Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan
95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negaranegara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak
dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. (1)
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa,
akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut
berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 2030%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya
sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh
masyarakat.(1)
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah: (1)
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negaranegara yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh :
a. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh
masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak

terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan


pelaporan yang standar, dan sebagainya).
c. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat
yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah
didiagnosis).
d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
e. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang
mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.
3. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan.
4. Dampak pandemi HIV.
Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat
dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang
dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden
countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan
TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara
signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat
anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus
yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. (1)
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah

India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB
didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru
dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk. (1)

BAB II
ISI
II.1

Anatomi dan Fisiologi

II.1.1 Anatomi Paru-paru

Sistem pernapasan terdiri dari thorak, jalan napas penghantar, jalan


napasrespirasi, aliran darah pulmonal dan limfe. Fungsi utama sistem
pernapasan adalah proses respirasi, yaitu pengambilan oksigen dari luar
masuk ke dalam saluran napas kemudian diteruskan ke dalam darah.
Oksigen digunakan dalam proses metabolisme, sedangkan karbondioksida
yang terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara
luar. (3)
a. Thorak
Thorak berisi organ-organ utama pernapasan. Thorak terdiri dari
rongga thorak, paru-paru, pleura dan otot-otot pernapasan organ-organ
tersebut secara bersama-sama berfungsi sebagai pompa ventilasi pada saat
melakukan usaha pernapasan.
b. Jalan napas penghantar
Jalan napas penghantar terdiri atas jalan napas bagian atas, trakea
dan cabang bronkus. Fungsi jalan penghantar adalah menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk, mencegah benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan bagian bawah atau area pertukaran gas dan sebagai
saluran udara.
c. Jalan napas respirasi
Jalan napas respirasi berisi bronkioli dan alveoli. Jalan napas respirasi
juga disebut unit respirasi terminal atau asinus, yang merupakan unit
fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas atau eksternal respirasi.

Setiap bronkioli terminal terdapat asinus yang terdiri dari bronkioli


respiratori, duktus alveoli dan sakus alveoli terminal. Alveoli hanya
mempunyai satu lapis sel. Setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus
dengan luas permukaan total sekitar sebuah lapangan tennis. Alveoli terdapat
beberapa jenis sel yaitu sel epitel alveolar tipe I dan II, serta sel makrofag.
Sel alveolar tipe I berperan utama dalam memelihara pertukaran gas.
Sel alveolar tipe II berfungsi membentuk cairan surfaktan yang merupakan
zat lipoprotein yang berfungsi mengurangi tegangan permukaan alveoli dan
mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada saat inspirasi serta
mencegah kolaps alveoli pada saat ekspirasi.
Makrofag alveoli adalah monosit yang berasal dari sum-sum tulang
dilepaskan ke sirkulasi darah dan masuk ke sirkulasi kapiler paru menuju ke
jaringan interstitial dan alveoli. Makrofag alveoli berfungsi sebagai makrofag
yang menjaga alveoli tetap bersih dan steril dari aktivitas mikroorganisme.
Makrofag alveoli menurun karena merokok, hipoksia, asidosis metabolik,
uremia, ozon, kortikosteroid dan setelah infeksi virus.

d. Peredaran darah pulmonal dan limfe


Terdapat dua sistem vaskuler dan satu sistem limfatik yang mensuplai
darah dan limfe pada pulmonal. Peredaran darah pulmonal mempunyai dua
sistem yaitu sistem sirkulasi bronkial dan sistem sirkulasi pulmonal.

Sirkulasi bronkial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi


sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru.
Arteri bronkial berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding
posterior bronkus. Vena bronkial besar mengalirkan darahnya ke dalam
sistem azygos, yang kemudian bermuara pada vena kava superior dan
mengembalikan darah ke atrium kanan. Namun terdapat percabangan kecil
dari vena azygos yang mencurahkan isinya ke vena pulmonalis sehingga
sekitar 2-3% darah yang masuk ke atrium kanan tidak mengalami pertukaran
gas.
Sirkulasi pulmonal berfungsi membawa gas hasil pertukaran antara
darah kapiler dan udara alveoli. Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel
kanan yang mengalirkan darah vena ke pulmonal melalui arteri pulmonal.
Darah masuk ke jaringan kapiler yang menutupi alveoli untuk melakukan
pertukaran gas. Darah teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena
pulmonalis ke ventrikel kiri yang selanjutnya menuju ke sirkulasi sistemik.
Tebal dinding arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya haya 30% tebal
pembuluh sistemik dan tahanan didalamnya sangat rendah. Pada keadaan
istirahat, sejumlah 5-10 liter darah per menit dapat dialirkan melalui sistem
pembuluh kapiler pulmonal cukup dengan tekanan rata-rata sekitar 5 mmHg.
Sistem pembuluh vena pulmonal memiliki daya distenbilitas yang besar,
sehingga merupakan reservoir darah yang penting (dapat menampung
sejumlah besar darah). Pada posisi berbaring, paru akan menampung sekitar

400 ml darah di dalam pembuluhnya, akibat hilangnya pengaruh gravitasi.


Pada posisi tegak, sejumlah darah tersebut akan dikembalikan ke dalam
sirkulasi sistemik. Adanya peningkatan volume darah ini menyebabkan
kapasitas vital pada posisi berbaring lebih rendah dibandingkan pada posisi
tegak. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya orthopnea pada pasien
gagal jantung. (3)

II.1.2 Fisiologi Paru-paru


Fungsi sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan ambilan
oksigen dari udara ke dalam darah dan memungkinkan karbondioksida
terlepas dari darah ke udara bebas. Oksigen yang terdapat di udara dan
sistem pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk
ke paru-paru. Disini terdapat tiga proses utama dalam pernapasan yang
meliputi ventilasi, pertukaran gas dan transportasi oksigen (perpusi).
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Udara
masuk dan keluar dari paru karena terdapat perbedaan tekanan antara
intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura) dengan tekanan
atmosfir. Bila tekanan intrapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka
udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan
intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak
keluar dari paru ke atmosfir, disebut ekspirasi.(3)

1) Inspirasi
Inspirasi adalah masuknya udara ke dalam paru, merupakan proses
aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot inspirasi. Kerja otot-otot inspirasi
menyebabkan

pengembangan

dada

dan

paru

sehingga

tekanan

intrapulmonal di bawah tekanan atmosfir, maka udara daari atmosfir akan


masuk ke dalam paru.(3)
2) Ekspirasi
Ekspirasi adalah keluarnya udara dari dalam paru. Ekspirasi terjadi
bila tekanan intrapulmonal melebihi tekanan atmosfir ekspirasi merupakan
proses pasif, akibat dari relaksasi otot-otot inspirasi. Relaksasi otot-otot
inspirasi menyebabkan thorak dan tulang iga bergerak ke bawah menekan
jaringan paru. Di samping itu, pada akhir inspirasi, jaringan paru yang
teregang akan kembali ke kedudukan semula karena adanya rekoil paru. (3)
b. Pertukaran gas
Pertukaran gas ini meliputi: (3)
1) Pengangkutan oksigen
Oksigen yang berdifusi dari alveoli ke darah kapiler paru akan diangkat
ke seluruh tubuh melalui interaksi kerja jantung, pembuluh darah dan darah.
Oksigen yang diangkat dalam darah terdapat dua bentuk, yaitu bentuk
terlarut dan terikat secara kimia dengan hemoglobin. Pada tekanan normal,
jumlah oksigen yang terlarut sangat sedikit, sehingga pengangkutan oksigen
yang lebih memegang peranan adalah dalam bentuk ikatan dengan
hemoglobin.

Kemampuan

hemoglobin

dalam

fungsinya

sebagai

sarana

pengangkutan oksigen antara paru dan kapiler berhubungan dengan dua


sifat penting yaitu: kemampuan hemoglobin verubah menjadi bentuk
oxygenated sewaktu mengikat oksigen. Prosesnya disebut oksigenasi, dan
hasil akhirnya terbentuk oksihemoglobin (Hb + O 2 HbO2) kemampuan
hemoglobin untuk melepas kembali oksigen di kapiler jaringan melalui proses
deoksigensi, menjadi bentuk deoxygenated atau deoksihemoglobin (HbO 2
Hb + O2).
Hemoglobin dikatakan tersaturasi penuh dengan oksigen apabila
seluruh hemoglobin dalam tubuh berikatan secara maksimal dengan oksigen.
Faktor terpenting yang menentukan saturasi hemoglobin-oksigen adalah
tekanan oksigen dalam darah.
2) Pengangkutan karbondioksida
Karbondioksida yang dihasilkan oleh metabolisme sel jaringan akan
berdifusi ke dalam darah dan diangkat dalam tiga bentuk yaitu terlarut, terikat
dengan hemoglobin atau protein plasma dan sebagai ion bikarbonat.
c. Transportasi oksigen
Difusi di dalam paru terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang
terdapat di alveoli dan kapiler paru. Oksigen mempunyai konsentrasi yang
tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi
dari alveoli ke kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke

kapiler paru sebaliknya, karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi


di kapiler paru dibanding di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi
dari kapiler paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh
sistem peredaran darah, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut
tranportasi, dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah pembuluh
darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan, disebut difusi.
Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di
mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida
selama pengambilan energi dari bahan-bahan nutrien

II.2

Patofisiologi
Tuberkulosis

adalah

penyakit

menular

langsung

yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar


(80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk
basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung
komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat
kimia.(8)
Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan
sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus,
yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk
identifikasi dahak secara mikroskopis.Sehingga disebut sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati


dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman
dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul
berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam
sel-sel fagosit.(8)
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran

pernafasan.

Jadi

penularan

TB

tidak

terjadi

melalui

perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur.(8)


Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderitam ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita

tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat


kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.(8)
Kemungkinan

seseorang

terinfeksi

TB

ditentukan

oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara


tersebut. Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan
paska primer.(8)

A. Tuberkulosis Primer (1)


Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik,
yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin
timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi.
Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar
getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama
dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks
primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,
garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :

Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah


epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke
lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Penyebaran
secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya
atau tertelan. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang
yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak
terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup

gawat

typhobacillosis

seperti

tuberkulosis

Landouzy.

milier,

Penyebaran

ini

meningitis
juga

dapat

tuberkulosa,
menimbulkan

tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir
dengan :
a. Sembuh

dengan

terbelakang

pada

meninggalkan
anak

sekuele

setelah

(misalnya

mendapat

pertumbuhan

ensefalomeningitis,

tuberkuloma ) atau
b. Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
B. Tuberkulosis pasca primer (1)

Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian


tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat,
karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu
sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah
satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti
sklerotik). Nasib kaviti ini : Mungkin meluas kembali dan menimbulkan
sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola
perjalanan seperti yang disebutkan diatas. Dapat pula memadat dan

membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma


dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi Kaviti bisa pula menjadi bersih dan
menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir
sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).
Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis post primer dan
perjalanan penyembuhannya

II.3

Pengobatan atau tata laksana

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas


pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah : (8)
a) Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT
b) Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat,
pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT =
Directly

Observed

Treatment)

oleh

seorang

Pengawas

Menelan Obat (PMO).


c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
a. Tahap Intensif
a) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister


(dormant) sehingga mencegah terjadiiya kekambuhan

II.3.1 Pengobatan Non Farmakologi


II.3.1.1Pengobatan Suportif / Simptomatik
Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila
keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat
jalan.

Selain

OAT

kadang

perlu

pengobatan

tambahan

atau

suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi


gejala/keluhan.(8)
1. Pasien rawat jalan
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan
vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk
pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak
napas atau keluhan lain.
2. Pasien rawat inap
Indikasi rawat inap :
TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
a.
b.
c.
d.

Batuk darah (profus)


Keadaan umum buruk
Pneumotoraks
Empiema

e. Efusi pleura masif / bilateral


f. Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
TB di luar paru yang mengancam jiwa :
a. TB paru milier
b. Meningitis TB
Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan
keadaan klinis dan indikasi rawat.

II.3.1.2 Terapi Pembedahan


lndikasi operasi (8)
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap
positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
2. lndikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap.
Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
1. Bronkoskopi
2. Punksi pleura
3. Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

Kriteria Sembuh
1. BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
2. Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
3. Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

II.3.2 Pengobatan farmakologi


1. Isoniasid (4)
a. Struktur kimia mirip dengan piridoksin (vitamin B 6)
b. Menghambat sintesis asam mikolat, komponen esensial dari dinding
c.
d.
e.
f.
g.

sel mikrobakteria
Penetrasi kehampir semua cairan tubuh dan terakumulasi dalam lesi
Dapat menebus intraselluler sel penyebab infeksi
Paling aktif melawan mycobacterium tuberculosis
Tidak cross resisten dengan obat fist-line lainnya
T 1/2 80 menit pada asetilator cepat dan 180 menit pada asetilator
lambat

Penggunaan INH dalam terapi


a. Selalu dikombinasikan dengan obat lain
b. Digunakan pada pengobatan intensif atau intermiten
c. Dulu, digunakan sebagai propilaksis
Efek Samping INH
a. Neuritis perifer, karena difisiensi piridoksin (asetilator cepat lebih
mungkin terjadi)
b. Metabilit bersifat hepatotoksik (monoasetil hidrasin, asetilator cepat
lebih mungkin, dan kejadian lebih sering pada penderita usis > 35
tahun)
2. Rifampisin (4)
a. Bekerja dengan menghambat sintesis RNA-DNA

b.
c.
d.
e.
f.

Distribusi obat sangat luas


Potensial menginduksi enzim sitokrom P-450
Aktif melawan kebanyakan gram +, Neisseria dan mikobakteri
Resistensi kuman berkembang secara cepat jika dipakai sendirian
Dapat menyebabkan : keringat, air mata, feses, dan saliva berwarna
kemerah-merahan.

3. Pirazinamid (4)
a. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti, mungkin pirazinamid
setelah dimetabolisme oleh kuman berubah menjadi toksik terhadap
kuman yang bersangkutan (pyrazinoic acid)
b. Dapat menebus sawar otak
c. Dapat meningkatkan kadar asam urat dalam plasma
4. Etambutol (4)
a. Dapat menebus sawar otak
b. Mengganggu ekskresi asam urat, sehingga dapat meningkatkan
kadarnya dalam plasma darah.
c. Dapat menyebabkan neuritis optic penyebab menurunnya ketajaman
penglihatan dan buta warna merah/hijau, sehingga dianjurkan untuk
tidak diberikan pada anak-anak. Pada dosis 15 mg/kg BB/hari dapat
terjadi : penurunanan ketajaman penglihatan pada pasien sebanyak
0,8 %, rash 0,5, dan demam 0,3 %.
d. Etambutol tidak dianjurkan diberikan pada anak usia < 6 tahun.

5. Streptomisin (4)
a. Hipersensitif, merupakan efek samping yang sering terjadi
b. Golongan aminoglikosida, tidak diabsorpsi dalam saluran pencernaan,
indek terapi sempit
c. Bekerja menghambat sintesis protein

d. Ototoksik atau toksik pada saraf otak ke 8 dapat menimbulkan vertigo,


sempoyongan dan tuli, neprotoksik yang dapat menurunkan fungsi
ginjal
e. Bila ada keluhan baal dimuka terutama sekitar mulut segera setelah
pengobatan, dosis perlu dikurangi.
6. Dosis obat-obat untuk TBC (4)
Tabel LVIII. Dosis Obat TBC
Dosis yang dirokumendasikan
Jenis OAT

Sifat

(mg/kg)
Harian

Isoniazid (H)

Bakterisid

Rifampisin (R)

Bakterisid

Pyrazinamide (z)

Bakterisid

Streptomycin (S)

Bakterisid

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

5
(4-6)
10
(8-12
25
(20-30)
15
(12-18)
15
(15-20)

3x seminggu
10
(8-12)
10
(10-12)
35
(30-40)
15
(12-18)
30
(20-35)

Tabel LIX. Dosis untuk Paduan OAT KDT untuk kategori I


Barat Badan

Tahap intensif
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)

30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg

2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT

2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT

Tabel LX. Dosis untuk Paduan OAT KDT untuk kategori II


Berat
Badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg

71 kg

Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + s
Selama 56 hari
Selama 28 hari
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.

2 tab 4KDT
2 tab 4KDT
2 tab 4KDT

Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 20 minggu
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol

2 tab 4KDT

5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol

REGIMEN TERAPI TBC DI INDONESIA (4)


Tabel LXI. Regimen Obat TBC
KATEGORI

KASUS

Kasus baru BTA positif,

FASE
INTENSIF
(AWAL)
2 HRZE
(kombipak II)

BTA negatif/rontgen + dg

FASE
INTERMITEN
4H3R3
(kombipak

kelainan parenkim yg

III),

pada bayi atau

luas, TB ektra paru berat

anak

dapat

menggunakan
II

Relaps BTA +,

2 HRZES /

(kombipak II pengobatan

HRZE
(Kombipak IV)

terputus)
III

Kasus baru, BTA


negatif/rontgen positif,

4HR
5H3R3, pada
bayi/anak dapat
menggunakan

2 HRZ
(KOMBIPAK I )

4HR
4H3R3, pada
bayi/anak dapat

dan TB ekstra paru


SISIPAN

ringan
BTA masih +, pada akhir

menggunakan
4HR
HRZE

fase awal, pada pasien


kategori I dan II.

BAB III
CONTOH RESEP

RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO HUSODO


JL. PERINTIS KEMERDEKAAN Km. 10

Tanggal

: 21 Mei 2012

Nama Dokter

: Dr.Iksan

R/ Rifampisin 300 mg No. III


s.I.dd.I
R/ Etambutol 500 No. V
s.I.dd.1/2
R/ Pyrazinamid 500 mg No. V
s.I.dd.1/2
R/ INH 300 mg No.III
s.I.dd.1
R/ Vitamin B6 No. III
s.I.dd.1

Nama Pasien

: Putra

Umur

: 19 Tahun

IV.2
A.

Pembahasan Resep

Rifampisin
Indikasi

: Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis


yang

dikombinasikan

antituberkulosis

lain

dengan

untuk

terapi

awal

maupun ulang
Mekanisme kerja

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA


deependen-RNA

polymerase

sehingga

menghambat peningkatan enzim tersebut


ke DNA yang menghasilkan penghambat
transkripsi DNA
Efek Samping

:
efek

kurang dari 4% penderita bmengalami


samping

kemerahan,

mual

seperti
dan

demam,
muntah,

trombnositopenia, dan nefritis.

kulit

ikterus,

Kontraindikasi

Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian


obat ini pada penderita gangguan ginjal.
Sediaan

kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

mg
Suspensi 100 mg/ml
Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH
150 mg
Dosis

Untuk

dewasa

dan

anak

yang

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,


atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin
harus diberikan bersama dengan obat anti
tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis
diberikan dokter / tenaga
berdasarkan

atas

berat

kesehatan lain
badan

yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali


seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg
per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter
Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak <
10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300
mg untuk 20 -33 kg.

B.

Etambutol
Indikasi
tuberkulosis paru
Mekanisme kerja

: obat
:

ini
obat

metabolism
kematian

diberikan
ini
sel
sel.

pada

penderita

menghambat
sehingga
Hampir

sintesis

menyebabkan
semua

strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan


M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini
bersifat
Efek samping

bakteriostatik

dan

bekerja

baik

intra- maupun ekstraseluler.


:
etambutol jarang menimbulkan efek
samping bila diberikan dengan dosis harian

Kontraindikasi

biasa dan efek toksiknya minimal.


:
hipersensitivitas, neuritis optik, anak
< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50

Sediaan
Dosis

ml/menit
:
tablet 250 mg dan 500 mg
:

Untuk

dewasa

dan

anak

berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat


badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan
awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan
pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat
badan.

Kadang

kadang

dokter

juga

memberikan 50 mg per kg berat badan

sampai total 2,5 gram dua kali seminggu.


Obat ini harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah
13 tahun dan bayi
C.

Pirazinamid
Indikasi

Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis


lain.
Mekanisme kerja
Efek samping

hepatotoksisitas,

termasuk

demam

anoreksia, hepatomegali, ikterus; gagal hati;


mual,

muntah,

sideroblastik,

urtikaria.

penggunaan
ditetapkan.

artralgia,

pada
Hati-hati

anemia
Keamanan

anak-anak
penggunaan

belum
pada:

penderita dengan encok atau riwayat encok


keluarga
penderita

atau

diabetes

dengan

fungsi

melitus;

dan

ginjal

tak

sempurna; penderita dengan riwayat tukak


peptik.

Kontraindikasi

terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas.
Sediaan

Tablet 500 mg/tablet.

Dosis

Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari.


Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3
kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan
dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
D.

Isoniazid
Indikasi

obat ini diindikasikan untuk terapi

semua

bentuk

tuberkulosis

aktif,

disebabkan kuman yang peka dan untuk


profilaksis

orang

mendapatkan
tunggal

atau

infeksi.

berisiko
Dapat

bersama-sama

tinggi
digunakan
dengan

antituberkulosis lain.
Mekanisme kerja

menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel


mikobakterium
Efek samping

insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan

lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat


berupa

demam,

kulit

kemerahan

dan

hepatitis.
Kontraindikasi

hipersensitivitas, penyakit hati

Sediaan

tablet 50, 100, dan 300 mg

Sirup 50 mg/ml
Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml
Dosis

Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat


badan sampai 300 mg, satu kali sehari.
Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa
sesuai dengan petunjuk dokter / petugas
kesehatan
bersama

lainnya.
dengan

Umumnya

obat

anti

dipakai

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300


mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat
badan sampai dengan 900 mg, kadang
kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk
anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat
badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan
sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.

E.

Vitamin B6
Indikasi

Selain

untuk

mencegah

dan

mengobati defisiensi vitamin B6, vitamin ini


juga diberikan bersama vitamin B lainnya
atau sebagai multi vitamin untuk mencegah
dan

pengobatan

kompleks.

defisiensi

Indikasi

lain

vitamin

adalah

untuk

mencegah atau mengobati neuritis perifer


oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin,
hidralazin,
sebagai
Mekanisme kerja

penisilamin
antagonis

yang

berkerja

poridoksin

dan/atau

meningkatkan sekresinya melalui urin.


:
Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin
mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.
Metabolit

terpenting

dari

ketiga

bentuk

tersebut adalah 4-asam piridoksat. Sekresi


melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam
Efek samping

piridoksat dan piridoksal.


:
Piridoksin
dapat

menyebabkan

neuropati sensorik atau sindrom neuropati


dalam dosis antara 50 mg-2 gram per hari

untuk jangka panjang. Gejala awal dapat


berupa sikap yang tidak stabil dan rasa
kebas di kaki, diikuti pada tangan dan
sekitar

mulut.

Gejala

berangsur-angsur

hilang setelah beberapa bulan bila asupan


piridoksin dihentikan.
:
Pemakaian piridoksi hendaknya

Kontraindikasi

dihindarkan pada pasien yang mendapat


levodopa.
:
Piridoksin

Sediaan

tersedia

sebagai

tablet

piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai


larutan steril 100mg/ml piridoksin HCl untuk
injeksi.
RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO

2.

Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10

Tanggal

: 21 April 2012

Nama Dokter : Dr. Anas


R/ Simvastatin 20 No.VII
s.0-0-I
R/ INH 500 No.VII
s.1.dd.I
R/ Rifampisin 450 No.VII
s.1.dd.I
R/ Pirazinamid 500 mg No.XV
s.1.dd.II
R/ Etambutol 500 mg No.XV
s.1.dd.II
R/ Co-amoxiclav 625 No.XV
s. 3.dd.I
R/ Lanzoprazole 30 No.V
s.2.dd.I
Pro : Astuti (48 tahun)

A. Simvastatin
Indikasi
Mekanisme kerja

: hipolidemik.
: bekerja dengan

cara

menghambat

sintesis

kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim


Efek samping
Kontraindikasi
Sediaan
Dosis
B. Rifampisin
Indikasi

:
:
:
:

HMG CoA reduktase


miopati dan rabdomiolisis
ibu menyusui dan ibu hamil
tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, dan 80 mg
5-80 mg/hari

: Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis


yang

dikombinasikan

antituberkulosis

lain

untuk

dengan
terapi

awal

maupun ulang
Mekanisme kerja

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA


deependen-RNA

polymerase

sehingga

menghambat peningkatan enzim tersebut


ke DNA yang menghasilkan penghambat
transkripsi DNA

Efek Samping

kurang dari 4% penderita bmengalami

efek

samping

kemerahan,

seperti

mual

dan

demam,
muntah,

kulit

ikterus,

trombnositopenia, dan nefritis.


Kontraindikasi

Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian


obat ini pada penderita gangguan ginjal.
Sediaan

kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

mg
Suspensi 100 mg/ml
Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH
150 mg
Dosis

Untuk

dewasa

dan

anak

yang

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,


atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin
harus diberikan bersama dengan obat anti
tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis
diberikan dokter / tenaga
berdasarkan

atas

berat

kesehatan lain
badan

yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali


seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg

per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter


Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak <
10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300
mg untuk 20 -33 kg.
C. Etambutol
Indikasi
tuberkulosis paru
Mekanisme kerja

: obat
:

ini
obat

metabolism
kematian

diberikan
ini
sel
sel.

pada

penderita

menghambat
sehingga
Hampir

sintesis

menyebabkan
semua

strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan


M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini
bersifat
Efek samping

bakteriostatik

dan

bekerja

baik

intra- maupun ekstraseluler.


:
etambutol jarang menimbulkan efek
samping bila diberikan dengan dosis harian

Kontraindikasi

biasa dan efek toksiknya minimal.


:
hipersensitivitas, neuritis optik, anak
< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50

Sediaan
Dosis

ml/menit
:
tablet 250 mg dan 500 mg
:

Untuk

dewasa

dan

anak

berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat


badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan

awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan


pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat
badan.

Kadang

kadang

dokter

juga

memberikan 50 mg per kg berat badan


sampai total 2,5 gram dua kali seminggu.
Obat ini harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah
13 tahun dan bayi

D. Pirazinamid
Indikasi

Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis


lain.
Mekanisme kerja
Efek samping

hepatotoksisitas,

termasuk

demam

anoreksia, hepatomegali, ikterus; gagal hati;


mual,

muntah,

sideroblastik,
penggunaan

artralgia,
urtikaria.

pada

anemia
Keamanan

anak-anak

belum

ditetapkan.

Hati-hati

penggunaan

pada:

penderita dengan encok atau riwayat encok


keluarga
penderita

atau

diabetes

dengan

melitus;

dan

ginjal

tak

fungsi

sempurna; penderita dengan riwayat tukak


peptik.
Kontraindikasi

terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas.
Sediaan

Tablet 500 mg/tablet.

Dosis

Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari.


Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3
kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan
dengan obat anti tuberkulosis lainnya.

E. Isoniazid
Indikasi

obat ini diindikasikan untuk terapi

semua

bentuk

tuberkulosis

aktif,

disebabkan kuman yang peka dan untuk


profilaksis
mendapatkan

orang
infeksi.

berisiko
Dapat

tinggi
digunakan

tunggal

atau

bersama-sama

dengan

antituberkulosis lain.
Mekanisme kerja

menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel


mikobakterium
Efek samping

insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan


lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat
berupa

demam,

kulit

kemerahan

dan

hepatitis.
Kontraindikasi

hipersensitivitas, penyakit hati

Sediaan

tablet 50, 100, dan 300 mg

Sirup 50 mg/ml
Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml
Dosis

Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat


badan sampai 300 mg, satu kali sehari.
Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa
sesuai dengan petunjuk dokter / petugas
kesehatan
bersama

lainnya.
dengan

Umumnya

obat

anti

dipakai

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300


mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat
badan sampai dengan 900 mg, kadang
kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk
anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat
badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan
sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.

F. Lansoprazol
Indikasi

: Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum,


ulkus

lambung, esofagitis dan ulkus esofagus,

termasuk ulkus yang resisten. Sindrom ZollingerEllison merupakan kasus yang sangat jarang.
Mekanisme kerja

: Lanzoprazole mempunyai mekanisme kerja yang


unik karena mempunyai tempat kerja dan bekerja
langsung pada pompa asam (H+ / K+ ATPase)
yang merupakan tahap akhir proses sekresi asam
lambung dari sel-sel pariental.

Efek samping

: Umumnya ringan dan bersifat sementara, yakni


mual, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, flatulen,
dan dispepsia. Skin rush jarang ditemukan.

Sediaan

: Tablet @20 mg

Dosis

: Untuk pengobatan ulkus dan esofagitis = 20 mg


per hari selama 4-8 minggu. Pada keadaan
tertentu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 40
mghari.

Sindrom

Zollinger-Ellison

Dimulai

dengan 60 mg sekali sehari, ditingkatkan sesuai


dengan

kebutuhan,

dan

diberikan

selama

dibutuhkan. Bila dosis lebih dari 80 mg, harus


diberikan dalam dosis terbagi (2 x sehari).
G. Interaksi Obat
a. Rifampisin merupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati
CYP2C19 dan CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme
Lansoprazol yang dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari
Lansoprazol akan berkurang.
b. Rifampisin menrupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati
CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme Simvastatin yang
dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari Simvastatin akan
berkurang.

3.

RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO


Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10

Tanggal

Nama Dokter :
R/ Spironolakton 100 No.XXX
s.1.dd.I
R/ Rifampisin 450 mg No.XXX
s.1.dd.I
R/ INH 300 mg No.XXX
s.1.dd.I
R/ PZA 500 mg No.XLV
s.1.dd.I
R/ Etambutol 500 mg No.XLV
s.1.dd.I
R/ Lanzoprazol

No. XXX
s. 2.dd.I

Pro : Mustamin

A. Rifampisin
Indikasi

: Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis


yang

dikombinasikan

antituberkulosis

lain

untuk

dengan
terapi

awal

maupun ulang
Mekanisme kerja

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA


deependen-RNA

polymerase

sehingga

menghambat peningkatan enzim tersebut


ke DNA yang menghasilkan penghambat
transkripsi DNA

Efek Samping

kurang dari 4% penderita bmengalami

efek

samping

kemerahan,

seperti

mual

dan

demam,
muntah,

kulit

ikterus,

trombnositopenia, dan nefritis.


Kontraindikasi

Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian


obat ini pada penderita gangguan ginjal.
Sediaan

kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

mg
Suspensi 100 mg/ml
Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH
150 mg
Dosis

Untuk

dewasa

dan

anak

yang

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,


atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin
harus diberikan bersama dengan obat anti
tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis
diberikan dokter / tenaga
berdasarkan

atas

berat

kesehatan lain
badan

yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali


seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg

per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter


Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak <
10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300
mg untuk 20 -33 kg.
B. Etambutol
Indikasi
tuberkulosis paru
Mekanisme kerja

: obat
:

ini
obat

metabolism
kematian

diberikan
ini
sel
sel.

pada

penderita

menghambat
sehingga
Hampir

sintesis

menyebabkan
semua

strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan


M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini
bersifat
Efek samping

bakteriostatik

dan

bekerja

baik

intra- maupun ekstraseluler.


:
etambutol jarang menimbulkan efek
samping bila diberikan dengan dosis harian

Kontraindikasi

biasa dan efek toksiknya minimal.


:
hipersensitivitas, neuritis optik, anak
< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50

Sediaan
Dosis

ml/menit
:
tablet 250 mg dan 500 mg
:

Untuk

dewasa

dan

anak

berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat


badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan

awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan


pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat
badan.

Kadang

kadang

dokter

juga

memberikan 50 mg per kg berat badan


sampai total 2,5 gram dua kali seminggu.
Obat ini harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah
13 tahun dan bayi
C. Pirazinamid
Indikasi

Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis


lain.
Mekanisme kerja
Efek samping

hepatotoksisitas,

termasuk

demam

anoreksia, hepatomegali, ikterus; gagal hati;


mual,

muntah,

sideroblastik,
penggunaan
ditetapkan.

artralgia,
urtikaria.

pada
Hati-hati

anemia
Keamanan

anak-anak
penggunaan

belum
pada:

penderita dengan encok atau riwayat encok

keluarga
penderita

atau

diabetes

dengan

melitus;

dan

ginjal

tak

fungsi

sempurna; penderita dengan riwayat tukak


peptik.
Kontraindikasi

terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas.
Sediaan

Tablet 500 mg/tablet.

Dosis

Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari.


Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3
kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan
dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
D. Isoniazid
Indikasi

obat ini diindikasikan untuk terapi

semua

bentuk

tuberkulosis

aktif,

disebabkan kuman yang peka dan untuk


profilaksis

orang

mendapatkan
tunggal

atau

infeksi.

berisiko
Dapat

bersama-sama

antituberkulosis lain.

tinggi
digunakan
dengan

Mekanisme kerja

menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel


mikobakterium
Efek samping

insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan


lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat
berupa

demam,

kulit

kemerahan

dan

hepatitis.
Kontraindikasi

hipersensitivitas, penyakit hati

Sediaan

tablet 50, 100, dan 300 mg

Sirup 50 mg/ml
Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml
Dosis

Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat


badan sampai 300 mg, satu kali sehari.
Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa
sesuai dengan petunjuk dokter / petugas
kesehatan
bersama

lainnya.
dengan

Umumnya

obat

anti

dipakai

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300


mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat

badan sampai dengan 900 mg, kadang


kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk
anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat
badan. Atau 20 40 mg per kg berat
E. Lansoprazol
Indikasi

: Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum,


ulkus

lambung, esofagitis dan ulkus esofagus,

termasuk ulkus yang resisten. Sindrom ZollingerEllison merupakan kasus yang sangat jarang.
Mekanisme kerja

: Lanzoprazole mempunyai mekanisme kerja yang


unik karena mempunyai tempat kerja dan bekerja
langsung pada pompa asam (H+ / K+ ATPase)
yang merupakan tahap akhir proses sekresi asam
lambung dari sel-sel pariental.

Efek samping

: Umumnya ringan dan bersifat sementara, yakni


mual, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, flatulen,
dan dispepsia. Skin rush jarang ditemukan.

Sediaan
Dosis

: Tablet @20 mg
:

Untuk pengobatan ulkus dan esofagitis = 20 mg


per hari selama 4-8 minggu. Pada keadaan
tertentu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 40
mghari.

Sindrom

Zollinger-Ellison

Dimulai

dengan 60 mg sekali sehari, ditingkatkan sesuai


dengan

kebutuhan,

dan

diberikan

selama

dibutuhkan. Bila dosis lebih dari 80 mg, harus


diberikan dalam dosis terbagi (2 x sehari).
F. Spironolakson
Indikasi

: antagonis aldosteron digunakan secara luas


untuk pengobatan hipertensi dan edema yang
refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama
diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, di samping memperbesar diuresis. Pada
gagal jantung kronik spironolakton digunakan
untuk
jaringan

mencegah
fibriosis

merupakan

obat

hiperaldosteronisme

remodeling
di

miokard).

pilihan

(pembentukan
Spironolakton

untuk

primer

dan

hipertensi
sangat

bermanfaat pada kondisi-kondisi yang disertai


hiperaldosteronisme sekunder seperti asites pada
sirosis heptis dan sindrom nefrotik.
Mekanisme kerja

: Penghambatan kompetitif terhadap aldosterone.


Ini terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya
efektif bila terdapat aldosterone baik endogen

atau pun eksogen dalam tubuh dan efeknya dapat


dihilangkan
aldosterone.

dengan

meninggikan

kadar

Jadi dengan pemberian antagonis

aldosterone, reabsorpsi Na+ dan K+ dihilir tubuli


distal dan duktus koligentes dikurangi, dengan
demikian ekskresi K+ juga berkurang.
Efek samping

: Hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini


diberikan bersama-sama dengan asupan kalium
yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula
terjadi bila dosis yang biasa diberikan dengan
tiazid pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping lain yang ringan dan
reversibel

diantaranya

ginekomastia,

efek

samping mirip androgen dan gejala saluran cerna.


Sediaan

: Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25,


50, dan 100 mg.

Dosis

: Dewasa berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis


efektif sehari rata-rata 100 mg dalam dosis
tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan
kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan

hidroklorotiazid 25 mg, serta antara spironolakton


25

mg

dan

tiabutazid

2,5

mg.

Eplerenon

digunakan dalam dosis 50-100 mg/hari.


G. Interaksi Obat
Rifampisin merupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati
CYP2C19 dan

CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme

Lansoprazol yang dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari


Lansoprazol akan berkurang.

BAB IV
KESIMPULAN RESEP
IV.1

Resep 1
Resep ini rasional untuk diberikan kepada pasien tuberkulosis, karena

tidak terdapat interaksi di dalamnya. Resep ini diberikan sebagai regimen


pengobatan untuk pasien TB kategori I. Penambahan Vitamin B 6 bertujuan
untuk

mencegah

isoniazid.

atau

mengobati

neuritis

perifer

oleh

obat

IV.2

Resep 2
Resep ini tidak rasional untuk diberikan kepada pasien ini, karena

terdapat

interaksi

didalamnya.

Dimana

saran

yang

dapat diberikan

simvastatin diganti dengan niasin dan lansoprazol diganti dengan famotidine.

IV.3

Resep 3
Resep ini tidak rasional untuk diberikan kepada pasien penderita

tuberkulosis karena terdapat interaksi didalamnya. Dimana saran yang dapat


diberikan yaitu lansoprazol diganti dengan famotidine.

DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.PDF.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.PDF.
3. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses - proses Penyakit. Jakarta : EGC
4. Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta : Lembaga
Studi dan Konsultasi Farmakologi

5. Gunawan, Sulistia Gan. dkk. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.


Jakarta : Departemen Farmkologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
6. Staf Pengajar Dep. Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta : EGC
7. Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta : EGC
8. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai