I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan kecepatan
sedimentasi suatu suspensi.
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat
Timbangan analitis
Senter
Pengaduk
Penggaris
Stopwatch/arloji
3.1.2. Bahan
-
Bubuk jagung
Aquadest
Masukkan suspensi dalam gelas ukur sampai tinggi suspensi dalam gelas ukur
pada 1000 ml
Aduk suspensi
Waktu (menit/detik)
Perubahan Tinggi Batasan (cm)
0
24
0,3
23
0,8
22
1,4
21
1,7
20
2,4
19
2,8
18
3,1
17
3,4
16
3,9
15
5,1
14
5,9
13
6,8
12
7,5
11
9,4
10
10,5
9
11,6
8
13,3
7
14,6
6
16,8
5
18,0
4
20,1
3
25,9
2
28,0
1
30,2
0
Variabel
Harga
Berat padatan
30 gram
Berat air/volume air
475 ml
Volume padatan + air
490 ml
Volume padatan dalam air
15 ml
Ps = 2000 kg/m3
G = 10 m/s2
Vt = 0,083 m/s
Nre = 33,49
Nre > 1
turbulen
Vt = 2,5
turbulen
C. Berdasarkan Pengamatan
-
Vt = 0,91 m/s
4.3. Grafik
Waktu (s)
turbulen
11
9.4
10
10.5
9
11.6
8
13.3
7
14.6
6
16.8
5
18
4
20.1
3
25.9
2
28
1
30.2
0
V. PEMBAHASAN
Salah satu cara pemisahan antar dua komponen atau lebih yang dilakukan
dengan cara mekanis yaitu dengan sedimentasi (pengendapan). Sedimentasi
adalah pemisahan antar komponen atau partikel berdasarkan perbedaan
densitasnya melalui suatu medium alir. Secara visual dapat juga dikatakan
bahwa sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi, yaitu
fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang
lebih tinggi.
Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah bubuk jagung yang
tujuannya untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi jagung
tersebut. Kemudian bubuk jagung sebanyak 30 gram dimasukkan kedalam gelas
ukur 1000 ml yang berisi air. Setelah bubuk jagung dimasukkan kedalam gelas
ukur + air, selanjutnya dilakukan pengadukan sampai merata. Suspensi yang
terbentuk diamati pengendapannya dengan mencatat penurunan tinggi batas
beningan dengan slurry pada interval 1 cm. Semakin lama proses
sedimentasinya, maka akan semakin baik pemisahannya. Secara visual, proses
sedimentasi menyebabkan terjadinya pemisahan suspensi menjadi dua fraksi,
yaitu fraksi supernatan (fraksi jernih) dan fraksi keruh/padat (slurry). Pada proses
sedimentasi, gaya yang digunakan partikel bahan ketika jatuh adalah gaya
eksternal, dimana gaya tersebut menyebabkan adanya pergerakan dari partikelpartikel bahan. Disamping gaya eksternal, juga terdapat gaya dorong yang
berfungsi untuk menahan gerakan atau gessekan yang muncul saat bahan
bersentuhan dengan air.
Dalam sedimentasi, untuk mengetahui kecepatan pengendapan dari partikel
bahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari hukum Stokes/dapat
diperkirakan dengan pendekatan matematis, tergantung dari kondisi partikel
tersebut. Kondisi gerakan partikel ada dua, yaitu gerak jatuh bebas (free settling)
dan hindered settling. Hindered settling merupakan gerak partikel padat pada
konsentrasi yang tinggi, sehingga antar partikel yang satu dengan yang lain
sangat rapat dan saling bertumbukan. Untuk menentukan kecepatan jatuhnya
partikel tidak dapat menggunakan hukum Stokes karena hasil yang diperoleh
nantinya akan lebih besar daripada hasil pengamatan yang sesungguhnya.
Hukum Stokes digunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi pada
partikel jatuh bebas dalam memperkirakan kecepatan jatuh partikel padat yang
tidak porous dan non compresible dan melalui media yang juga non
compresibble dalam aliran yang laminair. Sedangkan pada daerah yang turbulen,
kecepatan jatuh atau naiknya partikel padat berbanding langsung dengan akar
dari diameternya. Pada proses sedimentasi terjadi gerakan browning yang
merupakan gerak partikell yang lurus dan terputus-putus, yang terjadi adanya
tumbukan antar partikel dalam medium alir.
Dalam proses sedimentasi (pengendapan) terdapat tiga gaya yang dapat
mempengaruhi gerak jatuhnya partikel bahan, yaitu gaya gravitasi, gaya apung
dan gaya gesek. Gaya gravitasi menyebabkan suspensi jatuh bebas, dimana
semakin besar gaya tersebut, maka pengendapan partikel bahan semakin cepat.
Untuk gaya apung berhubungan dengan berat bahan, dimana semakin ringan
partikel bahan, maka gaya apungnya semakin besar dan pengendapannya
semakin lama. Sedangkan pada gaya gesek partikel, partikel yang mempunyai
bentuk yang kasar akan semakin memperbesar nilai hambatan partikel untuk
mengendap. Ketiga gaya tersebut, selain mempengaruhi kecepatan pengendapn
juga dapat mempengaruhi gerak dari aliran medium alir yang digunakan dalam
proses sedimentasi. Gerak aliran terdiri dari dua macam, yaitu gerak laminair
dan gerak turbulen. Aliran laminair adalah aliran yang terjadi jika unsur-unsur zat
cair yang terpisah bergerak dalam aliran atau alur yang lurus dan beraturan,
sedangkan aliran turbulen merupakan aliran yang terjadi karena gerakan yang
berputar dan tidak beraturan.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai yang berbeda dari secara teoritis
dengan pengamatan. Perhitungan secara teoritis terjadi dalam hindered settling
dengan nilai NRelebih besar dari 1 (33,49), dan nilai Vt-nya sebesar 0,083 m/s,
maka terbentuklah aliran turbulen, sehingga kecepatan sedimentasinya
berbanding lurus dengan akar diameternya. Perhitungan dilanjutkan dengan Trial
and Error dan diperoleh nilai NRe sebesar 1008,8 dan Vt sebesar 2,5 m/s dan
menunjukkan terbentuk aliran turbulen. Sedangkan untuk perhitungan
berdasarkan pengamatan grafik diperoleh nilai Vt sebesar 0,91 m/s dan nilai NRe
sebesar 367,21 yang menunjukkan terbentuknya aliran turbulen. Dari
perbandingan tersebut diperoleh perbedaan nilai NRe dan Vt yang sangat jauh.
Hal ini kemungkinan dikarenakan penentuan titik pada kurva ataupun grafik
yang kurang tepat.
6.1. Kesimpulan
Dari hasill pengamatan dan perhitungan serta pembahasan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
a. Sedimentasi merupakan proses pemisahan antar komponen atau partikel
berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir.
b. Dua macam fraksi pemisahan suspensi, yaitu fraksi supernatan (fraksi
jernih) dan fraksi padat (slurry).
c.
Gerakan jatuh partikel pada sedimentasi ada dua, yaitu free settling dan
hindered settling.
d. Tiga gaya partikel jatuh bebas pada sedimentasi, yaitu gaya gravitasi, gaya
apung dan gaya gesek.
e. Perhitungan secara teoritis terjadi dalam kondisi hindered settling,
berbentuk aliran turbulen dengan nilai Nre > 1 yaitu sebesar 33,49 dan nilai Vt
sebesar 0,083 m/s.
f.
Pada Trial and Error juga didapatkan aliran berbentuk turbulen dengan nilai
Nre > 1.
g. Pada perhitungan berdasar pengamatan diperoleh nilai Nre > 1, yaitu
sebesar 367,21 yang juga terbentuk aliran turbulen dan nilai Vt-nya sebesar 0,91
m/s.
h. Perbedaan nilai dari kedua perhitungan (teoritis dan pengamatan)
disebabkan karena penentuan titik pada grafik maupun kurva yang kurang tepat.
6.2. Saran
Sebaiknya bahan yang digunakan lebih dari satu macam, sehingga antar bahan
yang satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan kecepatan sedimentasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Bogor : PT Sastra
Hudaya
Gould, W.A. 1996. Unit Operation for The Food Industries. USA : LT I Publilcations,
INC