Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Praktek Kerja Nyata (PKN) di masyarakat merupakan salah satu bentuk
kegiatan belajar yang dilaksanakan di lapangan. PKN pada tahun 2015 yang
dilaksanakan di Kabupaten Kediri oleh Prodi Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kemenkes Surabaya pada tanggal 18 Mei s/d 04 Juni 2015 adalah
merupakan salah satu bentuk pendidikan dengan cara memberi pengalaman
belajar kepada masyarakat untuk turut membantu memecahkan masalah
kesehatan lingkungan sesuai dengan bekal ilmu pendidikan yang telah
diperoleh selama menjalani masa perkuliahan dan disesuaikan dengan
situasi, kondisi, masalah, dan prioritas kebutuhan masyarakat di lapangan.
Adapun PKN ini pada dasarnya memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung tentang
program kesehatan lingkungan di masyarakat dalam rangka pengembangan
desa. PKN secara garis besar dimulai dari kegiatan orientasi observasi dalam
rangka identifikasi, perumusan masalah sampai perencanaan alternatif
pemecahan masalah, pengorganisasian, penggerakan, dan evaluasi data,
serta penyusunan laporan. Dalam menjalankan PKN, diharapkan mahasiswa
mampu menganalisa, merumuskan masalah, merencanakan, dan mengatasi
masalah kesehatan lingkungan secara pragmatis dan ilmiah. Adapun
masalah kesehatan lingkungan seperti : pemukiman, penyediaan air bersih,
pengelolaan limbah cair, jamban sehat, pengelolaan sampah, pemberantasan
vektor penyakit, dasar dasar pemecahan kesehatan lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam implementasi pelaksanaan kegiatan PKN tersebut salah satunya
diselenggarakan di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten
Kediri yang ditunjuk sebagai salah satu tempat PKN.
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan pada beberapa rumah
yang terdiri dari 3 RW 9 RT di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri pada tanggal 19 20 mei 2015 didapatkan masalah
kesehatan lingkungan, diantaranya yaitu : Jamban yang kurang memenuhi
1

syarat sebesar 16%, SPAL yang tidak memenuhi syarat sebesar 26%, bau
kotoran sapi dan tidak memiliki tempat sampah yang memenuhi syarat
sebesar 97%.
Sedangkan dari hasil musyawarah dengan tokoh masyarakat ditemukan
masalah tidak tersediannya sumur resapan atau jamban kurang memenuhi
syarat, tidak tersedianya tempat sampah pada masing masing rumah dan
bau kotoran sapi yang terdapat di sekitar rumah warga.
Dengan terdapatnya 3 prioritas masalah kesehatan lingkungan di Dusun
Kauman Desa Pagu yang telah ditentukan, maka dilakukan suatu kegiatan
untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Adapun kegiatan yang kami
lakukan

adalah

pembangunan

jamban,

pemberian

larutan

MOL

(mikroorganisme local), pengadaan percontohan tempat sampah dan


penyuluhan PHBS.
Dengan ditemukannya permasalahan tentang kesehatan lingkungan
tersebut di dusun Kauman desa Pagu, maka diharapkan adanya suatu
kerjasama yang bersifat partisipasi dan saling mendukung antara warga
masyarakat dengan perangkat desa dalam menentukan prioritas masalah
dan cara mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dengan
adanya kegiatan PKN ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu
yang selama ini di capai dari bangku perkuliahan.

B.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan teknologi dalam memecahkan
masalah kesehatan lingkungan di masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan orientasi lapangan di Dusun Kauman
Desa Pagu.
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pendataan data primer dan sekunder
di Dusun Kauman Desa Pagu.
c. Mahasiswa mampu menemukan masalah kesehatan lingkungan yang
ada di Dusun Kauman Desa Pagu.
d. Mahasiswa mampu menentukan

prioritas

masalah

kesehatan

lingkungan yang ada di Dusun Kauman Desa Pagu.


e. Mahasiswa mampu merencanakan alternative pemecahan masalah
kesehatan lingkungan yang ada di Dusun Kauman Desa Pagu dengan
upaya intervensi fisik maupun non fisik.
f. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pilihan dan menyusun Plan
of Action (POA)
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat
dalam menyelesaikan masalah kesehatan lingkungan di Dusun Kauman
Desa Pagu.
h. Mahasiswa mampu memberikan saran yang tepat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan lingkungan di Dusun Kauman Desa Pagu.

C.

Manfaat
1. Bagi Peserta Didik
a. Memantapkan pengertian dan penghayatan peserta didik tentang :
1) Kegunaan hasil pendidikan bagi pembangunan kesehatan
2) Kesulitan
yang
dihadapi
masyarakat
dalam
lingkungan
pembangunan kesehatan lingkungan
b. Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam penelaahan dan
pemecahan masalah di masyarakat secara ilmiah, khususnya dalam
aspek pemberdayaan masyarakat.
c. Memberikan keterampilan peserta didik untuk melaksanakan program
pembangunan bidang kesehatan.

d. Membina peserta didik agar menjadi seorang innovator, motivator, dan


prob lem solver dalam masalah kesehatan / kesehatan lingkungan
menuju tercapainya desa sehat.
2. Bagi Perguruan Tinggi (Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Surabaya)
a. Memantapkan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

dalam

pengembangan ilmu melalui integrasi peserta didik dengan masyarakat,


yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kurikulum
yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
b. Mempertinggi nilai manfaat ilmu pengetahuan dan

cara

yang

dikembangkan Poltekkes Kemenkes Surabaya sebagai alternative


solusi dalam memecahkan masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat.

3. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh bantuan dan fasilitasi tenaga dan pikiran dalam
mengatasi masalah kesehatan lingkungan actual di masyarakat.
b. Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak masyarakat agar
selaras dengan irama pembangunan di bidang kesehatan lingkungan.
c. Mempercepat proses terjadi perubahan perilaku masyarakat yang
sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan
keluarga.
4. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan

pengalaman

dalam

menelaah

dan

memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat secara ilmiah,


khususnya mengenai masalah kesehatan lingkungan.
b. Mahasiswa mendapatkan keterampilan dalam melaksanakan program
pemecahan masalah kesehatan lingkungan.
c. Mahasiswa mampu menjadi seorang inovator, motivator dan problem
solver dalam masalah bidang kesehatan lingkungan.

BAB II
METODE PELAKSANAAN PKN
A. Metode Pengumpulan Data
Dalam Praktek Kerja Nyata yang dilakukan di Dusun Kauman Desa Pagu
Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri untuk mengetahui masalah masalah
yang ada di dusun tersebut, maka dalam pengumpulan data menggunakan
metode

survey

atau

observasi

untuk

mengetahui

keadaan

yang

sesungguhnya dan melakukan wawancara kepada warga untuk menambah


bukti dari permasalahan yang sesungguhnya. Dengan menggunakan
metode tersebut, maka masalah kesehatan lingkungan di Dusun Kauman
Desa Pagu mudah ditemukan.
B. Lokasi dan Waktu Kegiatan
1. Lokasi Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Nyata (PKN) mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya Jurusan Kesehatan Lingkungan Kelompok 4

dilaksanakan di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten


Kediri.
2. Waktu Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Nyata mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya Jurusan Kesehatan Lingkungan Kelompok 4
dilaksanakan mulai tanggal 18 Mei sampai dengan 04 Juni 2015.

C. Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer tentang gambaran umum dan masalah kesehatan yang
ada di Dusun Kauman Desa Pagu didapatkan melalui survey rumah
dengan cara observasi, wawancara dan pengisian formulir rumah sehat.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan wawancara kepada
kepala dusun, Sanitarian dan tokoh masyarakat beserta pencarian
dokumen yang ada di kantor Desa Pagu dan Puskesmas Pagu. Data
yang kami dapatkan dari kantor Desa Pagu diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Batas batas wilayah
b. Jumlah Penduduk
c. Pendidikan masyarakat
d. Kesehatan Masyarakat
e. Wabah Penyakit
f. Kebutuhan Air Bersih
g. PHBS
h. Status Gizi Balita
i. Sarana dan Prasarana Kesehatan Masyarakat
Sedangakan data yang kami dapatkan dari Puskesmas Pagu adalah
sebagai berikut :
a. Data 10 penyakit terbesar tahun
b. Data penambahan perkembangan akses jamban

c. Formulir penilaian rumah sehat


d. Form data cakupan air bersih

D. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing, yaitu pengolahan data dengan meneliti kembali data untuk
mengetahui apa data tersebut cukup baik untuk dapat segera
dipersiapkan guna keperluan selanjutnya.
b. Tabulasi
Tabulasi, yaitu pengolahan data dengan menyusun data ke dalam
bentuk tabel data yang diperoleh dari hasil penelitian setelah diolah
disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dianalisis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengolahan data yang diperoleh dari foto foto
kegiatan yag telah dilakukan selama di Dusun Kuman Desa Pagu
Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri.
2. Analisis Data
Dari hasil observasi terhadap masalah kesehatan lingkungan yang
ada di Dusun Kauman Desa Pagu, kami akan mengolah data data
yang diperoleh selama observasi dengan memasukkannya ke dalam
tabel tabel dan kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan
literatur dan pedoman sehingga didapatkan gambaran tentang hasil
observasi dan dapat ditarik kesimpulan.
E. Pembimbingan Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dusun Kauman merupakan salah satu dusun yang masih mempunyai
beberapa masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan lingkungan.
Untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang terdapat di Dusun
Kauman, maka perlu dilakukan pertemuan antara mahasiswa PKN dengan
perangkat Dusun Kauman. Hal ini dilakukan bertujuan untuk melakukan
survey mawas diri terkait dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di
Dusun Kauman Desa Pagu.

F. Pelaksanaan Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat


Kegiatan pelaksanaan pergerakan dan pemberdayaan masyarakat
dilakukan dengan Mini Lokakarya terlebih dahulu bersama perangkat Dusun
Kauman dan Tokoh Masyarakat dengan tujuan untuk menentukan prioritas
masalah beserta penyelesainnya yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan dan dilanjutkan dalam kegiatan intervensi fisik dan
sosial.

BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKN
A. Analisis Situasi Dusun Kauman Desa Pagu
1. Gambaran Umum
Desa Pagu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Pagu Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Desa Pagu memiliki luas
wilayah 293,684 ha dan secara topografi Dusun Kauman terletak di
dataran rendah.
Penduduk Desa Pagu di Dusun Kauman sebagian mempunyai
industri rumah tangga yaitu tahu. Desa Pagu terdiri dari 4 dusun, yaitu
Dusun Kapurejo, Dusun Kauman, Dusun Kandangan dan Dusun
Pandangan. Dusun Kauman terdiri dari 1.255 penduduk dngan 331 KK.
2. Profil Dusun Kauman Desa Pagu
Berikut ini adalah data dasar tentang profil Dusun Kauman Desa Pagu
Kec. Pagu yang diperoleh sebagai data sekunder :
a. Keadaan umum wilayah desa
1) Nama Dusun
: Kauman
2) Nama Desa
: Pagu
3) Kecamatan
: Pagu
4) Kabupaten
: Kediri
5) Propinsi
: Jawa Timur
6) Batas wilayah dusun

Tabel III.1
Batas Wilayah Dusun Kauman Tahun 2015
Letak
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur

Dusun
Kandangan
Pandangan
Jagung
Sitimerto

Desa
Sambirobyong
Menang, Sitimerto
Jagung, bendo
Semanding

10

b. Sumber Daya Manusia


1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel III.2
Jumlah Penduduk di Dusun Kauman Desa Pagu
Tahun 2015
No
.
1.
2.

Uraian

Jumlah

Jumlah Penduduk
Kepala Keluarga

(orang)
1255
331

2) Jenis jamban yang digunakan di Dusun Kauman Desa Pagu


Tabel III.3
Jenis Jamban yang digunakan di Dusun Kauman Desa Pagu
Tahun 2015
No.
1.
2.

Jenis Jamban
JSP
JSSP

Jumlah
234
51

3. Data 10 penyakit di Puskesmas Pagu


Tabel III.4
Data 10 Besar Penyakit di Dusun Kauman
Desa Pagu Puskesmas Pagu
Tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Penykit
Acute Nasopharingitis
Hipertensi
Gastritis
Acute Pharingitis
Myalgia
Influenza
Gout

Jumlah Kasus
388
367
340
246
238
187
98

11

8.
9.
10.

Diabetes Militus
TB Paru tanpa BTA +
Diare
Jumlah
Sumber : Puskesmas Pagu, Kediri

92
82
40
2078

B. Hasil Survey / Kegiatan


1. Metode Pengambilan Sampel
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 38 rumah di Dusun
Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri dengan
menggunakan Formulir Rumah Sehat diperoleh sebagai berikut :
Tabel III.5
Tabulasi Data Rekapitulasi Hasil Survey Rumah Berdasarkan Kartu Rumah
Sehat Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
N
O
I
1

Komponen
Rumah yang

Prosentas
Kriteria

dinilai
KOMPONEN RUMAH (bobot: 31)
Langit Langit a Tidak ada
bAda, kotor, sulit dibersihkan dan
rawan kecelakaan
c Ada, bersih dan tidak rawan
kecelakaan

Jumlah

e
(%)

26
2

68
5

10

26

12

Dinding

Lantai

Jendela
Kamar Tidur

Jendela
Ruang
Keluarga

Ventilasi

Lubang Asap
Dapur

aBukan tembok (terbuat dari anyaman


bambu.ilalang
bSemi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu
yang tidak diplester/papan yang
tidak kedap air
c Permanen (tembok/pasangan batu
bata/yang tidak diplester), papan
kedap air
a Tanah
b Papan/anyaman bambu yang dekat
dengan tanah/plesteran yang
retak.berdebu
c Diplester/ubin/keramik/papan/rumah
panggung
aTidak ada

37

97

0
1

0
3

37

97

13

34

bAda

25

66

aTidak ada

21

bAda

30

79

aTidak ada

10

26

bAda, tetapi luasnya < 10 % luas lantai

16

c Ada, luasnya > 10 % luas lantai

22

58

a Tidak ada

18

30

79

21

55

17

45

bAda, luas lubang ventilasi/asap


dapur10% luas lantai dapur
c Ada, luas lubang ventilasi/asap dapur
> 10% luas lantai dapur (Asap
keluar sempurna atau ada exhaust
fan)
Pencahayaan aTidak terang, tidak bisa dipergunakan
untuk membaca
bKurang terang sehingga kurang jelas
untuk membaca dengan normal
c Terang dan tidak silau sehingga dapat
dipergunakan untuk membaca

13

dengan normal
II

SARANA SANITASI (bobot : 25)

Sarana Air

aTidak ada

bAda, bukan milik sendiri dan tidak


memenuhi syarat kesehatan
c Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesehatan
dd. Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan
eAda, milik sendiri dan memenuhi
syarat kesehatan
a Tidak ada

33

87

32

84

a. Tidak ada, sehingga tergenang


tidak teratur di halaman rumah
Pembuangan
b. Ada diserapkan, mencemari
Air Limbah
sumber air (jarak dengan sumber
air < 10 m)
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka

10

d. Ada, diserapkan dan tidak


mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air >10 m)
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih
lanjut
a. Tidak Ada

28

74

32

84

Bersih (PDAM
/ SGL / SPT)

10

Jamban
(Sarana
Pembuangan
Kotoran)

11

12

bAda, bukan leher angsa, tidak ada


tutup disalurkan ke sungai/kolam
c Ada buka leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai/kolam
d Ada, bukan leher angsa, ada
tutup,septic tank
eAda, leher angsa, septic tank

Sarana

Tempat
Sampah

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak


ada penutup

14

c. Ada, kedap air dan tidak tertutup

d. Ada, kedap air dan tertutup

a. Tidak pernah dibuka

13

34

b. Kadang-kadang

13

c. Setiap hari dibuka

20

53

a. Tidak pernah dibuka

13

34

b. Kadang-kadang

13

c. Setiap hari dibuka

20

53

b. Kadang-kadang

c. Setiap hari dibersihkan

35

92

a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang-kadang dibuang ke jamban

13

c. Setiap hari ke jamban

32

84

30

79

21

III

PERILAKU PENGUNI (bobot : 44)

13

Membuka
Jendela
Kamar Tidur

14

Membuka
Jendela
Ruang
Keluarga

15

Membersihka a. Tidak pernah dibersihkan


n Rumah dan
Halaman

16

Membuang
Tinja ke
Jamban

17

Membuang

a. Dibuang ke
sungai/kebun/kolamsembarangan
Sampah pada
b. Setiap hari ke jamban
Tempat
Sampah

c. Setiap hari ke tempat sampah

15

a. Komponen Rumah
Tabel III.6
Tabulasi Data Hasil Penilaian Rumah Berdasarkan Komponen Rumah
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015

NO

Sub Variabel

Memenuhi Syarat
N

Hasil
Tidak Memenuhi Syarat
Prosentase
N
(%)
28
74
1
3
1
3
13
34

1
2
3
4

Langit langit
Dinding
Lantai
Jendela kamar

10
37
37
25

26
97
97
66

tidur
Jendela ruang

30

79

21

6
7

keluarga
Ventilasi
Lubang asap

22
30

58
79

16
8

42
21

dapur
Pencahayaan

17

45

21

55

Dari tabel III.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 8 variabel


komponen rumah pada rumah sehat, variabel terbesar yang tidak
memnuhi syarat adalah langit-langit dengan prosentase 74% sedangkan
variabel terbesar yang memenuhi syarat adalah
dengan prosentase 97%.

dinding dan lantai

16

b. Sarana Sanitasi
Tabel III.7
Tabulasi Data Hasil Penilaian Rumah Berdasarkan Sarana
Sanitasi Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten
Kediri
Tahun 2015
Hasil
No.

1.
2.
3.
4.

Variabel

SAB
Jamban
SPAL
Sarana

Memenuhi Syarat
N
33
32
28
1

%
87
84
74
3

Tidak Memenuhi
Syarat
N
5
6
10
37

Pembuangan
Sampah
Dari tabel III.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 4 variabel
sarana sanitasi pada rumah sehat, variabel terbesar yang tidak
memenuhi syarat adalah sarana pembuangan sampah dengan
prosentase 97% sedangkan variabel terbesar yang memenuhi
syarat adalah SAB (Sarana Air Bersih) dengan prosentase 87%.

c. Perilaku Penghuni
Tabel III.8
Tabulasi Data Hasil Penilaian Rumah Berdasarkan Perilaku
Penghuni Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri

%
13
16
26
97

17

Tahun 2015

No.

Variabel

Hasil
Tidak Memenuhi
Memenuhi Syarat
Syarat
N
%
N
%
20
53
18
47

1.

Membuka Jendela

2.

Kamar Tidur
Membuka Jendela

20

53

18

47

3.

Ruang Keluarga
Membersihkan

35

92

4.

Rumah dan Halaman


Membuang Tinja Bayi

32

84

16

5.

dan Balita
Membuang Sampah

21

30

79

Dari tabel III.8 di atas dapat diketahui bahwa dari 5 variabel


perilaku peghuni pada rumah sehat, variabel terbesar yang tidak
memenuhi syarat adalah membuang sampah dengan prosentase
79% sedangkan variabel terbesar yang memenuhi syarat adalah
membersihkan rumah dan halaman dengan prosentase 92%.

Keterangan :
Dari hasil tabulasi data ketiga komponen rumah sehat di atas
diperoleh hasil bahwa 3 variabel terbesar yang tidak memenuhi syarat
adalah:
1. Langit-langit
2. Sarana pembuangan sampah
3. Perilaku Membuang sampah
Tabel III.9
Tabulasi Data Hasil Penilaian Rumah Sehat Di Dusun Kauman
Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
No.

Variabel
Memenuhi

Hasil
Tidak Memenuhi

18

1.

Syarat
(Sehat)
N
%
9
24

Rumah

Syarat
(Tidak Sehat)
N
%
29
76

Sehat
Keterangan:
< 1068
1068
Jumlah Rumah Sehat (RS)
Jumlah Rumah Tidak Sehat (RTS)

:Rumah Sehat
: Rumah Tidak Sehat
: 9 rumah
: 29 rumah

Analisis Data
Berdasarkan hasil rekapitulasi survey rumah sehat yang dilakukan di
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri dapat
diketahui bahwa dari 38 rumah yang disurvey terdapat 9 rumah sehat
dengan prosentase 24% dan 29 rumah tidak sehat dengan prosentase
sebesar 76%. Hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa variabel rumah
sehat yang masih belum memenuhi syarat. Adapun 3 variabel terbesar yang
masih belum sesuai dengan criteria rumah sehat yaitu langit langit, sarana
pembuangan

sampah

dan

perilaku

membuang

sampah.

Adapun

penjelasannya sebagai berikut :


a. Langit langit
Dari hasil survey 38 rumah di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan
Pagu Kabupaten Kediri mengenai komponen rumah yang meliputi langit
langit diperoleh hasil rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 74%.
b. Sarana Pembuangan Sampah
Dari hasil survey 38 rumah diperoleh hasil bahwa Dusun Kauman Desa
Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri mengenai sarana sanitasi yang
meliputi sarana pembuangan sampah diperoleh hasil rumah yang tidak

19

memenuhi syarat sebesar 97%. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar


warga di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
yang

sarana

pembuangan

sampahnya

tidak

memenuhi

syarat

dikarenakan tidak terdapat TPS maupun TPA di Dusun Kauman Desa


Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri yang masih dibuang di
belakang rumah dan dibakar.
c. Perilaku Membuang Sampah
Dari hasil survey 38 rumah diperoleh hasil bahwa di Dusun Kauman
Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri seluruhnya membuang
sampah di belakang rumah lalu dibakar dan ada yang dibuang di sungai.
Hal ini tidak memenuhi syarat dan standart yang ditentukan. Hal tersebut
dikarenakan lahan dibelakang rumah masing masing warga masih luas
sehingga warga membuang ke lahan kosong lalu membakarnya. Setelah
sampah yang dibakar sudah kering, lalu abunya berterbangan yang
dapat menyebabkan pencemaran udara yang berasal dari asap
pembakarannya, menimbulkan bau tidak sedap, mengurangi nilai estetika
serta mencemari permukaan tanah dan air tanah. Selain itu juga dapat
menimbulkan vektor seperti lalat, kecoa dan tikus. Untuk menghindari hal
demikian, maka warga perlu melakukan pengelolaan sampah di rumah
masing masing. Untuk sampah organik bisa digunakan sebagai
kompos sedangan untuk anorganik bisa dijual atau dijadikan kerajinan
tangan yang memiliki harga jual.
2. Pengumpulan Data (Pemecahan Masalah)
a. Penemuan Masalah
Berdasarkan hasil survey rumah sehat, kami menemukan beberapa
masalah lingkungan yaitu sebagai berikut :
1) Masyarakat Dusun Kauman Desa Pagu sebagian besar masih
belum memiliki langit langit.
2) Masyarakat Dusun Kauman Desa Pagu sebagian kecil masih ada
yang jambannya belum memenuhi syarat yaitu sebanyak 6 orang.

20

3) Pembuangan samapah oleh masyarakat Dusun Kauan Desa Pagu


sebagian besar dibuang ke lahan kosong belakang rumah dengan
cara dikumpulkan lalu dibakar.
4) Masyarakat Dusun Kauman Desa Pagu sebagian kecil memiliki
hewan peliharaan berupa sapi, kambing, bebek dan ayam
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

b. Prioritas Masalah
Tabel III.10
Urutan Penentuan Prioritas Masalah
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri Tahun 2015
N
o
1.

Mudah
Masalah

Total
skor

Prioritas

IV

III

II

kesehatan.
Masih terdapat
sampah yang
berserakan di
belakang rumah
Masih banyak
rumah penduduk
yang belum memiliki

4.

ditangan

Masih ditemukan
memenuhi syarat

3.

Mendesak

i
jamban yang belum

2.

Gawat

SPAL
Masih terdapat
kotoran hewan
ternak yang

21

5.

menimbulkan bau.
Masih banyak
ditemukan rumah
warga yang tidak

terdapat langit
langit
c. Rumusan Masalah
Prioritas masalah yang ditemukan di Dusun Kauman Desa
Pagu tentang kesehatan lingkungan, maka dapat dirumuskan
masalah yang terdapat di Dusun Kauman Desa Pagu sebagai
berikut :
1) Ditemukan 16% masyarakat di Dusun Kauman Desa Pagu
memiliki jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan pada 19
Mei 2015.
2) Ditemukan hewan ternak seperti sapi, kambing dan ayam di
perkampungan warga Dusun Kauman Desa Pagu yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap pada 19 Mei 2015.
3) Masih ada rumah warga di Dusun Kauman Desa Pagu yang
saluran pembuangan air limbah belum memenuhi syarat pada 19
Mei 2015.
4) Ditemukan 97% pengelolaan sampah di Dusun Kauman Desa
Pagu belum memenuhi syarat pada 19 Mei 2015.
5) Masih banyak ditemukan rumah warga di Dusun Kauman Desa
Pagu yang tidak terdapat langit langit pada 19 Mei 2015.
d. Analisis Masalah
1) Sebab sebab yang mungkin ditimbulkan
a) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang siklus penularan
penyakit pada tinja.
b) Rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat.
c) Adanya jamban yang berjarak kurang dari 11 meter dari
sumber air.

22

d) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit yang


disebabkan oleh tinja.
e) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan
kotoran hewan ternak.
f) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang
ditimbulkan oleh limbah yang dibuang pada halaman belakang
rumah.
g) Banyaknya lahan kosong yang dimiliki oleh warga
h) Kurangnya pengetahuan warga akan pengelolaan sampah.
i) Kurangnya pengetahuan warga akan penyakit yang
ditimbulkan oleh debu yang berasal dari atap rumah tanpa
langit langit.
2) Sebab sebab yang sesungguhnya
a) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit yang
disebabkan oleh tinja.
b) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan
kotoran hewan ternak.
c) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang
ditimbulkan oleh limbah yang dibuang pada halaman belakang
rumah.
d) Banyaknya lahan kosong yang dimiliki oleh warga
e) Kurangnya pengetahuan warga akan pengelolaan sampah.
f) Kurangnya pengetahuan warga akan penyakit yang
ditimbulkan oleh debu yang berasal dari atap rumah tanpa
langit langit.
3) Pengolahan Analisis Data
Pengolahan analisis data dilakukan dengan prioritas
pemecahan masalah, menentukan sebab sebab yang mungkin,
sebab sebab yang sesungguhnya, menentukan alternative
pemecahan masalah, serta melakukan intervensi sebagai hasil
dari pemecahan masalah. Intervensi dilakukan sesuai dengan
penemuan masalah yang ditemukan dilapangan.
4) Intervensi Masalah Kesehatan Lingkungan

23

a) Ditemukan 16% masyarakat di Dusun Kauman Desa Pagu


memiliki jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan.
b) Ditemukan 20% bau kotoran hewan yang terdapat di rumah
warga Dusun Kauman Desa Pagu.
c) Ditemukan 26% rumah penduduk di Dusun Kuaman Desa Pagu
yang saluran pembuangan air limbahnya belum memenuhi
syarat.
d) Ditemukan 97% pengelolaan sampah di Dusun Kauman Desa
Pagu belum memenuhi syarat.
e) Ditemukannya rumah warga di Dusun Kauman Desa Pagu tidak
terdapat langit langit sebesar 74%.
C. Hasil Pembahasan Penentuan Prioritas Masalah bersama Tokoh
Masyarakat
Penentuan prioritas masalah bersama tokoh masyarakat dilakukan
dengan cara survey rumah dan menyampaikan masalah dalam kegiatan
minilokakarya.

Selain

masalah

yang

ditemukan,

tokoh

masyarakat

menyadari masalah yang ada yaitu masih adanya warga yang tidak memiliki
jamban sehat karena faktor biaya.
Pada kegiatan minilokakarya membahas tentang arti penting jamban
sehat serta dampaknya. Pada minilokarya tokoh masyarakat beserta
perwakilan warga dari masing masing RT sepakat untuk membangun
salah satu jamban sehat di rumah salah satu warga yang kurang mampu.
Setelah

itu

perwakilan

warga,

tokoh

masyarakat

serta

mahasiswa

bersepakat tentang pembangunan dilakukan secara gotong royong.

D. Penyusunan Rencana Alternatif Pemecahan Masalah dan Intervensi di


Bidang Kesehatan Lingkungan

24

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahap sebelumnya.


Penyusunan rencana alternative pemecahan masalah dan intervensi di
bidang

kesehatan

lingkungan

diwujudkan

melalui

suatu

kegiatan

perkumpulan bersama tokoh masyarakat. Kegiatan ini disebut dengan


minilokakarya yang dilaksanakan pada :
Hari

: Kamis

Tanggal

: 21 Mei 2015

Pukul

: 18.30 21.00 WIB

Tempat

: Rumah Bapak Sudjono (Kepala Dusun) Dusun Kauman

Minilokakarya dihadiri oleh 28 orang yang terdiri dari Ketua RW 2 dan


3, Ketua RT 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 serta perwakilan masyarakat dan 7
mahasiswa untuk membahas rencana alternative pemecahan masalah dan
intervensi. Pada penyusunan rencana alternative pemecahan masalah, akan
dibahas tentang tahap tahap pemecahan masalah, yaitu :
1. Rumusan Tujuan
Rumusan tujuan disusun untuk menetapkan tujuan intervensi yang
akan dilakukan. Berikut rumusan tujuan dari rumusan masalah yang telah
disebutkan sebelumnya :
1) Jumlah rumah yang jambannya belum memenuhi syarat di Dusun
Kauman Desa Pagu pada tanggal 30 Mei 2015 menurun menjadi
13%.
2) Perkampungan penduduk di Dusun Kauman Desa Pagu yang masih
merasakan bau kotoran hewan akan menurun sebesar 15% pada
tanggal 30 Mei 2015.
3) Jumlah rumah penduduk di Dusun Kauman Desa Pagu yang saluran
pembuangan air limbahnya masih belum memenuhi syarat akan
menurun sebesar 23% pada tanggal 31 Mei 2015.
4) Jumlah rumah penduduk di Dusun Kauman Desa Pagu untuk
pengelolaan sampah yang memenuhi syarat akan menurun sebesar
78% pada tanggal 31 Juni 2015.

25

5) Jumlah rumah penduduk di Dusun Kauman Desa Pagu sebagian


besar rumahnya tidak terdapat langit langit dan dilakukan
penyulahan door to door.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Berikut disajikan tabel hasil penyusunan rencana alternative
pemedahan masalah bersama masyarakat :
Tabel III.11
Inventarisasi Rencana Alternatif Pemecahan Masalah
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
No
1

Permasalahan

Inventarisasi pemecahan

masalah
Masih ditemukan jamban yang a. Sosialisasi jamban keluarga
belum

memenuhi

syarat

kesehatan.

yang

memenuhi

kesehatan.
b. Pembuatan

syarat

percontoan

jamban sehat.
Masih terdapat kotoran hewan a. Pembuatan Cairan

Mikro

ternak yang menimbulkan bau.


3

organisme lokal (MOL)


b. Penyuluhan tentang biogas
Masih banyak rumah penduduk a. Penyuluhan tentang SPAL
yang belum memiliki SPAL

yang memenuhi syarat.

Masih terdapat sampah yang a. Penyuluhan


berserakan di belakang rumah

pengolahan

tentang
sampah

rumah tangga.
b. Pengadaan
5

skala

percontohan

tempat sampah.
Masih banyak ditemukan rumah a. Penyuluhan tentang rumah
warga yang tidak terdapat langit

sehat.

langit
3. Analisis Alternatif Pemecahan Masalah

26

Setelah melakukan inventarisasi pemecahan masalah, tahap


berikutnya yaitu menganalisis alternative pemecahan masalah melalui
beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut :
a. Warga di dusun kauman yang memiliki jamban belum memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 16%
Tabel III.12
Analisis Alternatif Permasalahan Kepemilikan Jamban
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri Tahun 2015
Alternative 1
Penyuluhan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kriteria
Biaya
Manfaat
Waktu
Lingkungan
Efektifitas
Politis
Administrasi
Hukum
Pemerataan
Sosial budaya
Jumlah
Urutan prioritas

Jamban
Sehat
90
80
90
90
70
70
90
90
80
80
830
2

Alternative 2
Pembangunan
Jamban Sehat
80
100
85
100
100
90
90
90
100
80
915
1

b. Pengelolaan kotoran ternak di Dusun Kauman Desa Pagu


Tabel III.13
Analisis Alternatif Permasalahan Kotoran Ternak
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri Tahun 2015
Alternative 1
Pembuatan
No.

Kriteria

Cairan Mikro
organisme

1
2

Biaya
Manfaat

lokal (MOL)
80
80

Alternative 2
Penyuluhan
tentang
biogas
85
80

27

3
4
5
6
7
8
9
10

Waktu
Lingkungan
Efektifitas
Politis
Administrasi
Hukum
Pemerataan
Sosial budaya
Jumlah
Urutan prioritas

70
100
80
90
90
90
80
80
840
1

65
90
70
70
90
90
85
80
805
2

c. Pengelolaan SPAL di rumah tangga di Dusun Kauman Desa Pagu


Tabel III.14
Analisis Alternatif Permasalahan Pengelolaan SPAL
Rumah Tangga Dusun Kauman Desa Pagu
Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
Alternative 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kriteria
Biaya
Manfaat
Waktu
Lingkungan
Efektifitas
Politis
Administrasi
Hukum
Pemerataan
Sosial budaya
Jumlah
Urutan prioritas

Penyuluhan tentang
SPAL.
80
80
70
90
80
80
80
70
80
80
790
1

28

d. Pengelolaan sampah rumah tangga di Dusun Kauman Desa Pagu


Tabel III.15
Analisis Alternatif Permasalahan Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dusun Kauman Desa Pagu
Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
Alternative 1
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kriteria

Biaya
Manfaat
Waktu
Lingkungan
Efektifitas
Politis
Administrasi
Hukum
Pemerataan
Sosial budaya
Jumlah
Urutan prioritas

Pengadaan

Alternative 2
Penyuluhan

Percontohan

Tentang

Tempat

Pengelolaan

Sampah.
80
75
70
95
80
80
85
80
70
85
800
1

Sampah
85
80
65
90
70
70
80
80
85
80
785
2

e. Pengelolaan rumah sehat di Dusun Kauman Desa Pagu


Tabel III.16
Analisis Alternatif Permasalahan langit-langit rumah
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri Tahun 2015
Alternative 1
No.

Kriteria

Penyuluhan tentang
rumah sehat.

29

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Biaya
Manfaat
Waktu
Lingkungan
Efektifitas
Politis
Administrasi
Hukum
Pemerataan
Sosial budaya
Jumlah
Urutan prioritas

70
85
60
80
80
70
85
80
60
85
755
1

E. Penetapan Intervensi Pilihan dan Penyusunan POA


1. Penetapan Intervensi Pilihan (Pengambilan Keputusan)
Tahapan penetapan intervensi pilihan merupakan tahap lanjutan
dari tahap penyusunan rencana alternative pemecahan masalah dan
intervensi. Tahap ini digunakan sebagai tahap untuk menetapkan suatu
intervensi pilihan yang akan diselesaikan. Dalam penentuan pilihan
penetapan intervensi, digunakan sistem pembobotan untuk menganalisis
yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Resiko yang paling kecil.


Sasaran yang ingin dicapai.
Biaya yang relatif kecil.
Waktu pencapaian yang paling pendek.
Memecahkan masalahnya.

Tabel III.17
Analisis Alternatif Pemecahan Masalah Kepemilikan Jamban
Di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015

No

Kriteria

1.

Resiko yang

Alternatif I

Alternatif II

Penyuluhan
tentang Jamban
Sehat
5

Pembangunan Jamban
Sehat
4

30

2.
3.
4.

5.

paling kecil
Sasaran yang
ingin dicapai
Biaya yang
relative kecil
Waktu
pencapaian
yang paling
pendek
Memecahkan
masalahnya
Jumlah
Prioritas

19
II

22
I

Tabel III.18
Analisis Alternatif Pemecahan Masalah Kepemilikan Jamban
Di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015

No

1.
2.
3.
4.

5.

Kriteria

Resiko yang
paling kecil
Sasaran yang
ingin dicapai
Biaya yang
relative kecil
Waktu
pencapaian
yang paling
pendek
Memecahkan
masalahnya
Jumlah
Prioritas

Alternatif I

Alternatif II

Pembuatan Cairan
Mikro organisme
local
3

Penyuluhan
Pembuatan Biogas

21
I

18
II

31

Tabel III.19
Analisis Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan SPAL Rumah Tangga
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
Alternatif I
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
Resiko yang paling
kecil
Sasaran yang ingin
dicapai
Biaya yang relative
kecil
Waktu pencapaian
yang paling pendek
Memecahkan
masalahnya
Jumlah
Prioritas

Pembuatan Cairan Mikro


organisme local
5
3
4
3
3
19
I

32

Tabel III.20
Analisis Alternatif Pemecahan Masalah Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015

No

1.
2.
3.
4.

5.

Kriteria

Resiko yang
paling kecil
Sasaran yang
ingin dicapai
Biaya yang
relative kecil
Waktu
pencapaian
yang paling
pendek
Memecahkan
masalahnya
Jumlah
Prioritas

Alternatif I

Alternatif II

Pengadaan
Percontohan
Tempat Sampah
5

Penyuluhan tentang
Pengelolaan Sampah

19
II

22
I

33

Tabel III.21
Analisis Alternatif Permecahan Masalah Langit-langit Rumah
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri
Tahun 2015
Alternatif I
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria
Resiko yang paling kecil
Sasaran yang ingin
dicapai
Biaya yang relative kecil
Waktu pencapaian yang
paling pendek
Memecahkan masalahnya
Jumlah
Prioritas

Penyuluhan tentang Rumah


Sehat
5
3
4
3
3
19
I

2. Penyusunan Plan Of Action (POA)


Setelah menetapkan intervensi pilihan yang telah disepakati
bersama, dilanjutkan dengan pembuatan POA yang berisi perencanaan
pelaksanaan intervensi, diantaranya yaitu tanggal pelaksanaan, tempat
pelaksanaan, target atau sasaran, unsure input 6M (Man, Money, Market,
Material, Machine, Methode).
Berikut akan disajikan POA (Plan Of Action) dalam bentuk tabel.
POA untuk pemecahan masalah ini terlampir.

34

35

36

37

38

39

40

F. Hasil Pelaksanaan Intervensi


1. Hasil Pelaksanaan Intervensi Masalah
Pembangunan jamban dilaksanakan di Dusun Kauman Desa Pagu
dengan jumlah rmah tangga sasaran yaitu 1 KK. Pembuatan jamban
sehat pada rumah tangga sasaran 1 di RT.01 RW.03 dilakukan dengan
35% dana stimulant mahasiswa dan 65% dana pemilik rumah dan warga.
2. Hasil Pelaksanaan Ragam Ahli Teknologi

41

Pembuatan cairan mikro organisme lokal dilaksanakan bersama


sama dengan kelompok di Dusun Kapurejo dengan bahan yang
sederhana yaitu : EM4 (effective mikroorganisme), tetes tebu, kotoran
sapi, cuka tahu dan air. Cairan ini akan diberikan kepada warga yang
memiliki hewan ternak sebagai uji coba, setelah itu dilakukan sosialisasi
untuk resep dalam pembuatan mikro organisme local.
3. Percontohan Pengadaan Tempat Sampah
Alternatif pemecahan masalah pengelolaan sampah yang terdapat
di Dusun Kauman dilakukan percontohan pengadaan tempat sampah
yang memenuhi syarat yang dilakukan di halaman TK RA Perwanida
Pagu oleh kelompok 04 dengan dibedakan jenisnya.
4. Promosi Kesehatan
a. Penyuluhan PHBS DI Tatanan Sekolah
Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan sekolah
dilakukan di TK, SD, SMP yang ada di Dusun Kauman dengan topic
penyuluhan yaitu PHBS dan CTPS. Dari penyuluhan, siswa siswi
mulai mengerti arti penting PHBS dan mereka antusias mendapatkan
penyuluhan.

b. Penyuluhan Bank Sampah


Penyuluhan tentang bank sampah dan 3R di tatanan rumah
tangga dilakukan di kegiatan pengajian warga Dusun Kauman dan
kelompok ibu ibu senam di Balai Desa Pagu dengan media
penyuluhan yaitu leaflet tentang bank sampah dan 3R yang dibagikan
kepada sasaran.
G. Penilaian Home Industri
1. DATA UMUM LOKASI
Nama PIRT
Alamat
Nama Pemilik
Nomor P IRT

: : Pagu Kauman RT 03 / RW 02
: Bapak Suyono
:-

42

Jenis Pangan
Tanggal Pemeriksaan

: Home industri tahu


: 30 Mei 2015

2. PENILAIAN PER VARIABEL


a.) BPOM NOMOR HK.03.1.23.04.12.2206 TAHUN 2012 Tentang Cara
Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.
1.) Lokasi dan lingkungan produksi
Tabel III.28
Lokasi dan Lingkungan Produksi
NO.

VARIABEL PENILAIAN
Lokasi IRTP seharusnya dijaga tetap

NILAI

SKORE

1.

bersih, bebas dari sampah, bau, asap,

kotoran dan debu.


Lingkungan seharusnya dipertahankan
dalam keadaan bersih dengan cara-cara
sebagai berikut :
2.

a. Sampah dibuang dan tidak menumpuk


b. Tempat sampah selalu tertutup
c. Jalan dipelihara supaya tidak berdebu
dan selokannya berfungsi dengan baik
Jumlah

Lokasi PIRT tidak bersih karena terdapat sampah dimana-mana.


Abu sisa pembakaran untuk air panas pada tungku dibuang pada
sekitar ruang produksi. Lokasi belum pernah mengalami renovasi

43

sehingga debunya terlihat dimana-mana. Sampah sisa produksi di


tampung pada karung yang dibuat untuk pakan ternak. Jalan untuk
produksi banyak yang retak sehingga terdapat genangan air dan
terbuat dari semen.

2.) Bangunan dan fasilitas


Tabel III.29
Bangunan dan Fasilitas
NO.
1.

VARIABLE PENILAIAN
Bangunan ruang produksi
1. Desain dan tata letak
(a.)
Ruang produksi sebaiknya

NILAI

SKORE

cukup luas dan mudah dibersihkan


serta tidak

digunakan

memproduksi
(b.)

produk

untuk

lain

selain

pangan
Konstruksi Ruangan :

i.

sebaiknya terbuat dari bahan

ii.

yang tahan lama


seharusnya
dipelihara

mudah

dan

dibersihkan

atau

didesinfeksi,

serta

meliputi:

lantai,

atau

pemisah

ruangan, atap

langit-langit,

pintu,

lubang angin
dan

dinding

permukaan

atau

dan
jendela,
ventilasi

tempat

kerja

serta penggunaan bahan gelas

44

NO.

VARIABLE PENILAIAN
2. Lantai
(a.)Lantai
bahan

sebaiknya

dibuat

kedap

rata,

tetapi

air,

tidak

air,

tergenang,

halus
kuat,

pembuangan

atau pengaliran

SKORE

dari

licin,

memudahkan

NILAI

air

tidak

memudahkan

pembuangan atau pengaliran air, air


tidak tergenang
(b.)Lantai seharusnya
keadaan

bersih

selalu

dari

dalam

debu, lendir,

dan kotoran lainnya serta mudah


dibersihkan
3. Dinding atau Pemisah Ruangan
(a.)Dinding atau pemisah ruangan
sebaiknya dibuat dari bahan kedap
air, rata, halus, berwarna terang,
tahan

lama,

tidak

mudah

mengelupas, dan kuat


(b.)Dinding atau pemisah

ruangan

seharusnya selalu dalam keadaan


bersih dari debu, lendir, dan kotoran
lainnya.
(c.)Dinding

atau

pemisah

ruangan

seharusnya mudah dibersihkan.

45

NO.

VARIABLE PENILAIAN
4. Langit-langit
(a.)Langit-langit sebaiknya dibuat dari
bahan

yang

tahan

lama,

tahan

NILAI

SKORE

NILAI

SKORE

terhadap air, tidak mudah bocor, tidak


mudah terkelupas atau terkikis,
(b.)Permukaan langit-langit sebaiknya
rata, berwarna terang dan jika di
ruang produksi menggunakan atau
menimbulkan

uap

terbuat

bahan

dari

air

sebaiknya
yang

tidak

menyerap air dan dilapisi cat tahan


panas,
(c.)Konstruksi
didisain

langit-langit
dengan

mencegah

sebaiknya

baik

untuk

penumpukan

debu,

pertumbuhan jamur, pengelupasan,


bersarangnya

hama,

memperkeil

terjadinya kondensasi,
(d.)Langit-langit
seharusnya

selalu

dalam keadaan bersih dari debu,


sarang laba-laba.
5. Pintu Ruangan
(a.)
Pintu sebaiknya dibuat dari
bahan tahan lama, kuat, tidak mudah
pecah

atau

rusak,

rata,

halus,

berwarna terang,

NO.

VARIABLE PENILAIAN

46

(b.)

Pintu seharusnya dilengkapi


dengan

pintu

dilepas

kasa

untuk

yang

dapat

memudahkan

NILAI
3

SKORE
3

pembersihan dan perawatan.


(c.)Pintu ruangan produksi seharusnya
didisain membuka ke luar / ke
samping sehingga debu atau kotoran
dari luar tidak terbawa masuk melalui
(d.)

udara ke dalam ruangan pengolahan.


Pintu ruangan, termasuk pintu
kasa dan tirai udara seharusnya
mudah ditutup dengan baik dan

selalu dalam keadaan tertutup


6. Jendela
(a.)
Jendela sebaiknya dibuat dari
bahan tahan lama, kuat, tidak mudah
pecah atau rusak,
(b.)
Permukaan
sebaiknya

rata,

jendela
halus,

berwarna

terang, dan mudah dibersihkan.


(c.)Jendela
seharusnya
dilengkapi
dengan kasa pencegah masuknya
serangga yang dapat dilepas untuk
memudahkan

pembersihan

perawatan.
(d.)
Konstruksi

dan
jendela

seharusnya didisain dengan baik


untuk mencegah penumpukan debu.
NO.

VARIABLE PENILAIAN
7. Lubang Angin atau Ventilasi
1. Lubang
angin
atau
ventilasi
seharusnya cukup sehingga udara
segar

selalu

mengalir

di

ruang

47

produksi dan dapat menghilagkan


uap, gas, asap, bau dan panas yang
timbul selama pengolahan
2. Lubang
angin
atau

ventilasi

seharusnya selalu dalam keadaan


bersih, tidak berdebu, dan tidak
dipenuhi sarang laba-laba,
3. Lubang
angin
atau

NILAI

SKORE

ventilasi

seharusnya dilengkapi dengan kasa


untuk mencegah masuknya serangga
dan mengurangi masuknya kotoran,
4. Kasa pada lubang angin atau
ventilasi seharusnya mudah dilepas
untuk

memudahkan

pembersihan

dan perawatan.
8. Permukaan tempat kerja
(a.)
Permukaan tempat kerja yang
kontak

langsung

dengan

bahan

pangan harus dalam kondisi baik,


tahan

lama,

mudah

dipelihara,

dibersihkan dan disanitasi;

NO.
(b.)

VARIABLE PENILAIAN
Permukaan
tempat

kerja

harus dibuat dari bahan yang tidak


menyerap air, permukaannya halus
dan tidak bereaksi dengan bahan
pangan, detergen dan desinfektan
9. Penggunaan Bahan Gelas (Glass)
Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya

48

mempunyai kebijakan penggunaan


bahan gelas yang bertujuan mencegah
kontaminasi bahaya fisik terhadap
produk pangan jika terjadi pecahan
2.

gelas.
Fasilitas
1. Kelengkapan Ruang Produksi
(a.)
Ruang produksi sebaiknya
cukup terang sehingga karyawan

NILAI

SKORE

90

29

dapat mengerjakan tugasnya dengan


teliti.
(b.)

Di ruang produksi seharusnya


ada tempat untuk mencuci tangan
yang selalu dalam keadaan bersih
serta dilengkapi dengan sabun dan

pengeringnya.
2. Tempat Penyimpanan
(a.)Tempat penyimpanan bahan pangan
termasuk

bumbu

dan

bahan

tambahan

pangan

(BTP)

harus

terpisah dengan produk akhir.

NO.

VARIABLE PENILAIAN
(b.)Tempat penyimpanan khusus harus
tersedia untuk menyimpan bahanbahan bukan untuk pangan seperti
bahan pencuci, pelumas, dan oli.
(c.)Tempat penyimpanan harus mudah
dibersihkan dan bebas dari hama
seperti serangga, binatang pengerat
seperti tikus, burung, atau mikroba
dan ada sirkulasi udara.
Jumlah

49

Ruang produksi tidak cukup luas untuk para karyawan. Jika karyawan
ingin ke tempat lain harus saling mengalah untuk berjalan. Ruang
produksi mudah untuk dibersihkan dengan cara disikat namun jarang
untuk dilakukan oleh karyawan atau pemilik. Ada hewan peliharaan
ayam diletakkan dekat dengan ruang produksi. Konstuksi ruangan
tidak terpelihara, tidak dibersihkan ataupun didesinfeksi. Lantai licin,
terdapat lantai yang retak dan terdapat genangan air. air limbah tidak
bisa mengalir dengan lancar ke pembuangan dan lantai tidak bersih
karena terdapat lendir. Dinding tidak berwarna terang, tidak kedap air
karena dinding terbuat dari kayu. IRTP tidak memiliki langit-langit,
pintu ruangan dan jendela. Lubang angin cukup luas untuk aliran
udara, namun masih terasa panas diruang produksi. Permukaan kerja
tidak didesinfeksi hanya dibersihkan dengan air saja. IRTP tidak
menggunakan bahan yang terbuat dari gelas. Ruang produksi tidak
cukup terang pada produk jadi. Diruang produksi tidak terdapat
tempat untuk mencuci tangan. Tempat penyimpanan BTP tidak
terpisah dengan produk akhir. Tempat penyimpanan bahan baku
bebas dari binatang pengganggu dan terdapat sirkulasi udara.
3.) Peralatan produksi
Tabel III.30
Peralatan Produksi
NO.
1.

VARIABEL
Persyaratan Bahan Peralatan Produksi
(1.) Peralatan
produksi
sebaiknya

NILAI

SKORE

terbuat dari bahan yang kuat, tahan


lama,

tidak

beracun,

mudah

dipindahkan atau dibongkar pasang


sehingga
dipelihara
(2.)

mudah
serta

dibersihkan

dan

memudahkan

pemantauan dan pengendalian hama.


Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan harus halus, tidak

50

bercelah

atau

berlubang,

tidak

mengelupas, tidak berkarat dan tidak


menyerap air.
(3.) Peralatan harus tidak menimbulkan
pencemaran terhadap produk pangan
oleh jasad renik, bahan logam yang
terlepas dari mesin / peralatan, minyak
pelumas,

bahan

bakar

dan

bahan

bahan lain yang menimbulkan bahaya;

NILAI

SKORE

termasuk bahan kontak pangan /zat


kontak pangan dar kemasan pangan ke
dalam

pangan

yang

menimbulkan

bahaya.

NO.
2.

VARIABEL
Tata Letak Peralatan Produksi
Peralatan produksi sebaiknya diletakkan
sesuai dengan urutan prosesnya sehingga
memudahkan bekerja secara higiene,
memudahkan pembersihan dan perawatan

3.

serta mencegah kontaminasi silang.


Pengawasan dan Pemantauan Peralatan Produksi
Semua peralatan seharusnya dipelihara,
diperiksa dan dipantau agar berfungsi
dengan baik dan selalu dalam keadaan

4.

bersih
Bahan perlengkapan dan alat ukur/timbang
(1.) Bahan perlengkapan peralatan yang
terbuat

dari

kayu

seharusnya

51

dipastikan cara pembersihannya yang


(2.)

dapat menjamin sanitasi;


Alat ukur / timbang seharusnya
dipastikan keakuratannya, terutama alat

21

18

ukur/timbang bahan tambahan pangan


(BTP)
Jumlah

Peralatan produksi dibersihkan dengan air dan langsung digunakan


untuk produksi. Peralatan yang digunakan rata-rata terbuat dari kayu
yang mudah menyerap air. Tata letak penyimpanan peralatan
produksi sudah urut namun tempat menyimpannya secara terbuka.
Peralatan tidak pernah diperiksa kebersihannya, menurut pemilik
yang penting dapat berfungsi sudah cukup. Peralatan yang terbuat
dari kayu hanya dibersihkan dengan air. Alat ukur / timbangan masih
berfungsi dengan benar dan akurat.
4.) Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air
Tabel III.31
Suplai Air dan Sarana Penyediaan Air
NO.

1.

VARIABEL
Air yang digunakan untuk proses produksi
harus air bersih dan sebaiknya dalam
jumlah yang cukup memenuhi seluruh
kebutuhan proses produksi.
Jumlah

NILAI

SKORE

Air yang digunakan untuk produksi berasal dari air sumur. Jumlah air
yang digunakan cukup untuk kebutuhan produksi. Namun hanya air
yang digunakan

apakah sudah sesuai dengan standart air bersih

kami belum tau karena tidak dilakukan uji laboratorium.

52

5.) Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi


Tabel III.32
Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
NO.
1.

VARIABEL
Fasilitas Higiene dan Sanitasi
(a.) Sarana pembersihan / pencucian

NILAI

SKORE

bahan pangan, peralatan, perlengkapan


dan bangunan (Iantai, dinding dan lainlain), seperti sapu, sikat, pel, lap dan /
atau kemoceng, deterjen, ember, bahan
sanitasi sebaiknya tersedia dan terawat
(b.)

dengan baik.
Sarana

pembersihan

harus

dilengkapi dengan sumber air bersih.


(c.)Air panas dapat digunakan untuk
membersihkan

peralatan

tertentu,

terutama berguna untuk melarutklan


sisa-sisa dan tujuan disinfeksi, bila
diperlukan.

53

NO.
2.

VARIABEL
Sarana Higiene Karyawan
Sarana higiene karyawan seperti fasilitas

NILAI

SKORE

untuk cuci tangan dan toilet / jamban


seharusnya tersedia dalam jumlah cukup
dan dalam keadaan bersih untuk menjamin
kebersihan karyawan guna mencegah
3.

kontaminasi terhadap bahan pangan.


Sarana Cuci Tangan seharusnya:
(a.)

Diletakkan di dekat ruang produksi,


dilengkapi air bersih dan sabun cuci

(b.)

tangan
Dilengkapi dengan alat pengering
tangan seperti handuk, lap atau kertas

serap yang bersih.


(c.)Dilengkapi dengan
4.

tempat

sampah

yang tertutup.
Sarana toilet / jamban seharusnya:
a. Didesain dan dikonstruksi dengan
memperhatikan

persyaratan

higiene,

sumber air yang mengalir dan saluran


pembuangan;
b. Diberi tanda peringatan bahwa setiap
karyawan

harus

mencuci

tangan

dengan sabun sesudah menggunakan


toilet;

54

c. Terjaga dalam keadaan bersih dan


tertutup;
NO.
5.

VARIABEL
Sarana pembuangan air dan limbah
(a.) Sistem
pembuangan
limbah
seharusnya didesain dan dikonstruksi
sehingga

dapat

mencegah

NILAI

SKORE

resiko

pencemaran pangan dan air bersih;


(b.) Sampah harus segera dibuang ke
tempat sampah untuk mencegah agar
tidak menjadi tempat berkumpulnya
hama binatang pengerat, serangga atau
binatang

lainnya

sehingga

tidak

mencemari pangan maupun sumber air


(c.) Tempat sampah harus terbuat dari
bahan yang kuat dan tertutup rapat
untuk menghindari terjadinya tumpahan
sampah yang dapat mencemari pangan
6.

maupun sumber air.


Kegiatan Higiene dan Sanitasi
(1.)

Pembersihan/pencucian

dapat

dilakukan secara fisik seperti dengan


sikat atau secara kimia seperti dengan
sabun
(2.)

deterjen

keduanya.
Jika diperlukan,
sebaiknya

atau

gabungan

penyucihamaan

dilakukan

dengan

menggunakan kaporit sesuai petunjuk


yang dianjurkan.

55

NO.
(3.)

VARIABEL
Kegiatan pembersihan / pencucian

NILAI

SKORE

35

18

dan penyucihamaan peralatan produksi


(4.)

seharusnya dilakukan secara rutin.


Sebaiknya ada karyawan yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembersihan

pencucian

dan

penyucihamaan
Jumlah

Bahan pangan, peralatan, perlengkapan dan bangunan tidak


dilakukan desinfeksi dan tidak terawat dengan baik karena terdapat
kotoran dan debu dimana mana. IRTP membersihkannya hanya
menggunakan air sumur. Sarana hygiene karyawan tidak terdapat
kamar mandi dan WC. Tidak terdapat sarana cuci tangan untuk
karyawan. Karyawan yang setelah dari toilet tidak melakukan cuci
tangan langsung melanjutkan pekerjaannya. Konstruksi limbah cair
yang dihasilkan oleh IRTP tertutup. Sampah yang dihasilkan dari
IRTP dibuat untuk pakan ternak. Tempat sampah yang digunakan
adalah karung beras yang sudah tidak terpakai. Air dari sampah
masih keluar melalui celah-celah karung. Penanggung jawab untuk
pembersihan langsung pada pemilik IRTP. Pembersihan jarang
dilakukan karena terlihat pada dinding yang berdebu dan lantai yang
terdapat genangan air.

6.) Kesehatan dan Higiene Karyawan


Tabel III.33
Kesehatan dan Higiene Karyawan

56

NO.
1.

VARIABEL
Kesehatan karyawan
Karyawan yang bekerja di bagian pangan

NILAI

SKORE

NILAI

SKORE

harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut :
(a.)

Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau


baru sembuh dari sakit dan diduga
masih

membawa

diperkenankan

penyakit

masuk

produksi.
(b.)
Jika menunjukkan

tidak

ke

ruang

gejala

atau

menderita penyakit menular, misalnya


sakit kuning (virus hepatitis A), diare,
sakit

perut,

muntah,

demam,

sakit

tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis,


luka, dan lain-lain), keluarnya cairan dari
telinga (congek), sakit mata (belekan),
dan atau pilek tidak diperkenankan
masuk keruang produksi.

NO.
2.

VARIABEL
Kebersihan Karyawan
(1.)
Karyawan harus selalu

menjaga

57

(2.)

kebersihan badannya.
Karyawan yang menangani pangan
seharusnya mengenakan pakaian kerja
yang bersih. Pakaian kerja dapat berupa
celemek,

penutup

kepala,

NILAI

SKORE

sarung

tangan, masker dan / atau sepatu kerja.


(3.)
Karyawan yang menangani pangan
harus menutup luka di anggota tubuh
(4.)

dengan perban khusus luka.


Karyawan harus selalu

mencuci

tangan dengan sabun sebelum memulai


kegiatan mengolah pangan, sesudah
menangani bahan mentah, atau bahan /
alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari
/ jamban;

NO.
C.

VARIABEL
Kebiasaan Karyawan
(1.)
Karyawan yang bekerja sebaiknya
tidak

makan

dan

minum,

merokok,

meludah, bersin atau batuk ke arah

58

pangan atau melakukan tindakan lain di


tempat

produksi

mengakibatkan
pangan.
(2.)
Karyawan

yang

dapat

pencemaran

produk

di

bagian

pangan

sebaiknya tidak mengenakan perhiasan


seperti giwang / anting, cincin, gelang,
kalung, arloji / jam tangan, bros dan

23

12

peniti atau benda lainnya yang dapat


membahayakan keamanan pangan yang
diolah
Jumlah

Pemilik mengijinkan karyawan untuk tidak masuk kerja pada saat


sakit. Namun pekerja yang sakitnya dianggap ringan dan tidak
mengganggu aktifitas kerja mereka lebih memilih untuk masuk.
Karyawan tidak memiliki penyakit menular yang terlihat fisik namun
kami tidak melakukan uji laboratorium untuk penyakit dalam yang
dapat menular ke makanan. Karyawan sebelum berangkat kerja
mandi terlebih dahulu. Pakaian yang dikenakan dalam keadaan
bersih. Karyawan tidak menggunakan celemek, penutup kepala,
sarung tangan, masker dan karyawan hanya menggunakan sepatu
boot saja pada saat bekerja. Karyawan tidak melakukan cuci tangan
sebelum mengolah pangan, sesudah mengolah bahan mentah dan
sesudah keluar dari toilet. Pada saat kerja karyawan masih sempat
untuk berbicara. Pada karyawati masih mengenakan anting pada saat
bekerja.
7.) Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan
Tabel III.34
Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan
NO.
1.

VARIABEL PENILAIAN
Pemeliharaan dan Pembersihan

NILAI

SKORE

59

(1.)

Lingkungan,
dan

bangunan,

lainnya

peralatan

seharusnya

dalam

keadaan terawat dengan baik dan

NILAI

SKORE

berfungsi sebagaimana mestinya


(2.) Peralatan
produksi
harus
dibersihkan

secara

teratur

untuk

menghilangkan sisa-sisa pangan dan


kotoran
(3.) Bahan

kimia

ditangani

dan

pencuci

sebaiknya

digunakan

sesuai

prosedur dan disimpan di dalam wadah


yang

berlabel

untuk

menghindari

pencemaran terhadap bahan baku dan


2.

produk pangan;
Prosedur Pembersihan dan Sanitasi
Prosedur Pembersihan dan Sanitasi
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
proses fisik (penyikatan, penyemprotan
dengan air bertekanan atau penghisap
vakum), proses kimia (sabun atau deterjen)
atau gabungan proses fisik dan kima untuk
menghilangkan kotoran dan lapisan jasad
renik dari lingkungan, bangunan, peralatan

NO.
3.

VARIABEL
Program Higiene dan Sanitasi
(1.) Program Higiene dan

Sanitasi

seharusnya menjamin semua bagian


dari

tempat

termasuk
pembersih;

produksi
pencucian

telah

bersih,
alat-alat

60

(2.)

Program

Higiene

dan

Sanitasi

seharusnya dilakukan secara berkala


serta

dipantau

ketepatan

dan

NILAI

SKORE

keefektifannya dan jika perlu dilakukan


pencatatan;

NO.
4.

VARIABEL
Program Pengendalian Hama
(1)Hama (binatang pengerat, serangga,
unggas dan lain-lain) merupakan
pembawa cemaran biologis yang dapat
menurunkan mutu dan keamanan
pangan. Kegiatan pengendalian hama
dilakukan untuk mengurangi

61

kemungkinan masuknya hama ke ruang


produksi yang akan mencemari pangan.
(2) Mencegah masuknya hama
(a) Lubang-lubang dan selokan yang
memungkinkan masuknya hama harus

selalu dalam keadaan tertutup.


(b) Jendela, pintu dan lubang ventilasi
harus dilapisi dengan kawat kasa untuk
menghindari masuknya hama
(c) Hewan peliharaan seperti anjing,
kucing, domba, ayam dan lain-lain
tidak boleh berkeliaran di sekitar dan di
dalam ruang produksi.
(d) Bahan pangan tidak boleh tercecer
karena dapat mengundang masuknya
hama.
(3) Mencegah timbulnya sarang hama di
dalam ruang produksi
(a) Pangan seharusnya disimpan
dengan baik, tidak langsung
bersentuhan dengan lantai, dinding
dan langit-langit
(b) Ruang produksi harus dalam
keadaan bersih
(c) Tempat sampah harus dalam
keadaan tertutup dan dari bahan yang
tahan lama
(d) IRTP seharusnya memeriksa
lingkungan dan ruang produksinya dari
5.

kemungkinan timbulnya sarang hama.


Pemberantasan Hama
(1) Sarang hama seharusnya segera
dimusnahkan

62

(2) Hama harus diberantas dengan cara


yang tidak mempengaruhi mutu dan

keamanan pangan.
(3) Pemberantasan hama dapat dilakukan
secara fisik seperti dengan perangkap
tikus atau secara kimia seperti dengan
racun tikus.
(4) Perlakuan dengan bahan kimia harus
dilakukan dengan pertimbangan tidak
6.

mencemari pangan.
Penanganan Sampah
Penanganan dan pembuangan sampah
dilakukan dengan cara yang tepat dan
cepat : sampah seharusnya tidak
dibiarkan menumpuk di lingkungan dan
ruang produksi, segera ditangani dan
dibuang

Jumlah
62
23
Lingkungan, bangunan, peralatan tidak terawat dengan baik,
namun masih berfungsi. Peralatan produksi dibersihkan dari sisa-sisa
pangan atau kotoran dengan dibersihkan dengan air. Program
hygiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala serta tidak
dipantau

ketepatan

dan

keefektifannya.

Pemilik

tidak

pernah

melakukan pengendalian hama. Jendela, pintu, dan lubang ventilasi


tidak diberi kawat kasa. Hewan peliharaan sengaja diletakkan dekat
pada ruang produksi. Bahan pangan tidak pernah tercecer dilantai.
Ruang produksi tidak bersih karena terdapat genangan air. Tempat
sampah terbuat dari karung beras dan ampasnya langsung dibuat
pakan ternak.
8.) Penyimpanan
Tabel III.35
Penyimpanan
NO.

VARIABEL

NILAI

SKORE

63

1.

Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir


(1) Bahan dan produk akhir harus disimpan
terpisah dalam ruangan yang bersih,
sesuai dengan suhu penyimpanan,

NILAI

SKORE

bebas hama, penerangannya cukup


(2) Penyimpanan bahan baku tidak boleh
menyentuh lantai, menempel ke dinding
maupun langit-langit

NO.

VARIABEL
(3) Penyimpanan bahan dan produk akhir
harus diberi tanda dan menggunakan
sistem First In First Out (FIFO) dan
sistem FirstExpired First Out (FEFO),
yaitu bahan yang lebih dahulu masuk
dan / atau memilki tanggal kedaluwarsa
lebih awal harus digunakan terlebih
dahulu dan produk akhir yang lebih
dahulu diproduksi harus digunakan /
diedarkan terlebih dahulu.
(4) Bahan-bahan yang mudah menyerap air
harus disimpan di tempat kering,
misalnya garam, gula, dan rempah-

2.

rempah bubuk
Penyimpanan bahan berbahaya
Bahan berbahaya seperti sabun

64

pembersih, bahan sanitasi, racun


serangga, umpan tikus, dll harus disimpan
dalam ruang tersendiri dan diawasi agar
3.

tidak mencemari pangan


Penyimpanan Wadah dan Pengemas
(1) Penyimpanan wadah dan pengemas
harus rapih, di tempat bersih dan
terlindung agar saat digunakan tidak

NILAI

SKORE

39

24

mencemari produk pangan.


(2) Bahan pengemas harus disimpan
terpisah dari bahan baku dan produk
akhir.
NO.
4.

VARIABEL
Penyimpanan Label Pangan
(1) Label pangan seharusnya disimpan
secara rapih dan teratur agar tidak
terjadi

kesalahan

dalam

penggunaannya dan tidak mencemari


produk pangan.
(2) Label pangan harus disimpan di tempat
yang bersih dan jauh dari pencemaran.
5.

Penyimpanan Peralatan Produksi


Penyimpanan mesin / peralatan produksi
yang telah dibersihkan tetapi belum
digunakan harus di tempat bersih dan
dalam kondisi baik, sebaiknya permukaan
peralatan menghadap ke bawah, supaya
terlindung dari debu, kotoran atau
pencemaran lainnya.
Jumlah

65

Bahan dan produk akhir disimpan pada tempat terpisah dalam


ruangan yang bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, bebas dari
hama. Bahan baku tidak langsung menyentuh dengan tanah dan
dinding. Penyimpanan bahan dan produk akhir tidak menggunakan
sistem (FIFO). Sedangkan untuk bahan yang mudah menyerap air
disimpan pada tempat kering.

Bahan berbahaya disimpan pada

tempat sendiri. Penyimpanan wadah dan pengemasan rapi, tetapi


tidak terlindung dari cemaran. Karena pengemasan dilakukan secara
terbuka yang langsung dimasukkan ke produk akhir. Bahan
pengemas terpisah dari produk akhir. IRTP tersebut tidak memiliki
label untuk produk pangannya. Peralatan yang sudah dibersihkan
tidak disimpan pada tempat yang bersih dan tidak menghadap
kebawah (terbalik).
9.) Pengendalian Proses
Tabel III. 36
Pengendalian Proses
NO.
1.

VARIABEL PENILAIAN
Penetapan Spesifikasi Bahan
(1) Persyaratan Bahan
(a) Bahan yang

NILAI

SKORE

dimaksud mencakup

bahan baku,

bahan

bahan penolong

tambahan,

termasuk air dan

bahan tambahan pangan (BTP)


(b) Harus

menerima

menggunakan
tidak rusak,

tidak

mengandung
berbahaya,
atau
dan

dan

bahan

yang

busuk,

tidak

bahan-bahan
tidak

merugikan

membahayakan kesehatan
memenuhi

standar

mutu

atau persyaratan yang ditetapkan


(c) Harus
menentukan
jenis,

66

jumlah
untuk

dan

spesifikasi

bahan

memproduksi pangan yang

akan dihasilkan.
(d) Tidak
menerima
menggunakan

dan

bahan

pangan

NILAI

SKORE

yang rusak.

NO.

VARIABEL
menggunakan

(e) Jika

bahan

tambahan pangan (BTP),

harus

menggunakan BTP yang diizinkan


sesuai

batas

penggunaannya.
(f) Penggunaan BTP
mutu

dan

maksimum
yang

standar

persyaratannya belum

ditetapkan harus memiliki izin dari


Badan

Pengawas

Obat

dan

Makanan Republik Indonesia (Badan


POM RI)
(g) Bahan

yang

seharusnya

digunakan

dituangkan

dalam

dasar

yang

bentuk formula
menyebutkan

jenis

persyaratan mutu bahan;


(h) Tidak
menggunakan
Berbahaya
pangan

yang

dilarang

dan
Bahan
untuk

67

NO.

VARIABEL
(2). Persyaratan Air

NILAI

SKORE

(a) Air yang merupakan bagian dari


pangan

seharusnya

memenuhi

persyaratan air minum atau air


bersih

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan
(b) Air yang digunakan untuk menccuci
atau kontak langsung dengan bahan
pangan, seharusnya persyaratan air
bersih

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan
(c) Air, es, dan uap panas (steam)
harus

dijaga

jangan

sampai

tercemat oleh bahan-bahan dari luar


(d) Uap panas (steam) yang kontak
langsung dengan bahan pangan
atau mesin / peralatan harus tidak
mengandung

bahan-bahan

berbahaya bagi keamanan pangan,


dan
(e) Air yang

digunakan

berkali-kali

(resirkulasi) seharusnya dilakukan


penanganan dan pemeliharaan agat
tetap aman terhadap pangan yang
diolah

68

NO.
2.

VARIABEL
Penetapan komposisi dan formulasi bahan
(a) Harus menetukan komposisi bahan
yang digunakan dan formula untuk
memproduksi jenis pangan yang

NILAI

SKORE

akan dihasilkan
(b) Harus memcatat dan menggunakan
komposisi

yang

telah

ditentukan

secara baku setiap saat secara


konsisten
(c) BTP yang digunakan harus diukur
atau ditimabng dengan alat ukur /
3.

alat timbang yang akurat


Penetapan Cara Produksi Yang Baku
(a) Seharusnya menentukan proses
produksi pangan yang baku.
(b) Seharusnya membuat bagan air
atau urut-urutan proses secara jelas.
(c) Seharusnya menentukan kondisi
baku

dari

setiap

tahap

proses

produksi, seperti misalnya berapa


menit lama pengadukan.
(d) Seharusnya menggunakan bagan
air produksi pangan yang sudah
baku

ini

sebagai

acuan

kegiatan produksi sehari-hari.

dalam

69

NO.
4.

VARIABEL
NILAI
Penetapan Jenis, Ukuran dan Spesifikasi Kemasan.
(a) Seharusnya menggunakan bahan
kemasan yang sesuai untuk pangan,
sesuai

peraturan

undangan.
(b) Desain
dan

perundang-

bahan

seharusnya

kemasan
memberikan

perlindungan terhadap produk dalam


memperkecil
mencegah

SKORE

kontaminasi,
kerusakan

dan

memungkinkan pelabelan yang baik.


(c) Kemasan yang dipakai kembali
seperti botol minuman harus kuat,
mudah dibersihka, dan didesinfeksi
jika

diperlukan,

serta

tidak

digunakan untuk mengemas produk

5.

non pangan
Penetapan Keterangan Lengkap Terhadap Produk yang akan
Dihasilkan
(a) Seharusnya
kareteriktik produk

menentukan
pangan

dihasilkan
(b) Harus
menentukan

yang

tanggal

kedaluarsa
(c) Harus mencatat tanggal produksi
(d) Dapat menentukan kode produksi
Jumlah

4
1
83

0
0
61

Bahan tambahan maupun bahan penolong terdapat label yang


jelas. Bahan yang digunakan sebelum dibeli dicek dulu kualitasnya,
jumlah jenis dan spesifikasi bahan. Bahan yang rusak langsung
dikembalikan kepada penjual bahan baku. BTP yang digunakan tidak

70

ada takarannya. BTP terdapat tulisan BPOM pada labelnya, namun


keterangan informasi tentang BTP tidak ada. Bahan yang dituangkan
menggunakan formula. BTP yang digunakan tidak mengandung
bahan berbahaya. Secara fisik air yang digunakan untuk pangan dan
mencuci memenuhi syarat air bersih. Uap panas dijaga dari cemaran
luar dan bahan yang digunakan tidak mengandung bahan berbahaya.
Air

yang

digunakan

berkali-kali

tidak ada

penanganan

atau

pemeliharaan khusus. Pemilik tidak menggunakan formula untuk


membuat tahu, tapi menggunakan takaran yang dilakukan secara
konsisten. BTP yang digunakan ditimbang terlebih dahulu. Terdapat
proses produksi yang baku mulai dari perendaman kedelai sampai
produk akhir. Namun pemilik tidak membuat bagan alur proses
produksi secara jelas. Pemilik tidak menentukan kondisi baku pada
setiap tahap proses produksi. Tidak menggunakan bahan kemasan
sesuai dengan peraturan. Desain dan bahan kemasan tidak terdapat
perlindungan dari cemaran. Kemasan yang dipakai kembali tidak
dilakukan desinfeksi hanya dibilas dengan air saja. Pemilik tidak
menentukan karakteristik produk pangan yang akan dihasilkan. Tidak
terdapat tanggal kadaluwarsa, tanggal produksi ataupun kode
produksi.

10.) Pelabelan Pangan


Tabel III.37
Pelabelan Pangan
NO.
1.

VARIABEL PENILAIAN
Label pangan IRT harus memenuhi

NILAI
4

SKORE
0

71

ketetentuan yang tercantum dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan atau
perubahannya
Jumlah

Pemilik tidak menggunakan label untuk produk yang dihasilkan.


11.) Pengawasan Oleh Penanggungjawab
Tabel III.38
Pengawasan Oleh Penanggungjawab
NO.
1.

VARIABEL PENILAIAN
Penanggung jawab minimal harus

NILAI

SKORE

NILAI

SKORE
0

mempunyai pengetahuan tentang prinsip


prinsip dan praktek hygiene dan sanitasi
pangan serta proses produksi pangan
yang ditanganinya dengan pembuktian
kepemilikan Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan (Sertifikat PKP).

NO.
2.

VARIABEL
Penanggung jawab seharusnya
melakukan pengawasan secara rutin yang
mencakup :
(1) Pengawasan Bahan
(a) Bahan yang digunakan dalam
proses produksi seharusnya
memenuhi persyaratan mutu dan

72

keamanan pangan.

(b) IRTP dapat memelihara catatan


mengenai bahan yang digunakan
(2) Pengawasan Proses

NILAI

SKORE

17

(a) Pengawasan proses seharusnya


dilakukan dengan memformulasikan
persyaratan-persyaratan yang
berhubungan

dengan

bahan

baku, komposisi,proses pengolahan


dan distribusi;
(b) Untuk setiap satuan pengolahan
(satu kali proses) seharusnya
dilengkapi petunjuk yang
menyebutkan tentang nama produk;
tanggal pembuatan dan kode
produksi; jenis dan jumlah seluruh
bahan yang digunakan dalam satu
kali proses pengolahan; Jumlah
produksi yang diolah; dan lain- lain
informasi yang diperlukan

NO.
3.

VARIABEL
Penanggung jawab seharusnya
melakukan tindakan koreksi atau
pengendalia jika ditemukan adanya
penyimpangan atau ketidaksesuaian
terhadap persyaratan yang ditetapkan.
Jumlah

73

Pemilik tidak mempunyai pengetahuan tentang prinsip hygiene


dan sanitasi pangan. Pemilik tidak terdapat sertifikat. Bahan yang
digunakan dalam proses produksi sudah memenuhi persyaratan
mutu. IRTP memelihara catatan mengenai bahan yang digunakan.
Pengawasan pada proses produksi dilakukan secara formulasi pada
bahan baku, proses pengolahan dan distribusi. Setiap pengolahan
tidak terdapat petunjuk tentang produk yang akan dijual. Sebelum
diberikan

pada

pembeli,

pemilik melakukan koreksi terhadap

produknya sesuai pesanan pelanggan.


12.)

Penarikan Produk
Tabel III. 39
Penarikan Produk
NO.

VARIABEL
Pemilik IRTP harus menarik produk

NILAI

SKORE

NILAI

SKORE

pangan dari peredaran jika diduga


1.

menimbulkan penyakit / keracunan


pangan dan / atau tidak memenuhi
persayaratan peraturan perundang
undangan di bidang pangan.

NO.
2.

VARIABEL
Pemilik IRTP harus menghentikan
produksinya sampai masalah terkait
diatasi
Produk lain yang dihasilkan pada kondisi

3.

4.

yang sama dengan produk penyebab


bahaya seharusnya ditarik dari peredaran
/ pasaran;
Pemilik IRTP seharusnya melaporkan
penarikan produknya, khususnya yang
terkait dengan keamanan pangan ke

74

Pemerintah Kabupaten / Kota setempat


dengan tembusan kepada Balai Besar /
Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat.
Pangan yang terbukti berbahaya bagi
5.

konsumen harus dimusnahkan dengan

19

disaksikan oleh DFI.


Penanggung jawab IRTP dapat
6.

mempersiapkan prosedur penarikan


produk pangan
Jumlah

Pemilik IRTP tidak menarik produk pangan dari peredaran jika


diduga menimbulkan penyakit.

Pemilik IRTP belum pernah

menghentikan produksinya jika terjadi masalah. Produk lain yang


dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk penyebab bahaya
tidak ditarik dari peredaran / pasaran. Pemilik IRTP tidak pernah
melaporkan penarikan produknya kepada pemerintah. Pangan yang
terbukti berbahaya bagi konsumen dimusnahkan tidak disaksikan oleh
DFI. Penanggung jawab IRTP tidak mempersiapkan prosedur
penarikan produk pangan.
13.)

Pencatatan dan Dokumentasi


Tabel III.40
Pencatatan dan Dokumentasi
NO.
1.

2.

VARIABEL
Pemilik seharusnya mencatat dan
mendokumentasikan
Catatan dan dokumen dapat disimpan
selama 2 (dua) kali umur simpan produk

NILAI

SKORE

pangan yang dihasilkan.


Catatan dan dokumen yang ada
3.

sebaiknya dijaga agar tetap akurat dan


mutakhir
Jumlah

75

Pemilik tidak pernah mecatat atau mendokumentasi kecuali bahan


baku. Pemilik tidak memiliki catatan dan dokumentasi.

14.)

Pelatihan Karyawan
Tabel III.41
Pelatihan Karyawan
NO.

1.

VARIABEL
Pemilik / penanggung jawab harus sudah
pernah mengikuti penyuluhan tentang
Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk

NILAI

SKORE

Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)


Pemilik / penanggung jawab tersebut
2.

harus menerapkannya serta mengajarkan


pengetahuan dan keterampilannya kepada
karyawan yang lain
Jumlah

Pemilik tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang Cara Produksi


Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Pemilik
tidak mempunyai pengetahuan hygiene dari turun temurun.

76

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan kegiatan untuk upaya pemecahan masalah
kesehatan lingkungan yang ada di dusun Kauman di desa pagu kecamatan
pagu kabupaten Kediri, mahasiswa pkn menemui beberapa faktor yang
menghambat

dan

mendukung

dalam

terlaksananya

program

kegiatan

perbaikan. Adapun rincian kegiatan beserta faktor penghambat dan pendukung


dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut :
A. Gambaran Umum Penduduk Dusun Kauman
1. Berdasarkan Tabel III.1 dapat diketahui bahwa batas wilayah Desa Pagu
sebelah utara berbatasan dengan Desa Sambirobyong, sebelah selatan
dengan Desa Menang dan Desa Sitimerto, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Jagung dan Desa Bendo sedangkan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Semanding.
2. Berdasarkan Tabel III.2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Dusun Kauman di Desa Pagu sebanyak 1255 dengan jumlah kepala
keluarga 331.
3. Berdasarkan Tabel III.3 dapat diketahui bahwa jenis jamban yang
digunakan di Dusun Kauman Desa Pagu yang berjenis jamban sehat
permanen sebanyak 234 buah sedangkan menggunakan jenis jamban
semi sehat permanen sebanyak 51 buah.
4. Berdasarkan Tabel III.4 dapat diketahui bahwa 10 besar penyakit yan
terdapat di dusun kauman desa pagu terdiri dari penyakit

Acute

Nasopharingitis sebanyak 388 kasus, penyakit Hipertensi sebanyak 367


kasus, penyakit Gastritis sebanyak 340 kasus, penyakit acute pharingitis
sebanyak 246 kasus, penyakit myalgia sebanyak 238 kasus, penyakit
Influenza sebanyak 187 kasus, penyakit Gout sebanyak 98 kasus,

77

penyakit Diabetes Militus sebanyak 92 kasus, penyakit TB Paru tanpa


BTA + sebanyak 82 kasus, penyakit Diare sebanyak 40 kasus.
B. Hasil Obsevasi
Pengumpulan data dilakukan dengan survey, observasi, dokumentasi
dan wawancara pemukiman rumah sehat. Dari hasil survey yang dilakukan
didapatkan data-data yang menjadi prioritas masalah yang akan ditinjak
lanjuti dengan pelaksanaan intervensi.
Masalah lingkungan yang menjadi prioritas pertama di dusun kauman
yaitu ditemukannya jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 16%. Meskipun prosentase tergolong kecil tetapi belum ODF,
sehingga prioritas utama yang harus diseleseikan yaitu membuat dusun
kauman menjadi dusun ODF. Hal ini disebabkan karena beberapa wilayah
dusun kauman masih menggunakan jamban cemplung, selain itu masih
rendahnya pengetahuan serta perilaku masyarakat tentang pentingnya BAB
di jamban sehat. Pandangan masyarakat lebih penting mencukupi
kebutuhan tersier seperti membeli motor dan hp dari pada memnuhi
kebutuhan sekunder yaitu membuat jamban sehat.
Kotoran hewan di dusun kauman termasuk prioritas masalah ke 2, hal
ini disebabkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan kotoran hewan
masih rendah. Sebagian besar kotoran hewan yang terdapat di dusun
kauman adalah kotoran sapi, kotoran tersebut hanya di biarkan menumpuk
dan mengering dalam waktu lama untuk dijadikan pupuk tanpa dimanfaatkan
untuk yang lain, selain itu kotoran ternak dapat mengganggu estetika serta
menimbulkan bau yang mengganggu masyarakat sekitar.
Kepemilikan saluran pembuangan air limbah menjadi prioritas masalah
ketiga, hal ini disebabkan pengolahan SPAL dimasyarakat Dusun Kauman
belum memnuhi syarat. Hal ini dikarenakan SPAL sebagian besar dirumah
penduduk

masih

dibiarkan

menggenang

dibelakang

menggunakan saluran terbuka serta tanpa resapan.

rumah

dan

78

Pengelolaan sampah di Dusun Kauman termasuk prioritas masalah


keempat, hal ini disebabkan karena pengelolaan sampah di lingkungan
Dusun Kauman yang sebagian besar adalah sampah rumah tangga serta
sampah daun tidak dikelola dengan baik sehingga menumpuk dibelakang
rumah. Banyak warga yang membuang sampah dan menumpuk sampah di
pekarangan belakang rumah. Selain membuang sampah di halaman
belakang rumah masyarakat juga membakar sampah di belakang rumah dan
masih ada masyarakat yang membuang sampah disungai.
Langit langit rumah di Dusun Kauman termasuk prioritas kelima. Hal
ini dikarenakan sebagian rumah warga di Dusun Kauman tidak terdapat
langit langit, sehingga dapat menyebabkan penyakit ISPA karena debu
debu bertebaran dan bisa terhirup.
C. Pembahasan Penetuan Prioritas Masalah Bersama Tokoh Masyarakat
Miniloka karya merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pencarian
data. Kegiatan ini bertujuan untuk merembuk masalah yang ditemukan
sebelumnya dan mencari solusi pemecahan masalah bersama dengan tokoh
masyarakat dan warga sekitar. Setelah disampaikan hasil permasalahan
yang ditemukan tentang kesehatan lingkungan, mahasiswa mengajak
masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada

miniloka

karya

masyarakat

masih

kebingungan

tentang

pentingnya pengolahan kotoran ternak untuk dijadikan biogas, Karena


masyarakat belum dianggap penting. Sehingga pada miniloka karya yang
tadinya warga ingin menyelesaiakan kotoran ternak dengan biogas, akhirnya
warga menolak. Akhirnya pada miniloka karya disepakati bahwa masalah
yang akan diselesaikan yaitu membuat jamban percontohan yang memenuhi
syarat disalah satu rumah warga. Serta membuat larutan MOL untuk
mengurangi bau kotoran ternak sapi.
Dalam miniloka karya tidak pernah lepas dari faktor faktor
penghambat dan pendukung dalam mewujudkan kesehatan lingkungan.

79

Faktor penghambat dalam kegiatan menjadikan Dusun Kauman


sebagai daerah yang ODF ditemukan faktor penghambat yaitu terbatasnya
lahan untuk membuat jamban, sehingga masyarakat kebingungan untuk
menempatkan septic tank dan resapannya. Selain itu warga masih berpikiran
untuk persiapan daftar sekolah atau membelikan kebutuhan keluarga dan
anaknya.
Faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah keikut sertaan warga dan
tokoh masyarakat dalam menghadiri acara miniloka karya dan masyarakat
serta tokoh masyarakat antusias berdiskusi tentang masalah maslah
kesehatan lingkungan di lingkungan mereka, sehingga acara dapat berjalan
dengan lancar.
D. Alternative Pemecahan Masalah dan Intervensi di Bidang Kesehatan
Lingkungan
Alternative pemecahan masalah untuk prioritas masalah yang utama
tentang ditemukannya 16% masyarakat memiliki jamban yang belum
memenuhi syarat kesehatan. Alternative pemecahan masalah tersebut tidak
lepas dari kerja sama dengan masyarakat dan dukungan masyarakat.
Hasil

pendekatan

dengan

tokoh

masyarakat

untuk

program

pembangunan jamban sehat dihasilkan satu rumah sasaran. Pembuatan


jamban sehat pada sasaran di RT 01 RW 03 dilakukan dengan 35% dana
stimulan dana mahasiswa dan 65% dana swadaya masyarakat.
Dari rumah tangga sasaran dalam pembangunan jamban sehat
harapannya menjadi teladan dan contoh bagi warga yang lain tentang
pentingnya kepemilikan jamban keluarga.
E. Penetapan Intervensi pilihan dan Penyusunan POA
Penetapan intervensi pilihan dalam pemecahan masalah dilakukan
sebuah pembobotan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang tepat
yaitu mulai dari penilaian resiko yang ditimbulkan yakni pemecahan masalah
tersebut memiliki tingkat resiko kecil, sasaran target yaiti banyak langsung

80

mengenai pada sasaran, biaya yang dibutuhkan kecil, waktu penyelesaian


singkat dan mudah untuk dilaksanakan oleh masyarakat.
Adapun untuk pemecahan masalah kepemilikan jamban yang belum
memenuhi syarat kesehatan yaitu langsung pada pembangunan jamban
sehat karena hal ini memiliki resiko kecil, sasaran yang ingin dicapai banyak
karena dengan pembangunan jamban sehat akan tetapi jika dipndang dari
segi biaya dapat dikatakan membutuhkan biaya yang cukup tinggi tetapi
disisi lain untuk pemecahan masalah lebih baikdan mengenai pada sasaran.
Pemecahan masalah pengelolaan kotoran ternak di Dusun Kauman
Desa Pagu Kecamatan Pagu dengancara pemberian larutan MOL
(Mikroorganisme Lokal), hal ini dikarenakan untuk mengurangi bau kotoran
serta untuk mempercepat proses kotoran menjadi pupuk. Pembuatan MOL
memang membutuhkan waktu yang panjang karena harus difermentasikan
dahulu untuk mengetahui keberhasilannya, sehingga dalam proses kami
hanya memberi cairan MOL kepada warga dan mensosialisasikan tentang
cara pemakaian dan cara pembuatan.
Pemecahan masalah yang berhubungan dengan perubahan perilaku
perlu sosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Sosialisasi perilaku
hidup bersih dan sehat dilakukan di tatanan sekolah.
Semua pemecahan masalah yang akan dilakukan perlu sebuah
perencanaan pelaksanaan agar semua rangkaian kegiatan bisa terlaksana
tanpa ada yang terlewati demi mensukseskan kegiatan intevensi. Dalam
POA atau perencanaan pelaksanaan intervensi terdapat tanggal yang
menunjukan

waktu

pelaksanaan,

tempat

yaitu

menunjukan

lokasi

pelaksanaan intervensi, target atau sasaran yaitu sasaran yang menjadi


objek untuk intervensi begitu juga untuk input yang terdiri dari man yaitu
orang yang melakukan intervensi, money yaitu anggaran yang dibutuhkan
dalam kegiatan intervensi, market suatu bentuk media dalam menjalankan
intervensi, material adalah alat yang digunakan, machine dan metode yang
digunakan untuk intervensi.

81

F. Pelaksanaan Intervensi
1. Pembangunan Jamban
Pembangunan jamban dilakukan di salah satu rumah tangga
sasaran yaitu rumah Bapak Timan dimana pembangunan selama 5 hari.
Hari ke 1 yaitu penggalian septic tank serta pemsukkan buis beton.
Pada hari ke 2 sampai dengan hari ke 5 yaitu pemlesteran septic tank
dengan semen dan dibuat kedap serta menutup septic tank, pemasangan
pipa, pemsangan batako, dan kloset. Pembuatan septic tank dengan
kedalam 1,5 m dengan 3 buis beton.
Kendala tidak begitu banyak terjadi karena pemilik rumah
mempercayakan kepada mahasiswa PKN dalam pembangunan jamban.
Kendala yang nampak adalah kurangnya lahan.
2. Pemberian MOL (Mikroorganisme Local)
Pembuatan MOL dilakukan selama 1 hari serta dengan proses
fermentasi 3-5 hari. Pemberian MOL dilakukan ke beberapa warga yang
memiliki ternak sapi, warga tersebut juga dibekali untuk membuat MOL,
dengan tujuan warga agar bisa membuat MOL tersebut secara mandiri
setelah PKN selesai.
Faktor pendukung dalam kegiatan ini yaitu warga pemilik ternak
yang antusias untuk mempelajari cara membuat MOL untuk ternak
mereka.
3. Promosi Kesehatan :
a. Penyuluhan CTPS
Pelaksanaan penyuluhan di SDN Pagu 2 dan TK RA.
Perwanida Pagu. Dimana murid di SDN Pagu 2 terdiri dari 21 dan di
TK RA. Perwanida Pagu terdiri dari 84 murid. Penyuluhan yang
diberikan mengenai PHBS di tatanan sekolah yang meliputi cuci
tangan pakai sabun (CTPS).
Selain penyuluhan murid diajak langsung untuk mempraktikan
bagaimana cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan

82

sabun dengan air mengalir. Setelah penyuluhan diadakan sesi tanya


jawab dan kuis, dimana siswa yang mendengarkan dan berani
menjawab pertanyaan dari kami mendapatkan doorprize.
Faktor

pendukung

dalam

kegiatan

ini

yaitu

para

guru

memberikan waktu kegiatan belajar mengajarnya untuk acara


penyuluhan, perizinan penyuluhan, serta penyediaan ruangan untuk
pelaksanaan penyuluhan tersebut. Selain itu siswa siswi di SDN
Pagu 2 dan TK RA. Perwanida Pagu tersebut juga sangat antusias
mendengarkan, dan mempraktikkan penyuluhan yang kami berikan.
b. Penyuluhan PHBS
Pelaksanaan penyuluhan di SMP 2 PGRI Pagu, dimana murid
di SMP 2 PGRI Pagu

terdiri dari

30 murid. Penyuluhan yang

diberikan mengenai PHBS di tatanan sekolah.


Selain penyuluhan murid diajak langsung untuk mempraktikan
bagaimana cuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan
sabun dengan air mengalir. Setelah penyuluhan diadakan sesi tanya
jawab dan kuis, dimana siswa yang mendengarkan dan berani
menjawab pertanyaan dari kami mendapatkan doorprize.
Faktor pendukung dalam kegiatan ini yaitu para guru
memberikan waktu kegiatan belajar mengajarnya untuk acara
penyuluhan, perizinan penyuluhan, serta penyediaan ruangan untuk
pelaksanaan penyuluhan tersebut.
c. Penyuluhan Bank Sampah
Penyuluhan tentang bank sampah dilakukan pada hari Rabu
tanggal 24 Mei 2015 bersama ibu ibu pengajian Dusun Kauman
yang dilaksanakan disalah satu rumah warga. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan agar ibu ibu bisa mengolah sampah dengan cara 3R
yaitu Reuse, Recycle, dan Reduce. Selain itu ibu ibu juga bisa
membuat bank sampah dan mengetahui manfaatnya. Bank sampah
ini diharapkan segera dibentuk agar ibu ibu bisa mendapatkan
manfaatnya dengan segera.

83

d. Penyuluhan Pengolahan Sampah


Penyuluhan pengolahan sampah dilakukan bersama wali murid
TK RA. Perwanida Pagu. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan,
masyarakat bisa mengolah sampah tanpa harus membuang sampah
ke kebun dan membakarnya dan sisa memanfaatkan sampah organik
untuk kebun mereka masing masing.
Sampah organic dapat diolah dengan menjadikan kompos atau
briket dengan menggunakan komposter, takakura, maupun vermin
composting. Sedangkan sampah non organik dapat dilakukan dengan
cara daur ulang dengan membuat kerajinan atau menjual kembali
sampah plastik kepada pengepul.
Hal ini dilakukan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kepedulian terhadap
lingkungan.
4. Home Industri Tahu
a. Lokasi dan Lingkungan Produksi;
Lokasi dan lokasi IRTP kotor dan berdebu yang tidak dilakukan
pembersihan secara berkala. Hal tersebut akan mempengaruhi
keamanan dari produk pangan yang akan dijual kemasyarakat dan
menurunkan nilai pendapatan yang diperoleh oleh IRTP jika terjadi
keracunan makan.
b. Bangunan dan Fasilitas ;
Bangunan dan Fasilitas pada lokasi IRTP sempit dan kuat untuk
proses produksi, namun bangunan jarang dibersihkan misalnya pada
lantai

banyak

kotoran

yang

menempel

sehingga

sulit

untuk

dibersihkan dan ada lantai yang retak/berlubang. Jendela, pintu dan


langit-langit tidak ada hanya terdapat ventilasinya atau lubang angin
namun berdebu. Jika hal tersebut terus berlangsung akibatnya

84

banyak karyawan yang merasa tidak nyaman ditambah tempat


kerjanya dengan suhu yang panas. Sehingga karyawan banyak
mengeluarkan keringat yang akibatnya akan kekurangan cairan jika
sirkulasi udaranya tidak lancar.
c. Peralatan Produksi;
Peralatan Produksi di lokasi PIRT yang digunakan terbuat dari kayu
dan besi. Sifatnya adalah permanen atau tidak mudah dibongkar dan
terdapat beberapa peralatan yang berkarat. Jika peralatan yang
berkarat tersebut tidak diganti akan mempengaruhi kualitas dari
produk pangan yang dihasilkan.
d. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air;
Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air sudah memenuhi syarat
karena jumlahnya untuk proses produksi cukup dengan kuwalitas
yang baik. Air yang digunakan untuk proses produksi berasal dari air
sumur yang menggunakan pompa untuk menaikkan kepenampungan.
e. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi;
Fasilitas dan kegiatan hygiene dan sanitasi masih sangat kurang dan
jarang untuk dibersihkan. Tetapi sarana atau perlengkapan untuk
pembersihan misalnya seperti sapu, lap, pel, sikat atau kemoceng,
deterjen, timba ada namun jarang digunakan. Selain itu juga
dilengkapi dengan air yang cukup memadai.
f. Kesehatan dan Higiene Karyawan;
Kesehatan dan Higiene Karyawan cukup baik karena karyawan dalam
keadaan sehat namun pada waktu pengolahan tidak menggunakan
seragam khusus untuk kerja dan alat pelindung diri (APD) hanya
sepatu boot dan celemek. Namun kondisi di ruang produksi panas
sehingga karyawan perlu menggunakan penutup rambut untuk

85

menghindari kontaminasi dan sarung tangan karet agar tangan


karyawan tidak terlihat berkeriput karena terlalu banyak berendam di
air.

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi;


Pada variabel pemeliharaan dan program hygiene dan sanitasi belum
sepenuhnya memenuhi persyaratan karena lokasi dan lingkungan
produksi tahu kotor dan tidak terawat. Sampah juga tidak langsung
diambil oleh pembeli.
h. Penyimpanan;
Pada IRTP bahan baku produk disimpan terpisah dengan produk
yang sudah jadi. Penyimpanan kemasan dan label belum memenuhi
syarat, karena diletakkan ditempat yang kurang bersih. Yang nantinya
kemasan dan label digunakan untuk meletakkan produk akhir dengan
kualitas yang bagus.
i. Pengendalian Proses;
Pada IRTP tidak menggunakan bahan yang berbahaya. PIRT tersebut
juga memperhitungkan komposisi bahan-bahan yang akan digunakan,
bahan tambahan makanan yang akan digunakan namun tidak
menggunakan alat timbang.
j. Pelabelan Pangan;

86

Label IRTP tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69


Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, karena IRTP tidak
menggunakan label pada saat menjual produk pangannya.
k. Pengawasan oleh Penanggungjawab;
Pengawasan Oleh Penanggung jawab dipegang oleh pemilik
langsung namun tidak dilakukannya pengawasan kebersihan secara
rutin.
l. Penarikan Produk;
Tidak dilakukan penarikan produk jika memang produk dalam
keadaan yang tidak baik (rusak). Karena pemilik hanya tidak
mengasih waktu pengembalian barangnya jika tidak ada kesepakatan
antara pembeli dengan pemilik IRTP.

m. Pencatatan dan Dokumentasi;


Pencatatan dan dokumentasi selalu dilakukan pada bahan baku untuk
produksi saja yang lain tidak dilakukan pencatatan. Disimpan selam
dua kali umur simpan produk pangan ditempat hanya pemilik yang
tau.
n. Pelatihan Karyawan;
Karyawan pada IRTP tersebut tidak pernah mengikuti mengikuti
penyuluhan. Karena pemilik tidak pernah mengikut sertakan ke acara
penyuluhan.

Seharusnya

karyawan

tau

tentang

bahayanya

pencemaran yang terjadi pada makanan akibat perilaku penjamah


yang kurang baik.

87

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan pada saat PKN (Praktek Kerja
Nyata) yang diadakan di Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri selama 3 minggu mulai dari tanggal 18 Mei 4 Juni adalah
sebagai berikut :
1. Desa Pagu terletak di Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri Provinsi Jawa
Timur. Desa Pagu terdiri dari 4 (empat) dusun yaitu Dusun Kapurejo,
Dusun Kauman, Dusun Kandangan dan Dusun Padangan. Dusun
Kauman terdiri dari 1255 penduduk dengan 331 KK.
2. Masyarakat di Dusun Kauman Desa Pagu untuk rumah yang memenuhi
syarat sebesar 24% atau sebanyak 9 rumah dan yang tidak memenuhi
syarat sebesar 76% atau sebanyak 29 rumah.
3. Berdasarkan hasil minilokakarya yang telah dilakukan pada tanggal 21
Mei 2015 didapatkan hasil prioritas masalah yaitu terdapat jamban
keluarga yang belum memenuhi syarat, kurangnya pemanfaatan kotoran
ternak, belum adanya pengelolaan sampah serta sebagian besar rumah

88

warga di Dusun Kauman Desa Pagu belum memenuhi syarat kesehatan,


seperti tidak terdapatnya langit langit dan kurangnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
4. Intervensi pemecahan masalah yang terdapat di Dusun Kauman Desa
Pagu adalah pembuatan jamban sehat, pengadaan percontohan tempat
sampah, pemberian cairan mikroorganisme lokal dan peningkatan PHBS
dengan penyuluhan.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari kegiatan PKN yang telah dilakukan di
Dusun Kauman Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri adalah
sebagai berikut :
1. Sebaiknya kegiatan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan lebih
ditingkatkan agar derajat kesehatan masyarakat di Dusun Kauman
Desa Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri semakin meningkat
dan terbebas dari penyakit.
2. Penting adanya pelopor dari tokoh masyarakat untuk warga yang
tingkat pengetahuannya masih kurang tentang jamban sehat agar
pembuatan jamban sehat bisa meningkat dan sosialisasi tentang
pembuatan cairan mikro organisme lokal serta perilaku hidup bersih
dan sehat.

89

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Keputusan menenteri kesehatan RI No :
Profil Desa Pagu

829/Men.Kes/SK/VII/1999

Anda mungkin juga menyukai