
lainnya. Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima
terapi penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
Klasifikasi :
a. Gastritis Superfisialis Akut
1) Definisi
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakankerusakan erosi.
2) Etiologi
a) Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin
b) Bahan kimia, misalnya lisol
c) Merokok
d) Alkohol
e) Stress fisis ( combustio, sepsis, trauma, gagal ginjal)
f) Refluks usus halus
g) Endotoksin bakteri
h) Makanan berbumbu (lada, cuka)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Hispatologi biopsy
b) Analisis cairan lambung

c) Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi


H.Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernnah kontak dengan bakteri pasa suatu waktu dalam hidupnya tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
d) Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
e) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
f) Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tandatanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
ronsen.
4) Komplikasi

a) Perdarahan saluran cerna


b) Ulkus
c) Perforasi (jarang terjadi)
5) Penatalaksanaan
a) Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab dapat
dihilangkan
b) Penatalaksanaan medik yang diberikan:
(1) Obat anti mual/ muntah
(2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV jika masih muntah
(3) Penghambat H2 (ranitidine)
(4) Antacid
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Definisi
Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Gastritis ini
ditandai oleh artrofi progesif epitely
2) Etiologi
Belum diketahui
a) Namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol
berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis atrofik)
b) Pada klien dengan anemia pernisiosa , patogenesis berkaitan dengan
mekanisme imunologik
c) Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan Ca

B. Tanda dan gejala


1. Manifestasi Klinis Gastritis Akut
a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan
sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anorexia

d. Gejala yang berat:


1) Nyeri epigastrium hebat
2) Perdarahan
3) Vomitus
4) Hematemesis
2. Manifestasi Klinis Gastritis Kronik
a. Perasaan penuh pada abdomen
b. Anorexia, nausea
c. Distres epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e. Keluhan-keluhan anemia
C. Pohon masalah
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan
difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam
lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan
terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan
perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter
esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
Gambar 1 : Pohon masalah untuk penyakit gastritis

Sumber pohon masalah : Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction

D. Pemeriksaan diagnostik
1. Hispatologi biopsy
2. Analisis cairan lambung
3. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernnah kontak dengan bakteri
pasa suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
4.

Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
pada lambung.

5. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinarX. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika
ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
6. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

E. Penatalaksanaan medis
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung, dengan porsi
kecil dan sering obat obatan di tunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa
anragonis reseplar H, inhibitor pompa proton, antikelinergerik dan antosid juga ditunjukan
sebagai sitoprotektor, berupa sukrafat dan prostaglandin.
1. Untuk menetralisasi asam digunakan antasida ( mis. Alumunium hidroksida ) untuk
menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
2. Bila korosi luas, ernetik, lavase lebih dari karena bahaya perforasi tapi pendukung
mencakup inlubasi analgesic sedative, anasida serta inlravana endoskapi eptik mungkin
diperlukan, pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
jaringan forasi, gastrojejunastam atau reaksi lambung diperlukan untuk abstruksipilorus.
F. Pengkajian keperawatan
1.

Riwayat kesehatan
a. Gejala nyeri ulu hati
b. Tidak dapat makan
c. Mual/muntah
d. Kapan gejala dirasakan : sebelum/sedudah makan, setelah mencerna makanan
pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?
e. Apakah gejala b.d ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau
makan terlalu cepat?
f. Bagaimana gejala hilang?
g. Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani pembedahan
lambung?

h. Pola makan dan riwayat diet


i. Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan

metode apa

pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien

2.

Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan abdomen
b. Dehidrasi ( perubahan turgor kulit, membran mukosa kering).
c. Gangguan sistemik yang dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.

G. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan voulume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan
berlebihan karena muntah
2. Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang
tidak adekuat
4. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit
H. Rencana keperawatan
No
DX

NOC

NIC

Fluid balance
Setelah dilakukan tindakan

Fluid managemen

Asuhan keperawatan selama 3 x

1. Monitor berat badan / hari

24 jam di harapkan cairan tubuh

2. Pertahankan intake dan output

terpenuhi dengan kriteria hasil :

yang akurat

tekanan darah dalam waktu


yang diharapkan

keseimbangan intake dan


output dalam 24 jam

tidak ada acites

tidak ada kehausan

hidrosil kulit

pengeluaran urine dalam


batas normal

Keterangan penilaian NOC


1 = Sangat bermasalah
2 = Cukup bermasalah
3 = Bermasalah sedang
4 = Sedikit bermasalah
5 = Tidak bermasalah
2

3. Monitor status hidroksi


( membrane mukosa ) yang
akurat.
4. Monitor hasil laboratorium
berhubungan dengan retensi
cairan (peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan
peningkatan tingkat asmalatitas
urin.
5. Monitor status hemodinamik
termasuk CUP, MAP, PAP
6. Monitor vital sign
7. Monitor indikasi kelebihan
cairan (endema peningkatan
JUP dan ansietas)

Pain control
Setelah dilakukan tindakan

Pain managemen

Asuhan keperawatan selama 3 x

1. Kaji secara komperhensif

24 jam diharapkan nyeri pasien


berkurang dengan kriteria hasil :
-

mengenali faktor penyebab

mengenali lamanya obat

tentang nyeri
2. Observasi isyarat isyarat non
verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan komunikasi terapeutik
agar pasien dapat

menggunakan metode

mengespresikan nyeri

pencegahan
4. Kaji latar belakang budaya
-

menggunakan pencegahaan

pasien

nonanalgetik
5. Kaji pengalaman klien tentang
-

mencari bantuan tenaga

medis / kesehatan
-

melaporkan nyeri yang


sudah terkontrol

Kriteria penilaian NOC


1 = Tidak dilakuakan sama

nyeri
6. Berikan informasi tentang nyeri
7. Anjurkan pasien untuk
memonitor nyeri sendiri

sekali
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
3

Nutritional status : Nutrien

Nutrition managemen

intake
Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji adanya alergi makanan

Asuhan keperawatan selama 3 x

2. Kolaborasi dengan ahli gizi

24 jam di harapkan kebutuhan

untuk menentukan jumlah kalori

nutrien tercukupi dengan kriteria

dan nutrisi yang dibutuhkan

hasil :
- cairan intake
- protein intake
- fat intake
- carbohiydrat intake
- vitamin intake
- mineral intake
- iron intake
- calcium intake
Keterangan penilaian NOC
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan

pasien
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan Substansi gula
6. Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
7. Ajarkan pasien bagaimana
menbuat catatan makanan harian

Knowladge : Disease Proses

Pain managemen ( 1400)

(1803)
Setelah dilakukan tindakan

1. Mengobservasi kesiapan klien

Asuhan keperawatan selama 3 x

2. Menentukan tingkat pengetahuan


klien sebelumnya

24 jam di harapkan pasien dapat


mengetahui penatalaksanaan dan
proses penyakit
Dengan kriteria hasil :
-

4. Jelaskan secara rasional tentang


pengelolaan terapi

(180301) family anty with


disease name

3. Menjelaskan proses penyakit

5. Anjurkan pesien untuk


mencegah atau meminimalkan

(180302) description of

efek samping dari penyakitnya

disease proses
-

(180303) description of

6. Kaji pengetahuan klien tentang


diet yang di anjurkan

cause or contribusing
factors
-

7. Jelaskan tujuan diet

(180305) description of
effects of disease

(180308) descriptioin of
minimese disease
progression

Keterangan penilain
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
Tabel 1 : Intervensi keperawatan untuk penyakit gastritis

I. Referensi
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih
Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saferi, Wijaya. 2013.KMB 1. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga TN. WP Khususnya TN. WP
dengan Gastritis, di Banjar Pasekan Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten
Gianyar.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. WP, KHUSUSNYATN.WP
DENGAN GASTRITIS DI BANJAR PASEKAN DESA KETEWEL, KECAMATAN
SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR
TANGGAL 5 s/d 24 SEPTEMBER 2016

A.

PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga :TN.WP
b. Umur

: 45 tahun

c. Alamat

:Br.Pasekan Ketewel

d. Telepon

:-

e. Pekerjaan

: Buruh

f. Pendidikan

: SMA

g. Komposisi keluarga

Tabel.1 Komposisi Keluarga Tn. WP khususnyaTn.WP dengan Gastritis di Banjar Pasekan,


Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, KabupatenGianyar,
Pada tanggal 5 s/d 24September 2015.

No
.

Nama

J
K

Tn. WP

Ny.WA

An.AW

Hub
dng
KK
Sua

Status Imunisasi
Umu
r

Pendidikan

BC
G

Polio

DPT

Ket

Hepat

Ca

itis

mp

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

ak

v v v v v v v v v v

sakit

45 th

SMA

Istri

45 th

SMA

v v v v v v v v v v

sehat

Ana

18 th

SMA

v v v v V v v v v v

sehat

mi

k
4

An.WT

Ana
k

15 th

SMP

v v v v v v v v v v

sehat

2. Genogram :
Gambar 1.

Keterangan :
= meninggal
= laki-laki masih hidup
= perempuan masih hidup
= hubungan perkawinan
= klien
= tinggal serumah
Gambar 1. Gambar Genogram Keluarga TN. WP di Banjar Pasekan, Desa Ketewel,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Penjelasan genogram keluarga Tn.WP :


Kedua orang tua dari Tn.WP masih hidup namun diketahui bahwa ayah dari Tn.WP dahulu
memiliki riwayat penyakit paru, ibu Tn.WP memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan ayah
dari Ny.WA sudah meninggal karena penyakit Diabetes Mellitus. Ny.WA bersaudara 6
orang yakni 3 kakak laki-laki , 1 kakak perempuan dan 2 adik perempuan. Kakak laki-laki
yang pertama dan kedua dari Ny.WA diketahui memiliki riwayat penyakit Diabetes
Melitus. Semua saudara dari Ny.WA sudah menikah dan tinggal terpisah. Sedangkan
Tn.WP memiliki 2 adik kandung laki-laki, dimana kedua adik Tn.WP diketahui belum

menikah. Tn.WP dan Ny.WA menikah dikaruniai 2 orang anak laki-laki dan perempuan.
Saat ini Tn.WP beserta istri dan anak-anaknya tinggal bersama dalam 1 rumah.
3. Tipe keluarga
Tipe Keluarga Tn.WP adalah keluarga tradisional dengan tipe keluarga inti yang terdiri dari
Tn.WP, istri dan anak-anaknya. Dalam hal ini Tn.WP berperan sebagai kepala keluarga.
4. Suku bangsa
Sukubangsa keluarga adalah Tn.WP adalahSuku Bali, bahasa yang digunakan untuk
berbicara sehari-hari dalam keluarga adalah bahasa bali, dan tidak ada peraturan atau
kebiasaan khusus yang dipengaruhi oleh suku mengenai kesehatannya.
5. Agama
Keyakinan yang dianut keluarga Tn.WP adalah Agama Hindu. Tidak ada perbedaan
diantara anggota keluarga. Keluarga Tn.WP setiap harinya selalu menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn.WP bekerja sebagai buruh bangunan dan tukang ukir, pekerjaan dari Tn.WP tidak
menentu tergantung dari proyek yang didapat. Istrinya bekerja sebagai pedagang ayam di
pasar. Tiap hari Ny.WA menjual dagangannya di pasar Padangsambian Denpasar yang
jaraknya +15km dari rumahnya. Pendapatan tiap bulannya didapatkan dari hasil menjual
dagangannya. Pendapatan Tn.WPperhari tidak menentu tergantung dari hasil penjualan
dagangannya. Jika di hitung kurang lebih sekitar Rp.50.000-100.000 per hari. Uang
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari yaitu untuk membeli bahan
makanan untuk di dapur, untuk ditabung, untuk perlengkapan mandi, kebutuhan sekolah
anaknya dan kebutuhan lainnya.
7. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Jika ada waktu luang keluarga Tn.WP berkumpul dan mengobrol dengan keluarga,
menonton TV bersama, maupun pergi perkunjung ke rumah tetangga.Tn.WP juga
mengatakan sehari-hari jika tidak ada proyek, beliau menghabiskan waktunya
denganberdiam diri dirumah,terkadang juga berjalan-jalan kerumah saudaranya yang tidak
jauh dari rumah. Setelah mengobrol dan berkumpul dengan keluarga atau tetangga, pasien
mengatakan merasa tenang. Pasien mengatakan jarang pergi jauh untuk berekreasi.

B.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1.

Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini


Tahap perkembangan keluarga Tn.WP berada pada tahap V yaitu dimana pada tahap ini
keluarga menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika anak anak beranjak
remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.

Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Keluarga belum sepenuhnya berhasil dalam proses perkembangan dewasa dimana kedua
anaknya masih menempuh pendidikan dan belum mandiri. Namun, anak sudah mampu
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti pada orang tua.

3. Riwayat Keluarga Inti


Saat pengkajian,keluarga Tn.WPada yang mengalami masalah kesehatan yakni Tn.WP
sendiri mengalami masalah kesehatan yaitu Gastritis, dengan keluhan sering merasa nyeri
lambung, dan kadang-kadang terasa perih pada ulu hati, kadang juga disertai mual dan
muntah. Tn.WPmengatakan dahulu saat muda ia sering minum arak, pasien mengatakan
bahwa dulu arak sudah menjadi minuman kesehariannya. Tn.WP juga mengatakan
memiliki riwayat merokok dan minum kopi sampai saat ini, namun sudah sedikit dikurangi
karena pasien menyadari keluhan tersebut. Tn.WP juga sering telat makan saat bekerja
namun saat ini sudah berusaha selalu makan tepat waktu semenjak pasien mengakui
penyakitnya pernah kumat hingga rasa sakitnya tidak tertahankan. Saat ini pasien tidak
mengonsumsi obat khusus untuk meredakan penyakitnya. Pasien hanya berusaha makan
tepat waktu untuk menghindari kekambuhan.
4. Riwayat KeluargaSebelumnya
Tn.WP mengetahui dirinya menderita gastritis sejak 8 tahun yang lalu. Saat itu pasien
sempat dirawat jalan karena keluhan nyeri perut hingga muntah-muntah. Pasien mengeluh
merasa mual dan nyeri pada ulu hati, kadang disertai muntah dan pusing. Pasien
mengatakan bahwa sebelumnya sekitar 1 bulan yang lalu sempat berobat ke dokter karena
penyakit maag yang dialaminya

C.

PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Rumah Tn.WP adalah rumah permanen milik sendiri, luas tanah + 5 Are, yang terdiri atas
2 kamar tidur yg berukuran 4 x 5m, 1 kamar tidur berukuran 3 x 4m, 1 kamar mandi, 1
ruang dapur, sumur, tempat ibadah, teras dan halaman yg cukup luas. Kondisi tempat
tinggal Tn.WR baik,rapi, bersih dan juga rindang karena dihalaman rumahnya ditanami
beberapa pohon perindang. Tedapatventilasi dan jendela yang cukup bersih disetiap
ruangan. Tn.WP dan istrinya memiliki ruangan tersendiri untuk beristirahat, begitu juga
kedua anaknya memiliki ruang tidur masing-masing yang kondisi ruangannya cukup
bersih.
Denah Rumah :

6
+ 4 Are

1) Kamar Tidur dari Tn KS dan Ny KD

10 rumah pada keluargaTn. WP denganGastritis Di Banjar Pasekan Desa


Gambar.2 Denah
Ketewel, Kecamatan Sukawati,Kabupaten Gianyar
Tanggal 5 s/d 24september 2016
Ket :
1) Kamar Tidur
2) Kamar Tidur Pasien
3) Kamar Tidur
4) Dapur
5) Kamar Mandi/WC
6) Sumur
7) Tempat Ibadah

8) Teras
9) Halaman
10) Pintu Masuk
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn.WP tinggal di lingkungan yang berada di desa dengan jumlah penduduknya
yang cukuppadat. Di lingkungan rumah Tn.WP penduduknya sebagian besar bermata
pencaharian buruh ,petani dan pedagang. Jarak rumah yang satu dengan yang lain tidak
terlalu berdekatan. Rumah Tn.WP berada dipinggir sawah. Terdapat jalan utama tetapi
tidak begitu besar, jarak menuju jalan raya 200 meter.
3. Mobilitas Geografi Keluarga
Tn.WP mengatakan sudah menetap di Desa Ketewel sejak tahun 1971. Sebelumnya Tn.WP
dan keluarga sempat tinggal di dekat banjar Pasekan. Namun pada Tahun 2011 Tn.WP
sekeluarga membangun rumah dan berpindah ke rumah yang ditinggalinya hingga saat
ini.Saat ini Tn.WP sudah menempati rumahnya selama 5 tahun.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn.WP memandang lingkungan tempat tinggalnya sebagai lingkungan yang baik.
Jika ada kegiatan gotong royong yang ada di sekitar lingkungan Tn.WP dan Ny.WA kadang
ikut aktif dalam kegiatan.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Informal : Tn.WP mengatakan jika ada masalah, maka Tn.WPakan berbicara pada Ny.WA
dan anak-anaknyaTidak pernah melibatkan keluarga lain/tetangga untuk ikut
menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga tersebut.
Formal :
Tn.WP
mengatakan
mempunyai
akses
jaminan
padakeluarganya.Bentuk

jaminan

kesehatan

tersebut

adalah

kesehatan
JKN.

Jika

adaanggotakeluarga yang sakit maka akan langsung dibawa ke puskesmas atau


dirujuk kerumah sakit terdekat.
D.

STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi Keluarga

Tn.WPmengatakan pola komunikasi dalam keluarga dilakukan secara terbuka. Bahasa


yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bali. Frekuensi komunikasi dalam keluarga
setiap hari dilakukan dan selama ini tidak ada masalah dalam keluarga yang tertutup untuk
didiskusikan. Tn.WP dan Ny. WA biasanya mengobrol di malam hari sambil bersantai
menunggu larut malam sampai mengantuk.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.WPmengatakan bahwa yang membuat dan mengambil keputusan dalam
keluarga adalah Tn.WP sendiri selaku kepala keluarga, dimana keputusan tersebut sudah
dibicarakan sebelumnya dengan anggota keluarga. Tn.WP mengatakan dalam keluarga
saling menghargai antara satu dengan yang lain, saling membantu serta saling mendukung.
Hal ini sangat penting jika Tn.WP/Ny.WA maupun anggota keluarga yang memiliki
masalah maka dapat saling membantu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Struktur peran
Formal

: Tn.WPmengatakan bahwa ia dan keluargamerupakan anggota masyarakat dari


Desa Ketewel. Oleh karena itu, jika ada kegiatan di lingkungannya Tn.WP dan
Ny.WA juga ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut, seperti kegiatan kerja
bakti di banjar, ngayah di pura dan lain-lain.

Informal : Tn.WP berperan sebagai kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Tn.WP
merupakan lulusan SMA dan bekerja sebagai buruh. Ny.WA berperan sebagai
ibu rumah tangga yang juga membantu suaminya mencari nafkah denganikut
bekerja sebagai pedagang di pasar dan juga mengurus anak.
4. Norma Keluarga
Tn.WP mengatakannorma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan agama yang
dianut oleh keluarga. Bila ada keluarga yang sakit akan dibawa ke sarana

pelayanan

kesehatan. Dari segi budaya Bali daerah setempat, tidak ada larangan atau pantangan
tertentu yang berpengaruh terhadap kesehatan maupun dalam kegiatan sehari-hari.

E.

FUNGSI KELUARGA
1.

Fungsi Afektif

Seluruh anggota keluarga Tn.WPsaling menyayangi satu sama lain. Apabila ada
saudaranya yang sakit atau yang ditimpa musibah maka anggota keluarga yang lain saling
membantu.
2.

Fungsi Sosialisasi
Jika ada kegiatan di lingkungan tersebut Tn.WP dan Ny.WA ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan tersebut. Diwaktu luang, Tn.WP dan Ny.WAsering mengobrol dengan tetangga
sekitar karena jarak rumah dengan rumah tetangga lumayan dekat. Tn.WP menekankan
perlunya meningkatkan komunikasi hubungan dengan orang lain. Mereka membiasakan
anggota keluarga untuk bisa bermasyarakat dan bergaul di tengah-tengah masyarakat

3.

Fungsi Perawatan Kesehatan


Jika ada anggota keluarga yang sakit,Tn.WP dan Ny.WA segera membawa anggota
keluarga yang sakit ke puskesmas. Dalam keluargaTn.WP, yang berperan sebagai
pengambil keputusan adalah Tn. WP sendiri, sekaligus sebagai kepala keluarga. Jika ada
anggota keluarga yang sakit, semua anggota keluarga ikut merawat anggota keluarga yang
sakit. Ny. WA sebagai ibu rumah tangga yang ada di rumah, bertugas untuk merawat
lingkungan dan anggota keluarga yang lain juga ikut membantu. Keluarga Tn. WP dan Ny.
WA mampu memanfaatkan fasilitas/pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya.

4. Fungsi Reproduksi
Tn.WP memiliki istri dan 2 orang anak kandung laki dan perempuan. Saat ini Tn.WP dan
Ny.WA mengikuti program keluarga berencana sejak 4 tahun yang lalu, dimana Ny.WA
memilih menggunakan KB Implan.
5. Fungsi Ekonomi
Tn.WPmengatakan penghasilannya sebagai buruh dan penghasilan istrinya sebagai
pedagang tidak tetap setiap hariya tergantung dari hasil proyek yang didapat dan penjualan
dagangan

istrinya.

Namun

rata-rata

penghasilan

Tn.WP

perbulannya

yakni

Rp.1.800.000,uang tersebut akan digunakan Tn.WP dan Ny. WA untuk memenuhi

kebutuhan sehari hari untuk bahan makanan di dapur, perlengkapan mandi, biaya
pendidikan anak dan perlengkapan sehari-hari lainnya.
F.

TUGAS PERAWATAN KELUARGA


a.

Mengenal masalah kesehatan


Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP sendiri mengeluhkan nyeri perut kadang terasa
perih pada ulu hati, kadang juga disertai mual dan muntah. Tn.WP sudah mengetahui
bahwa dirinya menderita penyakit Gastritis sejak 1 tahunterakhir semenjak beliau
memeriksakan dirinya ke dokter karena keluhan nyeri perut hingga muntah-muntah.
Pasien juga mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya saat ini karena riwayat

minum arak dan pola hidup tidak sehat yang dahulu sering dilakukannya.
b.
Mengambil Keputusan
Pada keluarga Tn. WP, apabila ada keluarga yang sedang sakit maka Tn.WP berperan
dalam mengambil keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk merawat
anggota keluarganya yang sakit. Dalam hal ini jika Tn.WP sendiri yang mengalami
sakit Gastritis dan jika sakitnya kambuh beliau memutuskan untuk beristirahat dan
berobat ke dokter jika terjadi kekambuhan yang tidak dapat dia tahan.
c.

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga Tn.WP mengatakan belum mengetahui betul bagaimana cara merawat
anggota keluarga yang sakit khususnya tentang penyakit Gastritis yang dialami oleh
Tn.WP. dalam hal ini ketika Tn.WP mengalami sakit, beliau hanya beristirahat dan
kadang mengolesi perutnya yang sakit dengan minyak. Anggota keluarga yang lain
juga kadang mengingatkan Tn.WP untuk makan tepat waktu.

d.

Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat


Keluarga Tn.WP mampu memelihara dan memodifikasi lingkungan rumah. Dalam hal
ini, rumah Tn.WP terlihat cukuprapi dan bersih, Kamar mandi juga terlihat cukup
bersih. Sanitasi dalam rumah cukup. Dari segi pengelolaan limbah keluarga sering
membakar sampah di rumahnya dengan menggunakan bak khusus untuk membakar
sampah. Selain itu limbah kamar mandi keluarga disiapkan spiteng agar tidak
mencemari

lingkungan

sekitar.Untuk

pencahayaan

setiap

malam

keluarga

menggunakan PLN dan untuk air minum dan mandi keluarga mempergunakan air
sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari air bersih.
e.

Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga Tn.WP sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia, apabila ada
keluarga yang sakit diajak berobat ke puskesmas.

G.

STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stres jangka panjang dan jangka pendek
Stres jangka panjang :
Tn.WPmengatakan penghasilan yang hanya Rp 1.800.000,- per bulan hanya cukup untuk
biaya kehidupan sehari-harinya saja, tidak ada uang simpanan yang dikhususkan untuk
keperluan biaya kesehatannya.
Stres jangka pendek :
Tn.WP mengatakan sering memikirkan tentang pekerjaannya, karena jika tidak ada proyek
maka penghasilan Tn.WP juga tidak ada.Mengingat kebutuhan hidup semakin meningkat
ditambah lagi Tn.WP harus membiayai pendidikan kedua anaknya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Jika ada masalah keluarga Tn.WP dan Ny. WA sangat tanggap terhadap masalah yang ada
dan pemecahan masalahnya selalu diselesaikan dengan musyawarah didalam keluarga
bersama anggota keluarganya, dari segi perekonomian jika keluarga tidak memiliki uang,
keluarga akan mengambil uang dari hasil tabungan ataupun berusaha meminjam uang dari
sanak saudara atau tetangga.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam keluarga sehingga
masukan dari keluargadapat membantu dalam menyelesaikan masalah.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga menghadapi masalah
secara maladaptif.

H.

Pemeriksaan Fisik
Table II. Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn.WP

Hasil
pemeriksa
an

Nama anggota keluarga


Tn. WP

Ny.WA

An.AW

An.WT

Baik

Baik

Baik

Baik

Kunjungan I

Kunjungan I

Kunjungan I

Kunjungan I

TD

TD : 120/80 mmHg

TD: 110/80mmHg

TD : 120/80mmHg TD : 110/70mmHg

Nadi

74x/menit

68x/menit

70x/menit

72x/menit

36oC

36oC

36oC

36oC

BB

65 kg

83 kg

65kg

42kg

IMT

23,3

33,2

21,3

17,7

RR

20x/menit

20x/menit

20x/menit

20x/menit

TB

167cm

155 cm

175 cm

154 cm

Kepala

Mesocepal, rambut
bersih, warna hitam
dan lurus, tidak ada
lesi

Mesocepal, rambut
bersih, warna
hitam dan
lurus.tidak ada lesi

Mesocepal, rambut
bersih, warna
hitam dan lurus.
Tidak ada lesi

Mesocepal, rambut
bersih, warna
hitam dan lurus.
Tidak ada lesi

Mata

Simetris,
konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak
ikterik

Simetris,
konjungtiva tidak
anemis, sclera
tidak ikterik

Simetris,
konjungtiva tidak
anemis, sclera
tidak ikterik

Simetris,
konjungtiva tidak
anemis, sclera
tidak ikterik

Visus : ka/ki 6/6

Visus : ka/ki 6/6

Visus : ka/ki 6/6

Hidung

Bersih, penciuman
baik, tidak ada
pernapasan cuping
hidung.

Bersih, penciuman
baik, tidak ada
pernapasan cuping
hidung.

Bersih, penciuman
baik, tidak ada
pernapasan cuping
hidung.

Bersih, penciuman
baik, tidak ada
pernapasan cuping
hidung.

Telinga

Bersih, simetris,
tidak ada serumen,
fungsi pendengaran
kurang baik.

Bersih, simetris,
tidak ada serumen,
fungsi
pendengaran
kurang baik.

Bersih, simetris,
tidak ada serumen,
fungsi
pendengaran
kurang baik.

Bersih, simetris,
tidak ada serumen,
fungsi
pendengaran
kurang baik.

Mulut

Bersih, mukosa

Bersih, mukosa

Bersih, mukosa

Bersih, mukosa

KU

Suhu

Visus : ka/ki 6/6

bibir lembab.

bibir lembab.

bibir lembab.

bibir lembab.

Leher

Tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid

Tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid

Tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid

Tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid

Dada

Pergerakan dada
simetris, tidak ada
penggunaan otot

Pergerakan dada
simetris, tidak ada
penggunaan otot

Pergerakan dada
simetris, tidak ada
penggunaan otot

Pergerakan dada
simetris, tidak ada
penggunaan otot

Paru
paru

Auskultasi paru
vaskuler

Auskultasi paru
vaskuler

Auskultasi paru
vaskuler

Auskultasi paru
vaskuler

Jantung

Ictus cordis tidak


tampak, bunyi
jantung I,II murni

Ictus cordis tidak


tampak, bunyi
jantung I,II murni

Ictus cordis tidak


tampak, bunyi
jantung I,II murni

Ictus cordis tidak


tampak, bunyi
jantung I,II murni

Abdomen

Datar, simetris, ada


nyeri tekan di
kuadran 2

Datar, simetris,
tidak ada nyeri
tekan

Datar, simetris,
tidak ada nyeri
tekan

Datar, simetris,
tidak ada nyeri
tekan

Ekstrimita
s

Tidak ada varises,


tidak ada edema

Tidak ada varises,


tidak ada edema

Tidak ada varises,


tidak ada edema

Tidak ada varises,


tidak ada edema

Genetalia

Bersih, jenis
kelamin laki-laki

Bersih, jenis
kelamin
perempuan

Berjenis kelamin
laki-laki

Bersih, jenis
kelamin
perempuan

Pemeriksa
an
kolesterol

226 mg/dL

210mg/dL

Pemeriksa
an AU

4.2 mg/dL

4,3 mg/dL

91g/dL

Pemeriksa 133 g/dL


an Glukosa
Kesimpula
n

Sakit

Sehat

sehat

Sehat

Kesimpulan :
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa Tn.WP dalam keadaan sakit, dan saat ini tidak
memiliki persediaan obat. Namun biasanya ketika kambuh , Tn.WP membeli obat promaag di
apotik untuk meredakan maagnya.

Harapan keluarga
Keluarga menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat dan berharap kehadirannya
akansangat membantu keluarga dalam memberi informasi tentang cara merawat, cara
pencegahan, serta penanganan apabila ada anggota keluarga dengan penyakit pada keluarga dan
dapat melakukan pengecekan secara rutin serta bantuan obat-obatan yang cocok
Keluarga Tn.WP berharap tindak lanjut pemeriksaan ini, terutama untuk membantu kesehatan
keluarganya, agar anggota keluarganya bisa sembuh dan dapat mencegah maupun menangani
penyakit gastritis.
Tingkat Kemandirian Keluarga
Keluarga Tn.WP merupakan keluarga yang termasuk kategori kemandirian nomor II karena
keluarga menerima petugas perawatan kesehatan komunitas, menerima pelayanan keperawatan
komunitas yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatan secara benar dan keluarga juga mampu melakukan perawatan sederhana
sesuai dengan yang dianjurkan. Diberikannya asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.WP bertujuan untuk meningkatkan tingkat kemandirian keluarga hingga pada tahap V
sehingga keluarga dapat mandiri dengan cara memberikan Pendidikan Kesehatan dan Pelayanan
kesehatan serta memotivasi keluarga untuk senantiasa memelihara kesehatannya secara mandiri.

I. ANALISA DATA
Tabel III. Analisa Data Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP dengan Gastritis di
Banjar Pasekan Desa Ketewel , Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tanggal 05 s/d
24 september 2016
No.
1.

Problem

Data
Data Subjektif :
Tn.WP mengatakan nyeri perut dan perih
pada ulu hati
Provokative/paliative

: Nyeri

dirasakan ketika terlambat makan.


Quality/quantity

: Nyeri

Nyeri akut

Etiologi
Pola makan tidak teratur
Peningkatan Asam
Lambung (maag)
Menghancurkan lapisan

dirasakan perih, seperti ditusuk-tusuk


Region

mukosa lambung

: Nyeri

Inflamasi

dirasakan di daerah ulu hati


Scale

: skala 3 dari skor

Nyeri epigastrium

0-10
Nyeri akut

Time: Muncul kadang - kadang.


Terkadang meningkat bila pasien
terlambat makan, makan makanan pedas,
atau stress.
DO :
Pasien tampak gelisah
Pasien menunjukkan daerah yang terasa
nyeri
TD : 120/80 mmH,
HR : 74x/mnt
RR : 20x/mnt,
S : 36,50C
2.

Data Subjektif :
1. Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP
mengatakan

kurang

mengerti

tentang masalah gastritis

Defisiensi

Informasi tidak adekuat

Pengetahuan

kemampuan untuk
mengenyam pendidikan
terbatas

2. Keluarga Tn.WP mengatakan belum

penerimaan yang tidak

paham cara merawat keluarga yang

lengkap

sakit khususnya penyakit gastritis

terpecah di hipocampus

Data Objektif :

informasi
Sasaran tampak

1. Keluarga Tn. WP khususnya Tn.WP

kebingungan

tampak antusias bertanya mengenai

DIFISIENSI

gastritis,

PENGETAHUAN

penyebab

serta

cara

menangani gastritis.
2. Keluarga Tn. WP khususnya Tn.WP
tidak bisa menjawab pertanyaan

yang diberikan mengenai Gastritis


3. KU : baik
4. TD : 120/80 mmHg
5. Nadi : 74 x/menit
6. RR : 20 x/menit
7. S : 360 C

Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


Tabel IV. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP dengan
Gastritis di Banjar Pasekan Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tanggal
05 s/d 24september 2016
No.

Diagnosa Keperawatan Keluarga

1.

Nyeri pada perut Tn.WP berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


kesehatan anggota keluarga yang mengalami Gastritis ( mengacu ke 5 tugas
keluarga)

2.

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengetahui


cara merawat kesehatan anggota keluarga dengan penyakit gastritis

Skoring :

Nyeri akut pada perut Tn.WP berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
kesehatan anggota keluarga yang mengalami Gastritis,
Tabel V. Skoring Nyeri perut Keluarga Tn. WP khususnya Tn.WPdengan gastritis di Banjar
Pasekan Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tanggal 05 s/d 24 September
2016
NO KRITERIA
1.

2.

BOBOT PERHITUNGAN

Sifat masalah

PEMBENARAN
Sifat masalah actual karena

Skala : Aktual

Resiko

Potensial

3
1=1
3

sudah terjadi

Kemungkinan masalah

Kemungkinan masalah dapat

dapat diubah

diubah mudah karena keluarga

Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
3.

SKO

Rendah

antusias karena pasien mampu


diberikaan

0
3
1=1
3

untuk dicegah

Cukup

Tn.WP khususnya Tn.WP


mengikuti teknik relaksasi yang

Potensial masalah

Skala : tinggi

2
2=2
2

Potensial masalah untuk


dicegah cukup karena pola
makan pasien belum teratur.

3
2
1

4.

Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat,

Keluarga merasa terganggu saat


2

nyeri timbul

harus segera ditangani


Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani

2
1=1
2

Masalah tidak
dirasakan

0
5

JUMLAH

Skoring
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengetahui cara
merawat kesehatan anggota keluarga dengan penyakit gastritis
Tabel VI. Skoring Defisiensi Pengetahuan Keluarga Tn. WP khususnya Tn.WP dengan
gastritis di Banjar pasekan Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tanggal 05
s/d 24 September 2016
N

KRITERIA
O

SKO
R

BOBOT PERHITUNGAN

PEMBENARAN

1.

Sifat masalah

Sifat masalah aktual karena

Skala : Aktual

2.

Resiko

Potensial

dilihat dari

1
3
1=1
3

3.

Potensial

2
2=2
2

masalah
2
2
1=
3
3

Rendah

kooperatif

tidak perlu ditangani

dicegah tinggi karena adanya


keinginan

keluarga

untuk

pengertian,

Keluarga mengetahui penyakit


yang diderita oleh Tn. KC,

namun belum paham tentang

harus segera ditangani


tetapi

untuk

hipertensi

Skala : Masalah berat, 2

masalah

masalah

penyebab, tanda, dan gejala

Menonjolnya masalah

JUMLAH

sangat

mengetahui

dirasakan

keluarga

Potensial

Cukup

Masalah

diubah dengan mudah karena

Skala : Tinggi

Ada

menjawab

mengenai gastritis

untuk dicegah

4.

dapat

dalam mendengar penjelasan

Tidak dapat

tidak

Kemungkinan masalah dapat

dapat diubah

Sebagian

bertanya mengenai gastritis dan


pertanyaan yang diberikan

Kemungkinan masalah

Skala : Mudah

antusias keluarga

2
1=1
2

hipertensi

sehingga

perlu

diberikan informasi yang lebih


jelas dan lengkap

supaya

keluarga lebih paham tentang

tidak
0

penyakit
4

2
3

Prioritas Diagnosa Keperawatan


Tabel VII. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga Tn. WP khususnya Tn. WP,dengan
gastritis di Banjar pasekan Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tanggal 05
s/d 24 September 2016
Prioritas Diagnosa Keperawatan

Skor

1. Nyeri akut pada perut Tn.WP berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami Gastritis,


2. Defisiensi

pengetahuan

keluarga

Tn.WP

berhubungan

dengan

ketidakmampuan keluarga mengetahui cara merawat kesehatan Tn.WP


dengan penyakit gastritis
4

2
3

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
N
o
D

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Kriteria

Hasil
Standar

Intervensi

x
1

Setelah
3x

dilakukan Setelah

diberikan Verbal

Kaji

nyeri

Tn.WP

komprehensif

diharapkan keluarga keperawatan

khususny

PQRST

Keluarga

Tn.WP keluarga selama 1 x

a Tn.WP 2.

khususnya

Tn.WP 40

mampu

dapat

kunjungan, asuhan

1. Keluarga 1.

mengontrol diharapkan

menit,

secara
meliputi

Kaji pengalaman klien


tentang nyeri

mengena 3. Berikan keluarga dan

nyeri sehingga nyeri keluarga mampu :

li factor

klien

yang

penyeba

kesehatan tentang nyeri

dirasakan

dapat berkurang /
hilang

1. Mengenal

b nyeri
2. Keluarga

masalah
kesehatan
keluarga

Psikomot

tentang

or

Tn.WP

gastritis

menyebu
tkan cara

keputusan

mengont

tindakan
kesehatan yang
tepat

berkaitan

dengan gastritis

rol nyeri
3. Keluarga
Tn.WP
khususny
a Tn.WP

3. Memberi
perawatan

dapat

terhadap

mengont

anggota

rol nyeri
4. Keluarga

keluarga

yang

sakit khususnya
gastritis.
4. Mempertahanka
n suasana rumah
yang sehat

kesehatan yang

masyarakat

memberi
kan
perawata
terhadap

fasilitas

lingkungan

mampu

5. Menggunakan

ada

Tn.WP

di

anggota
keluarga
yang
sakit,
khususny

mengontrol

4. Anjurkan

kepada

keluarga dan klien untuk

a Tn.WP
dapat

cara

nyeri

khususny

penyakit
2. Membuat

dan

pendidikan

memonitor nyeri sendiri.


5.

Ajarkan keluarga dan


klien mengontrol nyeri
dengan
nonfarmakologi.

teknik

a Tn.WP

Setelah

dilakukan Setelah

diberikan Verbal

3x

asuhan

kunjungan,diharapk

keperawatan

an

mampu
menyebu

pengetahuan keluarga selama 1 x

keluarga bertambah 40
tentang gastritis

1. Keluarga 1. Kaji

tkan

menit,

diharapkan
keluarga mampu :
1.
keluarga

2.

2. Berikan Penkes kepada


a. Pengertiangastritis

2. Keluarga

b. Penyebab gastritis

penyebab

penyakit gastritis

mengenai gastritis

n gastritis

tkan

tentang

keluarga

keluarga tentang :

menyebu

masalah kesehatan

pengetahuan

pengertia

mampu

Mengenal

tingkat

gastritis

c. Tanda dan gejala


gastritis
d. Berikan kesempatan
keluarga bertanya
3. Berikan satuan acara

Membuat

3. Keluarga

penyuluhan

dan

keputusan tindakan

mampu

demonstrasi

tentang

kesehatan
tepat

yang
berkaitan

dengan gastritis
3.

Memberi

perawatan terhadap
anggota

or

penyakit gastritis dan

tkan

cara

tanda dan

kunyit untuk mengatasi

gejala

gastritis

gastritis

keluarga

yang

sakit

khususnya gastritis.
4. Mempertahankan
suasana

rumah

yang sehat
5.

Psikomot

menyebu

4. Keluarga
mampu
melakuka
n
perawata

Menggunakan

fasilitas kesehatan

terhadap

yang

anggota

ada

di

pembuatan

jus

lingkungan

keluarga

masyarakat

yg

sakit

khususny
a gastritis

L. EVALUASI
Waktu

No

Evaluasi

Dx

Senin,12 September 1

S : Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP mengatakan :

2016
Pukul 16.10 WITA

Nyeri pada ulu hati nya sudah berkurang

Sudah tidak lagi merasa mual

Cara mengontrol nyeri dapat dengan teknik relaksasi nafas


dalam

O:
- Keluarga bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
- Keluarga Tn.WP khususnya Tn.WP mampu menerapkan teknik
relaksasi nafas dalam
- Keluarga tampak antusias
- Keluarga tampak kooperatif
A : Masalah teratasi
P : - Pertahankan intervensi
Senin, 12 September 2
2016
Pukul 16.30 WITA

Ingatkan keluarga untuk memperhatikan kondisi Tn.WP


S : Keluarga Tn.WPmengatakan :
-

gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung.

Penyebab gastritis adalah gaya hidup tidak sehat, makan tidak


teratur, suka makan makanan pedas, dan berbumbu, serta
kebiasaan merokok, minum alcohol dan minum kopi.

Tanda dan gejala gastritis adalah perut nyeri dan perih, nyeri
ulu hati, mual, dan muntah

Cara mengatasi gastritis dengan makan yg baik dan teratur,


istirahat yang cukup, mengurangi stress, menghindari makan
makanan asam, pedas dan berbumbu

O : - Keluarga bisa menjawab pertanyaan yang diberikan


-

Keluarga tampak antusias

Keluarga tampak kooperatif

A : Masalah teratasi
P : - Pertahankan intervensi
Ingatkan keluarga untuk memperhatikan kondisi Tn.WP

LEMBAR PENGESAHAN

Gianyar,
Mengetahui
Pembimbing Lapangan

September 2016

Mahasiswa

NIP :

( Ida Ayu Diah Nareswari Keniten )


NIM : P07120214039

Pembimbing Akademik

(
NIP :

Anda mungkin juga menyukai