PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang
dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai
dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mengarah
pada upaya pembentukan manusia yang tanggap terhadap lingkungan dan peka
terhadap perubahan. Disamping itu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan
potensi siswa sebagai subjek pembelajaran. Maka pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup manusia sehingga perlu
dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mencapai
tujuan pendidikan secara umum.
Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan yang telah lama dilakukan
pemerintah adalah dengan mengadakan perombakan dan pembaharuan kurikulum
secara berkesinambungan. Perombakan dan pembaharuan ini dilakukan oleh
pemrintah dengan cara mengadakan perubahan kurikulum, mulai dari kurikulum
1968 sampai kurikulum 2004. Kurikulum yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah pada tahun 2006-2012 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) . Kurikulum ini merupakan kurikulum penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini merupakan kurikulum operasional yang
pengembangannya diserahkan kepada masing-masing daerah dan satuan pendidikan.
Kurikulum ini berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya . Selain itu, pada tahun 2013 pemerintah juga
sedang mengembangkan kurikulum 2013.
dengan
mengangkat
judul
Pengaruh
Penggunaan
Model
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Kimia
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
6
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting
dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar
tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di
museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching &
Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan
bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan
yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat
diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat
diamati.
Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman. Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
7
adalah
pemberdayaan
potensi
peserta
didik
menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Pembelajaran kimia menekankan pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
(Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan
baik dengan adanya interaksi pembelajaran yang menarik antara guru dan siswa.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran,
serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja,
media dan lain-lain.
Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian
ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa
dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia
di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah.
2.
3.
4.
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
dengan
3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
sebagai bagian dari isi kurikulum.
5. Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswa dan menambahkan tingkat
partisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah menemukan berbagai solusi pemecahan.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Sedangkan karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan dibawah
ini.
a.
Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang
memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberikan konribusi terhadap keberhasilan
kelompok.
b.
dilaksanakan
sesuai
dengan
perencanaan,
melalui
langkah-langkah
14
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian diparktikan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian,
siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain. siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan
kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman lain.
2.3 Learning Together (LT)
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari
Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran
kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
15
Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok
yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan
lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan
pada empat unsur yakni :
(1) Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima siswa.
(2) Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
(3) Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai materinya.
(4) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan
terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode
Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal
pembangunan
kelompok
dan
menilai
sendiri
kinerja
kelompok,
dan
16
(2)
menyelesaikannya.
(4)
(5)
17
1. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi
oleh guru.
2. Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama
(learning together).
3. Siswa dilatih untuk
berani
dan
percaya
diri
karena
harus
tampil
menggunakan pendekatan
18
termotivasi untuk belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2010)
menjelaskan bahwa media kartu pintar dapat meningkatkan kemampuan kogintif
siswa.
Sedangkan kartu soal merupakan kartu yang berisi soal-soal yang harus
dijawab oleh siswa. Dengan adanya kartu soal, siswa dilatih untuk mengerjakan
latihan-latihan soal sambil berdiskusi dengan kelompoknya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disajikan oleh guru. Selain itu
hasil penelitian Ritonga dan Agustin (2009) yang menyatakan bahwa penerapan
media kartu soal pada pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prose
pembelajaran pada siswa kelas XI IPS khusunya pada materi Statiska pada tahun
pelajaran 2008/2009.
2.5 Uraian Materi Hidrokarbon
19
Atom karbon memiliki empat electron pada kulit terluarnya, sehingga untuk
mencapai susunan electron yang stabil seperti susunan electron gas mulia
memerlukan empat electron lagi. Dengan demikian, setiap atom karbon dapat
membentuk empat ikatan kovalen dengan atom lain. Kekhasan atom karbon
adalah kemampuan atom karbon ini untuk berikatan dengan atom karbon
lainnya.
Isomer
Keisomeran terdiri atas keisomeran struktur dan keisomeran ruang. Keisomeran
struktur yaitu senyawa hidrokarbon yang rumus molekulnya sama tetapi rumus
strukturnya berbeda. Sedangkan keisomeran ruang yaitu senyawa hidrokarbon
yang mempunyai rumus molekul sama, gugus sama, tetapi susunan gugus dalam
ruang berbeda.
Contoh isomer struktur :
20
Hidrokaron tak jenuh yaitu hidrokarbon yang ikatan antara atom karbonnya
rangkap dua atau rangkap tiga, misalnya alkena dan alkuna.
21
Pada reaksi senyawa karbon akan terjadi pemutusan ikatan rantai karbon
atau ikatan-ikatan atom lain membentuk rantai karbon baru. Reaksi
senyawa karbon dapat digolongkan ke dalam beberapa reaksi:
o
o
o
o
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning Together (LT)
22
kelompok
dan
menilai
sendiri
kinerja
kelompok,
dan
23
(2)
menyelesaikannya.
(4)
(5)
didalamnya terdapat sub-sub materi yang harus dipahami oleh siswa, antara lain
24
kekhasan atom karbon serta hidrokarbon yang meliputi alkana, alkena dan alkuna.
Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan cara diskusi. Dengan begitu, para
siswa dapat semakin mengerti materi tersebut karena belajar mandiri serta dapat
melatih kerja sama.
Analisis kebutuhan ini menunjukkan apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung
terlaksananya penelitian pengembangan ini. Terutama hal-hal mendasar yang erat
hubungannya dengan media yang akan digunakan. Analisis kebutuhan bertujuan
untuk
mengidentifikasi
sarana
dan
prasarana
disekolah
yang
menunjang
pembelajaran. Selain itu, pada analisis kebutuhan peneliti melakukan survey untuk
mengetahui apakah siswa di sekolah yang hendak dilakukan penelitian
membutuhkan suasana belajar baru dengan media pembelajaran yang lebih menarik
untuk memudahkan mereka dalam memahami dan menerapkannya pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari serta melakukan analisis tentang keahlian dan dokumen
yang dimiliki siswa.
Analisis Tujuan
Dalam melaksanakan analisis tujuan, ditinjau dari kurikulum yang dipakaiSMA .
Menurut Kurikulum 2013 SMA, pada materi hidrokarbon disebutkan kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dn mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusiatas bagaimana permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
26
2. Kompetensi Dasar
Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman
kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya
3. Indikator
Indikator yang harus dicapai adalah:
1.
2.
3.
4.
1. Tujuan
27
Validasi
Pada tahap validitas ini dilakukan validitas desain media dan validitas isi materi.
Disini peneliti meminta beberapa pakar ahli validator dua orang dosen yang sudah
berpengalaman untuk menilai desain media dan isi materi yang digunakan pada
pengembangan model learning together ini dalam bentuk angket berupa rating scale
sebagai instrumen validasi untuk menilai produk tersebut dan memberikan komentar,
kritik, dan saran untuk perbaikan penerapan model learning together.
Revisi
Setelah melalui tahap validasi dari dosen ahli, maka akan mendapatkan hasil
komentar, kritik dan saran serta masukan-masukan untuk perbaikan penerapan model
learning together mengurangi kelemahan-kelemahan dari pengembangan model
learning together. Kemudian langkah selanjutnya diadakan perbaikan atau revisi
model learning together dari pertimbangan masukan-masukkan dari validator.
29
3.5 Implementasi
Tahap selanjutnya peneliti melakukan uji coba produk kecil pada kelompok
kecil. Tahap uji coba ini, dilakukan oleh satu orang guru kimia, dan 15 orang siswa
kelas XI IPA.
Subjek Uji Coba
Uji coba dilakukan pada kelompok kecil yang akan menerapkan model learning
together dengan metode diskusi dan Tanya jawab. Subjek uji coba adalah siswa
kelas XI IPA dan 1 orang guru di SMA N 3 Kota Jambi.
30
tanggapan, saran, dan masukan dari ahli tersebut dipertimbangkan dan dianalisis
untuk perbaikan produk.
Descriptor yang diberikan pada tim ahli media, ahli materi dan uji coba
kelompok kecil, masing-masing sebanyak 16 item pertanyaan.
Data kuantitatif yang diperoleh berupa penilaian terhadap pengembangan
produk yang diperoleh dari angket respon siswa, dianalisis dan diolah secara
deskriptif menjadi data interval menggunakan skala likert.
Skor maksimal data penilaian bagi suatu unit analisis adalah jumlah item
dalam skala penilaian dikalikan 4 diberi simbol 4k, sedangkan skor minimalnya
adalah jumlah item dalam skala penilaian dikalikan 1 diberi simbol k. Jadi, rentang
skor teoritik skala penilaian adalah k-4k .
Penelitian ini menggunakan pernyataan positif dengan skor yang diberikan
yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju. Skor yang
diperoleh kemudian dipresentasikan untuk melihat kefektifan media, kesesuaian
media dan kemenarikan materi dalam pembelajaran.
Deskriptor yang diberikan untuk uji coba kelompok kecil sebanyak 16
pertanyaan, sehingga secara teoritik akan memperoleh skor minimal 16 dan
maksimal 64 dimana interpretasi skor tersebut adalah sebagai berikut:
Skor minimum
Skor maksimal
Kategori kriteria
:4
Rentang nilai
6416
=12
4
No
Skala Nilai
Skor
Tingkat Validasi
.
1
2
3
4
4
3
2
1
53-64
41-52
29-40
16-28
Sangat baik
Baik
Tidak baik
Sangat Tidak baik
32