Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang
dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau
dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa,
atau kalimat.

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar,


kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang
merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan.
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan
baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir
(sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar
yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata
majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk
suatu arti baru.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ada 2 devinisi dari kata.
Pertama, pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di
gunakan dalam berbahasa. Pengertian kata juga sebanding dengan pengertian
ujar atau bicara. Kedua, kata adalah sederetan huruf yang diapit dua spasi
dan mempunyai arti. Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 1994:163), kata

1
adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form). Contoh kata : kumbang,
hinggap, dan bunga.

Jika ditinjau dari segi bahasa, pengertian kata adalah morfem atau kombinasi
morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Atau dengan definisi lain, sebuah
satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal
(misalnya gelas, handuk, gembira) atau gabungan morfem (misalnya
pendatang, pembuat, Maha kuasa)

Menurut Ramlan, morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang


membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-peruahan bentuk kata terhadap golongan kata dan arti
kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1978: 19).

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah


bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul
serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga
menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara
struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat
terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Morfologi merupakan salah satu kajian linguistik yang membahas masalah


berbahasa, terdapat berbagai bagian-bagian yang dikaji. Karena dalam
bahasa terdapat sub-sub yang membedakan jenis bahasa. Dari sini muncul
gagasan untuk lebih memfokuskan pada bahasan masalah dalam kajian
morfologi yaitu tentang afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kata?


2. Apa yang dimaksud dengan kata dasar ?
3. Apa yang dimaksud dengan kata turunan, imbuhan ?
4. Apa yang dimaksud dengan kata pengulangan atau reduplikasi beserta
penggolonganya ?
5. Apa yang dimaksud dengan kata pemajemukan ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah kali ini yaitu untuk :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata dasar
3. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kata
turunan, imbuhan
4. Untuk mengetahi dan memahami apa yang dimaksud dengan kata
pengulangan atau reduplikasi beserta penggolonganya
5. Untuk mengetahi dan Apa yang dimaksud dengan kata pemajemukan

BAB II

PEMBAHASAN

3
2.1 Pengertian Kata

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat
berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan
beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi : kata dasar, kata turunan,
kata ulang, dan kata majemuk.

2.2 Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar pembentukkan atau dapat
diartikan sebagai kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar
adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan terutama
karena mendapat imbuhan, perulangan, dan persenyawaan artinya kata dasar
menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau kata jadian, kata ulang, dan
kata majemuk.

Ciri-ciri kata dasar:

1. Di dalam kata dasar tidak terdapat imbuhan

2. Tidak terdapat kata dasar lain

3. Tidak dapat perulangan kata

4. Tidak dapat persenyawaan kata

Jenis-jenis kata dasar :

4
1. Kata dasar bersuku satu: teh, wah

2. Kata dasar bersuku dua: mata, tiga

3. Kata dasar bersuku tiga: telinga, kemiri

4. Kata dasar bersuku empat: halilintar

5. Kata dasar bersuku lima: Indonesia

6. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, kupu-kupu

Urutan-urutan kata dasar :

1. Suku kata : matama ta

sampansam pan

2. Akar kata : suk masuk

rakderak

Contoh kalimat :

1. Ayah percaya bahwa diriku tahu

2. Buku itu sangat tebal

2. Kantor pos penuh sesak

2.3 Kata Turunan

5
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata kata
yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal,bermain,berkelahi,bercanda,catatan,gemetar ,dan lain lain.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan, sisipan
dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

2.3.1 Pengertian Imbuhan (Afiks) dan Afiksasi

Afiks ialah satuan gramatik terikat yang bukan merupakan bentuk


dasar, tidak mempunyai makna leksikal, dan hanya mempunyai
makna gramatikal, serta dapat dilekatkan pada bentuk asal atau
bentuk dasar untuk membentuk bentuk dasar dan atau kata baru.
Sebagai contoh, satuan gramatik {meN-}, {di-}, {ter-}, {ke-an}, {se-
nya}, {memper-}, {memper-i}, {ber-an} dan sebagainya. Karena
satuan-satuan gramatik ini merupakan bentuk terikat dan tidak
mempunyai makna leksikal dan hanya akan mempunyai makna
gramatikal setelah digabung dengan satuan gramatik lain.

Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain


akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana, 1993). Dasar
yang dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik
sederhana maupun kompleks yang dapat diberi afiks apapun
(Samsuri, 1988).

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan


afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses
penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses
pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

6
Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan
kata dan dalam linguistik, afiksasi bukan merupakan pokok kata
melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli
bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang
dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards,
1992).

Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan


kata, hal tersebut terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa
bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses dalam
pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan
atau menambahkan unsur selainnya. Menurut A. Chaer, afiksasi
adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik
berkategori verba, berkategori nomina maupun berkategori ajektiva.
Dalam hal ini akan dibahas afiksasi berkategori verba.

Dari penjelasan-penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa afiksasi


adalah penggabungan antara morfem-morfem untuk membentuk kata
baru dan menghasilkan makna gramatikal yang baru yaitu dengan
menempelkan atau menambahkan unsur selainnya.

Ciri-ciri kata berimbuhan adalah :

1. Memilliki makna gramatikal atau makna gramatis


2. Polimorfemis atau memiliki atau terdiri lebih dari satu morfem dan
salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks
3. Terjadinya perubahan kelas kata

2.3.2 Jenis-Jenis Afiksasi

1. Awalan ( Perfiks)

7
Prefiks adalah proses pembentukan kata dengan cara menambahkan
afiks pada bentuk dasar dan melekatkannya di depan bentuk dasar.
Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah:
me-, ber-, ke-, di-, pe-, ter- adapun -, se-, meN-, pra-, peN-, per-, a-,
dan lain sebagainya. Contoh Kalimat : Ani menyapu pekarangan
rumahnya dengan sapu lidi. Kata dasar sapu memiliki makna sebagai
kata benda, setelah mendapat awalan me -, maka berubah menjadi
menyapu yang berarti kegiatan membersihkan.

Contoh kata ber-prefiks :

a) Di + bantu menjadi : dibantu


b) Ter + jatuh menjadi : terjatuh
c) Ke + tujuh menjadi : ketujuh
d) Se + kalian menjadi : sekalian
e) Men + tangis menjadi : menangis
f) Pra + sejarah menjadi : prasejarah

2. Akhiran (Sufiks)

Sufiks adalah proses pembentukan kata dengan cara menambahkan


atau menempelkan atau melekatakan afiks di belakang bentuk dasar
sehingga menimbulkan makna gramatikal atau gramatis. Seperti kita
ketahui dalam penggunaan kata baik dalam percakapan maupun
tulisan kita harus menggunakan kata-kata yang benar dan sesuai
dengan EYD. Akhiran merupakan imbuhan yang dibubuhkan di akhir
kata. Contoh akhiran antara lain kan, -i, dan an.

Akhiran an

Akhiran an memiliki makna :

8
a. Menyatakan alat . Contoh : ayunan, timbangan
b. Menyatakan tempat. Contoh : belokan, tikungan, pangkalan
c. Menyatakan sesuatu yang di. Contoh : tulisan, catatan
d. Menyatakan hal atau cara. Contoh : asuhan, bujukan
e. Menyatakan akibat atau hasil perbuatan. Contoh :
guntingan,kudapan
f. Menyatakan mempunyai sifat. Contoh : manisan
g. Menyatakan seluruh atau kumpulan. Contoh : lautan, luapan
h. Menyatakan menyerupai. Contoh : rumah-rumahan, mobil-
mobilan, kuda-kudaan
i. Menyatakan tiap-tiap . Contoh : satuan, harian, mingguan,
bulanan, tahunan

Akhiran kan dan i

Akhiran kan dan i berfungsi untuk membentuk pokok kata.


Contoh : tuliskan, bacakan, belikan, bayarkan, jauhi, hindari. Kata-
kata tersebut bukan kata mandiri namun merupakan pokok kata,
karena masih memerlukan imbuhan lain yang melengkapinya. Kata-
kata, seperti bacakan, belikan, bayarkan, tuliskan, jauhi, dan hindari
tidak bisa digunakan dalam kalimat normal, karena kata-kata tersebut
belum bisa digunakan sebagai kata mandiri.

Contoh kalimat yang tidak mungkin digunakan sebagai kata normal


( kita tidak mungkin menggunakan kalimat berikut ini ) :

1. Saya tuliskan buku terjemahan ini.

2. Dia jauhi semua teman-temannya.

Hanya dalam kalimat perintah, kata-kata tersebut dapat digunakan,


antara lain:

1. Coba kamu tukiskan isi buku ini di papan tulis!

2. Jauhi semua teman-temanmu!

9
Dengan ditambahi awalan men(N)-, di-, dan ter- pokok kata tersebut
dapat membentuk suatu kata.

Makna akhiran kan

Secara umum akhiran kan mengandung arti perintah. Contoh :


Tunjukan semua hasil pekerjaanmu! Namun pada kata kerja aktif
intransitif (kata kerja yang membutuhkan objek) dapat mengandung
makna sebagai berikut :

a. Menyatakan menganggap sebagai. Contoh : menganak-


emaskan, mengagungkan, mendewakan
b. Menyatakan membuat jadi. Contoh : meningkatkan,
merendahkan, dibersihkan
c. Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan. Contoh :
merobekkan kertas, mengunuskan pedang
d. Menyatakan perbuatan untuk orang lain. Contoh : dibawakan,
menyajikan, membawakan
e. Mengantar objek sebagai pengganti kata depan. Contoh :
bertahtahkan, beratapkan, beralaskan
f. Mentransitifkan kata kerja intransitif. Contoh : Sinar mentari
pagi memantul ke dinding. Menjadi, Kaca itu memantulkan
sinar mentari pagi ke dinding
g. Menyebabkan sesuatu melakukan tindakan. Contoh :
mengoperasikan,

3. Sisipan ( Infiks)

Infiks adalah proses pembentukan kata dengan cara menyisipkan


afiks ke dalam bentuk dasar. Seperti yang kita ketahui ada beberapa
kata yang sepertinya mirip namun berbeda makna namun seperti
berasal dari bentuk dasar yang sama. Seperti contohnya gerigi dan
gigi, tunjuk dan telunjuk, dan lain sebagainya. Contoh dari infiks

10
adalah er-, -el-, -em-. Memang untuk infiks afiks yang ditemukan
masih belum sebanyak prefiks dan sufiks. Adapun infiks in- dalam
kata kinerja. Namun dalam penggunaannya, afiks in- sering
dijumpai dalam kata dalam bahasa Jawa. Sehingga infiks in-
sebenarnya adalah afiks namun karena dalam konteks bahasa
Indonesia infiks in- belum bisa melekat pada bahasa Indonesia.
Sehingga Bahasa Indonesia menyerap secara utuh kata kinerja dari
Bahasa Jawa.

Proses pembentukanya: infiks + bentuk dasar kata

infiks -el- + tunjuk = telunjuk

infiks -em-+ getar = gemetar

infiks -er- + gigi = gerigi

2.4 Pengulangan / Reduplikasi

Perulangan atau reduplikasi adalah proses pengulangan kata atau unsur


kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan
utuh maupun sebagian. Contohnya adalah "kuda-kuda", "lelaki", "sayur-
mayur" dan sebagainya. Dalam bahasa Melayu dikenal reduplikasi berikut:

a. Reduplikasi Fonologis yaitu pengulangan fonem tanpa terlalu banyak


mengubah arti dasar
b. Reduplikasi Morfologis yaitu pengulangan morfem, misalnya: papa,
mama
c. Reduplikasi Sintaktis yaitu pengulangan morfem yang menghasilkan
klausa, contoh : "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya
"walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
d. Reduplikasi Gramatikal yaitu pengulangan fungsional dari bentuk dasar
yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis

11
e. Reduplikasi Idiomatis yaitu atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan
kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen
rahasia. Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang
f. Reduplikasi Non-Idiomatis yaitu pengulangan kata dasar yang tidak
mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"

Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat


kelompok yaitu :
1. perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
2. perulangan salin suara, contoh: warna-warni
3. perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
4. perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan

Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut:

a. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda),


contoh: meja-meja
b. Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-
balik
c. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses),
contoh: melihat-lihat
d. Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang, contoh: kupu-kupu
e. Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan

2.4.1 Penggolongan Kata Ulang Berdasarkan Bentuknya

1.Dwipurwa (kata ulang sebagian)

Kata ulang sebagian adalah proses pengulangan yang terjadi pada


sebagian kata biasanya terjadi pada bagian awal kata. Contoh:
Tetangga, Tetua, Lelaki, Sesaji, Leluhur, Dedaunan, Pepohonan,
Rerumputan, Bebatuan, Tetangga, Leluasa, Pegunungan. Contoh
kalimat :

12
1. Tetua adat menyuruh semua orang untuk menjaga pepohonan
di dalam hutan.
2. Rerumputan di pegunungan itu mati karena kemarau panjang
yang terjadi.

2. Dwilingga (Kata ulang utuh atau penuh)

Reduplikasi pada kata ulang utuh ini terjadi pada semua atau
keseluruhan kata.
Contoh: Anak-anak, Ibu-ibu, bapak-bapak, rumah-rumah, macam-
macam, tinggi-tinggi, kata-kata, sama-sama, dan lain-lain.
Contoh kalimat:
Anak-anak bermain dengan riang gembira bersama orang tuanya.
Pepohonan yang ada di hutan itu tinggi-tinggi dan besar-besar semua.

3. Kata ulang berubah bunyi

Reduplikasi bentuk ini terjadi pengulangan bunyi pada unsur pertama


maupun unsur kedua dalam kalimat. Contoh: Gerak-gerik, sayur-
mayur, warna-warni, teka-teki, sayur-mayur, utak-atik, serba-serbi,
gotong-royong, lauk-pauk, dan lain-lain. Contoh kalimat:
1. Gerak-gerik pria misterius itu harus diwaspadai.
2. Makanlah makanan sehat seperti sayur-mayur dan lauk-pauk.

4. Kata ulang berimbuhan

Pengulangan kata ulang berimbuhan terjadi dengan menambahkan


imbuhan pada unsur kata pertama atau unsur kata kedua. Contoh:
Tarik-menarik, bermain-main, bersenang-senang, melihat-lihat,
berandai-andai, bersiap-siap, rumah-rumahan, batu-batuan, bermaaf-
maafan, tukar-menukar, sapa-menyapa, pukul-memukul, dan lain-
lain.

13
Contoh:
1. Setelah terjadi tarik-menarik kedua kelompok remaja itu bermaaf-
maafan.
2. Budi melihat-lihat rumah-rumahan yang terbuat dari lilin.

5. Kata ulang semu

Reduplikasi pada kata ulang semu terjadi pada kata dasar yang
sebenarnya bukan hasil reduplikasi itu sendiri. Perbedaan dengan kata
ulang utuh adalah kata yang direduplikasi tidak akan memiliki makna
jika dipisah. Contoh: Laba-laba, kura-kura, undur-undur, orong-
orong, empek-empek, kupu-kupu, ubur-ubur, pura-pura, cumi-cumi,
ubun-ubun, dan lain-lain.
Contoh kalimat:
Budi sangat takut akan laba-laba, dan kura-kura.
Kupu-kupu terbang dengan sangat cantik.

2.5 Kata Majemuk

Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan


dua buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. Sedangkan, pengertian
proses pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang
menyatakan bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata

penulisan melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan


kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus.

Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


pemajemukan kata adalah proses penggabungan kata dengan kata, kata
dengan pokok kata, atau pokok kata dengan pokok kata yang menghasilkan

14
makna baru secara khusus. Penggabungan kata dengan kata misalnya pada
kata rumah sakit. Kata dengan pokok kata misalnya pada kata pasukan
tempur.

Dan penggabungan pokok kata dengan pokok kata misalnya pada


kata jual beli. Pokok kata adalah satuan yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa, dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas. Contoh
pokok kata misalnya juang, temu, alir, sandar, baca, ambil, jabat, main,
rangkak dan masih banyak lagi (Ramlan 2009;31). Hasil dari proses
pemajemukan kata disebut kata majemuk atau kompositum. Kata majemuk
adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu
pengertian baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi
gabungan kata itu secara bersama-sama membentuk suatu makna atau arti
baru.

2.5.1 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Cara Penulisannya

a. Kata Majemuk senyawa


Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya
dirangkaikan. seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru.
Misalnya: matahari. hulubalang. bumiputra

b.Kata majemuk tak-senyawa


Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara morfem
-morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis
kucing. cerdik pandai

2.5.2 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala


Pembentuknya

Berdasarkan kelas kata pembentuknya. kata majemuk dapat


dibedakan atas:
a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda

15
Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan
b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja
Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan
c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat tinggi
d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda

Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras kepala


e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga

f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja


Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi

g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat


Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.

2.5.3 . Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata


Pembentuknya Ditinjau dari Segi Hubungannya.

Kata majemuk dapat dibedakan atas:

1. Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan awalan


(prefiks). seperti: pra-sarana. prasejarah. tanadil
2. Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal
kata. seperti: rumah sakit. kapal udara. meja belajar
3. Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal
kata. seperti: maha-siswa, bumiputra. purbakala
4. Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai
hubungan sederajat dengan morfem keduanya. seperti naik
turun. besar kecil. pulang pergi, sanak saudar

2.5.4 Contoh-Contoh Kata Majemuk

1. Kalimat majemuk setara

16
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan
tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.

Contoh:

a. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.

b. Dia sangat baik hati dan suka menolong.

2. Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis


hubungan semantis antara klausa yang membentuknya.

Contoh: Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar


besok pagi dapat mengumpulkannya.

3. Kalimat majemuk campuran

Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang


sederajat dan ada yang bertingkat. Contoh: Setelah saya bangun tidur,
saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke sekolah.

2.5.5 Ciri-ciri Kata Majemuk

Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:

1. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.


2. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat,
yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-
bagiannya.
3. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
4. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk
menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang
dapat berdiri sendiri. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan
menjadi : kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.masing-
masing jenis memiliki fungsi dan pemahaman yang berbeda-beda.

2. Afiksasi yaitu bentuk (atau morfem: Morfem, adalah satuan bentuk terkecil
dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi
satuan yang lebih kecil lagi.) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata
disebut afiks atau imbuhan. Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan
pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk
kompleks, untuk membentuk kata.

18
3. Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun
sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak.

4. Penggabungan atau Pemajemukan adalah Proses pembentukan kata dari dua


morfem bermakna leksikal.

3.2 Saran

Setelah mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan Bahasa Indonesia,


sebaiknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan dengan menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsana,Gunawan.2008.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan.Yogyakarta : Indonesia Tera

Suyanto,Edi.2011.Membina,Memelihara,dan Menggunakan BAHASA


INDONESIA SECARA BENAR.Yogyakarta:Ardana Media

http://rikihidayathidayat.blogspot.co.id/2012/01/tata-kata-bahasa-
indonesia.html#close

http://dedeheripramono.blogspot.co.id/2015/10/proses-morfologis-pemajemukan-
kata.html

http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-morfem-
jenis-jenisnya-dan.html

19
20

Anda mungkin juga menyukai