Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung
arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu
akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks.
Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar,
kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang
merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan
baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir
(sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar
yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata
majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk
suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi
tujuh kategori, yaitu:
1.
2.
kuda.
Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau
3.
Verba
kerja
(membunuh),
intransitif
(meninggal),
Pelengkap
(berumah)
Adverbia
keras,
(kata
keterangan);
cepat.
kata
yang
memberikan
agak.
ia,
itu.
Orang
pertama
Orang
kedua
(engkau),
Orang
ketiga
(mereka),
Kata
ganti
Kata
(kami),
kepunyaan
ganti
(-nya),
penunjuk
(ini,
itu)
misalnya
satu,
Angka
kedua.
kardinal
Angka
ordinal
(duabelas),
(keduabelas)
vf
peranannya
dapat
dibagi
menjadi
lima
subkelompok:
preposisi
(kata
depan)
(contoh:
dari),
subordinat
(karena),
interjeksi
Eropa
(kata
seru)
(misalnya
(contoh:
wow,
the),
wah),
dan
partikel.
C.
KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita
atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan
dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur
tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa.
Itulah
yang
1.
membedakan
frasa
Kalimat
dengan
kalimat.
majemuk
setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata
penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima
macam,
yakni:
Jenis
Konjungsi
penggabungan
dan
penguatan/Penegasan
bahkan
pemilihan
atau
berlawanan
sedangkan
Lisa
Gio
pergi
ke
berangkat
ke
pasar.
(kalimat
bengkel.
tunggal
(kalimat
1)
tunggal
2)
Kalimat
majemuk
bertingkat
akibat
perluasan
pola
yang
terdapat
pada
induk
Jenis
syarat
tujuan
perlawanan
penyebaban
kalimat.
Konjungsi
jika,
kalau,
manakala,
agar,
(konsesif)
sebab,
andaikata,
supaya,
walaupun,
karena,
asal(kan)
biar
kendati(pun),
oleh
biarpun
karena
pengakibatan
maka,
sehingga
cara
dengan,
tanpa
alat
dengan,
tanpa
perbandingan
seperti,
bagaikan,
alih-alih
penjelasan
bahwa
kenyataan padahal
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat
terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Contoh:
1.
Kemarin
ayah
mencuci
motor.
(induk
kalimat)
waktu)
bertingkat
cara
1)
PARAGRAF
atau
pikirannya
sehingga
membentuk
suatu
topik
atau
tema
pembicaraan. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimatkalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat
penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu
kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu
paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang
dapat
diungkapkan.
terdapat
paragraf
induktif
Jenis
dan
deduktif.
Paragraf
Paragraf
narasi
(cerita)
2.
Paragraf
eksposisi
3.
Paragraf
4.
persuasi
Paragraf
5.
deskripsi
Paragraf
Definisi
dan
1.
Adalah
(paparan)
argumentasi
Contoh
dari
yang
(Pendapat)
masing-masing
Paragraf
paragraf
(cerita)
Paragraf
Narasi
menceritakan
suatu
(Cerita)
peristiwa
atau
kejadian.
Contoh : Ketika aku hendak pergi ke sekolah, aku melihat pacarmu sedang
berjalan dengan wanita selain dirimu. Ku sapa dan ku senyumi dia, namun ia
malu untuk menjawab dan berpaling dari mukaku, ia menganggap bahwa
ketemu ketemu hantu yang akan merusak masa depannya denganmu.
2.
Paragraf
Eksposisi
(Paparan)
Adalah Paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek
dengan
sejelas-jelasnya.
tahunan
di
3.
Adalah
Kabupaten
Rembang
Paragraf
Paragraf
yang
bertujuan
Persuasi
untuk
mempengaruhi
emosionalitas
pembaca.
Contoh : Dengan terbukanya kran informasi dan Teknologi di Internet, sudah
waktunya Siswa MTs Sunan Bonang Sarang turut andil dalam ajang
pengembangan Informasi dan Teknologi, hal ini terbukti dengan sudah di
Lounchingnya Blogspot yang dimiliki oleh Madrasah, namun untuk mengisi
artikel
disana
silahkan
utuk
mengirim
secara
langsung
opininya
di subosarang.blogspot.com.
4.
Paragraf
Deskripsi
(Cerita)
Adalah Paragraf yang menggambarkan suatu hal, baik itu benda, peristiwa,
keadaan,
Contoh
ataupun
:
Liburan
pada
semester
ini
manusia
menjadi
liburan
yang
sangat
hidup
5.
di
Paragraf
Amazon
Argumentasi
Amerika.
(Pendapat)
alasan.
dengan
beraneka
macam
pabrik
dapat
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya
secara
tepat
sehingga
dapat
dipahami
oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek,
pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak
wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.
Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau
frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b),
contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang
diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku
pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada hasil membangun yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang) atau apa (yang) kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh kalimat yang tidak mempunyai S karena tidak
ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.
b.
c.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.
2.
Predikat (P)
Kuda meringkik.
b.
c.
f.
g.
aman pada
kalimat
tiga pada
(d)
kalimat
memberitahukan
(e)
situasi
memberitahukan
kota
ciri
b.
c.
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau
ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup
panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3.
Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O,
seperi pad contoh di bawah ini.
a.
Nurul menimang
b.
Arsitek merancang
c.
Verba
transitif menimang,
contoh
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Pelengkap (pel)
b.
Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang
tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain
diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila
dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
Keterangan (ket)
bagian
kalimat
yang
lainnya.
Unsur
Ket
dapat
berfungsi
maknanya,
terdapat
bermacam-macam
Ket
dalam
kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi
dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Jenis keterangan
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
.
1.
Tempat
Di
Di kamar, di kota
Ke
Ke
Dari
rumahnya
Pada
Pada permukaan
Sekarang, kemarin
Pada
Dalam
Se-
Sepulang kantor
Sebelum
Sebelum mandi
Sesudah
Sesudah makan
Selama
Selama bekerja
2.
Waktu
Surabaya,
ke
3.
Alat
sepanjang
dengan
Sepanjang perjalanan
Dengan pisau, dengan
4.
Tujuan
Supaya/agar
mobil
Supaya/agar
Untuk
faham
Bagi
Untuk kemerdekaan
Demi
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Seperti
Bagaikan
Laksana
Karena
Sebab
Sebab kegagalannya
5.
6.
7.
8.
Cara
Kesalingan
Similatif
Penyebab
kamu
9.
Penyerta
Dengan
Dengan adiknya
Bersama
Beserta
Beserta saudaranya
Kesepadanan
baik.
Penyusunan
b.
Saat
laporan
itu
itu
saya
saya
dibantu
oleh
kurang
para
dosen.
jelas.
Kalimat-kalimat
a.
Dalam
itu
menyusun
dapat
diperbaiki
laporan
itu,
dengan
saya
dibantu
cara
berikut
oleh
para
dosen.
pada
kalimat
penghubung
intrakalimat
tidak
dipakai
tunggal.
Contoh:
a.
acara pertama.
b.
berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor
Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.
Bahasa
b.
Sekolah
Indonesia
kami
yang
Perbaikannya
a. Bahasa
yang
berasal
terletak
adalah
Indonesia
berasal
di
dari
bahasa
Melayu.
depan
bioskop
Gunting.
sebagai
dari
berikut:
bahasa
Melayu.
2)
Keparalelan
verba.
Contoh:
a.
b.
Ketegasan
kemampuan
Penekanannya
yang
ada
pada
ialah presiden
dirinya.
mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
kepada
rupiah, telah
anak-anak
terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah
Kehematan
kejelasan
kalimat.
Peghematan
di
sini
mempunyai
arti
kaidah
tata
bahasa.
dapat
dilakukan
dengan
cara
menghilangkan
pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena
ia
tidak
diundang,
dia
tidak
datang
ke
tempat
itu.
kalimat
tidak
itu
diundang,
dia
adalah
tidak
sebagai
datang
ke
berikut.
tempat
itu.
dapat
dilakukan
dengan
cara
menghindarkan
b.
Kata
merah
sudah
mencakupi
kata
warna.
itu
Ia
dapat
diubah
menjadi
baju
merah.
memakai
dapat
dilakukan
b.
dengan
cara
menghindarkan
Kata
naik
bersinonim
dengan
ke
atas.
b.
5)
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran
ganda.
b.
perguran
tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah
atau
dua
puluh
lima
ribu
rupiah.
Yang
diceritakan
menceritakan
tentang
putra-putri
raja,
para
dan
menceritakan.
Kalimat
itu
dapat
diubah
menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6)
Kepaduan
dan
a.
verbal.
Surat
Seharusnya
itu
kalimat
sudah
itu
berbentuk
saya
baca.
predikat
Perhatikan
a.
Mereka
kata
kerja
dan
kalimat
membicarakan
objek
ini
daripada
kehendak
penderita.
:
rakyat.
adat.
Seharusnya:
a.
Mereka
membicarakan
kehendak
rakyat.
7)
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2. Mengemukakan
pemahaman
yang
sama
tepatnya
antara
pikiran
2.
3.
4.
5.
6.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa
selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.