PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status
gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan (Yudesti dan
Prayitno, 2013). Anak sekolah dasar (SD) yang berusia 7-13 tahun merupakan
masa-masa pertumbuhan pesat kedua setelah masa balita, sehingga penting
untuk memperhatikan konsumsi makanannya. (Istiany dan Rusilanti, 2013).
Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan dicapai
dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang diadopsi dari PBB
Tahun 2000 (Todaro, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno, 2013). Kurang gizi
kronis berhubungan erat dengan pencapaian akademik murid sekolah yang
semakin rendah. Anak-anak yang kurang gizi lebih banyak yang terlambat
masuk sekolah, lebih sering absen dan tidak naik. (Khomsan, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi status gizi
indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun di Indonesia yang
kurus dan sangat kurus mencapai 11,2%. Provinsi Jawa Barat prevalensi status
gizi gizi indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 5-12 tahun yang
kurus dan sangat kurus mencapai 9,1%. Adapun berdasarkan pendidikan, yang
status gizinya kurus paling banyak berada pada pendidikan SD/MI yaitu 7,9%.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi menurut
UNICEF (1990), yaitu konsumsi makanan, status infeksi, ketersediaan dan
pola konsumsi rumah tangga, pola asuh, kebersihan dan sanitasi serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Bappenas, 2011). Anak
sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya konsumsi gizi yang
seimbang dalam makanannya sehari-hari dan sebagai akibat dari kurang gizi
pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang
sempurna pada masa berikutnya. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik
kekurangan atau kelebihan gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan
pengembangan potensinya (Siagian dkk, 2012). Gizi dibutuhkan anak sekolah
untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi, berpikir, beraktivitas fisik, dan
daya tahan tubuh. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih
besar dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat,
terutama penambahan tinggi badan (Devi, N, 2012 dalam Siagian dkk, 2012).
Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan yang dapat
mengakibatkan nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan
berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003 dalam Purtiantini, 2010).
Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya
manusia yang berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin,
salah satunya anak usia sekolah. Anak sekolah dasar merupakan sasaran
strategis dalam perbaikan gizi masyarakat (Caldern, 2002; Choi et al., 2008
dalam Pahlevi, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Status Gizi Anak
Sekolah Dasar di SDN 1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2016
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
diambil yaitu, apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan
status gizi anak sekolah dasar di SDN 1 Manyak Payed Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ini untuk mengetahui hubungan
pengetahuan gizi dan pola makan dengan status gizi anak sekolah dasar di
SDN 1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini, meliputi gizi masyarakat. Adapun
beberapa referensi yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatannya yaitu:
1. Yudesti dan Prayitno, (2012) dengan judul Perbedaan Status Gizi Anak
SD Kelas IV Dan V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SD Non
Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti) Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Tahun 2012. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang
digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional pada siswa sekolah dasar dengan pengukuran status gizi
menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Adapun
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak
pada teknik pengambilan sampel, jenis data dan uji statistik yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan cara multi stage random sampling, jenis data yang dikumpulkan
merupakan data numerik dan kategorik dan uji yang digunakan yaitu uji
T-test, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan cara systematic random sampling, jenis data
yang dikumpulkan merupakan data kategorik dan uji stastik yang
digunakan yaitu, Fisher Exact Test
2. Pahlevi, (2012) dengan judul Determinan Status Gizi Anak Sekolah
Dasar. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada desain yang
digunakan yaitu, analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional pada siswa sekolah dasar. Adapun perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada teknik pengambilan
sampel, jenis data dan uji statistik yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive
sampling, data status gizi yang dikumpulkan menggunakan indeks
antropometri berat badan menurut umur (BB/U), dan uji yang digunakan
mernggunakan uji Chi Square, sedangkan penelitian yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori
1.
Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
<- 3 SD
-3 SD s.d. <-2 SD
Gizi Baik
Gizi Lebih
-2 SD s.d. 2 SD
>2 SD
Sangat Pendek
<- 3 SD
Pendek
Normal
Tinggi
-3 SD s.d. <-2 SD
-2 SD s.d. 2 SD
>2 SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
<- 3 SD
-3 SD s.d. <-2 SD
-2 SD s.d. 2 SD
>2 SD
IMT/U
Anak Umur 0-60 Bulan
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
<- 3 SD
-3 SD s.d. <-2 SD
-2 SD s.d. 2 SD
>2 SD
Sangat Kurus
Kurus
<- 3 SD
-3 SD s.d. <-2 SD
Normal
-2 SD s.d. 1 SD
Gemuk
Obesitas
1 SD s.d. 2 SD
>2 SD
BB/U
Anak umur 0 60 Bulan
IMT/U
Anak Usia 6-18 Tahun
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmikkwashiorkor dan kwashiorkor
Penyakit kurang gizi atau atau gizi kurang merupakan penyakit tidak
menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Umumnya
penyakit kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menyangkut multidisiplin dan harus selalu dikontrol, terutama masyarakat
yang tinggal di negara-negara yang baru berkembang (FK UI, 2008).
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang
tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan
makan yang buruk (Arisman, 2004). Anak-anak yang menderita gizi kurang
berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan lebih rendah dibandingkan
rekan-rekan sebayanya yang sehat dan bergizi baik. Laju pertambahan bobot
akan lebih banyak terpengaruh pada kondisi kurang gizi dibandingkan tinggi
badan, sehingga penurunan bobot badan paling sering digunakan untuk
menapis anak-anak yang mengalami gizi kurang (Khomsan, 2003).
Anak-anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat badan tetap
atau turun dalam penimbangan selanjutnya) sering disebabkan oleh
kekurangan gizi atau sakit. Anak-anak tersebut mengalami kekurangan gizi
karena kurangnya makanan di tingkat rumah tangga, cara pemberian makanan
yang kurang baik, anak tidak mau makan atau faktor psikososial lainnya
(Khomsan, 2003).
Menurut WHO (2007) dalam Yudesti dan Prayitno (2012), indikator
status gizi yang digunakan harus peka terhadap perubahan status gizi
penduduk pada suatu saat tertentu dan masa yang akan datang. Peka dalam arti
bahwa suatu perubahan yang kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan
dengan nyata oleh indikator tersebut, sehingga dapat menjadi penentu perlu
tidaknya dilakukan suatu program intervensi gizi. Pertumbuhan fisik anak
yang bercirikan pertambahan besar ukuran-ukuran antropometri merupakan
indeks yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan (Jahari, 2007
dalam Yudesti dan Prayitno, 2012).
Menurut Supariasa dkk, (2012) penilaian status gizi dapat dilakukan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung
1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros.
antropometri
adalah
pengukuran
dari
beberapa
beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan
dengan tinggi badan (Gibson, 2005 dalam Yudesti dan Prayitno,
2012).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan
Triyanti, 2007 dalam Yudesti dan Prayitno, 2012). Selain itu,
tinggi badan merupakan antropometri dapat menggambarkan
keadaan lalu dan sekarang. Pengukuran tinggi badan anak
sekolah menggunakan alat pengukur tinggi mikrotoa dengan
ketelitian
0,1
cm.
Cara
pengukurannya
yaitu
dengan
b) Recall 24 jam
Merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan mencatat
jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dalam periode 24
jam yang lalu.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan cara menganalisis data berbagai statistik,
seperti statistic kematian, berdasarkan umur, angka morbiditas dan
mortalitas.
3) Faktor Ekologi
Faktor ekologi merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
malnutrisi pada masyarakat, keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan sebagainya.
Pada keadaan status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan
gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau faktor sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam
kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan
pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,
kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi
semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel tubuh
setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 2010)
2.
mempengaruhi status gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor langsung dan
faktor tidak langsung. Ada pun faktor langsung yang mempengaruhi status gizi
secara langsung yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan, untuk
faktor yang tidak langsung, dipengaruhi oleh sanitasi dan higiene, ketersediaan
pangan, pola asuh dan pelayanan kesehatan. Selain itu, pola asuh, sanitasi
higiene dan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, akses
informasi dan pendapatan keluarga.
a. Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi
seimbang, dan aman. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu
dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan
oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan
proses
pertumbuhannya.
Penyediaan
pangan
yang
sedikit lebih dari 3 persen untuk tifus. Ratarata angka ISPA pada anak
usia sekolah pada umumnya cukup tinggi; 20 persen atau lebih di
semua provinsi dan 30 persen atau lebih di hampir setengah dari
jumlah provinsi. Malaria telah diidentifikasikan sebagai penyebab
utama ketidakhadiran di sekolah dan prestasi belajar yang rendah.
Infeksi cacing telah dikenal dan dicatat memiliki angka tertinggi pada
anak usia sekolah di negaranegara yang tidak dapat mengontrol
infeksi tersebut karena buruknya sistem air dan sanitasi. Infeksi cacing
berperan penting dalam status gizi dan kesehatan anak usia sekolah
dan berkontribusi terhadap angka ketidakhadiran. Hal ini kemudian
dapat mengurangi kapasitas belajar yang menyebabkan menurunnya
prestasi belajar (Rosso dan Arlianti, 2010).
c. Ketersediaan dan Pola Konsumsi
Makan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia.
Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara
pengolahannya. Pola makan mempengaruhi penyusunan menu.
Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang
terbentuk dari kebiasaan dalam masyarakatnya (Purwani dan Maryam,
2013).
Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai rata-rata konsumsi
energi protein, Fe, asam folat, vitamin B12 per kapita per hari yang
diperoleh dari konsumsi bahan makanan keluarga tiap harinya baik
dalam rumah maupun diluar rumah tanpa memperhitungkan makanan
yang terbuang, sisa ataupun yang diberikan kepada binatang peliharaan
yang diperoleh dengan wawancara dengan metode pendaftaran
makanan menggunakan kuesioner terstuktur yang memuat daftar
makanan utama (Priswanti, 2004).
Pendapatan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pangan
dalam keluarga, yang akan mempengaruhi konsumsi zat gizi, dan
akhirnya akan mempengaruhi status gizi (Sudaryati, dkk, 2014).
Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak menderita gizi
kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang
cukup maupun tinggi (Supariasa dkk, 2012).
Berdasarkan kutipan Apriadji (2010) pada Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat (2010) dalam Palupi (2014), pendapatan
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telingan dan sebagainya), dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan
seseorang
terhadap
objek
memiliki
intensitas
yang
berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2010).
Secara garis besar, Notoatmodjo (2010) membagi pengetahuan ke
dalam enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartika sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur seseorang itu tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaa-
analisis
adalah
apabila
orang
tersebut
telah
dapat
menunjukkkan
kemampuan
seseorang
untuk
konsumsi
pangan
adalah
pendapatan
keluarga
dan
harga.
Pendidikan
dalam
hal
ini
biasanya
dikaitkan
dengan
lingkungan
perilaku
cukup
makan.
besar
pengaruhnya
Lingkungan
dapat
terhadap
mencakup
Gol. Umur
Nasi Lauk
Sayur Buah Susu MinyakGula
BB TB 100 g ikan 50 tempe 100 gr 100 gr 200ml 5 gr 10 gr
(Kg) (cm) (3/4
Gr
50 gr (1 gls) pepaya (1 gls) (1/2
(1
gls) (1 ptg) (1 ptg)
(1 ptg)
sdm) sdm)
Anak-anak
1-3 th
12 90
3p
1p
1p
4-6 th
17 110 4p
2p
1p
7-9 th
25 120 41/2 p 2p
2p
Pria
10-12 th
35 138 51/2 p 1 1/2 p 2p
Wanita
10-12 th
37 145 51/2 1 1/2 p 2p
Keterangan: p= penukar; gls= gelas; ptg= potong
1p
2p
3p
2p
3p
3p
1p
1p
1p
2p
4p
4p
2p
2p
2p
3p
4p
1p
6p
3p
3p
4p
1p
6p
3p
b.
c.
d.
e.
Komposisi
Zat Gizi
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Air (ml)
Vit A (mcg)
Vit D (mcg)
Vit E (mg)
Vit K (mcg)
Usia 7-9
Tahun
1850
49
72
254
26
1900
500
15
7
25
Vit B1 (mg)
Vit B2 (mg)
Vit B3 (mg)
Vit B5 (mg)
Vit B6 (mg)
Folat (mg)
Vit B12 (mg)
Biotin (mg)
Kolin (mg)
Vit C (mg)
Sumber: AKG, (2013)
b.
0,9
1,1
10
3
1,0
300
1,2
12
375
45
1,1
1,3
12
4
1.3
400
1,8
20
375
50
1,0
1,2
11
4
1,2
400
1,8
20
375
50
Pada usia ini, kebutuhan anak sudah harus dibagi dalam jenis
kelaminnya. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak. Sedangkan anak
perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan energi
protein dan zat besi yang lebih banyak.
c.
BAB III
KERANGAKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka, dapat
dibentuk sebuah kerangka teori sebagai berikut:
3.3 Hipotesa
1.
2.
Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak
sekolah dasar di SDN 1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2016
I = interval
R= Range/kisaran (100-0= 100%)
K= Jumlah kategori (2)
(Sugiono, 2003)
Maka,
Skor tertinggi= 1 x 20=20 (100%)
Skor terendah = 0 x20 = 0 (0%)
Batas Atas = skor tertinggi = 100%
Batas Bawah = (Batas atas - I) = (100-50) = 50
Kriteria objektif :
Pola makan baik : apabila skor >50% dari 20 pertanyaan yang diberi
skor
Pola makan buruk : apabila responden memiliki skor <= 50% dari 20
pertanyaan yang diberi skor.
3. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Status gizi yang dinilai pada responden anak usia
sekolah dalam penelitian ini adalah status gizi antropometri dengan
indikator indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Penilaian ini
dipilih karena dianggap paling mewakili status gizi anak usia sekolah
usia 5-18 tahun dengan menggunakan metode dengan indikator indeks
massa tubuh menurut umur (IMT/U) (Z-Score) dengan memperhatikan
jenis kelamin. dibagi atas 4 kategori, yaitu :
-
Status Gizi Tidak Normal: Obesitas, Gemuk, Kurus dan Sangat Kurus
sesuai dengan nilai Z score diatas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Ramcangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode
pendekatan cross
penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan akibat atau kasus
yang terjadi pada obyek penelitian yang diukur dan dikumpulkan secara
simultan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Populasi Penelitian
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007). Populasi yang dimaksud disini adalah sasaran penelitian yang
Sampel Penelitian
data primer
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen
kuesioner untuk penilaian tingkat pengetahuan dan pola makan. Data berat
badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan
timbangan electronic personal scale dengan kapasitas maksimal 150 kg.
Sementara Data tinggi badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan
menggunakan mikrotoa.
4.4.2
data sekunder
Analisa Univariat
1. Hambatan Penelitian
a. Terbatasnya biaya dan waktu.
b. Pengetahuan dan pengalaman penulis yang minim dalammelaksanakan
penelitian.
2. Keterbatasan Penelitian
Cara pengumpulan data yang dilaksanakan hanya menguraikan angket
tertutup (kuesioner) yang disusun berdasarkan konsep teoritis tanpa diikuti
dengan observasi sehingga masih terdapat kemungkinan responden tidak
jujur memberikan jawaban sehingga terjadi bias.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1GambaranUmumWilayahKerjaPuskesmasManyakPayed
5.2AnalisisUnivariatHasilPenelitian
5.2.1GambaranUmumResponden
Siswayangmenjadirespondendalampenelitianiniberjumlah121
orang.Respondenmerupakansiswayangberadadikelas1dan2SDN1
ManyakPayedyanghadirsaatdilakukanpenelitian.AdapunDistribusi
frekuensirespondenberdasarkanjeniskelamindantingkatankelassebagai
berikut.
Tabel5.1DistribusiFrekuensiAnakSekolahDasarKelas1dan2SDN1
Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-Laki
49
40.5
40.5
40.5
Perempuan
72
59.5
59.5
100.0
121
100.0
100.0
Total
BerdasarkanTabel5.1siswayangmenjadirespondendalampenelitian
iniberjumlah121orang,49orangdiantaranyaatausetaradengan40,5%laki
laki,dan72orang(59,5%)perempuan.
Jumlah responden yang diambil dari setiap kelas jumlahnya tidak
sama,sehinggaselainberdasarkanjeniskelamin,adapuladistribusifrekuensi
respondenberdasarkankelas,sebagaiberikut.
Tabel5.2.DistribusiFrekuensiAnakSekolahDasarKelas1dan2SDN1
Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016
Kelas Siswa
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1 SD
64
52.9
52.9
52.9
2 SD
57
47.1
47.1
100.0
Total
121
100.0
100.0
BerdasarkanTabel5.2,jumlahrespondenyangpalingbanyakberasal
darikelasI,yaitu64orang(52,9%),halinidisebabkanjumlahsiswayangada
dikelasIpalingbanyakdiantarakelaslainnya,sehinggarespondenpaling
banyak berasal dari kelas tersebut. kelas yang respondennya paling sedikit
berasaldarikelasII,yaitu57orangatausetaradengan47,1%.
Responden yang terpilih di setiap kelas mempunyai umur yang
bervariasi, mulai dari yang paling muda hingga yang usianya menginjak
remaja.Distribusifrekuensirespondenberdasarkanumursebagaiberikut.
Tabel5.2DistribusiFrekuensiUmurAnakSekolahDasarKelas1dan2SDN
1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016
Umur Siswa
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
6 Tahun
64
52.9
52.9
52.9
7 Tahun
52
43.0
43.0
95.9
8 Tahun
4.1
4.1
100.0
121
100.0
100.0
Total
BerdasarkanTabel5.2respondenpalingbanyakmemilikiumur6
tahun,yaituberjumlah64orang(52,9%)danyangpalingsedikitmemiliki
umur8tahunyaitu5orang(4,1%).
C. Hasil
1. AnalisisUnivariat
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil distribusi frekuensi
statusgizi,pengetahuandanpolamakanresponden.
a.StatusGizi
Pengukuranstatusgiziyangdilakukanpadaanakkelas1dankelas
2sekolahdasarmenggunakanindikatorindeksmassatubuhmenurut
umur(IMT/U).Berdasarkanhasilpenelitian,diketahuistatusgizianak
kelas1dan2SDN1ManyakPayed.Adapundistribusifrekuensinya
sebagaiberikut.
Tabel8.DistribusiFrekuensiStatusGiziAnakSekolahDasarKelas1
dan2SDN1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016
Status Gizi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Kurang
12
9.9
9.9
9.9
Normal
94
77.7
77.7
87.6
Gemuk
15
12.4
12.4
100.0
121
100.0
100.0
Total
BerdasarkanTabeldiatas,respondendari81orangmemilikiyang
statusgizinormal94orang(77,7%)danada12orang(9,9%)yang
statusgizinyasangatkurus,sedangkanyangstatusgizinyaobesitasada
15orang(12,4%).
b.PengetahuanGizi
Pengukuranpengetahuananakkelas4dan5terkaitgizidilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian,
pengetahuananakterkaitgizidistribusifrekuensinyasebagaiberikut.
Tabel9.DistribusiFrekuensiPengetahuanGiziAnakSekolahDasar
Kelas1dan2SDN1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2016
Tingkat Pengetahuan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
57
47.1
47.1
47.1
Cukup
50
41.3
41.3
88.4
Kurang
14
11.6
11.6
100.0
121
100.0
100.0
Total
BerdasarkanTabeldiatas,dari81respondenyangpengetahuan
terkait gizinya baik ada 70 orang (86,4%) dan responden yang
pengetahuannyatidakbaikada11orang(13,6%).
PolaMakan
c.
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
80
66.1
66.1
66.1
Tidak Baik
41
33.9
33.9
100.0
121
100.0
100.0
Total
BerdasarkanTabeldiatas,dari81respondenyangmemiliki
polamakanyangbaikyaitu2orang(2,5%)danrespondenyang
polamakannyatidakbaikberjumlah79orang(97,5%).
2.AnalisisBivariat
Berdasarkan analisis bivariat, ditentukan hubungan antara
status gizi dengan pengetahuan gizi dan hubungan status gizi
denganpolamakan.
a.HubunganPengetahuanGizidenganStatusGizi
Hubunganpengetahuangizidenganstatusgizidapatdilihatpadatabel
sebagaiberikut.
Tabel11.HubunganPengetahuanGizidenganStatusGiziAnak
SekolahDasarKelas1dan2SDN1 Manyak Payed Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2016
StatusGizi
Baik
Tidak
Normal
N
%
23 32,9%
n
47
%
67,1%
n
70
%
100% 0,038
TidakBaik
Total
3
26
8
55
72,7%
68,3%
11
81
100%
100%
Pengetahuan
Gizi
27,3%
31,7%
Normal
Total
P
Value
BerdasarkanTabel11,diketahuidari81orangresponden,26orang
atau31,7%memilikistatusgiziyangtidaknormaldan55orangatau
68,3% memiliki status gizi yang normal. Dari 81 orang itu pun
diketahuipengetahuannyaterkaitgizi,70orangmemilikipengetahuan
yangbaikterkaitgizidan11orangmemilikipengetahuanyangtidak
baikterkaitgizi.Adapundari70orangyangmemilikipengetahuan
gizibaikyangstatusgizinyatidaknormalberjumlah23orang(32,9%)
danorangyangstatusgizinyaNormalberjumlah47orang(67,1%).
Dari 11 orang yang pengetahuan gizinya tidak baik, yang status
gizinya Tidak Normal ada 3 orang (27,3%) dan yang status gizinya
Tidak Normal ada 8 orang (72,7%).
Nilai p value dari status gizi dan pengetahun yaitu, 0,038.Hasil ini
lebih dari nilai (0,05), sehingga berdasarkan hasil uji Chi-square
tidak ada hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi.
b.HubunganPolaMakandenganStatusGizi
Hubungan pola makan dengan status gizi dapat dilihat pada
tabelsebagaiberikut.
Tabel12.HubunganStatusGizidenganPolaMakanAnakSekolah
DasarKelas1dan2SDN1 Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2016
Baik
StatusGizi
Tidak
Normal
Normal
n
%
n
%
23 32,9% 47 67,1%
n
70
%
100% 0,023
TidakBaik
Total
3
26
11
81
100%
100%
PolaMakan
27,3%
31,7%
8
55
72,7%
68,3%
Total
P
Value
BerdasarkanTabel12,diketahuidari81orangresponden,yang
memilikipolamakanbaikberjumlah2orangdanyangmemilikipola
makanyangtidakbaikada79orang.Dari2orangyangpolamakannya
baikmemilikistatusgiziyangnormal,sedangkandari79orangyang
polamakannyatidakbaik,26orang(32,1%)memilikistatusgizitidak
normaldanyangstatusgizinyanormalberjumlah53orang(67,9%).
Hasilnilaipdaristatusgizidanpolamakan,yaitu1,0,lebihbesar
darinilai=0,05yangartinya,tidakadahubunganantarapolamakan
denganstatusgizi.
D.Pembahasan
Dari81orangrespondenmayoritasnyamemilikistatusgizinormal
55orang(67,9%)danada1orang(1,2%)yangstatusgizinyasangat
kurus,sedangkanyangstatusgizinyaobesitasada3orang(3,7%).
Halinimenunjukkanbahwasebagianbesaranakmemilikistatus
giziIMT/Uyangnormal.ParameterIMT/UmenurutKemenkesRI
tahun2005adalahsebagaiberikut,sangatkurus:<3SD,kurus3SD
s.d <2 SD, normal 2 SD s.d 1 SD, gemuk 1 SD s.d 2 SD, dan
obesitas>2SD.
Agar memudahkan dalam proses pengolahan dan analisis data
statistika,dilakukanpengelompokkanstatusgizi,dimanaanakyang
statusgizinyasangatkurus,kurus,gemukdanobesitastermasukke
dalam kelompok status gizi Tidak Normal dan anak yang status
gizinyanormaltermasukkedalamkelompokstatus gizi Normal.
Adapunanakyangpengetahuannyabaikyangmemilikistatusgizi
normal26orangatau31,7%memilikistatusgiziyangtidaknormal
dan55orangatau68,3%memilikistatusgiziyangnormal.
1.HubunganPengetahuanGizidenganStatusGizi
Dari81orangrespondendiketahuipengetahuannyaterkaitgizi,
70orangmemilikipengetahuanyangbaikterkaitgizidan11orang
memilikipengetahuanyangtidakbaikterkaitgizi.Adapundari70
orangyangmemilikipengetahuangizibaikyangstatusgizinyaTidak
Normalberjumlah23orang(32,9%)danorangyangstatusgizinya
Normalberjumlah47orang(67,1%).Berdasarkanhasilanalisisdata
statistik, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
denganstatusgizidengannilaip>dari.
Adapunskorpengetahuanyangpalingtinggiyaitu,25danyang
paling rendah yaitu, 10. Pengetahuan gizi dikatakan baik apabila
jawaban
benar80% pertanyaan atau sekitar 20 pertanyaan dari 25 pertanyaan.
Berdasarkan Lampiran 9a, pertanyaan yang paling banyak dijawab
dengan salah oleh responden yaitu pada pertanyaan nomor 10
mengenai makanan kemasan atau yang dibungkus lebih terjamin
keamanannya. Responden yang jawabannya salah pada nomor 10
berjumlah24orang,17orangdiantaranyamemilikistatusgizinormal
dan7orangdiantaranyamemilikistatusgizitidaknormal.Adapun
pertanyaanyangpalingbanyakdijawabdenganbenaryaitupertanyaan
nomor1mengenaikebersihanmakananyaitudijawabbenaroleh80
orangresponden,dari80orangresponden,yangmemilikistatusgizi
normal59orangdantidaknormal21orang,sehinggadapatdiketahui
bahwa reponden telah memiliki pengetahuan mengenai kebersihan
makanan.
bermaknadiantarakeduanya.Pengetahuangiziyangbaiktidakselalu
mendasari pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi
olehkebiasaandankemampuandayabeli.Padapenelitianinitidak
ditelusurifaktordayabelikeluargaataupunuangsakuanak.
Berbedadenganhasilpenelitianyangdilakukan,hasilpenelitian
dari Handono, (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi. Tingkat
pengetahuangiziyangtinggidapatmembentuksikappositifterhadap
masalah gizi. Sikap yang didasari atas pengetahuan akan lebih
langgeng daripada sikap yang tidak didasari pengetahuan.
Pengetahuan dibutuhkan dalam hal pemberian dan pemilihan
makananan,sehinggaseoranganaktidakmengalamikekurangangizi.
2. HubunganPolaMakandenganStatusGizi
Pola makan responden diketahui dari 81 orang responden,
yang
memiliki pola makan baik berjumlah berjumlah 2 orang dan yang
memilikipolamakanyangtidakbaikada79orang.Dari2orangyang
polamakannyabaikmemilikistatusgiziyangnormal,sedangkandari
79orangyangpolamakannyatidakbaik,26orang(32,1%)memiliki
statusgizitidaknormaldanyangstatusgizinyanormalberjumlah53
orang(67,9%).
Berdasarkandataanalisisstatistik,diketahuitidakada
hubungan
antara pola makan dengan status gizi, dengan nilai p > . Hasil
penelitianiniberbedadenganpenelitianyangdilakukanWaladow,dkk
(2013), di mana berdasarkan hasil penelitiannya terdapat hubungan
yangsignifikanantarpolamakandenganstatusgizi.
Polamakandikatakanbaikapabilahasilkuesionerdanwawancara
BABV
SIMPULANDANSARAN
A.Simpulan
Gambaranpengetahuangizianaksekolahdasarkelas4dan
5 di SDN Sukasenang dari 81 responden, yang baik 70 orang
(85,4%) dan responden yang pengetahuannya tidak baik ada 12
orang(14,6%).Adapungambaranpolamakananaksekolahdasar
kelas4dan5diSDNSukasenangdari81respondenyangmemiliki
polamakanyangbaikyaitu2orang(2,4%)danrespondenyang
polamakannyatidakbaikberjumlah80orang(97,6%).Dari81
orang responden, yang memiliki status gizi normal 56 orang
(67,3%)danada1orang(1,2%)yangstatusgizinyasangatkurus,
sedangkanyangstatusgizinyaobesitasada3orang(3,7%).
Pengetahuangizitidakberhubungandenganstatusgizianak
kelas4dan5diSDNSukasenang.Begitupulaantarapolamakan
dengan status gizi anak kelas 4 dan 5 di SDN Sukasenang.
Sebaiknya meningkatkan konsumsi lauk pauk, sayur dan buah
untukmeningkatkankeragamanmakanan.
B. Saran
1. BagiSiswa
Diharapkan bagi siswa untuk lebih memperhatikan makanan yang
dikonsumsi dan lebih teratur dalam mengkonsumsi makanan yang
seimbang, tanpa memilahmilah makanan jenis tertentu, serta
disarankan mengurangi konsumsi makanan yang berbahan dasar
tepunguntukmengurangiasupanmakanansumberkarbohidrat.
2. BagiSekolah
Diharapkan kepada sekolah dapat memberlakukan ketentuan
tertentukepadapenjualmakanandikantinsekolahagarmenjual
makanan yang memenuhi syarat kebersihan dan menyehatkan.
Beberapajenismakananyangdijualdikantinsekolahdiantaranya,
batagor, martabak, cilok, cimol, lontong, sate, snack (chiki,
permen, dan beberapa jenis minuman ringan) yang biasa
dikonsumsisiswa.
3. BagiPenelitiSelanjutnya
Dalampenelitiantentanghubunganstatusgizidenganpengetahuan
gizidanpolamakanperludiperhatikanpemilihanwaktupenelitian,
jenisinstrumenyangdigunakandanbesarsampeldalampenelitian,
sehinggamemperkecilterjadinyabias.