Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Proyek, Ekonomi, dan Statistik,
(2) Dasar Proses Pengolahan, dan (3) Aspek Dasar Produk.

1.1

Latar Belakang Proyek, Ekonomi, dan Statistik


Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh

hingga 6 meter. Tanaman ini memiliki adaptasi luas dan tahan terhadap kekeringan. Sorgum
berasal dari Afrika dan dibudidayakan pertama kali sekitar seratus tahun yang lalu di Afrika
Tengah bagian timur, yaitu antara Ethiopia dan Sudan kemudian sorgum menyebar dari
Afrika ke India dan akhirnya masuk ke Indonesia melalui Asia Tenggara.Tumbuhan ini
mampu membantu Indonesia mengatasi masalah pangan seperti pada saat musim kemarau
serta masalah kekurangan stok beras yang selama ini terjadi di Indonesia. Sorgum merupakan
tanaman yang dapat tumbuh di tempat kekeringan. Secara fisiologis, permukaan daun sorgum
mengandung

lapisan

lilin,

sistem

perakaran

yang

ektensif

(sistem

perakaran

menyebar), fibrous (akar serabut) dan cenderung membuat tanaman efisien dalam absorpsi
dan pemanfaatan air. Beberapa jenis sorgum yang layak dapat di konsumsi manusia
diantaranya, Sorghum bicolor dan Sorghum vulgare.
Tabel Komposisi nutrisi biji sorgum
Komposisi nutrisi (%)
Bagian Biji
Biji Utuh
Endosperm

Pati
73,8
82,5

a
Kulit Biji
34,6
Lembaga
9,8
Sumber : Hubbard et al. (1986)

Protein

Lemak

Abu

Serat

12,3
12,3

3,60
0,63

1,65
0,37

2,2
1,3

6,7
13,4

4,90
18,90

2,02
10,36

8,6
2,6

Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung
mengerucut, berukuran diameter sekitar 2 mm. Satu pohon sorgum mempunyai satu tangkai
buah yang memiliki beberapa cabang buah.

Produktivitas sorgum di Indonesia sangat

berfluktuatif. Hal ini dikarenakan budidaya tanaman sorgum belum stabil. Beberapa kalangan
malah menyebutkan sorgum lenyap seiring dengan politik berasnisasi yang gencar sejak Orde
Baru. Kondisi semakin parah karena tingkat penanaman sorgum belum mencapai jumlah
yang stabil karena belum adanya pemanfaatan sorgum untuk keperluan tertentu. Beberapa
masyarakat lokal hanya menjadikan sorgum sebagai tanaman sela di lahan kebun dan sebagai
alternatif pangan menjelang paceklik. Kesulitan benih lokal unggul juga menjadi salah satu
penyebab para petani tidak membudidayakan sorgum secara rutin.
Sebagai komoditas tanaman pangan, pengembangan sorgum di Indonesia masih
menghadapisejumlahkendalabaikteknismaupunsosialekonomi.Selainitu,pemerintah
jugabelummenempatkansorgumsebagaiprioritasdalamprogramperluasanarealtanam
dengan alasan sorgum bukan kebutuhan pokok, sehingga perluasan sorgum tidak masuk
dalam rencana strategis dan belum ada anggaran khusus (Direktorat Serealia 2013). Di
AmerikaSerikat,sorgumjustrumenjadisumberpemenuhanpangannomortiga,sementaradi
tingkatglobalmenjaditanamanpentingkelimasetelahgandum,padi,jagungdanbarley.
Sorgum juga telah menjadi sumber energy, protein, vitamin dan mineral utama bagi
penduduk Asia dan Afrika selama lebih dari satu abad. Negara eksportir utama sorgum
adalahAmerikaSerikat,AustraliadanArgentina(Wikipedia2010).Peningkatancitrasorgum
diIndonesiadapatdilakukanmelaluieksplorasipotensisorgumbaikuntukpangan,pakan
ternakmaupunindustribioetanolsehinggadapatmemberikanmanfaatekonomilebihbeasar
bagimasyarakat.
Pemanfaatansorgumbaiksebagaisumberpangan,pakanmaupunindustritelahbanyak
dilaporkan.Sebagaibahanpangan,sorgummemilikikandungannutrisiyangtinggi,bahkan
kadar proteinnya lebih tinggi daripada beras. Sorgum memiliki kadar protein 11%, lebih
tinggidibandingkanberasyanghanyamencapai6,8%.Kandungannutrisimikrolainyang
dimilikiolehsorgumadalahkalium,besi,fosfor,sertavitaminB.Sebagaipakanternak,biji
sorgumdigunakanuntukbahancampuranransumpakanunggas,sedangkanbatangdandaun
banyakdigunakanuntukternakruminansia(Rismunandar1989).Penggunaanbijisorgum
dalam ransum pakan ternak bersifat suplementer (subtitusi) terhadap jagung karena
kandungannutrisinyatidakberbedadenganjagung.Sebagaibahanbakuindustri,bijisorgum
mempunyaipotensiuntukdijadikanbahanbakuindustribir,pati,gulacair,sertaetanol.Jenis
sorgumyangbatangnyamengandungkadargulayangtinggidisebutsorgummanis(sweet
sorghum).

SebaranluaspanentanamansorgumdiIndonesiahinggabulanApril2013dapatdibagi
kedalamduawilayahyaituwilayahtimuryangmeliputiNusaTenggaradanSulawesi,serta
wilayahbaratyangmeliputiPulauJawadanSumatra.LuaspanendiwilayahNusaTenggara
mencapai15.414hayangtersebarpada3(tiga)kabupatendiwilayahNusaTenggaraBarat
dan 14 kabupaten di Wilayah Nusa Tenggara Timur (Dinas Pertanian Tanaman Pangan
NTT). Wilayah penghasil sorgum yang berada di Nusa Tenggara Barat terletak pada
kabupatenDompu,BimadanSumbawadengantotalluas68ha.Tanamansorgumdiwilayah
inirelatiftidakbegituluashanyasebagaitanamanpelengkapagarlahantidakbero.Status
sorgumbelumdimanfaatkandiluarpangan.Sebagianbesarpetaniyangmenanamsorgum
digunakanuntukpangan.
SementaraituluaspanensorgumdiPulauJawahinggatahun2012mencapai3.462ha.
WilayahpenghasilsorgumdipulauJawatelahbergeserdariProvinsiJawaTengahkeJawa
Timur.PeningkatanluaspanendiJawaTimurterutamapengembangansorgumpadalahan
produktif oleh PTPN XII, sedangkan keberadaan tanaman sorgum di Jawa Barat, Jawa
TengahdanDIYogjakartauntukbahanbakuindustritepungsebagaisubstitusitepungterigu
dan pakan. Pengembangan sorgum di Jawa Timur akan terus meningkat sejalan dengan
peluang pasar yang tersedia untu bahan baku industri (tepung) oleh PT Indofood Tbk.
PengembangansorgumolehPTPNXIIselainmemenuhiproduksikebutuhanPTIndofood
Tbk,jugaakandintegrasikandenganTernakdanbahanindustrigula.
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu daerah penghasil sorgum di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sorgum dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif selain padi, jagung,
gandum dan sagu. Sorgum memiliki prospek yang cerah, karena lahan pertanian yang sesuai
cukup luas, mampu memanfaatkan lahan 3 tidur sehingga lebih produktif, dan tidak
berkompetisi dengan tumbuhan lain karena dapat tumbuh di lahan marginal,akan tetapi
produksi yang ada saat ini masih tergolong rendah. Produktivitas sorgum di Kabupaten
Gunungkidul berdasarkan data dari BPS (Gunungkidul Dalam Angka 2012) hanya sebesar
314 kg/ha masih sangat rendah karena sorgum mampu berproduksi hingga lebih dari 5 ton/ha.
Tabel2luaslahandanproduksiSorgumdiKab.Gunungkidul20092013

Tahun

LuasLahan(Ha)

Produksi(ton)

2009

935

295

RataRataProduksi
(Kw/Ha)
3,14

2010
2011
2012
2013

713
305
634
227

226
96
201
74

3,17
3,15
98,81
3,26

Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat larut
dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi. Secara umum, gula
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu
molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa,
galaktosa.
b. Disakarida
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul
gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan
fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa
(gabungan dari dua glukosa)
Fruktosa adalah monosakarida yang ditemukan dalam banyak jenis makanan dan
merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama glukosa dan galaktosa yang dapat
langsung diserap oleh tubuh. Fruktosa merupakan salah satu jenis monosakarida yang
mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa yang juga termasuk monosakarida, juga lebih
manis daripada gula tebu atau sakarosa. Fruktosa berikatan dengan glukosamembentuk
sakarosa, yaitu gula biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau
bit (Poedjiadi, 1994)

Gambar sturktur Fruktosa


Campuran glukosa, fruktosa dan sejumlah kecil oligosakarida dikenal secara
komersial sebagai High Fructose Syrup(HFS). Tiga kategori HFS pada umumnya: HFS-90
(fruktosa 90% dan glukosa 10%) yang digunakan dalam aplikasi khusus tetapi yang

lebih penting adalah dicampur dengan sirup glukosa untuk menghasilkan HFS-42 (42%
fruktosa dan glukosa 58%) dan HFS-55 (55% fruktosa dan 45% glukosa) (Parker, et al.,
2010). Proses isomerisasi umumnya hanya dilakukan sampai diperoleh HFS-42. Pada tahap
tersebut, isomerisasi telah mendekati kesetimbangan reaksi, jika dilanjutkan reaksi akan
berjalan semakin lambat sehingga tidak ekonomis. HFS-90 diperoleh dengan melalukan
HFS-42 ke tangki pemisah glukosa-fruktosa, sedangkan HFS-55 diperoleh dengan
mencampurkan HFS-42 dengan HFS-90. Penggunaan tangki pemisah ini memerlukan
perlakuan tambahan berupa penguapan untuk menghilangkan sisa air atau pelarut pengelusi.
pengelusi.
Diantara jenis-jenis gula yang dapat dibuat dari pati, sirup fruktosa dengan kandungan
fruktosa yang berkisar antara 42-90% merupakan alternatif yang cukup menarik karena
memiliki beberapa kelebihan:
a. Fruktosa lebih manis dibanding gula-gula lain dan kemanisannya bersifat sinergis,
terutama dengan sukrosa dan siklamat.
b. Mudah mengalami reaksi pencoklatan karena fruktosa merupakan gula pereduksi yang
paling efektif terhadap asam amino. Fruktosa juga lebih mudah terkaramelisasi karena titik
didihnya relatif lebih rendah.
c. Fruktosa tidak mudah terkristalisasi
d. Viskositasnya lebih rendah sehingga mudah dilarutkan atau dicampurkan dengan pemanis
lain

1.2

Dasar Proses Pengolahan

1.3

Aspek Dasar Produk


1.3.1

Pasar
Potensial

Permintaan HFS semakin bertambah dari tahun ke tahun. Silva, dkk., (chemical
engineering journal, 2006) menyebutkan pertumbuhan pemintaan HFS disebabkan beberapa
faktor antara lain karena memberikan cita rasa yang lebih segar dan manis daripada sukrosa,
dapat diproduksi dari pati (substrat pada komposisi makanan) dengan biaya yang lebih
rendah sehingga memberikan keuntungan yang lebih serta resiko lebih rendah bagi penderita
diabetes atau yang mengalami masalah metabolisme tubuh karena fruktosa memilik kalori
yang lebih rendah dibandingkan dengan gula sukrosa.

Khususnya di Indonesia, HFS masih jarang digunakan untuk keperluan rumah tangga
tetapi banyak digunakan di industri-industri seperti industri sirup, soft drink, selai, susu, jeli,
biskuit, es krim, farmasi, dan sebagainya.
Untuk mengetahui pasar potensial dari pemanis ini, maka perlu diketahui berapa
banyak industri atau usaha yang menggunakan dan berpeluang menggunakan produk
pemanis, jenis dan volume penggunaan per tahun.
Pasar potensial dari HFS berbasis biji sorgum ini dapat dipastikan sangat
menjanjikan karena masih kurangnya stok gula dipasaran Indonesia sehingga memungkinkan
produk ini dicari oleh masyarakat. Dengan penggunaan yang lebh irit dibanding gula pasir
pada umumnya, konsumen akan lebih diuntungkan dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang cukup lama.
Produk pemanis ini akan dipasarakan di dalam negeri (domestik). Lokasi
pemasaran HFS sorgum di dalam negeri mencakup Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan. Hal ini didasarkan pada masih sedikitnya jumlah
produsen HFS berbasis sorgum dan belum adanya pabrik yang memproduksi produk ini
sehingga pangsa pasaran lebih mudah dilakukan di dalam negeri.

1.3.2

Pertumbuh
an
Permintaan
dan
Proyeksi

Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memprediksi produksi gula tahun 2016 hanya sebesar
2,3 juta ton. Imbasnya tahun depan impor gula kristal putih (GKP) bakai meningkat capai
400.000 ton. Pada akhir tahun 2015 pemerintah memutuskan impor GKP sebanyak 200.000
ton. Tugas impor tersebut diserahkan kepada Perum Bulog. Impor gula itu diputuskan dalam
rapat koordinasi di kantor Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian. Pemerintah
mengambil langkah untuk menjaga stok gula dalam negeri dan stabilitasi harga.
Untuk proyeksi produksi nasional, selama empat tahun diperkirakannya akan
mengalami kenaikan sekitar 3%. Pada tahun 2015 produksi Gula Kristal Putih (GKP)
diperkirakan mencapai 2,95 juta ton. Lalu 2016 mencapai 2,98 juta ton. Kemudian ditahun

2017 sebesar 3,03 juta ton. Pada 2018 sebesar 3,09 juta ton. Terakhir pada tahun 2019 sebesar
3,14 juta ton.
Sementara dari proyeksi kebutuhan gula nasional pada tahun 2015, kebutuhan gula
nasional mencapai 5,77 juta ton. Lalu 2016 sebesar 5,97 juta ton naik ditahun 2017 sebesar
6,17 juta ton. Pada tahun 2018 sebesar 6,39 juta ton dan terakhir 6,61 juta ton. Ia optimistis
kebutuhan GKP yang dikonsumsi secara langsung dapat dipenuhi dari produksi gula nasional.
1.3.3

Persaingan

Industri pengolahan berbahan baku biji sorgum di Indonesia masih sangat jarang
sehingga ptensi untuk mengembangkan usaha berbasis biji sorgum ini sangat luas, yang
hasilnya untuk memenuhi kebutuhan industri lanjutan. Produksi HFS dari biji sorgum di
Indonesia dapat dikatakan belum ada.
Dengan melihat persaingan yang sangat minim, maka dapat dipastikan HFS dari
biji sorgum akan menguasai pasar pemanis berbasis HFS di Indonesia. Walaupun
persaingannya masih sedikit, tetapi industri pengolahan HFS dari biji sorgum yang kami
dirikan harus mampu menghasilkan pemanis dengan standar yang sepadan atau melebihi
industri pemanis berbasis HFS tersebut. Disamping itu, industri yang kami dirikan harus
mampu melakukan strategi pemasaran yang baik agar dapat menimbulkan ketertarikan dan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

1.3.4

Market
Share

1.3.5

Kebijaksan
aan
Pemasaran,
Khususnya
Kebijaksan
aan
Saluran
Distribusi

Upaya yang kami lakukan dalam pemasaran adalah dengan memasarkan produk
HFS kepada konsumen, melalui berbagai cara untuk menarik perhatian dan minat konsumen
agar dapat melirik produk kami dengan cara seperti membuat situs web perusahaan untuk
menginformasikan kegunaan dan manfaat produk HFS, menulis artikel pada media tulis,
membuat brosur, membuat event atau mengikuti bazar, sponsor pertemuan seminar kampus
atau sekolah, media sosial, hingga dari mulut ke mulut para pelanggan dan selalu menjaga
kepercayaan konsumen dengan mempertahankan kualitas dari produk.
Pemasaran produk kami tidak hanya dijual secara konvensional di pasar,
supermarket, kios, dan lain-lain. Kami juga melayani konsumen yang ingin memesan secara
online melalui website resmi perusahaan ataupun sosial media yang didalamnya banyak
pengguna media sosial yang telah bekerjasama dengan perusahaan kami untuk pemasaran
produk tepung kelapa.
Pendistribusian yang kami lakukan dengan menggunakan transportasi darat dan
laut dikarenakan tempat yang dituju untuk seluruh wilayah Indonesia. Penyaluran distribusi
dilakukan dari pabrik tempat produksi ke gudang yang kemudian didistribusikan di seluruh
daerah di Indonesia dimana tempat-tempat yang dituju yaitu distributor di setiap kabupaten
dan kota, outlet perusahaan, toko retail, kios, supermarket

dan dapat juga konsumen

memesan secara online melalui website resmi perusahaan.


Jalur pendistribusian yang tepat dapat meningkatkan keuntungan dan keunggulan
produk lebih baik dari produk pesaing, dimana jalur pendistribusian yang tepat akan
mengefesiensikan biaya pendistribusian dan produk yang diterima konsumen terjamin
kualitasnya. Dengan pendistribusian yang baik menggunakan kemasan yang aman sehingga
produk yang diterima oleh konsumen dalam keadaan utuh dan baik tanpa merusak produk.

Anda mungkin juga menyukai