Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang sampai saat ini masih
menjadi masallah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat dan pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang
khas sehingga banyak pasien yang tidak menyadarinya (Yogiantoro M. 2009,
Karo SK. 2012). Oleh karena itu, hipertensi dikatakan sebagai The Silent Killer .
Berdasarkan WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita di seluruh
dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu sekitar 30%. Prevalensi
terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. RISKESDAS pada tahun
2013 mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 % dengan
prevalensi terdapat di Bangka Belitung ( 30,9 %), Kalimantan Timur ( 29,6 %)
dan Jawa Barat ( 29,4 %) .
Hipertensi sebagai sebuah penyakit kronis yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor resiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan, faktor
resiko yang dapat dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas,
merokok, alkoholisme, stress, dan pola makan. (Sutanto. 2010) . Angka insiden
hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia ( lansia ), usia di atas
60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60 % sampai 80 % dari populasi lansia.
Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi. Keadaan ini didukung pada
sebuah penelitian di SaoPaulo didapatkan prevalensi hipertensi pada lansia
sebesar 70 % dari jumlah populasinya. Di Indonsia, pada usia 25-44 tahun
prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada
usia > 65 tahun sebesar 65 %. Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64
tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 2,45 kali
dan usia >70 tahun 2,97 kali. Kejadian hipertensi pada lansia dapat menyebabkan
kualitas hidup yang buruk, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik serta
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi-komplikasi
yang ditimbulkanya.
Daftar Pustaka
1. Yogiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (penyunting). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V selected reading,
hlm.1079-1086. Jakarta: Interna Publishing
2. Karo SK. 2012. Hipertensi adalah Masalah Kesehatan Masyarakat.
Dalam: Rilantono LI (penyunting). Penyakit Kardovaskular (PKV) 5

Rahasia selected reading, hlm. 235-248. Jakarta. Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta:
CV Andi Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan Ed-3. Monica Ester, editor. Jakarta: EGC
4. WHO. 2014. Global target 6: A 25% relative reduction in the
prevalence of raise blood pressure or contain the prevalence of raised
blood pressure according to national circumstances. Jenewa: World Health
Organization.
5. Hafiz Muhammad, Wayan IW, Ketut AR. 2016. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-JURNAL
MEDIKA.5:hlm.1-23

Dosen Pembimbing : Dr. Azniah, SKM., S.Kep


Mata Kuliah

: Riset Keperawatan

LATAR BELAKANG PENYAKIT HIPERTENSI

OLEH :

SITTI MISFIYANI KUSUMA


NH0113275 / A3

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai