maka disebut sinklinorium. Lipatan kaskade biasanya terjadi karena pelongsoran sedimensedimen.
Kubah dan Cekungan
Bentuk lipatan yang lipatan-lipatannya menunjukkan kemiringan menurun kesegala
jurusan, disebut kubah. Pada umumnya kubah mempunyai bentuk pajang atau bundar telur dan
jarang sekali berbentuk bundar. Contoh kubah di Indonesia adlah kubah sangiran dimana di
temukan sisa-sisa fosil manusia.
Cekungan adalah bentuk kebalikan dari sebuah kubah. Bentuk demikian merupakan
depresi dimana kemiringan lapisan-lapisan menurun menuju kesuatu titik tengah. Kubah dan
cekungan yang di bentuk oleh gaya endogen tidak selamanya berimpit dengan bukit dan depresi
yang dibentuk oleh erosi, sehingga adalah sangat penting untuk membedakan kedua gejala ini.
Titik hitam adalah kubah dan yang di tinggalkan putih adalah cekungan-cekungan.
Geosinklin dan Geantiklin
Pada tempat-tempat yang tertentu dikerak bumi ditemukan endapan-endapan yang luar
biasa tebalnya beberapa ribu meter sampai berpuluh ribu meter. Cekungan yang mengandung
lapisan-lapisan tebal ini disebut geosinklin. Jenis endapan-endapan yang ditemukan dalam
cekungan-cekungan ini biasanya adalah sedimen-sedimen yang dibentuk dilaut yang dalamnya
tidak melebihi 1000 m. untuk menerangkan prngendapan pada lekungan yang 10.000 m
dalamnya tidak mungkin, sebab bagaimanatelah diutarakan semula, maka sedimen-sedimen ini
tidak merupakan endapan-endapan laut dalam. Dari geosinklin-geosinklin inilah kemudian lahir
rantaian pegunungan-pegunungan, karena gerak-gerak lipatan dan pengungkatan yang terjadi
pada palung-palung.
Geantiklin merupakan bentuk yang positif dari geosinklin. Bentuk-bentuk ini adalah
pengembungan kerak bumi yang telah meliputi daerah luas, dan contohnya adalah geantiklin
barisan yang merupakan tulang punggung dari pulau Sumatra dan geantiklin di jawa dan nusa
tenggara. Struktur geantiklin ini pulau jawa tidak seberapa jelas karena tertutup oleh hasil-hasil
bahan peledakan gunung api- gunung api muda.
Lipatan tanpa diastrophisma.
Jikalau batuan endapan dibentuk pada lereng-lereng dengan kemiringan-kemiringan
tertentu, maka ada kemungkinan bahwa batuan sedimen ini tidak akan stabil lagi letaknya, akan
tetapi akan melengser, lepas dari dasar tempat diendapkanya semula. Getaran yang mendadak
terjadi, seperti gempa bumi, juga dapat menimbulkan pelengseran pada batuan sedimen.
Pelengseran dalam air atau subakwatik biasanya berlaku pada sudut-sudut kemiringan yang lebih
besar dari 10
atau 15
akan tetapi dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan,
diketahui juga gerak-gerak lengser dan rajapan pada sudut-sudut yang kecil misalnya lapisan
tanah liat yang cair-liat dan lapisan tufa yang lebih keras.
Pelengseran-pelengseran mungkin juda terjadi pada bidang diskordansi, pada dasarnya
sedimen yang tidak stabil, akan tetapi biasanya gerak-gerak demikian terjadi sepanjang bidang
lapisan yang miring letaknya. Pada lapisan-lapisan yang tidak stabil biasanya terbentuk strukturstruktur lipatan dan sesaran yang tidak teratur. Sedangkan lapisan bawahnya yang lebih tetap,
tidakbegitu menunjukkan gejala-gejala perlipata. Dan kemudian di tutup kembali oleh lapisanlapisan yang lebih muda, maka akan terbentuk struktur-struktur yang dikenal debgan lipatan
antarformasi. Lipatan-lipatan juga dapat terjadi selama sedimentasi itu berjalan. Lipatan-lipatan
antarformasi yang disebabkan karena pelengseran dapat kita lihat pada sedimen-sedimen bersifat
cair-liat.
Disini batuan bersifat cair-liat terdiri dari tufa napal yang melengser diatas lapisanlapisan yang lebih keras terdiri dari breksi gunung api. Terbentuknya lipatan-lipatan tersebut
tidak disebabkan oleh gaya-gaya endogen atau gaya pembentukan pegunungan akan tetapi,
disebabkan oleh erosi yang telah mengeluarkan bahan-bahan tahanan ataupun kemiringankemiringan yang besar,yang disusul oleh pelengseran karena gaya gravitasi.
Gejala patahan
Pada umumnya batuan itu tidak merupakan massa yang padat dan homogen, akan tetapi
mengalami retah-retak dan celah-celah yang bermacam-macam ukurannya. Kerak bumi tidak
merupakan sesuatu monolit (bahasa yunani : monos = satu, lithos = batuan, monolit = batuan
yang padat dan tidak dipisahkan oleh bidang-bidang retak atau patahan) akan tetapi dapat kita
samakan dengan suatu mozaik terbagi-bagi dalam bagian yang dipisahkan dengan yang lain
bidang patahan.
Patahan dapat dibentuk oleh tekanan atau tarikan. Jika tekanan bekerja pada batuan yang
tidak bersifat cair-liat, maka batuan ini biasanya tidak akan melengkung akan tetapi segera patah.
Retakan dalam batuan sering terjadi tanpa dislokasi. Misalnya oleh pendinginan ataupun
pengerutan dari material yang dulu merupakan massa yang cair pijar.
Disklas atau patahan tanpa dislokasi
Gejala pembrntukan patahan tanpa dislokasi dapat kita lihat misalnya pada lumpur yang
kering, kita dapat melihat rekah kerut yang merupakan jaringan polygon, ataupun berbentuk
prisma. Gejala tersebut kita temukan pula pada batuan basalt, yang selama pendinginannya dari
massa yang cair pijar membentuk tiang basalt.
Retak polygon disebabkan oleh kontraksi selama pendinginan berjalan. Batuan beku
lainnya yang biasanya mengandung banyak diaklas ialah granit. Batuan granit misalnya
membentuk sistem diaklas yang teratur dan terletak tegak lurus yang satu dengan yang lain.
Dengan melakukan studi secara mendalam maka dapatlah kita bedakan diaklas berumur tua.
Diaklaas yang lebih muda terbentuk karena pengurangan voluma dari magma.
Dalam batuan sedimen kita temukan sistem diaklas yang terjadi sebagai reaksi atas gejala
tarikan, tekanan, torsi (tegang pilin) atau geseran. Pada tempat pelengkungan sebuah antiklin
misalnya, kita temukan diaklas yang terjadi oleh gaya tarikan. Diaklas dalam batuan sedimen
biasanya menimbulkan kesukaran dalam pengukuran karena terkadang susah sekali
dibedakannya dari bidang lapisan.
Dalam batuan metamorfosis juga kita temukan banyak sekali sistem retak atau diaklas.
Ini mudah sekali dipahami karena batuan metamorfosis telah mengalami deformasi hebat
misalnya gaya tekanan yang berjalan dengan sangat lama. Sifat dari diaklas batuan
metamorfosis, bisanya bergantung daripada sifat batuan tersebut. Terdapatnya diaklas itu
menguntungkan benar dalam penambangan batuan material untuk jalan, pemboran, pembuatan
terowongan.
Tanpa gejala retakan itu, maka tiap batuan harus seluruhnya dihancurkan dengan dinamit
ataupun bahan peledak lainnya. Diaklas juga dapat menimbulkan kesukaran, jika kita
menghendaki massa batuan yang agak besar.
Patahan
Perubahan posisi batuan sepanjang bidang patahan, berlaku pada waktu gerak itu berjalan
atau lama sesudah itu. Patahan merupakan gejala yang sangat umum pada batuan. Terlebih pada
batuan yang berlapis seperti batuan sedimen, gejala patahan dengan mudah dapat dilihat pada
batuan masif atau batuan yang sejenis gejala demikian agak susah dilihat. Patahan ini biasanya
mengganggu pekerjaan di tambang maka patahan juga disebut gangguan. Pada lapisan yang
mengandung minyak bumi, terdapat patahan dapat merupakan tempat konsentrasi minyak yang
mempunyai arti ekonomi yang penting. Sumber airtanah yang sering terjadi karena adanya
patahan. Air yang terdapat dalam lapian yang mengandung air, dapat terlepas keluar melalui
bidang patahan.
Gerakan patahan pada umunya hanya berlaku pada sebuah bidang akan tetapi pada suatu
daerah yang disebutzone patahan. Sistem patahan ini dapat membagi kerak bumi dalam
bongkah-bongkah dan ada pula yang menyerupai tangga yang sering disebut patahan jenjang.
Karena pergeseran yang terjadi selama gerak maka ada bidang patahan yang seperti diasah yang
disebut cermin gesekan.
Dalam zone patahan ditemukan batuan-batuan yang telah hancur, menyerupai tepung
disebut milonit. Milonit tersebut disebabkan oleh panas yang terjadi selama gesekan, dapat
mencair dan membentuk batuan yang menyerupai batuan vulkanik dengan struktur gelas yang
disebut pseudotachylit. Karena sebagian besar dari bidang patahan itu miring kita dapat
membedakan bagian atas dan bagian bawah dari sebuah patahan.
Dibagian atas ini yang seakan-akan bergerak ke atas maka akan berbentuk sesar naik.
Biasanya agak sukar menetapkan bagian mana yang naik dan bagian mana yang turun. Sebuah
sesar yang naik disebut sesar sungkup. Kalau bagian yang terletak diatas bidang patahan itu
seakan-akan menurun, maka akan terbentuk sesar turun atau sesar normal. Kalau jarak
pergeseran sangat kecil, sehingga belum terjadi patahan, maka akan terbentuk sebuah kedik yang
dinamakan fleksur.
Pada fleksur hubungan yang satu dengan bagian yang lain masih tetap utuh. Kalau gerakgerak ini akan bertambah besar maka akan terbentuk patahan. Dengan demikian maka fleksur
dapat beralih menjadi patahan.
Sesar mendatar
Sebuah patahan yang tegak lurus dengan pergeseran transversal mendatar dapat
memotong berkas lipatan suatu pegunungan. Sebuah punggung lipatan atau antiklin yang kita
ikuti pada suatu ketika akan beralih menjadi sinklin dan sebaliknya. Patahan transversal ialah
patahan yang memotong tegak lurus jarus lipatan, dapat pula merupakan patahan normal atau
sesar turun. Sesar mensatar yang besar ukurannya dengan jurus yang hampir sejajar dengan jurus
lipatan terdapat dimana-mana.
Horst dan Graben
Sebuah jalur batuan terletak antara dua bagian yang tinggi dan masing-masing dari
bagian tadi dipisahkan oleh bidang patahan, maka bagian ini disebutGraben atau traben.
Jalur batuan yang tinggi disebut Horst atau sembul. Sebuah pegunungan yang mengandung
banyak patahan disebut pegunungan patahan, hal ini akan dipertimbangkan dengan panjang
lebar dalam bagian mengenai dinamika endogen.
Ilmu Bentuk Batuan Beku
Bentuk yang tertentu dari batuan beku dapat kita pelajari dalam pegunungan-pegunungan
dimana batuan-batuan ini telah diangkat oleh gaya pembentukan pegunungan ataupun dilembahlembah serta darab-darab yang curam dan dalam, karena tempat-tempat inilah yang merupakan
penorehan sungai-sungai yang terdalam. Susunan magma adalah hal yang penting dalam
pembentukan berbagai macam bangunan ini. Magma basa yang cair setelah beku, memberi
bentuk yang lain daripada magma asam. Dalam garis besar kita kenal dua bentuk besar ialah
bentuk-bentuk ekstrusi dan bentuk-bentuk intrusi.
Bentuk-bentuk Ekstrusi
Bentuk-bentuk ekstusi ialah bentuk-bentuk yang dibangun oleh magma ketika mencapai
permukaan bumi. Magma yang telah mencapai bumi disebut lava. Jika lava itu cair, maka lava
itu dapat menyebar dengan luas, sedangkan lava yang kental mempunyai penyebaran yang
terbatas.
Lava yang cair biasanya membentuk lapisan-lapisan lava tebal dan luas yang dikenal
dengan nama plateu basalt (basalt datartinggi). Kerucut-kerucut gunungapi terjadi oleh
penumpukan material-material lepas dan lava, dan bentuk-bentuk demikian disebut gunung api
strato. Jika sebuah gunung hanya menghasilkan lava maka biasanya bangunan yang dibentuknya
mempunyai bentuk perisai dan dinamakan gunung api perisai atau aspit.
Bentuk-bentuk Intrusi
Magma yang sedang naik menuju permukaan bumi, sering tidak sampai ke atas akan
tetapi membeku dalam bumi. Batuan sekelilingnya biasanya diterobos, dimasuki ataupun diubah.
Magma yang cair biasanya menyelip diantara lapisan-lapisan sedimen dan membentuk apa yang
dinamakan pipih intrusi. Bentuk demikian letaknya sejajar dengan sedimen diatas atau
dibawahnya.
Magma yang kental biasanya tidak membentuk lempeng intrusi tetapi mendorong batuan
yang terletak diatasnya, sehingga terjadilah struktur kubah. Bentuk batuan demikian yang disebut
lakolit terletak juga dengan batuan kelilingnya. Dalam antiklin serta sinkrin biasanya juga
terdapat bentuk-bentuk batuan beku yang konkordan dan mereka ini dinamakan phakolit. Intrusiintrusi yang konkordan dengan sedimen sekelilingnya dan berbentuk piring disebut lopolit.
Disamping bentuk-bentuk konkordan ini kita kenal pula bentuk-bentuk diskordan yang
masuk dan memotong batuan sampingnya. Contihnya ialah gang-gang radial diisi oleh magma
yang terdapat dalam badan-badan gunung api. Gang-gang kecil yang tidak teratur dan berasal
dari badan-badan batuan beku yang lebar besar, terkenal dengan nama apophyse.
Intrusi Gelang dan gang berbentuk corot
Intrusi gelang adalah pluton-pluton (batuan dalam) yang berbentuk silinder ataupun
kerucut. Badan-badan demikian ditemukan pula dalam bentuk konsentrik. Biasanya batuan yang
terdapat dalam bentuk-bentuk ini adalah batuan berbutir kasar. Terjadinya intrusi gelang dan
gang corot menurut beberapa ahli disebabkan oleh gaya-gaya menerobos dari magma, dan
pengunduran magma itu kembali ke dalam bumi.
Batolit
Badan-badan batuan yang disebut batolit adalah bentuk-bentuk intrusi diskordan yang
tidak mempunyai dasar. Badan-badan demikian biasanya terdapat dalam inti pegununganpegunungan rantai dan biasanya mengikuti jurusan utama dari struktur daerah pegunugan itu.
Bagian atas atau atap dari batolit biasanya dapat dikenal pada sisa-sisa batuan sedimen
yang seakan-akan tergantung dan gejala demikian menurut istilah geologi disebut roof pendants.
Terbentuknya batolit biasanaya bersamaan jalannya dengan pembentukan pegunungan. Bagian
atas dari batolit mempunyai bentuk kubah yang tak teratur dan dinding samping dari batuan ini
biasanya curam sekali. Massa batuan demikian mempunyai penyebaran luas ke bawah dan ke
samping, akan tetapi dasarnya tidak pernah nampak. Susunan batuan ini biasanya bersifat granit
atau granodiorit.
Cara bagaimana batolit itu terbentuk, tidak kita ketahui dengan pasti. Anggapan lama
mengatakan bahwa batolit terjadi karena pengisian tempat-tempat kosong (vacuum) dalam kerak
bumi. Vacuum ini terjadi disebabkan oleh proses-proses perlipatan dan penyesaran.
Batolit memang umumnya mengikuti bidang-bidang yang lemah dalam kerak bumi. Sebuah
teori menerangkan terjadinya batolit dengan jalan magmatic stoping. Batuan-batuan yang
terdapat pada bagian atap dari batolit akan pecah belah oleh ekspansi panas, dan kerataankerataan batuan ini akan dipisahkan satu dengan yang lain oleh peresapan gas-gas dan lidahlidah magma yang memasuki retak-retak kulitbumi. Bongkah-bongkah batuan ini kemudian akan
tenggelam ke dalam magma.
Proses yang dikemukakan diatas juga mengandung beberapa keberatan. Jika magma yang
biasanya bersifat granit itu naik ke atas bumi, maka kadang-kadang magma itu dapat tembus
mencapai permukaan bumi dan membentuk gunung api yang menghasilkan batuan riolit ataupun
obsidian. Sebagian besar ahli dalam hal ini menganggap, bahwa pada hakekatnya batuab asal itu
masih ada pada tempatnya sebagai semula, batuan itu berubah menjadi batuan yang menyerupai
granit. Batuan-batuan asal itu tidak dimasuki oleh magma itu sendiri akan tetapi oleh gas-gas dan
larutan-larutan cair. Material ini memasuki batuan samping tadi, mengubah susunan batuannya
oleh penambahan material-material dan pengurangan bahan-bahan yang ada, sehingga
terbentuknya batuan yang bersifat granit