PENDAHULUAN
4. Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA
Kehalusan semen
Makin halus semen atau partikel-partikel semen akan menghasilkan
kekuatan tekan yang tinggi, karena makin luasnya permukaan yang
bereaksi dengan air dan kontak dengan agregat.
Komposisi kimia
Makin besar kandungan C3A cenderung akan menghasilkan setting
ii)
i)
Agregat Anorganik
Agregat dari golongan ini dapat berupa agregat alam atau buatan yang
bahan bakunya berasal dari bahan galian. Jenis dari agregat ini yang banyak
digunakan untuk menghasilkan unsur bangunan beton antara lain:
b) Pasir
Pasir atau agregat halus merupakan bahan pengisi yang dipakai bersama
bahan pengikat dan air untuk membentuk campuran yang padat dan keras. Pasir
yang dimaksud adalah butiran-butiran mineral yang keras dengan besar butiran
antara 0,15 mm sampai 5 mm (Tjokrodimuljo, 1996).
Agregat halus / pasir untuk paving block dapat berupa pasir alami hasil
disintregasi alam dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Menurut SK-SNI-S-04-1989-F syarat untuk agregat halus, yaitu
agregat halus terdiri dari butir-butir tajam, keras, kekal dengan gradasi yang
beraneka ragam. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
dari berat total agregat, bahan organik dan reaksi terhadap alkali harus negatif.
3. Serbuk Gergaji
Serbuk gergaji merupakan limbah dari industri penggergajian kayu selain
sedetan dan potongan-potongan kayu. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
W.T Kartono, (1992:8) dalam Andrias, dkk (1996) menyatakan bahwa rata-rata
limbah yang dihasilkan oleh industri penggergajian adalah 49, 15 %, dengan
perincian sebagai berikut :
a. Serbuk Gergaji 8,46%
b. Sedetan 24,41 %
c. Potongan-potongan kayu 16,28 %
Sebelum serbuk gergaji dijadikan bahan pengisi pada beton atau
mortar terlebih dahulu serbuk gergaji tersebut diolah melalui proses mineralisasi.
Proses ini diperlukan untuk mengurangi kadar zat ekstraktif seperti gula, tanin dan
asam-asam organik dari tumbuh-tumbuhan agar daya lekatan dan pengerasan
semen tidak terganggu (Andrias, dkk, 1996). Seperti terlihat pada reaksi kimia di
bawah ini.
Terlihat dari hasil reaksi diatas bahwa serbuk gergaji yang banyak
mengandung selulosa setelah direndam dengan larutan kapur selama 24 jam
akan membentuk kalsium karbonat sebagai zat perekat (tobermorite) yang apabila
bereaksi dengan semen akan semakin merekatkan butir-butir agregat sehingga
terbentuk massa yang kompak dan padat (Andrias, dkk, 1996)
Menurut penelitian Kemino (1992) tentang pemanfaatan limbah industri
pengolahan kayu sebagai bahan baku pembuatan bata cetak dengan komposisi
campuran 1 semen : 6 pasir : 6 limbah didapatkan kuat tekan sebesar 26 kg/cm 2,
dan dengan komposisi campuran 1 semen : 6 pasir : 2 limbah didapatkan kuat
tekan sebesar 79,83 kg/cm2.
Sedangkan menurut penelitian Andrias,dkk (1996) pembuatan bata cetak
dengan menggunakan serbuk gergaji dengan komposisi 75 %, fas 0,35 dan
tekanan pengepresan 125 kg/cm2 dihasilkan kuat tekan sebesar 95,26 kg/cm2.
4) Air
Fungsi air adalah sebagai media perantara pada proses pengikatan kimiawi
antara semen dan agregat. Proses ini akan berlangsung baik, apabila air yang
dipakai adalah air tawar murni tidak mengandung kotoran-kotoran dan bahanbahan lainnya. Setiap air yang dihasilkan oleh alam, jernih dan tidak berasa, tidak
berbau dapat digunakan dalam pencampuran beton (Petunjuk Praktek Assisten
Teknisi Laboratorium Pengujian Beton).
Kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan beton segar mudah
dikerjakan, kekuatan beton dan mortar rendah, mortar dan beton menjadi poros
dan juga dapat menyebabkan pemisahan antara pasir atau agregat pada adukan
mortar atau beton yang disebut segresi (PT. Semen Padang, 1995).
Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% berat semen
saja, namun dalam kenyataanya factor air semen yang dipakai sulit kurang dari
0,35.
Menurut (Tjokrodimuljo, 1996) dalam pemakaian air untuk beton
sebaiknya memenuhi syarat-syarat :
membentuk
calcium bicarbonate yang sifatnya larut dalam air. Akibatnya beton akan
terkikis dan cepat rapuh.
(3) Pengaruh bahan padat (Lumpur)
Air yang mengandung lumpur atau bahan padat apabila dipakai
untuk mencampur semen dan agregat maka proses pencampuran atau
pembentukan pasata kurang sempurna, karena permukaan agregat akan
terlapisi lumpur sehingga ikatan agregat kurang sempurna antar satu
dengan yang lain. Akibatnya agregat akan lepas dan mortar atau beton
akan tidak kuat.
(4) Pengaruh kandungan minyak
Air yang mengandung minyak akan menyebabkan emulsi apabila
dipakai untuk mencampur semen. Agregat akan terlapisi minyak berupa
film sehingga ikatan agregat satu dengan yang lainnya kurang sempurna.
Agregat bisa lepas dan mortar atau beton tidak kuat.
(5) Pengaruh air laut
Air laut tidak boleh dipakai sebagai media pencampur semen,
karena pada permukaan mortar atau beton akan terlihat putih-putih yang
sifatnya larut dalam air sehingga lama-lama akan terkikis dan mortar atau
beton akan menjadi rapuh
Secara praktis pemeriksaan air dapat dilakukan dengan cara pengamatan
secara visual. Air yang tidak berbau, tidak berwarna (jernih) dan tidak berasa
dapat digunakan dalam pencampuran beton.
2.2 TINJAUAN PUSTAKA