Anda di halaman 1dari 38

KATA, KALIMAT, serta PARAGRAF

NUR KENCANA

STIA PRIMA BONE


2014

KATA, KALIMAT, serta PARAGRAF

NUR KENCANA

STIA PRIMA BONE


2014

KATA, KALIMAT, serta PARAGRAF

Yang disusun dan diajukan oleh


NUR KENCANA
Nomor Induk Mahasiswa : 14111004

Telah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pada tanggal 30 Oktober 2014

Menyetujui
Dosen Pembimbing
Asdin Nurdin, S.Pd

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayat serta taufik-Nya karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Kata, Kalimat, serta Paragraf selesai
tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini, penulis tidak lupa menghaturkan
ucapan terima kasih khususnya kepada,
1. Bapak Asdin Nurdin, S.Pd selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahannya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan;
2. Kedua orang tua yang selalu memotivasi saya untuk maju dan dapat
menyelesaikan makalah ini;
3. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Watampone,
Oktober 2014

Nur Kencana

iii

iii

ABSTRAK

NUR KENCANA Kata, Kalimat, serta Paragraf (dibimbing oleh Asdin Nurdin,
S.Pd).
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk: (1) Dapat mengetahui ruang lingkup
kata. (2) Dapat mengetahui ruang lingkup kalimat. (3) Dapat mengetahui ruang
lingkup Paragraf. (4) Memperkaya wawasan dengan menerapkan pengetahuan yang
telah dipelajari khususnya pokok pembahasan studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Adapun metode penulisan dalam makalah ini yakni, metode Library Research
yang mencakup (1) Metode secara langsung adalah mengambil pendapat atau data
yang terdapat pada literatur untuk dimasukkan ke dalam karya tulis dan tidak
mengubah redaksinya. (2) Mengutip tidak langsung yaitu meringkas (membuat
ikhtisar) pendapat atau data yang terdapat di dalam literatur kemudian memasukkan
ke dalam karya tulis yang telah dibuat.
Hasil dari pemaparan ini adalah bahwa Kata, Kalimat, serta Paragraf, sangat
penting bagi masyarakat dalam etika berbahasa yang baik dan benar.

iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

ABSTRAK

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Sistematika Penulisan
II.
PEMBAHASAN

1
1
1
1
2
2

A. Kata
B. Kalimat
C. Paragraf

III.

3
15
22
30
30
30

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

31

DAFTAR TABEL
v

Halaman
Tabel 1. Kalimat Majemuk Setara

16

Table 2. kalimat Majemuk Bertingkat

17

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin berkembang ini menulis telah menjadi sebuah kebutuhan.
Setiap orang tak akan pernah luput dari kebutuhan menulis, entah untuk media iklan,
tugas sekolah, atau karena kegemaranya. Namun, dibalik semua itu menulis
bukanlah hal yang mudah karena banyak hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
penulisan agar ide sang penulis dapat tersampaikan dengan baik dalam tulisanya.
Dewasa ini, masih banyak orang yang belum memahami betul mengenai jenis
kata, kalimat, dan paragraf. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang ruang
lingkupnya maka penulis akan mencoba membahas mengenai penjelasan lengkap
ruang kelingkupan kata, kalimat, dan paragraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup Kata?
2. Bagaimana ruang lingkup Kalimat?
3. Bagaimana ruang lingkup Paragraf?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui pengertian kata, kalimat, serta paragraf.


Dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing jenis kata, kalimat, dan paragraf.
Dapat mengetahui ruang lingkup kata, kalimat serta paragraf.
Memperkaya wawasan dengan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari
khususnya pokok pembahasan studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
1
D. Manfaat

1. Pembaca dapat mengetahui ruang lingkup kata, kalimat, serta paragraf.


2. Sebagai pedomam yang dapat mengasah bakat pembaca dalam menyusun makalah
selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas tiga bab yang mana setiap bab memiliki sub bab.
I.

Pendahuluan, yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

II.
III.

serta manfaat.
Pembahasan, yang mencakup ruang lingkup EYD.
Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.

BAB II

PEMBAHASAN
A. KATA
1. Pengertian Kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa
atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau
kalimat.
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari Bahasa Ngapak
kath. Dalam bahasa Sanskerta, kath sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa",
"cerita" atau "dongeng. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan
arti semantis menjadi "kata". Istilah "kata" tidak sulit untuk didefinisikan. Di dalam
artikel ini dicoba untuk menjelaskan konsep ini dengan menyajikan tiga definisi yang
berbeda: definisi menurut KBBI, tata bahasa baku bahasa Indonesia dan definisi yang
umum diberikan di Dunia Barat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi
mengenai kata:
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa;
2. Konversasi bahasa;
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai
bentuk yang bebas;
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem
(contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau
entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya
kath dalam bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan
sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.
3

2. Jenis Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar
pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan
disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan),
tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang
adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun
sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang
berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh
kategori, yaitu:
a. Nomina (kata benda) adalah nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Kata benda menurut wujudnya dibagi sebagai
berikut.
1) Kata benda konkret (berwujud) adalah kata benda yang wujud bendanya
kelihatan, tampak dan dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh : meja,
kursi, pensil, piring, dan sebagainya.
2) Kata benda abstrak (tak berwujud) adalah kata benda yang wujud
bendanya tidak kelihatan, tidak tampak dan tidak dapat ditangkap oleh
panca indra. Contoh : faham, watak, kelakuan, kesopanan, dan sebagainya.
b. Verba (kata kerja) adalah kata yang menyatakan suatu tindakan atau
pengertian dinamis
1) Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek
dibelakangnya. Contoh : menyebabkan (men + sebab + -kan). Kalimatnya:
Serangan hama tersebut menyebabkan kematian 100% pada varietas
hibrida.
Kata kerja transitif dapat dibedakan (terjadinya) kedalam 7 bentuk kata
kerja yaitu :
a) Kata kerja tak berimbuhan. Contoh : minta izin, makan
roti, dan sebagainya.
b) Kata kerja berimbuhan berupa awalan me-. Contoh :
menangkap pencopet, menembak burung, dan
sebagainya.

c) Kata kerja berimbuhan me-kan. Contoh : merapikan


rambut, melepaskan tali, dan sebagainya.
d) Kata kerja berimbuhan memper-kan. Contoh :
memperebutkan kekuasaan, mempermainkan bola.
e) Kata kerja berimbuhan me-i. Contoh : mengawasi
pekerjaan, merestui perkawinan.
f) Kata kerja berimbuhan memper-i. Contoh :
memperbaiki sepeda, memperingati hari kelahiran
g) Kata kerja berimbuhan memper-. Contoh :
memperdalam ilmu, mempertebal iman.
2) Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan kehadiran
objek dibelakangnya. Contoh : menangis (men + tangis). Kalimatnya:
Adik menangis di kamarnya.
Kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
a) Kata kerja intransitif yang berimbuhan. Contoh :
Adik menangis.
Kakak menari.
b) Kata kerja intransitif yang kata kerjanya berbentuk kata
kerja aus (tak berimbuhan). Contoh :
Saya makan
Adik pergi.
c. Adjektiva (kata sifat) adalah kata keadaan yang lebih khusus karena erat
hubungannya dengan benda yang diterangkan. Contoh,
1) Putih bersih, merah padam, sunyi, gelap, hiruk pikuk, kacau balau, dan
sebagainya;
2) Terbagus, terbaik, tertinggi, kecil, besar, keras, lunak, dan sebagainya;
3) Pemberani, penakut, dermawan, budiman, pemarah, dan sebagainya.
Kata keadaan yang erat hubungannya dengan benda yang
diterangkannya dan sifatnya adalah abadi akan lebih digolongkan sebagai
kata sifat. Contoh :
Api panas, di sini panas adalah sifat yang abadi dari pada api
sehingga panas itu merupakan kata sifat.
Es dingin, disini kata dingin adalah merupakan kata sifat.
d. Adverbia (kata keterangan) adalah semua kata yang memberikan keterangan
kepada selain kata benda. Kata keterangan tersebut dapat dibedakan seperti
dibawah ini.

1) Kata Keterangan Tempat adalah segala macam kata ini memberi


penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam
suatu ruang. Keterangan ini cocok untuk menjawab pertanyaan di mana,
dari mana, ke mana, dan melalui mana. Contoh: di sini, di situ, di sana,
ke mari, ke sana, di rumah, di bandung, dari jakarta dan lain-lain.
2) Kata Keterangan Tujuan adalah keterangan yang menerangkan hasil atau
tujuan dari suatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat,
tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memang dikehendaki demikian.
Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar
supaya, hendak, untuk, guna, buat.
3) Kata Keterangan Keadaan adalah keterangan yang menyatakan perihal
keadaan tentang peristiwa atau kejadian. Contoh :
a) Ia berkata beriba hati kepada ayahnya.
b) Masri taunduk kemalu-maluan dihadapan ayah
bundanya.
c) Dengan lemah-lembut Ibu itu memberikan nasihat
kepada anaknya.
4) Kata Keterangan Kesungguhan adalah keterangan yang menyatakan taraf
kepastian terjadinya peristiwa atau kejadian. Sebagaimana yang kita
ketahui, terjadinya suatu peristiwa itu, suatu hal yang pasti terjadi, tidak
terjadi, mungkin terjadi, diharapkan terjadi. Oleh karena itu ada
bermacam-macam keterangan sungguhan sebagai berikut.
a) Kepastian. Dinyatakan dengan kata-kata : sungguh,
tentu, pasti, sesungguhnya, sebenarnya, tak dapat tidak,
dan sebagainya.
b) Ingkar. Dinyatakan dengan kata-kata : tak, tidak, tiada,
tak usah, usahkan, jangan, dan sebagainya.
c) Keraguan-raguan. Dinyatakan dengan kata-kata :
mungkin, boleh jadi, barang kali, rupa-rupanya, dan
sebagainya.
d) Pengharapan. Dinyatakan dengan kata-kata : semoga,
moga-moga, mudah-mudahan, sudilah kiranya, dan
sebagainya.
e. Pronomina (kata ganti) adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata
lain yang tidak disebut. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat
dibedakan sebagai berikut.

1) Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia) adalah kata ganti yang


berfungsi sebagai pengganti orang yang telah disebut atau dikenal.
Adapun jenis-jenis kata ganti orang adalah sebagai berikut:
a) Kata ganti orang ke-I (si pembicara).
(1) Tunggal
: aku, saya, daku,
hamba, beta.
(2) Jamak
: kami, kita.
b) Kata ganti orang ke-II (orang yang diajak bicara).
(1) Tunggal
: engkau, kamu,
Paduka, tuan, yang mulia,
saudara, ibu, bapak dan lain-lain.
(2) Jamak
: kamu, kalian,
kamu sekalian, anda sekalian.
c) Kata ganti orang ke-III (orang yang dibicarakan).
(1) Tunggal
: dia, beliau, ia.
Untuk orang yang sudah
meninggal
yaitu
mendiang,
almarhum atau almarhumah.
(2) Jamak
: mereka.
2) Kata ganti empunya (Pronomina Possessiva) adalah segala kata yang
menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku,
-mu, -nya, kami, kamu, mereka. Dalam fungsinya sebagai pemilik, katakata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata
yang diterangkan disebut sebagai bentuk enklitis. Contoh:
Pensilku =
pensil aku
Pensilmu =
pensil kamu
Apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut
proklitis. Contoh: kupinjam, kau pinjam.
3) Kata ganti penunjuk (Pronomina Demonstrativa) adalah kata yang
menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a) Kata ganti penunjuk dekat. Contoh : ini, disini, kemari,
kesini.
b) Kata ganti penunjuk jauh. Contoh : itu, disitu, kesana,
kesitu.
4) Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa) adalah kata ganti yang
mempunyai fungsi sebagai pengantar atau penghubung anak kalimat.
Contoh : yang.
5) Kata Ganti Penanya (Pronomina Interrogativa) adalah kata ganti yang
berfungsi untuk menanyakan benda, waktu, tempat, atau keadaan.

a) Kata ganti penanya benda. Contoh : apa, siapa, mana,


yang mana.
b) Kata ganti penanya waktu. Contoh : bila, bilamana,
apabila, kapan.
c) Kata ganti penanya tempat. Contoh : dimana, kemana,
darimana.
d) Kata ganti penanya keadaan. Contoh : berapa,
bagaimana, mengapa.
f. Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau
hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan. Menurut sifatnya kata
bilangan dapat dibagi sebagai berikut.
1) Kata bilangan utama (numeralia cardinalia) adalah kata bilangan yang
menyatakan satuan jumlah angka. Contoh : satu, dua, tiga, empat, seratus,
seribu,dan sebagainya.
2) Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia) adalah kata bilangan yang
menunjukan susunan atau tingkatan Contoh : pertama, kedua, ketiga,
kelima, kesepuluh, dan sebagainya.
3) Kata bilangan tak tentu adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah dari
sesuatu yang relatif dan satuan hitungnya tidak tentu. Contoh : beberapa,
segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya.
4) Kata bantu bilangan adalah kata bilangan pelengkap, membantu suatu
bentuk satuan dari sesuatu objeknya. Contoh : sehelai, secarik, sepotong
dan sebagainya.
g. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan
peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
1) Preposisi (kata depan) merupakan kata yang menghubungkan kata benda
dengan kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungannya. Dan
pada dasarnya kata depan tersebut erat hubungannya dengan kedudukan,
arah, maupun tujuan. Hal ini dapat dilihat pada kata depan sejati.
a) Kata depan sejati. Contoh : di, ke, dari.
b) Kata depan majemuk. Contoh : di atas, ke sana, ke
bawah, dari mana, dan sebagainya.
c) Kata depan yang lain. Contoh : bagi, pada, untuk,
sebab, serta, sampai, demi, dan sebagainya.

Kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah yang berikut.
a) Di, ke, dari. Ketiga macam kata depan ini dipergunakan
untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat
atau sesuatu yang dianggap tempat. Ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti
kepada dan daripada. Contoh: di Jakarta, di rumah, ke
rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
b) Bagi. kata-kata yang menyatakan orang, nama orang
atau nama binatang, pada waktu atau kiasan
dipergunakan kata pada untuk menggantikan di, atau
kata-kata depan lain digabungkan dengan pada.
Misalnya:
Daripada
Kepada
Pada suatu hari
Pada bapak
Pada hari Sabtu
Pada Senin
Pada kami
Kepada teman-teman
c) Selain dari pada itu ada kata-kata depan yang lain, baik
berupa gabungan maupun tunggal seperti: di mana, di
sini, di situ, akan, oleh, dalam, atas, demi, guna, buat,
berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain-lain.
Di samping itu ada beberapa kata kerja yang
dipakai pula sebagai kata depan, yaitu: menurut,
menghadap,
mendapatkan,
melalui,
menuju,
menjelang, sampai.
Ada beberapa kata depan, yang menduduki bermacam-macam fungsi yang
istimewa. Oleh sebab itu, perlu kita perhatikan secara istimewa, antara lain:
a) Akan. Kata depan akan dapat menduduki beberapa fungsi, antara lain:
(1) Pengantar objek. Contoh:
Ia tidak tahu akan hal itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu.
(2) Untuk menyatakan future. Contoh:
Saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek akan tiba hari ini.

10

b)

c)

d)

2)

(3) Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat


berfungsi sebagai penentu. Contoh: Akan hal itu perlu
kita perundingkan kelak.
Dengan. Kata depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi,
antara lain:
(1) Untuk menyatakan alat (instrumental). Contoh:
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
(2) Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif). Contoh:
Ia ke Pasar dengan ibunya.
(3) Membentuk adverbial kualitatif. Contoh: Perkara itu
diselidikinya dengan cermat.
(4) Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif.
Contoh: Adik sama tinggi dengan adi.
Atas. Arti dan fungsinya antara lain:
(1) Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama
artinya dengan di atas. Contoh: Kami menerima
tanggung jawab itu di atas pundak kami.
(2) Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan
keterangan. Contoh:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
(3) Dipakai di depan beberapa kata dengan arti dengan atau
demi. Contoh:
Atas nama
Atas kehendak
Atas perintah
Atas desakan
Atas kematian.
Antara. Arti dan fungsinya antara lain:
(1) Sebagai penunjuk arah. Contoh: Jarak antara Jogja dan
Solo.
(2) Sebagai penunjuk tempat, dalam hal ini sama artinya
dengan di antara. Contoh: Antara murid-murid itu mana
yang terpandai?
(3) Dapat pula berarti kira-kira. Contoh: Antara lima jam
lalu ia meninggalkan tempat ini.
Konjungsi (kata sambung) adalah kata yang mempunyai fungsi
menyambung kalimat atau anak kalimat. Misalnya : dan, lagi, karena,
sebelum, sesudah, setiba, bilamana, lagipula, apabila, waktu, serta, demi,
sampai, hingga, dan sebagainya.

11

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
3)

4)

Dalam penggunaan kalimat, kata sambung tersebut menghubungkan


dua kalimat atau anak kalimat akan menjadi jelas pada kalimat-kalimat ini.
Contoh :
Saya membaca majalah dan adik membaca buku.
Saya akan naik kelas apabila saya belajar dengan rajin.
Dosen bahasa Indonesia tidak masuk kelas karena beliau sedang sakit.
Kata sambung menyatakan waktu. Misalnya : sesudah, sebelum, ketika,
setiba, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan syarat. Misalnya : kalau, jika, jikalau, apabila,
asal, andai, andaikan, asalkan, andaikata, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan cara. Misalnya : sambil, sedang, sembari,
padahal.
Kata sambung menyatakan tujuan. Misalnya : supaya, agar, agar supaya,
tetapi, melainkan, biarpun, jikalau, walaupun, meskipun, sekalipun, kalau.
Kata sambung menyatakan hubungan sebab akibat. Misalnya : sebab,
karena.
Kata sambung menyatakan pengantar. Misalnya : alkisah, hatta, syahdan,
dus.
Kata sambung menyatakan penyusun. Misalnya : lagi, lagipula, serta.
Artikula (kata sandang) ini sendiri sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi
mempunyai mempunyai fungsi menjadikan suatu kata itu menjadi kata
benda (membendakan) dan memberikan ketentuan pada kata benda
(penunjuk). Misalnya : sang, si, para, bang, dang, yang, hang, dan
sebagainya.
Dalam pemakaian untuk suatu kalimat maka kegunaan atau suatu
fungsi kata sandang tersebut menjadi jelas. Contoh :
a) Si Toto anak yang malas.
b) Sang Raja sedang bercengkerama.
12
c) Bang Madun sedang berlari-lari.
d) Hang Tuah pahlawan pemberani.
Interjeksi (Kata seru) adalah merupakan suatu kalimat yang terdiri dari
satu kata, karena sudah jelas menyatakan suatu maksud. Biasanya kata ini
dipergunakan untuk memberi seruan, terutama dalam kalaimat perintah
atau suruhan. Misalnya : ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, wow,
aduhai, insyaAllah, masyaAllah, dan sebagainya.
Di samping itu yang jelas di dalam bentuk suatu kalimat perintah atau
suruhan biasanya dipergunakan partikel lah.
Contoh :
a) Pulanglah!
b) Pergilah!

c) Pena itu, ambilah!


Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya berbagai makna kata yang berhubungan
dengan kata-kata lainnya. Diantaranya adalah jenis kata polisemi, hipernim dan
hiponim, berikut definisi beserta contoh-contohnya.
a. Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu
karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata
seperti kata "Kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala
adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh : "Kepala"
1)

Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang


menjadi kepala sekolah SMP Kroto Emas. (kepala bermakna
pemimpin).
Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit
hidrocepahlus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada Ki Joko
Cempreng. (kepala berarti individu).
Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop/pc
yang baru dibelinya di Plaza Mangga Satu. (kepala berarti bagian dari
surat).

2)
3)
4)

13

b. Hipernim dan Hiponim


Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat
menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah
kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim
adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
h) Hipernim : Hantu

Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur


buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
i) Hipernim : Ikan
Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih
singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.
j) Hipernim : Odol
Hiponim : Pepsodent, Ciptadent, Siwak f, Kodomo, Smile up, Close up,
Maxam, Formula, Sensodyne, dll.
k) Hipernim : Kue
Hiponim : Bolu, apem, nastar nanas, biskuit, bika ambon, serabi, donat,
cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.

3. Penentuan Batas Kata


a. Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan,
diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan
cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah
sempurna, sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri
dari banyak suku kata.
b. Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan 14
lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
c. Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah
leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
d. Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah
ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur
menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah
masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada

bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian
kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi setiap kali
kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa mempunyai peraturan
fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada bahasa ini ada pula
perkecualiannya.
e. Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode
ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling
kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan
sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik
yang adalah kata majemuk.

B. KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang

bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!)
untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).
Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di
sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu
hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu).
Kalimat tunggal dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan,
jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh kalimat tunggal:
Selamat sore
Silakan Masuk!
Kapan menikah?
Hei, Kawan...
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan
anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat
tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga
jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
15
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Campuran
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya
(konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:

16

Tabel 1. Kalimat Majemuk Setara

Jenis

Konjungsi

Penggabungan

Dan

Penguatan/penegasan

Bahkan

Pemilihan

Atau

Berlawanan

Sedangkan

Urutan Waktu

Kemudian, lalu, lantas

Contoh:
Lisa pergi ke Pasar. (Kalimat Tunggal)
Gio berangkat ke bengkel. (Kalimat Tunggal)
Lisa pergi ke Pasar sedangkan Fadilah berangkat ke Bengkel. (Kalimat
Majemuk)
Fadilah berangkat ke Bengkel sedangkan Lisa pergi ke Pasar. (Kalimat
Majemuk)
b. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:

Pekerjaannya hanya makan. (Kalimat Tunggal 1)

Pekerjaannya hanya tidur. (Kalimat Tunggal 2)

Pekerjaannya hanya merokok. (Kalimat Tunggal 3)


Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (Kalimat Majemuk
Rapatan).

c. Kalimat Majemuk Bertingkat

17

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat
unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola
yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri
dari sepuluh macam, yakni:
Tabel 2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Jenis

Konjungsi

Syarat

Jika, kalau, manakala, andaikata, asal (kan)

Tujuan

Agar, supaya, biar

Perlawanan (Konsesif)

Walaupun, kendati(pun), biarpun

Penyebaban

Sebab, karena, oleh karena

Pengakibatan

Maka, sehingga

Cara

Dengan, tanpa

Alat

Dengan, tanpa

Perbandingan

Seperti, bagaikan, alih-alih

Penjelasan

Bahwa

Kenyataan

Padahal

Contoh:

Kemarin Ayah mencuci motor. (Induk Kalimat)


Ketika matahari berada diufuk Timur. (Anak Kalimat sebagai pengganti
keterangan waktu)
Ketika matahari berada diufuk Timur, Ayah mencuci motor. (Kalimat
Majemuk Bertingkat cara 1)

Ayah mencuci motor ketika matahari berada diufuk Timur. (Kalimat


Majemuk Bertingkat cara 2)
18

d. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:

Denver bermain dengan Taufik. (Kalimat Tunggal 1)


Ariena membaca buku di kamar kemarin. (Kalimat Tunggal 2, Induk Kalimat)
Ketika aku datang ke rumahnya. (Anak Kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)

Denver bermain dengan Taufik, dan Rina membaca buku di kamar,


ketika aku datang ke rumahnya. (Kalimat Majemuk Campuran)
3. Pola Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah
kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita
gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat
dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun
pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
a. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

Kata Kerja
P
Mereka sedang berenang

Kata Benda
P
Ayahnya Guru SMA

Gambar itu
bagus
S
P(Kata Sifat )

Peserta penataranini empat puluhorang


S
P(kata Bilangan)

b. Kalimat Dasar Berpola S P O


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina
atau frasa nominal. Misalnya:

Mereka Sedang menyusun karangan ilmiah


S
P
O

Mereka sedang membuat layanglayang


S
P
O

c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

Anaknya beternak ayam


S
P
Pelengkap

d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

19

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:

Dia mengirimi saya surat


S
P
O Pelengkap

e. Kalimat Dasar Berpola S P K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:

f.

Mereka berasal dari Surabaya


S
P
Ket .Tempat

Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:

Kami memasukkan pakaian ke dalam lemari


S
P
O
Ket .

g. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K


Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:

Saya makan ayam goreng diwarung


S
P
Pelengkap Ket .Tempat

h. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba

20

intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Dia mengirimi ibunya uang setiap bulan


S
P
O Pelengkap Ket . Waktu

4. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif


a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi
dua macam :
1) Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
Ayah membeli daging.
Kadir merayu gadis desa.
Bang Jajang bertemu Juminten.
2) Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
Adik menangis.
Umar berantem.
Sejak dahulu kala Junaidi merenung di dalam tempat
persembunyiannya di Batu Malang.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-.
Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
Ayam dipukul Kucing.
Bunga anggrek hitam itu terinjak si Lay.

21

C. PARAGRAF
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal
paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama
dimasukkan, kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa
hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow ().
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang
dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan
umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut
pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti
untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya
tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya tapi
hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat
sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak
kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang
yang dikutip berganti.
Praktik di Amerika secara umum adalah menandakan paragraf baru dengan
memasukkan baris pertama (tiga hingga lima spasi), dengan baris kosong antara
paragraf, sementara penulisan bisnis menggunakan baris kosong dan tanpa masukan
(hal ini biasanya dikenal sebagai "paragraf blok"). Untuk karya tulis masukan dan
tanpa baris kosong digunakan. Banyak terbitan buku menggunakan alat untuk
memisahkan paragraf lebih jauh ketika ada perubahan adegan atau waktu. Spasi
tambahan ini, khususnya ketika terjadi pada page break, dapat mendatangkan sebuah
asterisk, tiga asterisk, sebuah dingbat istimewa, atau simbol khusus yang dikenal
sebagai asterisme.
Kerangka paragraf terdiri atas:
Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf;
Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama;
Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Macam-macam paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.

23

1. Berdasarkan Jenisnya

22

a. Narasi
Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciricirinya yakni, ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir
seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu
itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tibatiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan
tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki
itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor
singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia
terjatuh tak sadarkan diri.
b. Deskripsi
Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga
pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu.
Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat. Ciri-cirinya: ada
objek yang digambarkan. Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya
membuat kulit wajahnya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat
bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan
para wanita Palestina.
c. Eksposisi
Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat,
atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciricirinya: ada informasi. Contoh:

Bahtsul Masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah


mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan
terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan
atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial,
budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya
merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui
perspektif agama.
d. Argumentasi
Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta
alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain
tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta
penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter
manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negaranegara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena
memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
e. Persuasi
Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi
pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat
sesuatu. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros
dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantorkantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa
melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan
sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
2. Berdasarkan letak kalimat utamanya
a. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

24

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan


bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan
tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif
dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
1) Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa
fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali,
Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak
yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan
tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu,
boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai
mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:

Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas
tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga
cukup pandai mengarang.
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup
Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam
kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai
enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya
adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.

Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga


dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi, yaitu
(1) Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif
adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta

25

namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan


seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap
mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi
jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum
bisa mencerminkan seluruh fenomena.
(2) Tanpa Loncatan Induktif.
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan
Induktif merupakan paragraf generalisasi yang
memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga
bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik
karena kebenarannya dapat dipercaya karena
menggunakan fakta yang lengkap.
2) Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal
yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada
persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang
yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya
mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta
jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda
mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama
tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia.
Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang
masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah
zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin,
sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan
Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya
itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta.
Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa
alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu,
tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang
kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
3) Hubungan Kausal

26

Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan


menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebabakibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala
atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola
hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan
sebab-akibat 1 akibat 2.
a) Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan
sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai
akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua
ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati.
Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat
direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun
meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak
bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar
dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian,
kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena
itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga
Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima
pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak
untuk membiayai pembangunan.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
b) Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang
menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis
untuk mencari penyebabnya. Contoh:

27

Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak.


Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat.
Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
28

c) Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian
akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya
hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis
minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah,
premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal
ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi
dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali
berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik,
sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik
pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang
pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk
transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga
barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh
karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi
dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan
diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan
penegasan dari awal paragraf. Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi.
Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi,
baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan

peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana
komunikasi.
29
d. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
Paragraf deskriptif/naratif/menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat
utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimatkalimat penjelas. Contoh:
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murahmurah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah
busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang
makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil
beristirahat dan berkelakar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan :
1. Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem.
2. Pembagian kelas kata terbagi atas tujuh, yakni nomina (kata benda), verba (kata
kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), pronominal (kata ganti),
numeralia (kata bilangan), dan kata tugas.
3. Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
4. Kalimat terbagi atas dua yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
5. Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
6. Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.

B. Saran
1. Apa yang kita mengerti dan pahami tentang kata, kalimat serta paragraf, sekiranya
dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak
tercampur dengan kata-kata asing

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.

http://kbtpfree.blogspot.com/2010/05/kata-kalimat-dan-paragraf.html
30
http://idhambhimaa.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-perbedaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

31

Anda mungkin juga menyukai