Anda di halaman 1dari 21

1. KATA.

Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung
arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu
akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks.
Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar,
kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang
merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan
baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir
(sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar
yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata
majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk
suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi
tujuh kategori, yaitu:
1.

Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau


semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku,

2.

kuda.
Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau

3.

pengertian dinamis, misalnya baca, lari.


Verba
transitif

Verba

kerja

(membunuh),

intransitif

(meninggal),

Pelengkap

(berumah)

3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda,


misalnya
4.

Adverbia

keras,
(kata

keterangan);

cepat.
kata

yang

memberikan

keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya


sekarang,

agak.

5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda,


misalnya

ia,

itu.

Orang

pertama

Orang

kedua

(engkau),

Orang

ketiga

(mereka),

Kata

ganti

Kata

(kami),

kepunyaan

ganti

(-nya),

penunjuk

(ini,

itu)

6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah


benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu
deretan,

misalnya

satu,

Angka

kedua.

kardinal

Angka

ordinal

(duabelas),
(keduabelas)

vf

7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang


berdasarkan

peranannya

dapat

dibagi

menjadi

lima

subkelompok:

preposisi

(kata

depan)

(contoh:

dari),

konjungsi (kata sambung) Konjungsi berkoordinasi (dan),


Konjungsi

subordinat

(karena),

artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) Umum dalam


bahasa

interjeksi

Eropa
(kata

seru)

(misalnya
(contoh:

wow,

the),
wah),

dan

partikel.
C.

KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita
atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan
dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki

sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur
tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
Itulah

yang

1.

membedakan

frasa

Kalimat

dengan

kalimat.

majemuk

setara

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata
penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima
macam,

yakni:

Jenis

Konjungsi

penggabungan

dan

penguatan/Penegasan

bahkan

pemilihan

atau

berlawanan

sedangkan

urutan waktu kemudian, lalu, lantas


Contoh:
a)
b)

Lisa
Gio

pergi

ke

berangkat

ke

pasar.

(kalimat

bengkel.

tunggal

(kalimat

1)

tunggal

2)

Lisa pergi ke pasar sedangkan Fadilah berangkat ke bengkel. (kalimat


majemuk)
Fadilah berangkat ke bengkel sedangkan Lisa pergi ke pasar. (kalimat
majemuk)
2.

Kalimat

majemuk

bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih


kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat
timbul

akibat

perluasan

pola

yang

terdapat

pada

induk

Jenis
syarat
tujuan
perlawanan
penyebaban

kalimat.
Konjungsi

jika,

kalau,

manakala,

agar,
(konsesif)
sebab,

andaikata,
supaya,

walaupun,
karena,

asal(kan)
biar

kendati(pun),
oleh

biarpun
karena

pengakibatan

maka,

sehingga

cara

dengan,

tanpa

alat

dengan,

tanpa

perbandingan

seperti,

bagaikan,

alih-alih

penjelasan

bahwa

kenyataan padahal
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat
terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Contoh:
1.

Kemarin

ayah

mencuci

motor.

(induk

kalimat)

2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti


keterangan

waktu)

Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat


majemuk

bertingkat

cara

1)

Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat


majemuk bertingkat cara 2)
D.

PARAGRAF

Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan


antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut
sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan
ide

atau

pikirannya

sehingga

membentuk

suatu

topik

atau

tema

pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimatkalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat
penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu
kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu
paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang
dapat

diungkapkan.

terdapat

paragraf

induktif

Jenis

dan

deduktif.
Paragraf

Ditinjau dari isinya, paragraf (karangan pada umumnya) dapat dibedakan


menjadi:
1.

Paragraf

narasi

(cerita)

2.

Paragraf

eksposisi

3.

Paragraf

4.

persuasi

Paragraf

5.

deskripsi

Paragraf

Definisi

dan

1.
Adalah

(paparan)

argumentasi

Contoh

dari

yang

(Pendapat)

masing-masing

Paragraf
paragraf

(cerita)
Paragraf

Narasi

menceritakan

suatu

(Cerita)

peristiwa

atau

kejadian.

Contoh : Ketika aku hendak pergi ke sekolah, aku melihat pacarmu sedang
berjalan dengan wanita selain dirimu. Ku sapa dan ku senyumi dia, namun ia
malu untuk menjawab dan berpaling dari mukaku, ia menganggap bahwa
ketemu ketemu hantu yang akan merusak masa depannya denganmu.
2.

Paragraf

Eksposisi

(Paparan)

Adalah Paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek
dengan

sejelas-jelasnya.

Contoh : Festival Tongklek (Jawa) adalah sekumpulan orang yang memukul


alat bambu dan dialunkan menjadi sebuah musik. Tongklek biasanya
digunakan oleh masyarakat jawa untuk membangunkan masyarakat pada
waktu sahur di bulan Ramadlan. Lama kelamaan tongklek dijadikan ajang
Festifal se-kabupaten sebagai ajang peningkatan kreatifitas masyarakat
dalam bermusik tradisional, sehingga lahirlah Festifal Tongklek sebagai ajang
Festival

tahunan

di

3.
Adalah

Kabupaten

Rembang

Paragraf
Paragraf

yang

bertujuan

Persuasi

untuk

mempengaruhi

emosionalitas

pembaca.
Contoh : Dengan terbukanya kran informasi dan Teknologi di Internet, sudah
waktunya Siswa MTs Sunan Bonang Sarang turut andil dalam ajang
pengembangan Informasi dan Teknologi, hal ini terbukti dengan sudah di
Lounchingnya Blogspot yang dimiliki oleh Madrasah, namun untuk mengisi
artikel

disana

silahkan

utuk

mengirim

secara

langsung

opininya

di subosarang.blogspot.com.
4.

Paragraf

Deskripsi

(Cerita)

Adalah Paragraf yang menggambarkan suatu hal, baik itu benda, peristiwa,
keadaan,
Contoh

ataupun
:

Liburan

pada

semester

ini

manusia
menjadi

liburan

yang

sangat

mengasyikkan, karena dalam liburan ini para siswa menikmatinya di Wahana


Bahari Lamongan (WBL) yang mana dalam tempat wisata ini selain
panorama yang begitu indah disana terlihat lautan yang terhampar luas, dan
dihiasi beberapa penghijauan disana-sini, sehingga terlihat begitu indah
serasa

hidup

5.

di

Paragraf

Amazon
Argumentasi

Amerika.
(Pendapat)

Adalah Pemberian alasan yang kuat dan menyakinkan/paragraf yang


mengemukakan

alasan.

Contoh : Industrialisasi di Negara kita mendorong didirikannya berbagai


macam pabrik yang memproduksi beraneka ragam barang. Pabrik-pabrik itu
memberikan lapangan kerja kepada ribuan tenaga kerja baik yang berasal
dari masyarakat sekitar pabrik maupun dari daerah-daerah lain. Dengan
demikian

dengan

beraneka

macam

pabrik

dapat

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya

secara

tepat

sehingga

dapat

dipahami

oleh

pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam

kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek,
pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak
wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.

Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau
frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.

Ayahku sedang melukis.

b.

Meja direktur besar.

c.

Yang berbaju batik dosen saya.

d.

Berjalan kaki menyehatkan badan.

e.

Membangun jalan layang sangat mahal.


Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S

yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b),
contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang
diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku
pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada hasil membangun yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang) atau apa (yang) kepada P. Kalau ada

jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh kalimat yang tidak mempunyai S karena tidak
ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.

Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b.

Di sini melayani obat generic.

c.

Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.
2.

Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan)


apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di
dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek
(S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.

Kuda meringkik.

b.

Ibu sedang tidur siang.

c.

Putrinya cantik jelita.

d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.


e.

Kucingku belang tiga.

f.

Robby mahasiswa baru.

g.

Rumah Pak Hartawan lima.


Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.

katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok

katasedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa


ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalamkeadaan
Jakarta, belang

aman pada

kalimat

tiga pada

(d)

kalimat

memberitahukan
(e)

situasi

memberitahukan

kota
ciri

kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby,


dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada katakata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a.

Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.

Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.

Bandung yang terkenal kota kembang.


Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat

normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau
ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup
panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3.

Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O,
seperi pad contoh di bawah ini.
a.

Nurul menimang

b.

Arsitek merancang

c.

Juru masak menggoreng

Verba

transitif menimang,

merancang, dan menggoreng pada

contoh

tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan


melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.
a.

Nenek mandi.

b.

Komputerku rusak.

c.

Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya


dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang
dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.

1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.


b.

1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.


4.

Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.


letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti
itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama,
yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.

Ketua MPR membacakan Pancasila.


S

b.

Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.


S

Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat

(a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi


kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang
tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain
diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila
dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
a.

Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.

Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.

Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d.

Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.

Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.

Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal


mengenai

bagian

kalimat

yang

lainnya.

Unsur

Ket

dapat

berfungsi

menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di


tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan

maknanya,

terdapat

bermacam-macam

Ket

dalam

kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi
dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA


No

Jenis keterangan

Posisi/penghubung

Contoh pemakaian

.
1.

Tempat

Di

Di kamar, di kota

Ke

Ke

Dari

rumahnya

Pada

Dari Manado, dari sawah

Pada permukaan
Sekarang, kemarin

Pada

Pada pukul 5 hari ini

Dalam

Dalam 2 hari ini

Se-

Sepulang kantor

Sebelum

Sebelum mandi

Sesudah

Sesudah makan

Selama

Selama bekerja

2.

Waktu

Surabaya,

ke

3.

Alat

sepanjang
dengan

Sepanjang perjalanan
Dengan pisau, dengan

4.

Tujuan

Supaya/agar

mobil
Supaya/agar

Untuk

faham

Bagi

Untuk kemerdekaan

Demi

Bagi masa depan

Secara

Demi orang tuamu


Secara hati-hati

Dengan cara

Dengan cara damai

Dengan jalan
Seperti

Dengan jalan berunding


Satu sama lain
Seperti angin

Bagaikan

Bagaikan seorang dewi

Laksana
Karena

Laksana bintang di langit


Karena perempuan itu

Sebab

Sebab kegagalannya

5.

6.
7.

8.

Cara

Kesalingan
Similatif

Penyebab

kamu

9.

Penyerta

Dengan

Dengan adiknya

Bersama

Bersama orang tuanya

Beserta

Beserta saudaranya

C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling
tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1)

Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang

baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah


ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.

Penyusunan

b.

Saat

laporan
itu

itu

saya
saya

dibantu

oleh
kurang

para

dosen.
jelas.

Kalimat-kalimat
a.

Dalam

itu

menyusun

dapat

diperbaiki

laporan

itu,

dengan

saya

dibantu

cara

berikut

oleh

para

dosen.

pada

kalimat

b. Saat itu bagi saya kurang jelas.


Kalimat

penghubung

intrakalimat

tidak

dipakai

tunggal.
Contoh:
a.

Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama.
b.

Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli

sepeda motor Suzuki.


Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai

berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor

Suzuki.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.

Bahasa

b.

Sekolah

Indonesia
kami

yang

Perbaikannya
a. Bahasa

yang

berasal

terletak

adalah
Indonesia

berasal

di

dari

bahasa

Melayu.

depan

bioskop

Gunting.

sebagai
dari

b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

berikut:
bahasa

Melayu.

2)

Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan

verba.

Contoh:
a.

Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b.

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan

tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan


pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
3)

Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan


penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat.

Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal


kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan

kemampuan

Penekanannya

yang

ada

pada

ialah presiden

dirinya.

mengharapkan.

Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan

presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.


Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
disumbangkan

kepada

rupiah, telah

anak-anak

terlantar.

Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta

rupiah, telah

disumbangkan kepada anak-anak terlantar.


Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4)

Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat


mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah

kejelasan

kalimat.

Peghematan

di

sini

mempunyai

arti

penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak


menyalahi

kaidah

tata

bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.


Penghematan

dapat

dilakukan

dengan

cara

menghilangkan

pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena

ia

tidak

diundang,

dia

tidak

datang

ke

tempat

itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.


Perbaikan
Karena

kalimat
tidak

itu

diundang,

dia

adalah
tidak

sebagai

datang

ke

berikut.
tempat

itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.


Penghematan

dapat

dilakukan

dengan

cara

menghindarkan

pemakaian superordinat pada hiponimi kata.


Perhatikan contoh:
a.

Ia memakai baju warna merah.

b.

Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata

merah

sudah

mencakupi

kata

warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung.


Kalimat
a.

itu
Ia

dapat

diubah

menjadi

baju

merah.

memakai

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?


Penghematan

dapat

dilakukan

kesinoniman dalam satu kalimat.


Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.

Dia hanya membawa badannya saja.

b.

Sejak dari pagi dia bermenung.

dengan

cara

menghindarkan

Kata

naik

bersinonim

dengan

ke

atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.


Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.

Dia hanya membawa badannya.

b.

Sejak pagi dia bermenung.


Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan

kata-kata yang berbentuk jamak.


Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5)

Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran

ganda.

Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.


a.

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b.

Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa


atau

perguran

tinggi.

Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah

atau

dua

puluh

lima

ribu

rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

Yang

diceritakan

menceritakan

tentang

putra-putri

raja,

para

hulubalang, dan para menteri.


Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan

dan

menceritakan.

Kalimat

itu

dapat

diubah

menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6)

Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecahpecah.
a.

Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara

berpikir yang tidak


simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab
b.

Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal

secara tertib dalam


kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen

dan

a.

verbal.

Surat

Seharusnya
itu

kalimat

sudah

itu

berbentuk

saya

baca.

b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.


c.

Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti

daripada atau tentang


antara

predikat

Perhatikan
a.

Mereka

kata

kerja

dan

kalimat
membicarakan

objek
ini

daripada

kehendak

penderita.
:
rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah

adat.
Seharusnya:
a.

Mereka

membicarakan

kehendak

rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7)

Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

D. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF


Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.

Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2. Mengemukakan

pemahaman

yang

sama

tepatnya

antara

pikiran

pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau
kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu
pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Katakata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan.
Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan

biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh


masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.

Buat Papa menulis surat saya.

2.

Surat saya menulis buat Papa.

3.

Menuis saya surat buat Papa.

4.

Papa saya buat menulis surat.

5.

Saya Papa buat menulis surat.

6.

Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa
selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

Anda mungkin juga menyukai