Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang
dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai
dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mengarah
pada upaya pembentukan manusia yang tanggap terhadap lingkungan dan peka
terhadap perubahan. Disamping itu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan
potensi siswa sebagai subjek pembelajaran. Maka pendidikan mempunyai peran yang
sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup manusia sehingga perlu
dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mencapai
tujuan pendidikan secara umum.

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan mengadakan


peningkatan dan pembaharuan pada komponen-komponen proses belajar yakni guru,
siswa dan metode pengajaran. Guru berperan sebagai salah satu faktor penting dan
memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat
menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswanya aktif. Untuk itu, seorang
guru harus mempunyaikreativitas dalam menjelaskan materi pembelajaran sehingga
dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk belajar, salah satu diantaranya dengan
membuat suatu alat bantu atau media pembelajaran yang menarik dan interaktif.

Pada dasarnya belajar kimia, sesuai dengan karakteristiknya, harus dimulai


dari mengerjakan masalah yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Melalui penyelesaian suatu masalah dalam kehidupan yang nyata dengan
menerapkan pengetahuan kimia, peserta didik diharapkan dapat membangun
pengertian dan pemahaman konsep kimia lebih bermakna karena mereka membentuk
sendiri struktur pengetahuan konsep kimia melalui bantuan atau bimbingan guru.
Sehingga, dalam hal pembelajarannya, kimia memerlukan suatu pembelajaran yang
inovatif, yang akan mampu meningkatan motivasi siswa untuk memperkaya
pengalaman belajar dan mentransfer pengetahuannya.

Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan yang telah lama dilakukan
pemerintah adalah dengan mengadakan perombakan dan pembaharuan kurikulum
secara berkesinambungan. Perombakan dan pembaharuan ini dilakukan oleh
pemrintah dengan cara mengadakan perubahan kurikulum, mulai dari kurikulum
1968 sampai kurikulum 2004. Kurikulum yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah pada tahun 2006-2012 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) . Kurikulum ini merupakan kurikulum penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini merupakan kurikulum operasional yang
pengembangannya diserahkan kepada masing-masing daerah dan satuan pendidikan.
Kurikulum ini berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya . Selain itu, pada tahun 2013 pemerintah juga
sedang mengembangkan kurikulum 2013.

Dalam Kurikulum KTSP, kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam


rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu kimia memiliki beberapa karakteristik
yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan
penyederhaan dari yang sebenanya, sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang
cepat, tidak sekedar memecahkan masalah serta materi yang dipelajari ilmu kimia
sangat banyak. Secara garis besar pembelajaran kimia memiliki tujuan untuk
mempelajari fakta dari suatu sistem kimia dan mencari serta menyusun teori yang
dapat menjelaskan fakta-fakta kimia. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran,
penyajian materi kimia perlu dibuat menarik, menyenangkan sehinga siswa mampu
memahami konsep tersebut secara mandiri.
Dalam proses pembelajaran siswa perlu berperan aktif dengan terlibat dalam
proses pembelajaran dan tidak hanya sebagai pendengar. Salah satu cara yang tepat
untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan mengembangkan interaksi
kooperatif pada diri siswa, yaitu dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya,
belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya,
mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai tanggung
jawab terhadap tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama dalam proses pembelajarannya. Kerja sama merupakan
kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Model
pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas


dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif menitikberatkan pada proses belajar dalam
kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok [3]. Proses belajar
dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri
pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada metode
konvensional. Slavin menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah-masalah itu dengan temannya. Pada metode pembelajaran koooperatif
menuntut semua siswa aktif dalam belajar dan harus selalu memperhatikan temannya
untuk dapat berkompetisi dengan kelompok lain.
Ada begitu banyak cara ataupun media yang digunakan guru untuk
menyampaikan bahan pembelajaran kepda siswa. Salah satu media yang dapat
digunakan adalah media kartu pintar dan kartu soal. Kartu pintar adalah kartu yang
berisi ringkasan atau pokok-pokok materi pembelajaran sehingga proses
pembelajaran berlangsung secara efektif. Sedangkan kartu soal merupakan kartu
yang berisi soal-soal yang harus dijawab oleh siswa.
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas penulis bermaksud melakukan
penelitian

dengan

mengangkat

judul

Pengaruh

Penggunaan

Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) dengan Media Kartu


Pintar dan Kartu Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi
Hidrokarbon pada kelas XI SMA Negeri 3 Kota Jambi.
.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul permasalahan sebagai


berikut:
1. Apakah ada pengaruh prestasi belajar siswa dengan menggunakan Model
Learning Together (LT) dengan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal ?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal Pada
Model Learning Together (LT) ?
1.3 Tujuan Penelitian Pengembangan
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini sebagai berikut ;
1. Mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa dengan menggunakan model
Learning Together (LT) dengan Media kartu Pintar dan Kartu Soal pada Materi
Hidrokarbon kelas XI SMA Negeri 3 Kota Jambi.
2. Mengetahui efektivitas penggunaan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal Pada
Model Learning Together (LT).
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terpusat dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang
akan dibahas yaitu :
1. Penelitian hanya dilakukan sampai pada tahap uji coba kelompok kecil.
1.5 Manfaat Penelitian Pengembangan
Hasil pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut ;
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih media pembelajaran yang
relevan, efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar siswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran Kimia
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
6

pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting
dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar
tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di
museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching &
Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan
bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan
yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat
diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat
diamati.
Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman. Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
7

Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35) menyimpulkan


bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku
pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan
bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran

adalah

pemberdayaan

potensi

peserta

didik

menjadi

kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses
pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang
dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang
akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Pembelajaran kimia menekankan pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
(Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan

baik dengan adanya interaksi pembelajaran yang menarik antara guru dan siswa.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran,
serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja,
media dan lain-lain.
Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian
ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa
dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia
di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah.

2.2 Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu :
1.

Adanya peserta dalam kelompok

2.

Adanya aturan kelompok


10

3.

Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan

4.

Adanya tujuan yang harus dicapai.


Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (SPK). SPK merupakan strategi


pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para
ahli pendidikan untuk digunakan. Salvin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama,
beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan
orang lain, serta dapat menigkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki
sistem pembelajran yang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran

dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam


orang yang mempunyai latarbelakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilain dilakukan terhadap kelompok.
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah
yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok
dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan
11

saling membantu, meraka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,


sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi demi keberhasilan kelompok.
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif
(cooperative task) dan komponen struktur insetif kooperatif (cooperative incentive
structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insetif
kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja
sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari
pembeljaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok
bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasi
materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki
dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik
(student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial,
penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, naorma
akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang
lain.
Strategi pembelajaran ini bisa digunakan manakala:
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam
belajar.
2. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk
memperoleh keberhasilan dalam belajar.
12

3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
sebagai bagian dari isi kurikulum.
5. Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswa dan menambahkan tingkat
partisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah menemukan berbagai solusi pemecahan.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Sedangkan karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan dibawah
ini.
a.

Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat


untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
13

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang
memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberikan konribusi terhadap keberhasilan
kelompok.
b.

Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu


fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menujukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaram berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan mencapai tujuan itu dan
lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menujukkan bahwa pembelajaran kooperatif
harus

dilaksanakan

sesuai

dengan

perencanaan,

melalui

langkah-langkah

pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah


disepakati bersama. Fungsi organisasi menujukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menujukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui tes maupun nontes.
c.

Kemauan untuk Bekerja Sama

14

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara


kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur dan
tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling
membantu. Misalnya, yang pintar perlu membantu yang kurang pintar.
d.

Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian diparktikan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian,
siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain. siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan
kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman lain.
2.3 Learning Together (LT)
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari
Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran
kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
15

Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok
yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan
lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan
pada empat unsur yakni :
(1) Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima siswa.
(2) Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
(3) Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai materinya.
(4) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan
terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode
Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal
pembangunan

kelompok

dan

menilai

sendiri

kinerja

kelompok,

dan

merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau


bentuk rekognisi lainnya .

16

Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa


membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing
kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok
yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap
anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika
hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka
harus meningkatkan kinerja kelompoknya.
Adapun sintaks dari LT adalah:
(1)

Guru menyajikan pelajaran.

(2)

Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).


(3)

Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan

menyelesaikannya.
(4)

Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

(5)

Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.


Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada

pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan


pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan.

Kelebihan model pembelajaran Learning Together

17

1. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi
oleh guru.
2. Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama
(learning together).
3. Siswa dilatih untuk

berani

dan

percaya

diri

karena

harus

tampil

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.


4. Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses belajar mengajar.
5. Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya

menggunakan pendekatan

salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan


masyarakat.
Kekurangan/kelemahan model pembelajaran Learning Together
1. Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi
dan presentasi.
2. Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.
3. Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam
kelompok.
2.4 Kartu Pintar dan Kartu Soal
Dalam meringankan guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran dikelas,
ada banyak cara yang dapat digunakan guru seperti menggunakan media. Media
pembelajaran tercipta untuk membantu guru di kelas dan juga agar para siswa dapat
mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. Salah satu media pembelajaran
yang dapat dipakai yaitu penggunaan media kartu pintar dan kartu soal.
Kartu pintar merupakan kartu yang berisi ringkasan atau pokok-pokok materi
pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung secara efektif. Dengan
kelebihan yang dimiliki oleh media kartu pintar, diharapkan siswa mudah dalam
memahami konsep-konsep materi yang disajikan oleh guru dan siswa menjadi lebih

18

termotivasi untuk belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2010)
menjelaskan bahwa media kartu pintar dapat meningkatkan kemampuan kogintif
siswa.
Sedangkan kartu soal merupakan kartu yang berisi soal-soal yang harus
dijawab oleh siswa. Dengan adanya kartu soal, siswa dilatih untuk mengerjakan
latihan-latihan soal sambil berdiskusi dengan kelompoknya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disajikan oleh guru. Selain itu
hasil penelitian Ritonga dan Agustin (2009) yang menyatakan bahwa penerapan
media kartu soal pada pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prose
pembelajaran pada siswa kelas XI IPS khusunya pada materi Statiska pada tahun
pelajaran 2008/2009.
2.5 Uraian Materi Hidrokarbon

Materi Hidrokarbon terdiri dari sub materi (1) Senyawa Hidrokarbon,


(2) Kekhasan atom karbon, (3) Isomer, (4) Alkana, Alkena dan Alkuna, dan
(5) Reaksi-reaksi senyawa hidrokarbon.
Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon terdiri dari unsur karbon dan unsur hidrogen. Jenis ikatan
hidrokarbon ada yang berupa ikatan tunggal, yaitu pada hidrokarbon jenuh
seperti alkana dan ikatan rangkap, yaitu hidrokarbon tak jenuh seperti alkena dan
alkuna. Senyawa karbon paling banyak terdapat pada minyak bumi dan gas
bumi. Sebelum dimanfaatkan, minyak bumi diolah dengan pemisahan atas
fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih. Dari minyak bumi dan gas bumi dapat
dibuat produk-produk sintesis yang dikenal dengan petrokimia.
Ke khasan atom karbon

19

Atom karbon memiliki empat electron pada kulit terluarnya, sehingga untuk
mencapai susunan electron yang stabil seperti susunan electron gas mulia
memerlukan empat electron lagi. Dengan demikian, setiap atom karbon dapat
membentuk empat ikatan kovalen dengan atom lain. Kekhasan atom karbon
adalah kemampuan atom karbon ini untuk berikatan dengan atom karbon
lainnya.

Isomer
Keisomeran terdiri atas keisomeran struktur dan keisomeran ruang. Keisomeran
struktur yaitu senyawa hidrokarbon yang rumus molekulnya sama tetapi rumus
strukturnya berbeda. Sedangkan keisomeran ruang yaitu senyawa hidrokarbon
yang mempunyai rumus molekul sama, gugus sama, tetapi susunan gugus dalam
ruang berbeda.
Contoh isomer struktur :

Contoh isomer ruang :

20

Alkana, Alkena dan Alkuna


Berdasarkan jenis ikatan antara atom-atom karbon maka senyawa hidrokarbon
dapat dikelompokkan menjadi senyawa hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak
jenuh. Hidrokarbon jenuh yaitu hidrokarbon yang ikatan antara atom karbonnya
tunggal, misalnya alkana.

Hidrokaron tak jenuh yaitu hidrokarbon yang ikatan antara atom karbonnya
rangkap dua atau rangkap tiga, misalnya alkena dan alkuna.

Sedangkan jika melihat rumus umumnya , yaituu :


Alkana : CnH2n + 2
Alkena : CnH2n
Alkuna : CnH2n-2
Reaksi-reaksi senyawa hidrokarbon

21

Pada reaksi senyawa karbon akan terjadi pemutusan ikatan rantai karbon
atau ikatan-ikatan atom lain membentuk rantai karbon baru. Reaksi
senyawa karbon dapat digolongkan ke dalam beberapa reaksi:
o
o
o
o

Reaksi oksidasi ( reaksi pembakaran )


Reaksi Adisi
Reaksi Subtitusi
Reaksi Eliminasi

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning Together (LT)

22

Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari


Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran
kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok
yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan
lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan
pada empat unsur yakni :
(1) Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima siswa.
(2) Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok.
(3) Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai materinya.
(4) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan
terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode
Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal
pembangunan

kelompok

dan

menilai

sendiri

kinerja

kelompok,

dan
23

merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau


bentuk rekognisi lainnya .
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa
membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing
kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok
yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap
anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika
hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka
harus meningkatkan kinerja kelompoknya.
Adapun sintaks dari LT adalah:
(1)

Guru menyajikan pelajaran.

(2)

Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).


(3)

Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan

menyelesaikannya.
(4)

Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

(5)

Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.


Materi hidrokarbon merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang

didalamnya terdapat sub-sub materi yang harus dipahami oleh siswa, antara lain

24

kekhasan atom karbon serta hidrokarbon yang meliputi alkana, alkena dan alkuna.
Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan cara diskusi. Dengan begitu, para
siswa dapat semakin mengerti materi tersebut karena belajar mandiri serta dapat
melatih kerja sama.

3.2 Prosedur Pengembangan


Berikut ini prosedur pengembangan problem solving yang akan
dilakukan :
A. Tahap Analisis
o Analisis Awal
Tahap awal yang dilakukan adalah menganalisis kinerja siswa, yaitu
mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karakteristik, keterampilan dan
kemampuan apa yang dimiliki oleh siswa. Setelah itu menganalisis indikator
atau tujuan pembelajaran dan materi.
B. Karakteristik siswa
Penelitian dilakukan di kelas XI, siswa berumur kisaran 16 tahun.
Menurut teori piaget, usia anak dalam tahap ini memliki kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Berdasarkan penyebaran angket siswa mengenai
informasi pembelajaran kimia dengan menggunakan metode problem solving
dan materi

kimia yang berupa sub-sub, siswa memiliki pendapat yang

berbeda-beda. Dalam hal ini, siswa memiliki karakteristik yang berbeda


mengenai jawaban angket.
3.3 Analisis
Analisis Kebutuhan
25

Analisis kebutuhan ini menunjukkan apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung
terlaksananya penelitian pengembangan ini. Terutama hal-hal mendasar yang erat
hubungannya dengan media yang akan digunakan. Analisis kebutuhan bertujuan
untuk

mengidentifikasi

sarana

dan

prasarana

disekolah

yang

menunjang

pembelajaran. Selain itu, pada analisis kebutuhan peneliti melakukan survey untuk
mengetahui apakah siswa di sekolah yang hendak dilakukan penelitian
membutuhkan suasana belajar baru dengan media pembelajaran yang lebih menarik
untuk memudahkan mereka dalam memahami dan menerapkannya pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari serta melakukan analisis tentang keahlian dan dokumen
yang dimiliki siswa.

Analisis Tujuan
Dalam melaksanakan analisis tujuan, ditinjau dari kurikulum yang dipakaiSMA .
Menurut Kurikulum 2013 SMA, pada materi hidrokarbon disebutkan kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dn mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusiatas bagaimana permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
26

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadan,
serta menerapkan pengetahuan proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan

2. Kompetensi Dasar
Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman
kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya
3. Indikator
Indikator yang harus dicapai adalah:
1.

Menjelaskan pengertian senyawa hidrokarbon.

2.

Mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon melalui percobaan.

3.

Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon.

4.

Membedakan atom karbon primer, sekunder, tertier, dan kuartener.

1. Tujuan

27

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pergeseran kesetimbangan adalah


diharapkan siswa dapat :
Kognitif:
o Siswa dapat menyebutkan pengertian senyawa hidrokarbon.
o Siswa dapat mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon
melalui percobaan.
o Siswa dapat mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon.
o Siswa dapat membedakan atom karbon primer, sekunder, tertier, dan
kuartener.
Psikomotor:
o Siswa dapat menyimpulkan mengenai senyawa hidrokarbon berdasarkan
pengertian, penyusun senyawa hidrokarbon, kekhasan atom karbon, serta
termasuk atom karbon jenis apa pada suatu senyawa hidrokarbon.
o Mengerjakan soal pergeseran kesetimbangan.
Afektif:
o Memperhatikan dengan baik.
o Aktif merespon interaksi yang dilakukan selama pembelajaran.
Analisis Materi
Analisis materi dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan kebutuhan dalam
pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis materi ini dapat dilakukan dengan
melihat kurikulum yang digunakan di sekolah yang dijadikan tempat penelitian
sehingga materi yang terdapat dalam media pembelajaran yang akan dikembangkan
sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
Analisis Kebutuhan
Untuk mengetahui dan mengklarifikasi analisis awal yang dihadapi siswa dan
memberikan solusi, maka peneliti memberikan angket kepada siswa dan guru mata
28

pelajaran kimia berupa pertanyaan mengenai praktikum dengan menggunakan model


inquiry yang telah digunakan di sekolah dan materi kimia yang berupa teori-teori
untuk analisis awal. Setelah didapat informasi dari penyebaran angket dan
menganalisis silabus yang ada di sekolah, peneliti akan mengembangkan metode
prolem solving untuk memudahkan siswa belajar materi kimia Laju Reaksi yang
berupa teori dengan tujuan siswa dapat mencapai kompetensi pembelajaran.
3.4 Pengembangan
Tahap pengembangan ini, peneliti mengembangkan rancangan penerapan
praktikum degan model Learning Together (LT). Setelah mengembangkan, baru di
validasi oleh validator dan direvisi.

Validasi
Pada tahap validitas ini dilakukan validitas desain media dan validitas isi materi.
Disini peneliti meminta beberapa pakar ahli validator dua orang dosen yang sudah
berpengalaman untuk menilai desain media dan isi materi yang digunakan pada
pengembangan model learning together ini dalam bentuk angket berupa rating scale
sebagai instrumen validasi untuk menilai produk tersebut dan memberikan komentar,
kritik, dan saran untuk perbaikan penerapan model learning together.
Revisi
Setelah melalui tahap validasi dari dosen ahli, maka akan mendapatkan hasil
komentar, kritik dan saran serta masukan-masukan untuk perbaikan penerapan model
learning together mengurangi kelemahan-kelemahan dari pengembangan model
learning together. Kemudian langkah selanjutnya diadakan perbaikan atau revisi
model learning together dari pertimbangan masukan-masukkan dari validator.
29

3.5 Implementasi
Tahap selanjutnya peneliti melakukan uji coba produk kecil pada kelompok
kecil. Tahap uji coba ini, dilakukan oleh satu orang guru kimia, dan 15 orang siswa
kelas XI IPA.
Subjek Uji Coba
Uji coba dilakukan pada kelompok kecil yang akan menerapkan model learning
together dengan metode diskusi dan Tanya jawab. Subjek uji coba adalah siswa
kelas XI IPA dan 1 orang guru di SMA N 3 Kota Jambi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode tes dan
metode angket. Metode tes untuk aspek kemampuan memori dan aspek kognitif
serta metode angket untuk aspek afektif.
3.7 Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen
pembelajaran dan instrumen penilaian. Instrumen pembelajaran menliputi silabus,
RPP dan media pembelajaran (kartu pintar dan kartu soal) sedangkan instrumen
penilaian meliputi instrumen aspek kognitif (tes objektif) dan afektif (angket).
3.8 Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data
yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif
berupa lembar validasi dari ahli yang berisi tanggapan, saran dan masukan. Dimana

30

tanggapan, saran, dan masukan dari ahli tersebut dipertimbangkan dan dianalisis
untuk perbaikan produk.
Descriptor yang diberikan pada tim ahli media, ahli materi dan uji coba
kelompok kecil, masing-masing sebanyak 16 item pertanyaan.
Data kuantitatif yang diperoleh berupa penilaian terhadap pengembangan
produk yang diperoleh dari angket respon siswa, dianalisis dan diolah secara
deskriptif menjadi data interval menggunakan skala likert.
Skor maksimal data penilaian bagi suatu unit analisis adalah jumlah item
dalam skala penilaian dikalikan 4 diberi simbol 4k, sedangkan skor minimalnya
adalah jumlah item dalam skala penilaian dikalikan 1 diberi simbol k. Jadi, rentang
skor teoritik skala penilaian adalah k-4k .
Penelitian ini menggunakan pernyataan positif dengan skor yang diberikan
yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju. Skor yang
diperoleh kemudian dipresentasikan untuk melihat kefektifan media, kesesuaian
media dan kemenarikan materi dalam pembelajaran.
Deskriptor yang diberikan untuk uji coba kelompok kecil sebanyak 16
pertanyaan, sehingga secara teoritik akan memperoleh skor minimal 16 dan
maksimal 64 dimana interpretasi skor tersebut adalah sebagai berikut:
Skor minimum

: 1 x 16 (descriptor yang dinilai)=16

Skor maksimal

: 4 x 16 (descriptor yang dinilai)=64

Kategori kriteria

:4

Rentang nilai

6416
=12
4

Tabel 3.4. Kategori Tingkat Persepsi Siswa


31

No

Skala Nilai

Skor

Tingkat Validasi

.
1
2
3
4

4
3
2
1

53-64
41-52
29-40
16-28

Sangat baik
Baik
Tidak baik
Sangat Tidak baik

32

Anda mungkin juga menyukai